KONDISI CADANGAN ENERGI DAN SITUASI ENERGI DI INDONESIA
Krisis energi yang terjadi di dunia juga terjadi di Indonesia. Cadangan energi di indonesia terutama energi fosil (minyak bumi, batubara) semakin hari semakin menyusut. Hal ini juga diperparah dengan pemborosan dalam penggunaan energi fosil. Penduduk yang semakin meningkat juga menyebabkan ketersediaan akan energi fosil semakin berkurang karena konsumsi energi per kapita akan meningkat. Gambar. 1 menunjukkan hubungan produksi dan konsumsi minyak di Indonesia. Pada gambar tersebut dijelaskan produksi tiap tahunnya semakin menurun sedangkan konsumsi tiap tahunnya semakin naik. Pada akhirnya produksi minyak akan lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsinya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya krisis energi.
Pemanasan global saat ini telah menjadi isu dunia dimana penyebabnya adalah semakin banyaknya kandungan CO2 di udara. Hal ini tidak lain disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan dan tanpa kendali. Untuk mengurangi emisi gas CO2 bisa dengan cara membatasi penggunaan energi fosil. Salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan energi fosil dan pemanasan global adalah penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan sebagai sumber energi alternatif. Penggunaan energi terbarukan ini tentunya juga harus memperhatikan lingkungan, ketersediaan sumber daya serta teknologi untuk mengkonversi.
Berdasarkan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) dari Departemen Pertambangan dan Energi, sifat dari minyak bumi dan gas alam yang tidak terbarukan (non renewable) serta cadangan di dalam bumi kita diperkirakan akan menurun, oleh karena itu pemerintah harus terus berusaha menggalakkan usaha-usaha penghematan energi dan pengembangan sumber energi alternatif. Untuk mempertahankan kelangsungan energi di Indonesia, pemerintah telah merumuskan kebijakan energi nasional. Kebijakan tersebut dapat dilihat pada http://www.batan.go.id/ref _utama/perpres_5_2006.pdf. Pada kompas edisi sabtu, 29 Oktober 2005, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan, sejak krisis ekonomi sampai saat ini, Indonesia mengalami penurunan dalam produksi minyak. Setelah krisis, produksi minyak Indonesia 1,4 juta barrel per hari. Saat ini tinggal 1,075 juta barrel per hari. Pemerintah menargetkan peningkatan produksi minyak menjadi 1,1 juta barrel per hari pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2009, jumlahnya bisa mencapai 1,25 juta sampai 1,30 juta barrel per hari. �Kami harapkan pelan-pelan produksi minyak bisa meningkat dengan kontribusi dari lapangan-lapangan minyak baru, seperti Oyong, Maleo, dan Lapangan Jeruk. Keterangan lengkap dapat dilihat pada http://www.kompas.com/kompas-cetak/0510/29/ekonomi/ 2164525.htm