Optimisme yang Penuh Senyum dan Lapang Dada

10 September 2013 12:46:51 Dibaca : 727

Banyak aktivis dakwah mengukur keterlibatan orang lain dalam kancah dakwah dengan standar-standar yang sempit dan terbatas. Seseorang yang tidak mahu mencurahkan semua potensi, waktu, dan hartanya, dianggap sebagai cacat. Di antara mereka ada yang menuduh saudaranya tidak mengetahui problematika kehidupan sosial yang pelik, yang tengah dihadapi umat saat ini.
Ketika seorang akh masih berstatus sebagai maha-siswa, ia memiliki waktu untuk dakwah yang relatif banyak, namun sumbangan dananya relatif sedikit. Setelah lulus dan menjadi pegawai, ia memberikan sumbangan dana lebih besar, tetapi memiliki waktu luang lebih sempit untuk dakwah. Ketika ia menikah, nilai harta dan waktu baginya menjadi berkurang. Bahkan, ketika punya anak, ia tidak dapat memenuhi tugas-tugasnya selain menurut kemampuannya.
Dalam pandangan para aktivis dakwah, sering dipersepsi bahawa setiap orang harus mencurahkan segala sesuatu yang dimilikmya, padahal Allah berfirman,
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Al-Baqarah: 286)