BENCANA GEOLOGI PULAU SUMATERA

03 November 2015 22:22:59 Dibaca : 3824

Tugas : Geologi Indonesia

BENCANA GEOLOGI PULAU SUMATERA


Oleh :


Kelompok IV


1. Jasmin Hamzah


2. M. Zulkarnain Ismail


3. Fatmawati Mauntie


4. Ramlawati Hasan

 

Dosen Pengampu :


Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T

 

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU TEKNOLOGI KEBUMIAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


GORONTALO


2015

 

 BENCANA GEOLOGI PULAU SUMATERA


A. Tektonik Sumatera dan Implikasinya Terhadap Seismisitas dan Persebaran Gunung Api di Sumatera.

Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 Juta tahun lalu yang mengakibatkan perubahan sistematis dari perubahan arah dan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Proses tumbukan ini mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur India, untuk mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik. Selanjutnya sebagai respon tektonik akibat dari bentuk melengkung ke dalam dari tepi lempeng Asia Tenggara terhadap Lempeng Indo-Australia, besarnya slip-vectorini secara geometri akan mengalami kenaikan ke arah barat laut sejalan dengan semakin kecilnya sudut konvergensi antara dua lempeng tersebut.


Keadaan Pulau Sumatera menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum tektonik Sumatera menjadikan tatanan tektonik Sumatera menunjukkan adanya tiga bagian pola. Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatera, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk, geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.


a. Bagian Selatan Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik:

  1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer di atas penunjaman.
  2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar
  3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama.
  4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana.
  5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh.
  6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.

b. Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik:

  1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125-140 kilometer dari garis penunjaman.
  2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatra.
  3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
  4. Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam.
  5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya.
  6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.

c. Bagian Tengah Pulau Sumatra memberikan kenampakan tektonik:

  1. Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar Sumatra menunjukkan posisi memotong arah penunjaman.
  2. Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatra.
  3. Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2-0.6 kilometer, dan terbagi-bagi menjadi berapa blok oleh sesar turun miring.
  4. Busur luar terpecah-pecah.
  5. Homoklin yang terletak antara punggungan busur muka dan cekungan busur muka tercabik-cabik.
  6. Sudut kemiringan penunjaman beragam.

Kompleksitas tatanan geologi Sumatera, perubahan lingkungan tektonik dan perkembangannya dalam ruang dan waktu memungkinkan sebagai penyebab keanekaragaman arah pola vektor hubungannya dengan slip-ratedan segmentasi Sesar Sumatera. Hal tersebut antara lain karena (1) perbedaan lingkungan tektonik akan menjadikan batuan memberikan tanggapan yang beranekaragam pada reaktivasi struktur, serta (2) struktur geologi yang lebih tua yang telah terbentuk akan mempengaruhi kemampuan deformasi batuan yang lebih muda.


Berdasarkan pada peta tektonik Sumatra terdapat kurang lebih 32 gunung berapi yang tersebar di sepanjang sesar Sumatra dari ujung banda aceh sampai Bandar lampung. Sesar Sumatra ini terbentuk karena adanya zona subduksi atau penunjaman antara lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia yang menciptakan 32 gunung berapi tersebut. Selain menciptakan gunung berapi zona subduksi ini juga menciptakan sebuah palung yang di namakan palung sunda dengan kedalaman maksimum 7,725 meter.


Jika kita perhatikan pada peta gunung-gunung berapi ini hanya terbentuk di sekitar sesar Sumatra/semangko dan tidak ada di Negara lain yang terdekat seperti singapura dan Malaysia, hal ini di karenakan sifat magma yang selalu mencari celah untuk kepermukaan dan sesar Sumatra ini merupakan patahan yang memberi celah untuk magma naik kepermukaan dan terbentuklah aktivitas vulkanisme yang menciptakan gunung-gunung api tersebut.

C. Gunung Api Quarter di Sumatera

Fig. 9.1. Simplified geological map of Sumatra (modified from van Bemmelen 1949), showing the main volcanic and tectonic units, and the location of identified Quaternary centres. Numbers refer to the centres listed in Table 9.1, e.g. 01 is volcano number 0601-01 (Pulau Weh).

1. Titik nomor 01 adalah Pulau Weh (atau We). Pulau Weh adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat laut Pulau Sumatra. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen. Pulau ini terletak di Laut Andaman. Kota terbesar di Pulau Weh, Sabang, adalah kota yang terletak paling barat di Indonesia. Terdapat aktivitas fumarol.


2. Titik nomor 02 adalah Gunung Seulawah Agam. Gunung Seulawah Agam adalah sebuah gunung yang terletak di Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Gunung Seulawah Agam terbentuk akibat pertemuan lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke utara, menujam di bawah Lempeng Kerak Benua Eurasia. Akibat penujaman itu maka terjadi proses peleburan (melting) kerak Samudera Indo-Autralia menjadi magma, yang kemudian menerobos kepermukaan melewati zona lemah dan kemudian membentuk Gunung Seulawah Agam.

3. Titik nomor 03 adalah Gunung Puet Sague yang merupakan sebuah gunung berapi yang terletak di wilayah Meureudu, Sigli wilayah Pidie Provinsi Aceh. Gunung ini menjulang tinggi majemuk dengan empat buah puncak.


Gunung ini memiliki ketinggian 2780 mdpl dengan posisi geografis berada pada 4 0 - 55 1/2 0 Lintang Selatan dan 96 0 - 20 0 Bujur Timur.

4. Titik nomor 04 adalah Gunung Geureudong atau Bur ni Geureudong atau Bur ni Telong. Gunung Geureudong adalah gunung stratovolcano di Provinsi Aceh, Indonesia. Nama resmi untuk kompleks gunung berapi ini masih menjadi perdebatan, karena posisi Bur ni Geureudong dan Bur ni Telong yang berdekatan. Dua Kerucut vulkanik bernama Salah nama dan Pepanji yang merupakan bukit sedimen. Bur ni Geureudong telah mengalami longsor sejak masa Pleitosin, tapi memiliki Fumarol dan Mata air panas di bagian lereng. Bur ni Telong terletak di selatan dari Bur ni Geureundong. Bur ni Telong memiliki kawah aktif yang masih terdapat lava di bagian selatan lereng gunung.

5. Titik nomor 06 adalah Gunung Kembar yang merupakan sebuah gunung berapi Pleistosen yang terletak di bagian utara pulau Sumatra, Indonesia. Gunung ini terdapat fumarol, yang bernama Gayolesten. Gunung ini memiliki ketinggian 2,245 m (7,365 ft).

6. Titik nomor 07 adalah Gunung Sibayak yang merupakan sebuah gunung yang menghadap ke kota Berastagi di Sumatera Utara. Orang suku Karo menyebut gunung Sibayak dengan sebutuan "gunung Raja". Gunung Sibayak merupakan gunung berapi dan meletus terakhir tahun 1881. Gunung ini berada di sekitar 50 kilometer barat daya Kota Medan. Gunung ini memiliki ketinggian 2,212 m (7,257 ft).

7. Titik nomor 08 adalah Gunung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.451 meter.


Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini.

8. Titik nomor 09 adalah Danau Toba. Dabnau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.


Diperkirakan Danau Toba terbentuk saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa jumlah total material pada letusan sekitar 2.800 km3 -sekitar 2.000 km3 dari Ignimbrit yang mengalir di atas tanah, dan sekitar 800 km3 yang jatuh sebagai abu terutama ke barat. Aliran piroklastik dari letusan menghancurkan area seluas 20.000 km2, dengan deposito abu setebal 600 m dengan kawah utama.

9. Titik nomor 10 adalah Kota Tarutung adalah kota kecamatan yang merupakan ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

10. Titik nomor 11 adalah Gunung Sibualbuali yaitu gunung stratovolcano di bagian utara Sumatera, Indonesia. Gunung ini memiliki dua fumarol di lambung gunung bagian selatan. Terdapat kubah lava dari pergeseran sesar Toru-Asik. Gunung ini memiliki ketinggian 1.819 m (5.968 kaki).

11. Titik nomor 111 yaitu Gunung Lubukraya. Gunung LubukRaya adalah sebuah gunung andesit stratovolcano di Pulau Sumatera, Indonesia. Terletak di kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kawah memiliki luas yang memanjang kearah selatan dan kubah lava terdapat di bagian selatan kaki gunung. Gunung ini memiliki ketinggian 1.862 m (6.109 kaki).

12. Titik nomor 12 adalah Sorik Marapi adalah sebuah gunung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Batang Gadis, secara administratif berada di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sorik Marapi merupakan gunung berapi aktif yang berketinggian 2.145 meter. Koordinat puncak gunung adalah 0°41' 11" LS and 99° 32' 13" BT.

Di puncaknya terdapat sebuah danau vulkanik. Gunung ini tercatat pernah meletus sebanyak tujuh kali. Masing-masing pada tahun 1830, 1879, 1892, 1893, 1917, 1970, 1986 dan terakhir pada tahun 1987. Pada letusan terakhir, Sorik Marapi memuntahkan debu dan lahar panas yang mengalir sampai ke Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat.


Gunung Sorik Marapi adalah salah satu gunung yang masuk dalam kategori aktif normal, oleh karena itu gunung ini terus diamati aktifitasnya.

13. Titik nomor 13 adalah Gunung Talamau atau juga disebut Gunung Ophir yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera Barat yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman. Gunung ini memiliki ketinggian 2,920 meter dan termasuk dalam tipe gunung api tidak aktif.


Di bawah puncak gunung pada ketinggian sekitar 2.750 m, terdapat 13 telaga.

14. Titik nomor 14 adalah Gunung Marapi (juga dikenal sebagai Merapi atau Berapi). Gunung Marapi merupakan gunung berapi yang terletak di Sumatera Barat, Indonesia. Gunung ini tergolong gunung yang paling aktif di Sumatera. Terletak dalam kawasan administrasi Kabupaten Agam. Gunung ini dapat juga dilihat dari kota Bukittinggi, kota Padangpanjang dan kabupaten Tanah Datar dan memiliki ketinggian 2.891 m. Gunung Marapi sudah meletus lebih dari 50 kali sejak akhir abad 18.

15. Titik nomor 15 adalah Gunung Tandikat. Gunung ini adalah gunung api yang berdiri tegak di Dataran Tinggi Minangkabau, kira–kira 7,5 km dari kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Gunung ini membentang lebar ke arah selatan, dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Danau Maninjau. Di sisi utaranya gunung ini berdampingan dengan Gunung Singgalang, sementara sebelah timurnya merupakan gugusan pegunungan vulkanik Tersier yang sudah tua. Gunung bertipe stratovolcano ini dikenal juga dengan nama Tandikek dalam bahasa Minangkabau.


Gunung Tandikat memiliki ketinggian 2,438 m (7,999 ft). Gunung Tandikat ini juga memiliki tiga kawah yang diberi nama Kawah A, B dan K.

16. Titik nomor 16 adalah Gunung Talang (nama lainnya Salasi atau Sulasi). Gunung Talang merupakan gunung berapi yang terletak terletak di kabupaten Solok, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Gunung Talang berlokasi sekitar 9 km dari kota Arosuka ibukota kabupaten Solok, dan sekitar 40 km sebelah timur kota Padang. Gunung ini bertipe stratovolcano dengan ketinggian 2.597 m, merupakan salah satu dari gunung api aktif di Sumatera Barat, dan salah satu kawahnya menjadi sebuah danau yang disebut dengan Danau Talang. Gunung Talang sudah pernah meletus sejak tahun 1833 sampai dengan tahun 2007. Ada empat kecamatan yang warganya bermukim di sekitar kaki gunung ini, yakni kecamatan Lembah Gumanti, Danau Kembar, Gunung Talang, dan Lembang Jaya. Jumlah penduduk di empat kecamatan itu mencapai 160.000 jiwa, atau sepertiga dari jumlah penduduk kabupaten Solok. Pada 11 April 2005, Gunung Talang kembali meletus. Gempa yang diikuti bunyi gemuruh dan letusan yang mengeluarkan debu vulkanik sudah berlangsung sedikitnya 42 kali. Di Aia Batumbuak, lokasi terdekat dengan sumber letusan, hujan debu mencapai radius 5 km, sedangkan ketebalan debu di jalan mencapai 10 cm. Di sisi selatan Gunung Talang terbentuk kawah baru yang mengeluarkan asap belerang dan hujan berdebu vulkanik. Sebanyak 27.000 penduduk harus dievakuasi dari wilayah itu.

17. Titik nomor 17 adalah Gunung Kerinci. Gunung Kerinci terletak di Provinsi Jambi yang berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat, di Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang.


Puncak Gunung Kerinci berada pada ketinggian 3.805 mdpl. Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe stratovolcano yang masih aktif dan terakhir kali meletus pada tahun 2009.

18. Titik nomor 171 adalah Gunung Hutapanjang yang bertipe stratovolcano. Gunung ini berada di Sumatera, Indonesia. Gunung ini memiliki Ketinggian 2.021 m (6.630 kaki), sedikit yang diketahui tentang gunung berapi ini.

19. Titik nomor 18 adalah Gunung Sumbing. Gunung Sumbing adalah gunung api yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Tegak setinggi 3.371 meter dari permukaan laut, gunung ini terletak di tiga kabupaten Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Bersama-sama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari arah Temanggung. Tidak diketahui pasti kapan gunung ini meletus, tetapi di puncaknya terdapat kawah yang masih aktif.

20. Titik nomor 19 adalah Gunung Kunyit (Bukit Belerang). Gunung Kunyit merupakan gunung berapi stratovolcano fumarol yang terdapat di Desa Talang Kemuning, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Jambi, Sumatera, Indonesia. Puncak gunung memiliki dua kawah; dengan kawah teratas merupakan Danau kawah. Gunung ini memiliki ketinggian 2.151 m (7.057 kaki).

21. Titik nomor 20 yaitu Belirang-Beriti, yang juga ditulis Belerang-Beriti. Belirang-Beriti adalah kompleks gunung berapi yang berada di Dataran Semalako, yaitu bagian dari Bukit Barisan di barat daya Sumatera, Indonesia. Gunung ini terletak di Provinsi Sumatera Selatan dengan ketinggian 1,958 meter (6.424 kaki)., kawah gunung ini memiliki lebar 1,2 km. Usia letusan terakhir tidak diketahui, meskipun terdapat fumarol pada dinding kawahnya.

23. Titik nomor 22 yaitu Gunung Kaba yang merupakan gunung berapi yang terletak di Kabupaten Rejang Lebong , Provinsi Bengkulu. Dari Kota Curup, gunung ini berada di sebelah tenggara dengan jarak sekitar 15 km. Gunung dengan ketinggian 1.938 m dpl ini menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Puncak Gunung ini dihiasi dengan dua buah kawah yang masing-masing berwarna hijau dan putih kecoklatan.

24. Titik nomor 23 adalah Gunung Dempo (3159 mdpl) yang terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan provinsi Bengkulu tepatnya di kota dingin penghasil kopi robusta yang terkenal enak, yaitu Kota Pagaralam. Gunung Dempo terletak di kota Pagaralam, dengan jarak tempuh darat sekitar 7 jam dari Palembang, ibukota provinsi Sumatera Selatan.

25. Titik nomor 231 adalah Gunung Patah yang merupakan gunung berapi yang terletak di sebelah timur laut Gunung Dempo di Sumatera, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.817 m (9.242 kaki). Pada 1 Mei 1989 terjadi aktivitas fumarol yang terjadi di dekat puncak gunung. Lokasi pasti dari kawah dan kapan terjadinya gunung belum diketahui secara pasti.

26. Titik nomor 231 adalah Bukit Lumut Balai. Bukit Lumut Balai merupakan sebuah gunung berapi yang terkikis dan terdiri dari tiga pusat letusan, dua di Bukit Lumut dan satu di sisi utara Bukit Balai, 5 km ke timur. Aliran lava besar terjadi di sisi utara dari Bukit Balai. Bukit Lumut Balai ini bertipe stratovolcano dengan ketinggian 2055 meter.

27. Titik nomor 25 adalah Gunung Besar dan merupakan sebuah gunung berapi stratovolcano di Sumatera tenggara, Indonesia dengan ketinggian 1,899 meter. Terdapat sedikit galian belerang yang terdapat di kawah gunung berapi. Terdapat medan lahar solfatara dipanggil Marga Bayur terletak sepanjang sisi utara hingga tenggara atau sistem rekahan Semangko.

28. Titik nomor 251 adalah Danau Ranau. Danau ini adalah danau terbesar ke dua di Sumatera. Danau ini terletak di perbatasan Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan. Danau ini tercipta dari gempa besar dan letusan vulkanik dari gunung berapi yang membuat cekungan besar. Terletak pada posisi koordinat 4°51′45″LS,103°55′50″BT.


Jenis danau adalah danau tektonik / danau vulkanik dengan luas permukaan 1259 km2, kedalaman rata-rata 174 m, kedalaman 229 m, volume air 21.95 km2, dan ketinggian permukaan 540 m.


29. Titik nomor 26 adalah Gunung Sekincau. Gunung Sekincau merupakan sebuah gunung yang terletak di Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan memiliki ketinggian 1.718 m (5.636 kaki). Gunung ini memiliki dua kaldera, belirang (lebar 2 km) dan balak (lebar 2,5 km). Terdapat aktivitas fumarol pada sisi-sisi kaldera.

30. Titik nomor 27 adalah Gunung Suoh atau Gunung Suwoh. Gunung ini berketinggian 1.000 m (3.281 kaki) dan memiliki kaldera dengan lebar 16x8km yang terdapat di bagian selatan Sumatera, Indonesia.


Penurunan terjadi akibat aktivitas tektonik. Tercatat memiliki maar dan kubah lava. Terjadi letusan besar yang terjadi disebabkan gempa bumi besar pada tahun 1933.

31. Titik nomor 28 adalah Gunung Hulubelu dan merupakan sebuah gunung berapi yang terdapat di provinsi Jambi. Gunung Hulubelu memiliki ketinggian 2535 mdpl. Ada aktivitas fumarol yang terjadi di gunung ini.

32. Titik nomor 29 adalah Gunung Rajabasa. Gunung ini merupakan sebuah gunung berapi dengan kerucut vulkanik dan memiliki ketinggian 1,281 metres (4,203 ft) yang terdapat di Selat Sunda di bagian tenggara dari Sumatera, terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Memiliki puncak kawah dengan lebar 500x700 meter dengan bagian daratan berawa, gunung berapi diselimuti dengan berbagai vegetasi. Walaupun aktivitas fumarol terjadi di bagian kaki dan lereng gunung.


Terjadi kenaikan aktivitas yang dilaporkan terjadi pada April 1863 dan Mei 1892 serta tidak diketahui kapan terjadi erupsi.

33. Titik nomor 00 adalah Gunung Krakatau.. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik. Tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.


Para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883.

Kamus :


1. Fumarol


Fumarol (Latin fumus, asap) adalah lubang di dalam kerak bumi (maupun objek astronomi yang lain), yang sering terdapat di sekitar gunung berapi, yang mengeluarkan uap dan gas seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, asam hidroklorik, dan hidrogen sulfida. Nama solfatara, yang berasal dari kata solfo dari bahasa Italia, sulfur (melalui dialek Sisilia) diberikan pada fumarol yang mengeluarkan gas sulfur.


Fumarol bisa terdapat di sepanjang retakan kecil maupun rekahan yang panjang, dalam medan atau klaster yang kacau balau, dan di permukaan aliran lava serta endapan aliran piroklastik yang tebal. Lapangan fumarol merupakan suatu wilayah mata air panas dan semburan gas dimana magma atau batuan beku yang panas di kedalaman yang dangkal atau air tanah. Dari perspektifnya air tanah, fumarol bisa dideskripsikan sebagai mata air panas yang membuat air mendidih sebelum air mencapai permukaan tanah.


2. Kubah Lava (Dome Volcano)


Kadang juga disebut kubah-sumbat (plug dome), terbuat dari lava kental mengandung asam yang keluar saat terjadi letusan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah ini dapat menutup lubang pada dinding gunung, dan ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Gunung-api kubah umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk yang cembung. Ciri : Akumulasi vikositas tinggi Contoh Puncak Lassen di Sierra Nevada, dan Gunung Pelée di Martinique.

3. Kaldera


Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Ciri : Cekungan besar, Sangat eksplosit. Contoh : Gunung Bromo
4. Stratovolkano,


Ialah pegunungan (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Bentuk gunung berapi itu secara khas curam di puncak dan landai di kaki karena aliran lava yang membentuk gunung berapi itu amat kental karena banyak mengandung silika, dan begitu dingin serta mengeras sebelum menyebar jauh. Lava seperti itu dikelompokkan asam karena tingginya konsentrasi silikat.


5. Holosen


Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung mulai sekitar 10.000 tahun radiokarbon, atau kurang lebih 11.430 ± 130 tahun kalender yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM). Holosen adalah kala keempat dan terakhir dari periode Neogen. Namanya berasal dari bahasa Yunani á½…λος ("holos") yang berarti keseluruhan dan καινή ("kai-ne") yang berarti baru atau terakhir. Kala ini kadang disebut juga sebagai "Kala Alluvium".


6. Pleistosen


Pleistosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Namanya berasal dari bahasa Yunani πλεá¿–στος (pleistos, "paling") dan καινÏŒς (kainos, "baru"). Pleistosen mengikuti Pliosen dan diikuti oleh Holosen dan merupakan kala ketiga pada periode Neogen. Akhir Pleistosen berhubungan dengan akhir Zaman Paleolitikum yang dikenal dalam arkeologi.


Pleistosen dibagi menjadi Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir, dan beberapa tahap fauna.


7. Supervulkan


Supervulkan adalah vulkan atau gunung berapi yang mampu menghasilkan letusan vulkanis dengan ejekta lebih besar dari 1.000 kilometer kubik, yang lebih besar dari peristiwa vulkanis manapun dalam sejarah. Supervulkan dapat terjadi ketika magma di Bumi naik ke kerak tetapi tidak mampu melewati kerak. Meningkatnya tekanan membuat kerak tidak dapat menahan tekanan. Supervolcano juga dapat membentuk batas lempeng konvergen (contohnya Toba).


8. Busur Sunda adalah sebuah celah vulkanik yang membuat adanya pulau Sumatera, Jawa, selat Sunda dan kepulauan Nusa Tenggara. Rantai gunung berapi membentuk punggung topografi di pulau-pulau tersebut. Celah tersebut menandai batas konvergen aktif antara lempengan Eurasia Timur dengan lempengan India dan lempengan Australia.


Busur Sunda adalah tempat dari gunung berapi yang paling berbahaya. Letusan gunung Tambora di pulau Sumbawa merupakan letusan paling besar. Di zona ini pula, gunung berapi meletus yang membentuk danau Toba yang merupakan letusan terbesar dalam dunia sejarah. Suara terbesar yang terdengar dalam sejarah, yaitu suara letusan Krakatau tahun 1883 terdengar 3.000 mil jauhnya.


REFERENSI


1. A. J. Barber, M. J. Crow and J. S. Milsom. 2005. Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution. Vol 134-140. The Geological Society. London. Di akses pada tanggal 1 Oktober 2015, dari www.univpgri-palembang.ac.id.

2. Gempa Padang.(2011, 15 Februari). Mengapa sumbar rawan gempa ?. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2015, dari gempapadang.wordpress.com.


3. Rahmat Triyono.2015.Perkuat Mitigasi, Sadar Evakuasi Mandiri Dalam Menghadapi Bencana Tsunami, hal 2. BMKG. (diakses pada tanggal 1 Oktober 2015).


4. Wikipedia. ( 24 Juni 2014). Daftar gunung di Sumatera. Diakses pada tanggal 29 September 2015, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gunung_di_Sumatera.


5. Windha franatha. 2015. Tipe- tipe Gunung api. Diakses pada tanggal 29 September 2015, dari https://www.academia.edu/4616663/Tipe_Gunung_api_berdasarkan_Morfologi_nya.

 

 

 

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong