Pengamatan Organ Dan Sistem Organ Pada Tumbuhan dan Hewan

27 October 2024 14:47:17 Dibaca : 59

A. Judul

Pengamatan Organ Dan Sistem Organ Pada Tumbuhan dan Hewan

B. Tujuan

1.      Menjelaskan Derivat-derivat Organ pokok tumbuhan

2.      Menjelaskan Bagian-bagian Akar pada tumbuhan

3.      Menjelaskan Bagian-bagian Batang pada tumbuhan

4.      Menjelaskan Bagian-bagian Daun pada tumbuhan

5.      Menyebutkan Bagian-bagian dari alat reproduksi pada tumbuhan

6.      Menjelaskan Bagian-bagian pada Cyprinus carpio

7.      Menjelaskan Bagian-bagian pada Oreochromis niloticus

C. Alat dan Bahan

D. Prosedur Kerja

E. Hasil Pengamatan

F. Hasil Pembahasan

Menurut Yuli febriyanti, 2021. Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan susunan tumbuh tubuh tumbuhan yang berupa kormus. Kormus merupakan tubuh tumbuhan yang dengan nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar radix, batang caulis dan daun folium. Sistem organ pada tumbuhan, sepertisistem perakaran dan sistem daun, bekerja secara sinergis untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan. Di sisi lain, hewan memiliki sistemorgan yang lebih kompleks, seperti sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah. Organ-organ ini saling berinteraksi untuk memastikan fungsi vital, seperti pengambilan nutrisi dan oksigen serta pengeluaran limbah.

 Pada tumbuhan, organ utama terdiri dari akar, batang, dan daun, masing-masing memiliki fungsi spesifik dalam penyerapan air dan nutrisi, mendukung struktur tumbuhan, serta melakukan fotosintesis. Dari hasil pengamatan dan pengukuran tentang ogan tumbuhan, maka dapat kita bedakan bagian-bagian organ tumbuhan diantaranya bagian akar (radiks), Batang (caulis), Daun (folium), dan Bunga. Pada tanaman Amaranthus spinosus kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Amaranthus spinosus berakar serabut dengan ukuran 16,5 cm, berbatang rums (internodus) 50 cm, berdaun pangkal (basis) 5 cm, dan memiliki benang sari. Pada tanaman Zea mays kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Zea mays berakar serabut dengan ukuran 23 cm, berbatang buku-buku (nodus) 181 cm, berdaun ujung (speks) 60 cm, dan memiliki benang sari. Pada tanaman Musa paradisiaca kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Musa paradisiaca berakar serabut, berbatang rums (internodus) 4,9 cm, berdaun ujung (speks) 22,5 cm, serta  memiliki putik dan benang sari. Pada tanaman Caesalpinia pulcherima kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Caesalpinia pulcherima berakar primer 5,9 cm, berbatang rums (internodus) 58 cm, berdaun pangkal (basis) 1,5 cm, serta memiliki putik dan benang sari.

Dokumentasi

SIMULASI PERBEDAAN STRUKTUR MORFOLOGI PADA BAKTERI & JAMUR

20 October 2024 18:49:10 Dibaca : 21

A. Judul

Simulasi perbedaan struktur morfologi pada bakteri dan jamur

B. Tujuan

1. untuk mempelajari morfologi koloni bakteri 

2. untuk mempelajari morfologi koloni jamur (Kapang dan Khamir)

C. Alat & Bahan

D. Prosedur Kerja

E. Hasil Pengamatan

F. Pembahasan

    Pada hari selasa tanggal 15 oktober 2024, kami sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok melakukan pra-lab untuk membuat media sediaan bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus Aureus. Bahan yang kami gunakan yaitu 150 ml aquadest, 3 gr NA, dan 1 gr bubuk powder.

    Pada hari Rabu tanggal 16 Oktober kami melakukan pengamatan pada bentuk,margin,ukuran,warna dan jumlah pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang telah kami diamkan selama 1x24 jam. Dimana kami mendapatkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 491 dan bakteri Escherichia coli sebanyak 63 menggunakan alat colony counter. Langkah pertama yang dilakukan oleh praktikan pada morfologi jamur yaitu mengambil sampel jamur pada roti menggunakan pinset, yang kemudian diletakkan pada kaca preparat yang sudah disterilkan menggunakan alkohol. Setelah itu sampel diteteskan larutan pewarna giemsa, yang kemudian dipadatkan dengan menggunakan cover glass dan kemudian diamati dibawah mikroskop.

Koloni bakteri dapat menunjukkan berbagai macam tekstur permukaan mungkin berkilap dan permukaannya halus, kasar, dengan hasil akhir matte, atau menunjukkan ketidakrataan yang menyerupai kerutan. Sifat taktil koloni ini dapat sangat berbeda dari konsistensi seperti mentega, hingga tekstur lengket yang melekat kuat pada loop dan sulit dilepas, hingga sifat rapuh atau mudah pecah, yang dapat mengindikasikan pengeringan atau fragmentasi, dan terakhir, hingga tekstur kental seperti lendir. (Sri Noviawati, 2018). Koloni jamur menunjukkan morfologi yang berbeda jika dibandingkan dengan koloni bakteri. Mereka muncul sebagai koloni bertekstur tepung atau berbulu. Hifa jamur menembus media padat membentuk akar semu atau koloni berfilamen yang berlawanan dengan muncul sebagai koloni bakteri yang mungkin direpresentasikan sebagai titik-titik minyak kecil. Pigmentasi hifa dan spora juga sangat bervariasi di antara spesies jamur yang berbeda. (Hartuti, 2016).

Dokumentasi

(Koloni Bakteri S. Aureus)

(Koloni Bakteri E. Coli)

(Koloni Jamur Dibawah Mikroskop)

A. Judul

Simulasi percobaan Hukum Mendel dengan menggunakan Kancing Genetika pada persilangan Monohibrid dan Dihibrid

B. Tujuan

1. Mendefinisikan istilah gen, locus, genotif, fenotif, genom, dominam, dan resesif.2. Menyusun persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid).3. Menyusun persilangan dengan dua sifat beda (Dihibrid).

C. Alat Dan Bahan

1. Kantung jas laboratorium2. Kancing genetika (model gen)

D. Prosedur Kerja

1. Monohibrid

2. Dihibrid

E. Hasil Pengamatan

1. Monohibrid

2. Dihibrid

F. Pembahasan

      Persilangan monohibrid terbagi menjadi dua: Yang pertama adalah, persilangan monohibrid dominan adalah persilangan dua individu sejenis yang memerhatikan satu sifat beda dengan gen-genn yang dominan. Sifat dominan dapat dilihat mudah, yaitu sifat yang lebih banyak muncuk pada keturunannya. Dan yang kedua, persilangan monohibrid intermediet adalah persilangan antara dua individu sejenis yang memerhatikan satu sifat beda dengan gen-gen intermediet. Kedua gen tidak mempunyai sifat dominan dan resesif. Atau dengan kata lain kedua gen saling memengaruhi.

        Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami dilakukan oleh kelompok kami dan berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan pada persilangan monohibrid, didapatkan bahwa hasil perbandingan rasio fenotifnya pada data kelompok melalui observasi, yaitu hasil observasi (O) merah= 6, dan putih= 2. Dari harapan (E) merah= 5 , dan Putih= 3. Dari hasil perhitungan chis-square yang kami lakukan kami mendapatkan hasil persilangan monohibrid tidak ada perbedaan (Ho) karena Ho dapat diterima, berdasarkan nilai dari tabel hitung nilainya lebih kecil dari chi-square yaitu 0,5 sedangkan dari table chi-square adalah 3,84.

       Pada persilangan dihibrid kancing genetika berwarna merah merupakan warna merah, kancing genetika warna kuning tetap warna kuning, kancing genetika warna hijau adalah bulat sedangkan kancing genetika warna hitam merupakan bentuk lonjong dengan maksud untuk membuktikan percobaan hukum Mendel II dengan perbandingan 9:3:3:1. Pada percobaan yang kami lakukanmenghasilkan fenotip setelah persilangan adalah merah-bulat, merahlonjong, kuning-bulat, dan kuning-lonjong. Dengan hasil observasi (O) perbandingan genotipnya adalah 16:13:6:10 atau 9:3:1:3. Dengan harapan (E) 45:15:15:5 dari 80 kali percobaan. Hasil persilangan dihibrid yang kami lakukan mendapatkan hasil persilangan dihibrid, ada perbedaan (H1), Karena H1 tidak dapat diterima, karena berdasarkan dari tabel hitung nilainya lebih besar dari chi-square (7,82).

Dokumentasi

(Kancing Genetika hasil persilangan Monohibrid)

(Kancing Genetikan percobaan Dihibrid)

(Kancing Genetikan hasil Persilangan Dihibrid)

 

 

A. Judul

Pengamatan Fase Mitosis dan Letak Kromosom pada Allium Cepa L

B. Tujuan

Pada akhir praktikum ini para mahasiswa diharapkan dapat:

1. Mengenal fase-fase mitosis dengan mengamati letak kromosom

2. Menganal tahapan dalam pembuatan preparat metode squash yang digunakan dalam pengamatan mikroskop 

C. Alat dan Bahan

1. Alat

2. Bahan

D. Hasil Pembahasan

    Pada hari rabu tanggal 2 Oktober 2024, kami melaksanakan praktikum pengamatan mitosis pada Allium cepa L. Dengan tujuan. Yang pertama mengenal fase-fase mitosis dengan mengamati letak kromosom dan yang kedua menganal tahapan dalam pembuatan preparat metode squash yang digunakan dalam pengamatan mikroskop.

  Sebelum melakukan praktikum, kami praktikan diminta menyiapkan alat dan bahan yang di butuhkan. Setelah alat dan bahan telah tersedia, praktikan diminta mensterilkan terlebihan dahulu alat-alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini. Sampel yang kami gunakan adalah Allium Cepa. Alasan penggunaan akar pada praktikum kali ini adalah karena akar merupakan salah satu jaringan tumbuhan yang sel-sel penyusunnya berupa sel-sel somatik, dan khusus pada ujung akar bersifat meristematik. Mitosis merupakan pembelahan sel yang umumnya terjadi pada sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh, dan dan sel-sel ini umumnya terdapat pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan. Hal inilah yang melatarbelakangi digunakannya akar dalam praktikum mitosis ini. Selanjutnya alasan pemotongan akar bawang merah yang dilakukan pada pukul 00. 05 WITA adalah karena mitosis pada akar bawang merah terjadi pada jam-jam tersebut. Proses mitosis pada tanaman umumnya terjadi selama antara 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatau proses yang berputar dan terus-menerus (melalui fase-fase yang terus berjalan) dan pada akar bawang merah Allium cepa ini mitosis terjadi pada pagi hari. Akar bawang merah digunakan untuk mempelajari mitosis dengan alasan karena akar bawang memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak, sehingga lebih memungkinkan untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik akan lebih mudah didapatkan.

  Langkah pertama yang kami lakukan adalah menempatkan umbi bawang di dalam cawan petri berisi air hingga akar mulai tumbuh. Setelah akar tumbuh, kami memotong ujung akar menggunakan cater berkarat dan mengambil bagian yang berwarna putih. Potongan akar tersebut kemudian diletakkan dalam gelas arloji, di mana kami menambahkan alkohol 70% dan membiarkannya terendam selama 2 menit. Setelah itu, gunakan kertas penghisap (Tisu) untuk mengurangi cairan alkohol pada sampel. Selanjutnya, akar direndam dalam larutan H2O2 1 N selama 5 menit. Setelah itu, kami mengambil potongan akar dari gelas arloji, memotong bagian ujung (tudung akar), dan meletakkannya pada kaca benda. Selanjutnya, kami meneteskan larutan acetocarmin ke atas potongan akar tersebut, lalu mencacahnya dengan silet berkarat sebelum menutupnya dengan kaca penutup. Preparat kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus dan digilas dengan jempol atau ujung pensil yang tumpul. Akhirnya, kami mengamati tahap-tahap pembelahan mitosis di bawah mikroskop.

  Pada praktikum yang kami laksanakan sayangnya kelompok kami hanya dapat menemukan jenis pembelahan Profase. Tahap profase adalah langkah awal dalam mitosis yang melibatkan beberapa perubahan penting dalam sel. Seperti Kondensasi Kromatin Kromatin mulai mengental dan membentuk kromosom yang terlihat jelas. Setiap kromosom terdiri dari dua kromatid yang terikat pada sentromer. Penghilangan Membran Inti Membran inti dan nukleolus mulai menghilang, menandakan bahwa inti sel bersiap untuk pembelahan. Pergerakan Sentriol Sentriol bergerak menjauh ke kutub sel yang berlawanan, mempersiapkan pembentukan benang spindel. Pembentukan Benang Spindel Benang spindel mulai terbentuk dari sentriol dan akan membantu memposisikan kromatid di tengah sel. Pengaturan Kromatid Kromatid diatur di sepanjang bidang tengah sel, dengan kinetokor yang terhubung ke benang spindel, siap untuk dipisahkan pada tahap berikutnya. Dengan demikian, profase mempersiapkan sel untuk melanjutkan ke tahap-tahap pembelahan sel berikutnya, yaitu metafase, anafase, dan telofase.

Dokumentasi

 (Pengambilan larutan H2O2)

 (Pengambilan sampel akar bawan Bawang Allium Cepa)

 (Hasil Pengamatan dibawah Mikroskop)

A. Judul

Percobaan Difusi Dan Osmosis  Berdasarkan Pada Solanum Tuberosum. Sifat Zat Dan Konsentrasi Larutan Berbeda

B. Tujuan

Mengamati proses terjadinya difusi dan osmosis

C. Alat Dan Bahan

  1. Gelas Beaker
  2. Pipet Tetes
  3. Pengaduk
  4. Stopwatch
  5. Larutan NaCl 50%
  6. Kristal CuSO4
  7. Larutan Eosin
  8. Aquadest
  9. Tuber Solanum tuberosum

D. Prosedur Kerja

  1. Difusi

       2. Osmosis

E. Hasil Pengmatan

  1. Difusi

      Langkah yang kami lakukan adalah membersihkan sebanyak 4 gelas beaker lalu mengisi masing-masing gelas beaker dengan air sebanyak 100ml. Setelah itu kami memasukkan 1 sendok nutrisari kedalam 1 gelas beaker dan mengaduknya secara cepat. Gelas kedua kami isi dengan 1 sendok nutrisari juga, tetapi digelas kedua ini kami melakukannya tanpa pengadukan. Digelas ketiga, kami memasukkan pewarna makanan sebanyak 10 tetes mengguanakan pipet tetes dengan melakukan pengadukan secara cepat. Digelas keempat, kami memasukkan pewarna makanan sebanyak 10 tetes mengguanakan pipet tetes tanpa pengadukan. Lalu tidak lupa juga kami menghitung waktu yang dibutuhkan oleh kedua larutan tadi untuk menyatu dengan air.

    Berdasarkan hasil pengamatan pada proses difusi dengan percobaan sampel  Nutrisari sebagai pengganti bahan Kristal CuSO4 dan pewarna makanan sebagai pengganti bahan Larutan Eosin. Diperoleh perbedaan waktu pada sampel yang diaduk dan sampel yang tidak diaduk.

 

  

    2. Osmosis

              Diawali dengan pengamatan pada proses osmosis. Pada osmosis kami menggunakan tuber Solanum tuberosum sebagai sampel dan selanjutnya kami mengukurnya Setelah mengukurnya, kami memotong kentang mejadi 2 bagian yang sama. kemudian kedua kentang tersebut kami bersihkan dan keringkan dengan tisu, dan menimbangnya dan menghitung berat dari kentang tersebut. Setelah melalui proses penimbangan, kami mempersiapkan gelas beaker dan mengisi masing-masing gelas beaker dengan aquades dan larutan NaCl 50% sebanyak 50 ml. Dilanjutkan dengan memasukkan kentang yang sudah ditimbang tadi kedalam aquades dan larutan NaCl 50% secara bersamaan. Diamkan kentang tersebut selama 60 menit.

 

F. Hasil Pembahasan

  1. Difusi

Pertama-tama kami menyiapkan dan bahan yang kami gunakan dalam praktikum. Pada gelas beaker yang berisi nutrisari, bahan nutrisari yang diaduk hanya membutuhkan waktu 35 detik untuk terlarut. Sedangkan bahan nutrisari yang tidak diaduk membutuhkan waktu 1 jam 9 menit untuk terlarut. Hal yang sama terjadi pada sampel bahan pewarna makanan, bahan pewarna makanan yang diaduk membutuhkan waktu 40 detik untuk terlarut sempurna, sedangkan untuk yang tidak diaduk membutuhkan waktu 57 menit untuk terlarut sempurna.

     b. Osmosis

Pada osmosis kami menggunakan tuber Solanum tuberosum sebagai sampel. Kemudian ada Larutan NaCl 50% sebagai pelarut, aquades juga sebagai bahan yang penting dalam pengamatan ini. Alat yang kami gunakan ada pelubang kentang, alat ini berguna untuk mengambil tuber dari Solanum tuberosum dengan ukuran yang sama. Kami mengamati apa yang terjadi pada kentang tersebut, yang mana pada gelas beaker yang berisi larutan NaCl 50% lama kelamaan kentang tersebut mengecil dan yang awalnya mengapung diatas lama kelamaan mulai turun kebawah. Kentang yang awalnya dengan panjang 2cm dan berat 3,0264gr berubah menjadi 1,9 cm dan berat 3,0264 gr. Pada larutan NaCl 50% sel-sel kentang mengalami kekurangan air akibatnya kentang menjadi plasmolisis. 

Dokumentasi

   

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong