PERSEBARAN GUNUNG API AKTIF DI PULAU SULAWESI
Tugas : Geologi Indonesia
PERSEBARAN GUNUNG API AKTIF DI PULAU SULAWESI
Oleh :
Kelompok IV
1. Jasmin Hamzah
2. M. Zulkarnain Ismail
3. Fatmawati Mauntie
4. Ramlawati Hasan
Dosen Pengampu :
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GORONTALO
2015
Persebaran Gunung Api Aktif di Pulau Sulawesi
1. Nama-Nama Gunung Api aktif di Pulau Sulawesi
Keterangan :
a. Gunung Colo
Colo adalah sebuah gunung berapi kerucut di Indonesia. Gunung ini berada di sebuah pulau kecil di tengah Teluk Tomini, bagian utara Sulawesi.
b. Gunung Soputan
Gunung Soputan adalah gunung berapi yang terletak di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Gunung ini terbentuk pada masa Kuarterner di tepi selatan kaldera Tondano, dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Sulawesi. Tercatat telah terjadi letusan yang cukup sering dalam rentang waktu beberapa tahun sekali.
c. Gunung Sempu
Gunung Sempu adalah gunung di lengan utara Sulawesi, Indonesia, yang memiliki kaldera selebar 3 km. Sebuah maar bernama Kawah Masem terbentuk di barat daya kaldera dan di dalamnya terdapat danau kawah. Endapan belerang telah ditambang dari maar ini sejak tahun 1938. Catatan sejarah gunung berapi ini tidak diketahui
d. Gunung Tondano
Gunung Tondano adalah gunung yang terletak di Sulawesi Utara Indonesia yang memiliki kawah dengan lebar 20 x 30 km yang terbentuk oleh letusan besar pada kala akhir Miosen atau awal Pliosen. Kerucut vulkanik, aliran obsidian, dan area geothermal diketahui terjadi di kaldera. Danau Tondano terletak di tepi timur kaldera.
Gunung Tondano memiliki beberapa gunung api somma yang terbentuk sepanjang tepian kaldera yaitu Soputan, Lokon-Empung, Mahawu, dan Sempu. Dalam wilayah kaldera Tondano juga terdapat kaldera Pangolombian berukuran 5 x 3.5 km yang terbentuk dari letusan gunung api somma.
e. Gunung Lokon
Gunung Lokon adalah sebuah gunung di dekat Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 1.580 m dari permukaan laut.
Puncak gunung Lokon berjarak sekitar 5.300 meter di sebelah barat laut dari Kota Tomohon dan sekita 6.700 meter di sebelah barat daya dari kota kecamatan Pineleng. Dari ibukota provinsi Manado jaraknya hanya sekitar 20 kilometer di barat daya kota.
Beberapa peristiwa meletusnya gunung ini yang bisa terekam dalam masa kini diantaranya:
1951 Terjadi letusan pada tahun ini yang tidak sehebat letusan tahun 1991 dan 2011.
1991 Gunung Lokon pada Oktober 1991 pernah meletus yang menimbulkan kerugian material mencapai Rp 1 miliar. Ribuan jiwa penduduk di Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor, ketika itu setempat diungsikan besar-besar ke sejumlah daerah yang dinilai tidak rawan karena atap ribuan rumah penduduk hancur dihantam batu dan debu setebal 15 sampai 20 cm. Dalam musibah tersebut, seorang wisatawan asal Swiss, Vivian Clavel yang berkunjung saat terjadi letusan hebat itu tidak dapat ditemukan. Ia dipastikan tewas tertimbun longsoran lahar dingin.
2001 Waktu meletus pada 2001, sebagian wilayah Kota Manado yang berjarak sekitar 25 Km dari gunung itu, ditutupi hujan debu yang mengguyur disebabkan karena tiupan angin. Material debu yang dikeluarkan dari kawah gunung api ini berbentuk lava pijar dan ketinggiannya diperkirakan mencapai 400 meter. Letusan ini tidak sebesar letusan tahun 1991.
2011 Gunung Lokon mulai menunjukkan aktivitas sejak 18 Juni 2011.
Minggu, 10 Juli 2011 status gunung ini telah ditingkatkan dari Siaga menjadi Awas oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.
Pada Kamis, 14 Juli 2011 pukul 22:45 WITA gunung Lokon di kawah Tompaluan meletus dengan lontaran material pijar, pasir, dan hujan abu setinggi sekitar 1.500 meter. Selanjutnya, letusan kembali terjadi pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.30 Wita dengan lontaran material vulkanik setinggi 600 meter. Letusan ini mengakibatkan lebih dari 10.000 warga di beberapa desa, di antaranya Kinilow, Tinoor, dan Kakaskasen mengungsi ke Tomohon atau Manado. Sedikitnya dalam sehari setelah letusan telah dua warga meninggal sebagai akibat tidak langsung dari letusan.
f. Gunung Mahawu
Gunung Mahawu adalah gunung berapi stratovolcano yang terletak di timur gunung berapi Gunung Lokon-Gunung Empung di Sulawesi Utara, Indonesia. Sementara di kejauhan nampak Pulau Manado Tua dan pulau-pulau di sekitarnya seolah terapung di laut Sulawesi yang sangat luas. Gunung Mahawu memiliki lebar 180 meter dengan kedalaman kawah 140 meter dan memiliki dua kerucut piroklastik di lereng utara, sedang tingginya mencapai 1.311 m dpl.
Orang Minahasa menamai mahawu pada gunung ini karena sering mengeluarkan abu. Selain menyebutnya dengan mahawu, gunung ini juga disebut gunung Roemengas. Gunung ini pernah mengeluarkan letusan kecil pada tahun 1789. Kemudian tahun 1994, gunung mahawu juga mengeluarkan letupan lumpur fumarol dan aktivitas geyser terjadi sepanjang danau kawah yang berwarna kehijau-hijauan dan terakhir pada tahun 1999. Walau sudah tidak aktif, namun aroma bau belerang yang dibawa angin masih jelas tercium. Danau kawah gunung ini kini berukuran kecil karena sebagian pinggirnya sudah mengering.
g. Gunung Tangkoko
Gunung Tangkoko adalah gunung stratovolcano di Sulawesi Utara, Indonesia. Puncak gunung memiliki kawah vulkanik. Di lereng timur terdapat kubah lava Batu Angus. Berdasarkan catatan sejarah, letusan terjadi hanya sekali ketika abad kesembilan belas.
h. Gunung Klabat
Gunung Klabat merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara. Puncak ketinggiannya mencapai sekitar 2100 meter. Gunung ini oleh masyarakat Tonsea (Minahasa Utara) disebut juga Gunung Tamporok. Gunung ini merupakan obyek wisata alam dan dapat ditelusuri mulai dari Airmadidi (Ibu Kota Kabupaten Minahasa Utara). Gunung ini merupakan gunung api yang tidak aktif lagi.
i. Gunung Ruang
Gunung Ruang adalah gunung stratovolcano yang terletak di Kepulauan Sangihe. Puncak gunung terdapat kubah lava. Letusan pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1808.
j. Gunung Karangetang
Gunung Karangetang (dikenal juga dengan nama Api Siau) adalah gunung berapi yang terletak di bagian utara Sulawesi Utara, Indonesia tepatnya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Gunung Karangetang adalah salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia dengan letusan sebanyak lebih dari 40 kali sejak 1675 serta banyak letusan kecil yang tidak terdokumentasi pada catatan sejarah. Gunung ini merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Pada letusan gunung Karangetang tahun 1997 menewaskan 3 orang.
Pada bulan Agustus 2007 terjadi letusan yang memaksa dilakukannya evakuasi dari sekitar gunung berapi.
k. Gunung Banua Wuhu
Gunung Banua Wuhu adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 400 meter, atau setara dengan 1312 kaki. Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Banua Wuhu ini berada di wilayah Asia, tepatnya di Kepulauan Sangihe, dekat Pulau Mahengetang; Gunung Berapi Bawah Laut; Ketinggian sekitar kurang lebih 400 meter dari dasar laut.
l. Gunung Awu
Gunung Awu adalah gunung dengan jenis stratovolcano yang terletak di Kepulauan Sangihe. Letusan besar terjadi pada tahun-tahun 1711, 1812, 1856, 1892 and 1966 yang menyebabkan lebih 8000 orang tewas akibat letusan gunung Awu.
m. Gunung Submarine
Gunung Submarine 1922 memiliki lokasi geografi antara 40 dan 60 LU serta antara 1240 dan 1260 BT. Gunung ini berada di Kabupaten Sangir, Provinsi Sulawesi Utara, berdekatan dengan Kota Tahuna. Submarine 1922 merupakan Gunungapi di bawah laut.
2. Jalur Gempa di Sulawesi
Selama ini, media lokal begitu sering membicarakan kejedian bencana di wilayah Pulau Jawa dan Sumatera. Nyatanya memang kejadian bencana mematikan di negeri ini rutinnya terjadi di dua pulau utama itu. Namun, fakta menunjukkan bahwa Indonesia dikelilingi oleh sedikitnya tiga lempeng aktif yang terus bergerak di bawah permukaan negeri. Lempeng-lempeng bumi tersebut tak hanya menjajar dari Sumatera dan Jawa saja. Patahan lempeng Indo-Australia dan Eurasia bergerak terus ke timur hingga “Kepala Burung” Papua dan membelok ke Utara ke arah Maluku, dan Sulawesi.
Pulau Sulawesi, pusat peradaban Indonesia Timur. Gerbang utama modernitas di wilayah Indonesia bagian timur. Secara geologis nyatanya memang pulau Sulawesi memiliki bentuk muka bumi yang berbukit, banyak dataran tinggi, dan gunung berapi. Gunung Soputan, Sempu, Tondano, Lokon, Mahawu, Klabat, dan Karangetangadalah sebagian nama gunung berapi aktif yang berada di bentangan alam Pulau Sulawesi. (Global Volcanism Program).
Jejeran gunung dan bentangan alam di wilayah Sulawesi tersebut menjadi bukti nyata, Pulau Sulawesi merupakan pulau yang berada di atas sesar aktif lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Kota Palu, di Sulawesi Tengah menjadi salah satu Kota yang amat rentan akan ancaman bencana gempa bumi. Catatan terakhir pada 2006, Kota Palu dan sekitarnya diguncang gempa bumi dengan kekuatan 6.3 pada skala richter. Lokasinya berapa pada 40 km barat daya kota Palu dengan kedalaman gempa yang dangkal, sekitar 10 km.
Belum beberapa lama pula, 2011 silam, Kota Palu kembali digoyang oleh pergerakan patahan lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Kala itu, BMKG mencatat bencana gempa bumi sebesar 5.1 skala richter pada kedalaman 23 kilometer di bawah permukaan bumi
Wilayah Sulawesi Tengah hingga Selatan memang terbentuk oleh pergerakan aktivitas seismik yang aktif. Berdasar pada catatan penulis yang disadur dari berbagai sumber, sedikitnya ada tiga sesar atau patahan yang akan memantik ancaman bencana alam gempa bumi di sekitar wilayah Kota Palu hingga Sulawesi Selatan.
Pertama adalah Sesar Palu Koro, patahan ini menjalar dari Palu melalui Sulawesi Selatan bagian utara menuju Selatan Bone hingga ke Laut Banda
Lalu yang kedua adalah sesar Saddang, yang bergaris dari pesisir pantai Mamuju Sulawesi Barat memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian Tengah lalu Sulawesi Selatan bagian Selatan, kota Bulukumba hingga ke Pulau Selayar bagian Timur.
Ada pula sesar Parit-parit yang garis patahannya berawal dari laut Makassar Selatan dan laut Bone. Masih banyak lagi patahan kecil yang berada di laut, dan darat Sulawesi. Di permukaan bumi, patahan sesar ini membentuk garis Sungai maupun bukit dan gunung yang menjajar di wilayah Sulawesi Tengah hingga Sulawesi Selatan.
3. Potensi Gempa Dan Tsunami
Letak Pulau Sulawesi dalam tatanan tektonik global berada pada daerah pertemuan tiga lempeng bumi yang saling berinteraksi satu sama lain dan merupakan zona gesekan/suture antara lempeng makro Indonesia barat dengan lempeng mikro Indonesia timur. Kondisi inilah yang menyebabkan Sulawesi sangat potensial terhadap bencana alam geologi terutama gempa dan tsunami.
Pulau Sulawesi, walaupun merupakan lempeng mikro yang sifat gempanya lebih kecil dibanding Indonesia barat (lempeng makro), namun sebenarnya Pulau Sulawesi tersebut diapit oleh lempeng – lempeng besar seperti lempeng Australia, Pasifik, Asia dan Laut Sulawesi, sehingga ancaman akan bencana gempa dan tsunami tetap berpotensi besar.
a. Gempa Bumi
Gempabumi adalah suatu sentakan yang disebabkan oleh pelepasan energi yang bersumber dari dalam bumi kemudian merambat ke permukaan, getarannya dapat dirasakan langsung oleh manusia ataupun melalui pencatat gempa (seismograf). Secara umum, gempabumi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pergerakan lempeng bumi yang menimbulkan gempa tektonik, letusan gunungapi menghasilkan gempa gunungapi dan runtuhan lapisan batuan yang disebut gempa runtuhan.
Dari sisi lain berdasarkan kedalaman fokus gempa, dikenal ada tiga jenis gempa yaitu gempa dangkal dengan fokus gempa lebih kecil dari 60 km, gempa menengah fokus gempa antara 60 – 300 km dan gempa dalam fokus gempanya lebih besar dari 300 km.
Jenis gempa yang terjadi di kawasan Sulawesi berupa gempa tektonik dan hanya pada daerah utara (Manado dan sekitarnya ) sebagai busur gunungapi aktif dapat terjadi gempa gunungapi.
Lokasi-lokasi atau titik gempa pada umumnya bergenerasi pada daerah persinggungan dan perpotongan patahan atau daerah tumbukan lempeng, dimana pada daerah ini lempeng – lempeng bumi saling berinteraksi dan saling menghalang – halangi laju pergerakannya sehingga dapat menampung dan melepaskan energi dalam bentuk gempa bumi.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka daerah yang berpotensi terjadi gempa adalah sepanjang jalur patahan Walanae. Patahan Palu-Koro, Matano-Lawanoppo, Kolaka-Teluk Bone, Paternoster Selat Makassar dan sekitarnya, Gorontalo dan Manado serta jalur patahan Batui-Balantak-Sorong.
Daerah – daerah yang berpotensi terjadi gempa ditunjukkan dalam gambar 3 dan 4 pada peta gempabumi kawasan Sulawesi.
b. Tsunami
Secara harfiah, tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu tsu berarti pelabuhan dan nami adalah gelombang laut. Jadi tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi bawah laut, letusan gunungapi bawah laut, longsoran bawah laut, dan jatuhnya meteorit di laut. Dapat menggerakkan seluruh massa air laut dengan periode gelombang panjang, tinggi dapat mencapai 50 m dan kecepatan mencapai 400 – 1000 km/jam.
Pulau Sulawesi yang terletak pada gugusan lempeng – lempeng mikro akan mengalami tsunami tidak sebesar wilayah Indonesia barat yang sifatnya lempeng makro, namun yang perlu diwaspadai adalah dampak pergerakan lempeng makro Australia dari selatan dan Pasifik dari timur dapat menghasilkan tsunami lebih besar.
Jenis gempabumi yang berpotensi menimbulkan tsunami yaitu berfokus di dasar laut dengan sifat dan kondisi perairan antara lain :
- - Kekuatan gempa diatas 6 SR.
- - Gempa dangkal yaitu kedalaman lebih kecil dari 60 km.
- - Kedalaman air yang cukup ( 500 – 5000 m).
- - Letak fokus gempa baerada pada bagian luar tebing laut yang curam terhadap daratan (luar zona subduksi), atau pada tebing – tebing patahan dasar laut.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka ada beberapa lokasi gempa di kawasan Laut Sulawesi yang berpotensi terjadinya tsunami dengan topografi dasar laut – pantai yang curam seperti daerah Majene – Mamuju akibat pengaruh gempa yang terjadi di daerah perpotongan patahan Paternoster dengan patahan naik Selat Makassar, daerah Palu hingga Toli-toli oleh perpotongan patahan Palu-Koro dengan patahan naik Selat Makassar, Gorontalo oleh perpotongan patahan Gorontalo dengan subduksi lempeng Laut Sulawesi, Luwuk-Banggai oleh perpotongan patahan Gorontalo dengan patahan Sorong atau subduksi lempeng Laut Maluku, Kendari-Wawoni-Buton oleh perpotongan patahan Lawanoppo dengan thrust Wawoni, ujung selatan Sulawesi Selatan sebagai imbas dari tsunami Laut Flores dari hasil perpotongan patahan Walanae-Palu-Koro dengan patahan Flores, dan Siwa-Palopo oleh perpotongan patahan Kolaka dengan Palu-Koro.
Daerah-daerah yang pernah dilanda tsunami sejak tahun tahun 1967 yaitu Majene-Pinrang tahun 1967, Mamuju tahun 1969, Palu tahun 1968, Donggala tahun 1996, Toli-toli tahun 2000 dan Luwuk-Banggai tahun 1999 dan 2000.
REFERENSI
1. Admin. (01/06/2015). Ini Jalur Gempa Bumi di Sulawesi yang Harus di Waspadai. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, dari http://blog.act.id/ini-jalur-gempa-bumi-di-sulawesi-yang-harus-di-waspadai/.
2. Arzu Mahapati. (2011, 3 Juni ). Peta Sulawesi. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, dari http://arzumahapati.blogspot.co.id/2011/06/peta-sulawesi.html.
3. Kaharuddin, M.S., Hutagalung Ronald., Nurhamdan. 2011. Perkembangan Tektonik Dan Implikasinya Terhadap Potensi Gempa Dan Tsunami DiKawasan Pulau Sulawesi. The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/22/Tektonik%20Tsunami%20SULAWESI.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober 2015.
4. Wikipedia. (29 September 2015). Sulawesi dan Kepulauan Sangihe. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gunung_berapi_di_Indonesia.
5. Wikipedia. (2014, 16 Februari). Map indonesia volcanoes. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Map_indonesia_volcanoes.gif