Sinopsis Laskar Pelangi

23 September 2013 12:55:22 Dibaca : 1170

Sebuah kisah yang akan menggugah siapa saja yang menontonnya. Sebuah potret nyata dunia pendidikan di daerah terpencil dengan segala keterbatasan fasilitas penunjang.

SINOPSIS LASKAR PELANGI

Laskar Pelangi merupakan sebuah judul novel karya ANDREA HIRATA yang terbit pada tahun 2005. Novel yang akhirnya di-film-kan bahkan yang terakhir dibuat menjadi sebuah drama musikal yang manggung di sejumlah kota besar di indonesia. Laskar Pelangi ini menceritakan tentang kisah 10 orang anak keluarga miskin di Belitung yang mengenyam pendidikan di SD dan SMP Muhammadiyah dengan segala keterbatasan yang ada.

Kisah ini dimulai dengan adanya ancaman dari Dinas Pendidikan (yang saat itu masih berbentuk Depdikbud) setempat untuk menutup sekolah mereka bila jumlah murid tidak mencapai 10 orang. Warga desa Gantung, Belitung Timur memang masih memiliki kesadaran yang rendah untuk urusan pendidikan. Hingga pada akhirnya Harun lah yang menjadi murid ke-10 dan sekolah mereka tersebut batal untuk ditutup.

Hari - hari Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun diisi dengan berbagai kegiatan yang sangat menyenangkan karena ternyata banyak sekali hal-hal luar biasa yang ada dalam diri mereka. Segala keterbatasan fasilitas dan keadaan tidak membuat mereka menjadi patah semangat, bahkan mereka semua menjadi terpacu untuk berprestasi.

Prestasi mereka tidak pernah luput dari peran serta Bu Muslimah, seorang guru yang pantang menyerah dan berdedikasi penuh terhadap kemajuan anak didiknya. Kesabaran Bu Muslimah tersebut memang terbukti tidak sia - sia. Bu Muslimah jugalah yang memberikan nama Laskar Pelangi. Sebuah nama yang diambil berdasarkan kesukaan anak didiknya terhadap pelangi.

Kisah laskar pelangi ini memang layak menjadi contoh serta suri tauladan bagi semua pelajar di Indonesia, terutama pelajar di kota besar yang berlimpah aneka fasilitas pendidikannya. Laskar pelangi mampu membuktikan bahwa prestasi tidak hanya milik pelajar kota. Setiap anak berhak untuk dapat mengenyam pendidikan, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Kisah ini juga bisa menjadi pemacu bagi para tenaga pendidik untuk selalu bisa berdedikasi penuh kepada tugas yang diembannya tanpa melihat kekurangan fasilitas serta pantang menyerah terhadap segala rintang dan hambatan yang mungkin terjadi.