GUNUNG API AKTIF DI PULAU NTT
Tugas : Geologi Indonesia
GUNUNG API AKTIF DI PULAU NTT
Oleh :
Kelompok IV
1. Jasmin Hamzah
2. M. Zulkarnain Ismail
3. Fatmawati Mauntie
4. Ramlawati Hasan
Dosen Pengampu :
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GORONTALO
2015
A. Gunung Api Yang Aktif di NTT
Gunung skala besar, di antaranya Gunung Sirung di Kabupaten Alor, Gunung Lewotobi laki-laki dan perempuan di Flores Timur, Gunung Ile Ape dan Gunung Lewotolok di Lembata, Gunung Ranaka dan Gunung Anak Ranaka di Manggarai, Gunung Ine Rie dan Gunung Ebulobo di Ngada, serta Gunung Rokatenda di Sikka. Sedangkan yang berskala kecil, antara lain Gunung Kabah di Kabupaten Lembata. Gunung-gunung aktif tersebut, Tiny menambahkan, masih dalam pantauan BPBD NTT, untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu aktivitasnya menunjukkan peningkatan. Sejak 2011 hingga 2012, sudah beberapa gunung yang menunjukkan peningkatan aktivitas, seperti Gunung Ranaka, Lewotobi, Lewotolok, Sirung, dan terakhir Gunung Rokatenda, yang telah mengeluarkan api di puncak gunung dan memuntahkan awan panas ke permukiman warga.
1. Gunung Sirung
Gunung Sirung adalah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Pantar yang terletak di Kepulauan Alor yang berada di timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tipe Gunungapi Strato dengan kaldera berdanau, Ketinggian 862 m di atas permukaan laut. Lereng Gunung Sirung dapat dicapai dengan mudah dari desa di Kakamauta. Dalam kawah Gunung Sirung terdapat sulfur di Danau kawah dan mengeluarkan sulfur dari lubang-lubang gunung. Letusan terakhir terjadi tahun 1970 dan secara teratur mengeluarkan gas dan asap yang berlangsung sejak tahun 2004.
2. Gunung Batutara
Gunung Batutara adalah gunung dengan jenis stratovolcano yang terletak di pulau Lembata di laut Flores. Berbagai jenis vegetasi menghiasi gunung Batutara. Letusan pertama yang diketahui terjadi pada tahun 1852 dengan menyemburkan lava. Letusan terakhir dari gunung Batutara terjadi pada tahun 2007. Gunung Batutara juga merupakan sebuah gunung berapi aktif yang berlokasi di Pulau Komba, sebuah pulau kecil tak berpenduduk. Pulau yang berjarak 48 kilometer dari Pulau Lembata itu lebih dikenal dengan nama Pulau Batutara. Secara administratif, Pulau Komba masuk dalam wilayah Kabupaten Lembata dan berada di posisi 7°47’30” LS dan 123°34’45” BT. Ketinggian 748 m.
3. Gunung Ile Lewotolo
Gunung Lewotolo adalah gunung stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau Lembata. Gunung ini dengan ketinggian 1.450 mdpl.
4.Gunung Ile werung
Gunung Ile Werung di Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), statusnya dinaikan dari normal ke waspada, yang membutuhkan perhatian masyarakat setempat, menyusul adanya peningkatan aktivitas gunung berapi itu. Gunung api ini bertipe Strato, Posisi : 8032’24”LS ,123035’248”BT, Tinggi : 1018 M dml
5. Gunung Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan
Tinggi Gunung Lewotobi Laki-Laki 1.584 meter diatas permukaan laut (mdpl) berdampingan dengan Gunung Lewotobi Perempuan dengan ketinggian 1.703 mdpl di bagian selatan yang berstatus waspada sejak 30 September 2013 lalu. Secara umum, gunungapi Lewotobi merupakan salah satu gunung api strato tipe andesitik yang terletak di bagian timur Pulau Flores.
Di Kecamatan Ile Bura, Flores Timur, NTT terdapat sepasang gunung berapi suami-isteri. Penduduk setempat menamakannya Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan. Yang Laki-laki puncaknya diselimuti awan putih dan berdiri tegak menonjol seperti alat vitalnya kaum lelaki. Mungkin lantaran ciri tersebut, maka gunung ini diberi nama Lewotobi Laki-laki. Di sampingnya, lebih kurang 2 km, berdiri dengan anggunnya sang isteri, Lewotobi Perempuan. Sang isteri memiliki puncak yang lebih landai, dan lebih cool alias tidak sering mengamuk dan memuntahkan lahar panasnya.
Konon, muncratan Lahar dari kepundan Lewotobi Laki-laki sangat banyak dan dalam radius yang sangat jauh. Sementara muncratan lahar dari kepundan Lewotobi Perempuan lebih sedikit dan itu pun hanya membasahi punggungnya dan paling banter membasahi punggung Lewotobi Laki-laki. Barangkali karena perbedaan tekanan atau perbedaan bentuk kepundan atau faktor lainnya. Menurut penduduk sekitar, Lewotobi laki-laki masih suka 'mengamuk' alias masih aktif. Sedangkan Lewotobi Perempuan sudah "jinak" alias tidak aktif lagi. Meskipun demikian, sang ‘isteri’ Lewotobi Perempuan kadang terbangun juga ketika sang ‘suami’ Lewotobi Laki-laki mengerang lalu memuntahkan laharnya, membasahi permukaan bumi dengan lahar dan lavanya serta menggoyang dunia dengan gempanya.
Dalam volcano.si.edu, meskipun sang isteri memilik ketinggian 1.703 meter dengan diameter kawah kepundan mencapai 700 meter, gunung ini tercatat hanya meletus sebanyak 2 kali. Sementara sang suami, Lewotobi Laki-laki tercatat aktif dan mengamuk paling tidak sampai tujuh kali seperti yang tercatat dalam website volcanolive.com. Tahun 1932, terjadi letusan gas dan 1933 terjadi lagi letusan abu. Enam tahun kemudian, yakni tahun 1939, Lewotobi Laki-laki kembali memuntahkan laharnya. Setelah itu, sang suami pun tertidur untuk kemudian tegang lagi dan memuncratkan lava pijarnya lagi di tahun 1991 dan 1999. Abu beterbangan hingga radius 8km, bahkan sampai mengotori jemuran ibu-ibu di desa yang berdekatan dengan dua gunung kembar beda kelamin ini. seolah tidak puas dengan muncratannya, sang suami pun kembali menyemburkan abu vulkaniknya di tahun 2002 hingga 2003 sampai pihak jawatan vulkanologi menyatakan bahwa aktivitas seismik Lewotobi berakhir bulan September 2003. Saat ini, sepasang kekasih ini mungkin ingin menikmati kemesraan mereka berdua saja atau sedang tidur nyenyak dalam buaian lagu ‘Balenagi’. Semoga mereka tidak terusik lagi, sehingga tidur dalam keabadian.
6. Gunung Ile Boleng
Gunung Boleng atau yang biasa disebut dengan nama Ile Boleng merupakan satu-satunya Gunung di pulau Adonara, dengan ketinggian 1.659 m (5.443 kaki)..Ile Boleng menjadi gunung terfavorit bagi para pendaki dan pencinta alam di Flores Timur, khususnya Adonara. Tipe Gunung api berbentuk strato
7. Gunung Hobal
Gunung Hobal merupakan gunungapi bawah laut, secara geografis terletak pada posisi 08022’26” LS dan 123035’26” BT dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Atedai Kabupaten Flores bagian timur Nusa Tenggara Timur (Pulau Lembata). Sampai saat ini ketinggian Gunung Hobal belum diketahui dan sejarah letusannya juga belum pernah tercatat.
8. Gunung Egon
Gunung Egon adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki tinggi 1.703 meter dari permukaan laut atau setara dengan 5587 kaki. Egon kembali aktif pada 2006 setelah vakum selama 75 tahun. Egon tercatat meletus dahsyat pada 1925. Gunung Egon bertipe Strato secara geografis terletak pada posisi 8040’ LS dan 122027’ BT dan secara administratif berada di wilayah Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
9. Gunung Rokatenda
Gunung Rokatenda, atau juga disebut Gunung Paluweh, adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Pulau Palu'e, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung yang bertipe strato ini merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palu'e dengan ketinggian 875 meter. Gunung ini secara geografis terletak di koordinat 121° 42' bujur timur and 8° 19' lintang selatan.
Letusan terhebat terjadi pada 4 Agustus - 25 September 1928, yang sebagian besar terjadi karena tsunami menyusul gempa vulkanik. Penduduk Palu'e saat itu sebanyak 266 jiwa. Letusan kembali terjadi pada tanggal 23 Maret 1985 dengan embusan abu mencapai 2 km dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Lokasi letusan berada di lereng tubuh kubah lava tahun 1981, sebelah barat laut dengan ukuran lubang letusan 30 x 40 meter. Tidak ada korban jiwa dalam letusan tersebut. Pada tanggal 16 Januari 2005, Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya sehingga status siaga ditetapkan. Pada 10 Agustus 2013, Gunung Rokatenda kembali meletus. 8 orang meninggal sementara 3000 orang dievakuasi.
10. Gunung Ine Lika
Gunung Inielika atau Inelika merupakan gunung bertipe Strato dengan tiga kawah yaitu: Wolo Inelika, Wono Lego, Wolo Rumu secara geografis terletak pada posisi 8o 44’ 00,84” LS dan 120o 58’ 01,14” BT dan termasuk di wilayah Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Puncak Gunung Inielika terletak pada ketinggian 1.559 m dpl dengan kota terdekat adalah Bajawa dan pos pengamatannya ada di Ngelapadi, Desa Wololika, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada – NTT pada posisi geografis : 08o 44’ 15,19” LS – 121o 00’ 40,69” BT .
11. Gunung Ine Ria
Gunung Inerie atau disebut juga Ineri atau Rokkapiek merupakan gunung api tipe Strato dengan bentuk kerucut sempurna secara geografis terletak pada posisi 08o 53’ LS dan 120o 57’ BT dan secara administratif berada di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Puncak Gunung Inerie terletak pada ketinggian 2.245 mdpl dengan kota terdekat adalah Bajawa dan pos pengamatannya terletak di Jl. Raya Bajawa – Ende, Desa Bomari, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur pada posisi geografis : 08o 48’ 26,40” LS dan 120o 58’ 37,50” BT
12. Gunung Anak Ranaka
LOKASI GEOGRAFI 8°36'22" LS dan 120°32'13" BT, Ketinggian ± 2247,5 m dpl, Tipe Gunung Api Strato.
Gunung Anak Ranaka meletus pertama kali pada 22 Desember 1987. Letusan pertama menimbulkan asap dengan ketinggian mencapai 3.000-4.000 meter dari titik letusan. Hujan abu tebal turun di sekitar kawah letusan dan sebagian kecil menyebar ke arah timur hingga ke Rana Mese sejauh 3 kilometer. Pada letusan kedua, 11 Januari 1988, tinggi asap sekitar 8.000 meter disertai luncuran awan panas dan guguran lava pijar menuju hulu Wae Reno dan Wae Teko.
13.Gunung Ebulobo
Gunung Ebulobo, juga dikenal sebagai Emburombu atau Puncak Nage Keo, adalah gunung stratovolcano yang terletak bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung Ebulobo menjulang di atas Kecamatan Boa Wae, yang terletak di bawah lereng barat laut gunung tersebut. Bentuk gunung simetris dengan ketinggian 2124 m, dengan bagian atas kubah lava berbentuk datar. Sejarah letusannya, yang tercatat sejak 1830, antara lain berupa lelehan lava di lereng utara serta letusan-letusan eksplosif pada puncak kawahnya.
B. Peta Seismitas NTT
Gempabumi dalam di NTT terjadi pada sistem subduksi dalam. Pada peta seismisitas tampak sebaran hiposenter gempabumi dalam ini terkonsentrasi di Laut Flores. Adapun gempabumi
Flores Timur M=7,1 yang terjadi kemarin merupakan manifestasi pelepasan energy di zona subduksi dalam. Aktivitas gempabumi dalam selama ini tidak membahayakan kehidupan manusia, karena sifatnya yang tidak destruktif. Namun demikian, pada peristiwa gempabumi dalam dengan magnitudo cukup besar dapat menimbulkan getaran gempabumi dengan spektrum yang sangat luas. Seperti halnya pada peristiwa gempabumi Flores Timur ini, getarannya dapat dirasakan hingga Pulau Bali dan Pulau Alor di ujung timur NTT.
Proses terjadinya gempabumi dalam hingga saat ini masih mengundang banyak tanda tanya bagi para ahli seismologi. Namun demikian, ada teori yang menjelaskan bahwa proses terjadinya gempabumi dalam juga dipengaruhi oleh perubahan sifat kimia batuan, pada suhu dan tekanan tertentu. Namun demikian ada juga dugaan bahwa slab pada kedalaman sekitar 410 kilometer akan terjadi fenomena gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah) dan di sekitar kedalaman di atas 600 kilometer terjadi gaya apung yang menahan slab ke atas.
Sehingga jika ditinjau berdasakan kedalamannya, gempabumi NTT 27 Februari 2015 kemarin tampaknya terletak di zona transisi mantel pada kedalaman 410 hingga 600 kilometer. Zona ini populer disebut sebagai Mantle Transition Zone (MTZ). Aktivitas seismik di zona ini masih dipengaruhi oleh gaya slab pull, artinya di sini masih ada dominasi faktor tarikan gaya gravitasi. Sehingga cukup masuk akal jika mekanisme sumber gempabuminya yang terjadi ada dominasi penyesaran turun.
Peristiwa gempabumi Flores Timur memiliki karakteristik guncangan yang unik. Gempabumi yang episenternya dekat dengan kota Larantuka ini, justru membuat warga Larantuka tidak merasakan adanya guncangan gempabumi. Guncangan yang kuat justru dirasakan di Kupang yang letaknya jauh di selatan Larantuka.
Guncangan kuat di Kupang dapat dijelaskan melalui proses propagasi gelombang seismik. Salah satu karakteristik gempabumi dalam adalah gelombang permukaannya (surface wave) yang kurang signifikan. Gelombang permukaan dari gempabumi ini cepat tereduksi. Sementara, gempabumi dalam lebih menghasilkan gelombang badan (body wave). Pada kasus gempabumi dalam, gelombang seismik cenderung terpropagasi melalui slab lempeng tektonik yang menyusup ke bawah busur kepulauan NTT, dan tidak terpropagasi langsung tegak lurus ke permukaan.
Energi yang terpancar dalam arah tegak lurus ke atas akan lebih banyak teredam oleh material cair di astenosfera sehingga efek gempabumi akan menjadi kecil di Larantuka. Dalam hal ini dampak gempabumi tidak memiliki kaitan dengan dekatnya jarak tempat dengan hiposenter, tetapi justru dekatnya jarak dengan slab lempeng tektonik di NTT bagian selatan, seperti di Kupang yang dekat dengan zona subduksi.
Aktivitas gempabumi dalam yang kuat dapat memicu terjadinya gempabumi lain di lajur subduksi yang lebih dangkal. Jika kita tinjau kaitan antara teori ini dengan peristiwa gempabumi NTT 27 Februari 2015, maka dalam waktu kurang dari 24 jam, telah terjadi lagi gempabumi Bima dengan magnitudo M=5,0 pada kedalaman 114 kilometer. Apakah kedua peristiwa gempabumi yang lokasinya relatif berdekatan ini memiliki memiliki kaitan yang kuat? Tampaknya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Aktifnya gempabumi dalam di Laut Flores menjadi petunjuk bagi kita bahwa ternyata proses subduksi dalam di NTT masih berlangsung. Fenomena ini tampak dengan jelas teramati pada penampang hiposenter gempabumi di NTT, dimana aktivitas seismik yang berkaitan subdukdi lempeng, tampak semakin ke arah utara hiposenternya semakin dalam.
REFERENSI
1. Anonim. (19 Maret 2015). Jelang Paskah Status Gunung Lewotobi di Flotim Menjadi Waspada. Diakses pada tanggal 3 November 2015. Dari http://www.beritasatu.com/nasional/258631-jelang-paskah-status-gunung-lewotobi-di-flotim-menjadi-waspada.html
2. Anonim. (4 januari 2012). Gunung Lewotolok di NTT Siap Meletus. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015. Dari http://emilu.tempo.co/read/news/2012/01/04/058375300/Gunung-Lewotolok-di-NTT-Siap-Meletus
3. Anonim. ( 20 agustus 2010) Gunung Hobalg. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015. Dari http://www.bencana-kesehatan.net/index.php/13-berita/berita/46-warga-sekitar-gunung-hobalt-tetap-beraktivitas
4. Anonim. (5 September 2011) Status Gunung Anak Ranaka. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015.. Dari http://sp.beritasatu.com/home/status-gunung-anak-ranaka-dinaikkan/10815
5. Anonim. ( 28 Agustus 2013). Gunung Ine Rie Piramid alam dari Flores. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015. Dari http://travellermeds.blogspot.co.id/2013/08/gunung-inerie-piramid-alam-dari-flores.ht
6. Anonim. ( 25 april 2010). Gunung Ebulobo. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015. Dari http://www.florestourism.com/news/gunung-ebulobo-%E2%80%93-mountain-sudden-changes
7. Anonim. ( 10 agustus 2013) Gunung Rokatenda Meletus. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015. Dari http://regional.kompas.com/read/2013/08/10/1806359/Gunung.Rokatenda.Meletus.3.000.Warga.Dievakuasi
8. Anonim. ( 4 april 2011). Gunung Egon. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015. Dari http://id.geoview.info/gunung_egon_flores_indonesia,31909714p
9. Anonim. ( 24 juli 2015). Gunung Sirung. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2015. Dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sirung