3 Pekerjaan Sampingan yang Cocok untuk Mahasiswa

18 September 2020 13:18:14 Dibaca : 14

Sebagai mahasiswa kadang kita tidak bisa hanya mengandalkan kiriman dari orang tua, maka alternatifnya dalah mencari pekerjaan sampingan yang cocok untuk mahasiswa, selain untuk menghasilkan uang, kerja sampingan juga menambah pengalaman.  

Diantara banyaknya kegiatan yang bisa diikuti mahasiswa seperti: organisasi, UKM, atau menjadi volunteer, banyak mahasiswa yang tertarik dengan kegiatan yang bisa menghasilkan uang tambahan ditengah kesibukan belajarnya, terlebih saat memasuki semester akhir, dimana kegiatan belajar dikelas sudah mulai berkurang, sehingga memiliki banyak waktu luang. 

Terlepas dari biaya dari orang tua, menghasilkan uang merupakan kepuasan tersendiri, selain bisa membeli keperluan sendiri, kamu juga bisa meringankan beban orang tua. Yuk simak berikut adalah 3 pekerjaan sampingan yang cocok untuk mahasiswa.

1.Tutor privat atau bimbingan belajarMemiliki nilai akademik yang memuaskan pasti sangat membahagiakan bukan? Tapi alangkah baiknya jika kemampuan akademikmu menjadi ladang rezeki juga, selain mengamalkan ilmu, bisa utuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan meminmalisir pemberian dari orang tua, di tambah dengan lembaga privat dan bimbingan belajar yang sudah menjamur di kota-kota besar, sehingga memudahkan dan memberi peluang yang besar bagi masiswa yang ingin punya pekerjaan sampingan. 

Jenis pekerjaan ini juga hanya perlu modal untuk transport atau kuota internet jika dilakukan secara daring, selain itu penghasilannya cukup menggiurkan dengan waktu yang sangat fleksibel.

2.Reseller/dropshipPunya bakat marketing? Jangan disia-sia kan. pekerjaan ini cocok buat kamu yang suka berjualan tapi belum punya cukup modal, caranya juga variatif bisa memasarkan secara offline atau online. 

Diiringi dengan perkembangan jaman banyak bermunculan platform toko online, sehingga memudahkanmu untuk memasarkan dagangan secara online. Atau bisa juga berjualan secara offlne dengan menyesuaikan target pemasaran yang pas. 

Tips menjadi reseller/dropship adalah dengan rajin promosi serta di bumbuhi caption yang menarik,  sangat cocok untuk yang suka menulis caption yang panjang, kamu juga bisa belajar dan mengasah kemampuan menulis copywriter.

3.Makeup artistberbagai macam acara tak lepas dari penggunaan makeup yang lebih cetar dari biasanya, seperti: acara wisuda, foto prawedding, lamaran, kondangan, atau acara formal lainnya. 

Pekerjaan yang berasal dari hobi ini sangat cocok buat kamu yang suka makeup, dan suka bereksperimen dengan macam-macam trend makeup seperti bold makeup atau natural look. kamu bisa mengembangkan bakatmu dengan mulai merias wajah orang lain. 

Pendapatan yang dihasilkan dalam sekali jam terbang juga menggiurkan loh, dipatok  kisaran 150k bagi memula, jika sudah profesional pasti akan lebih banyak lagi.

Disini penulis hanya mengulas 3 macam pekerjaan saja sesuai dengan pengalaman penulis semasa mahasiswa, selain ke tiga ulasan diatas, jelas masih banyak lagi.

Ospek Marah-marah Tidaklah Relevan

18 September 2020 13:15:57 Dibaca : 29

September memang biasanya dijadikan awal tahun ajaran baru di lingkungan pendidikan tinggi. Namun, sebelum itu, biasanya ada kegiatan pengenalan kehidupan kampus bagi pada mahasiswa-mahasiswi baru sekitar beberapa waktu sebelum kegiatan perkuliahan perdana di mulai. 

Kendati Pandemi COVID-19 sedang melanda Indonesia, OSPEK atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) tetap dilakukan, hanya saja tempatnya dipindahkan menjadi virtual seperti melalui Zoom dan Google Meet.

Tentunya sudah menjadi rahasia umum, bahwa OSPEK kerap kali dikenal sebagai ajang penindasan bagi mahasiswa baru daripada ajang untuk mengenal kampus serta teman-teman baru.

Kendati OSPEK sudah diganti dengan istilah "PKKMB", tetapi nyatanya hanya berganti nama saja, tetapi tidak berganti konsep juga. Seperti yang baru-baru ini viral di media sosial kemarin, yaitu ada cuplikan beberapa panitia OSPEK Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA yang sedang memarahi mahasiswa baru karena dianggap tidak mematuhi salah satu peraturan yang berlaku ketika PKKMB.

Tentunya hal ini memantik perhatian dari netizen, terlebih ketika itu OSPEK atau PKKMB ini ditayangkan langsung di kanal youtube.

Tentu kita harus melihat dua sisi. Mungkin apa yang tidak dilakukan oleh mahasiswa baru itu melanggar, mungkin bisa dikatakan salah. Akan tetapi, apakah semua kesalahan harus ditanggapi dengan kemarahan? Tentu tidak. Apalagi marah-marah ini dilakukan oleh mahasiswa yang katanya dari fakultas ilmu pendidikan yang harusnya diajarkan cara mendidik yang baik tanpa harus marah-marah. Tentunya sangat ironis.

Masa sih, kakak-kakak itu tidak paham efek psikologis apa yang akan diterima oleh adik-adik mahasiswa baru ketika diperlakukan seperti itu? Kan tidak mungkin tidak tahu. Harusnya kan mereka juga diajarkan psikologi pendidikan, tetapi kenapa tidak diterapkan? kenapa itu terus dilakukan?

Jika ini adalah ajang balas dendam karena diperlakukan serupa oleh seniornya ketika dahulu, dan setelah kakak-kakak yang naik tingkat menjadi senior pun ingin melakukan hal serupa pada adik-adiknya, harusnya mata rantai setan seperti ini segera diputus.

Awalnya saya pikir, dengan berpindahnya ruang untuk kegiatan OSPEK ini menjadi semacam advantage bagi para mahasiswa baru agar tidak mengalami perlakuan yang tidak mengenakan, tetapi ternyata ya tidak juga. 

Oleh karena itu, menurut saya OSPEK dengan cara-cara yang identik dengan Penjajahan dan Senioritas seperti itu tidaklah relevan, terutama di 2020 ini. Banyak juga kan yang mengatakan "Sudah 2020 masih aja begini".

Apalagi banyak mahasiswa baru ini mungkin stress setelah menghadapi ujian masuk, belum lagi kondisi pandemi seperti ini tidak mungkin juga mereka tidak stress karenanya, jangan sampai dibuat tambah stress akibat PKKMB atau OSPEK yang harusnya menyenangkan ini.

Harusnya, universitas menjadi tempat yang menyenangkan untuk menyerap ilmu. Jangan sampai mahasiswa-mahasiswa baru ini malah jadi merasa tidak nyaman berada di universitas imbas takut bertemu kakak-kakaknya tersebut.

Mungkin banyak universitas yang sudah "benar" dalam pelaksanaan PKKMB atau OSPEK ini, tetapi bukan berarti tidak ada yang masih menerapkan hal seperti itu. Walau mungkin saja juga, di dalam "benar"nya dari universitas yang melaksanakan OSPEK ini, masih saja ada perploncoan seperti ini, hanya saja bedanya mungkin tidak sampai viral.

Hal ini tentu membuka borok pendidikan di Indonesia juga, bahwa hal-hal seperti ini masih ada. Hal-hal ini saya rasa tidak terjadi di luar negeri, hingga pada akhirnya, banyak pula yang menganggap hal-hal seperti inilah yang menjadi alasan mengapa Pendidikan di Republik ini belum maju.

Tentunya harus ada evaluasi menyeluruh dari universitas terkait bahkan hingga ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena ini memang merupakan ranahnya. Harusnya bagi Kemdikbud, hal ini menjadi alarm atau pengingat bahwa hal-hal seperti ini belum menghilang dari republik ini. Jangan sampai hal-hal seperti ini terus berlanjut ke depannya.

Bahkan, harusnya kegiatan ini diadakan sebagaimana MPLS di sekolah yang melibatkan guru sebagai panitia, maka, harusnya libatkan dosen untuk menjadi panitia, agar tidak ada yang merasa seenaknya, karena sering kali, banyak panitia memilih marah-marah ketika tidak ada dosen yang sedang berada di tempat acara, sehingga panitia tersebut merasa memiliki kuasa untuk "mengangkangi" para mahasiswa baru ini. 

Hal-hal seperti ini haruslah diberantas. Akhir kata Semoga perploncoan, senioritas, atau kekerasan dalam bentuk apapun bisa segera menghilang dari wajah pendidikan di Indonesia.

Ospek Itu Harus Bermanfaat dan Bermartabat

18 September 2020 13:13:28 Dibaca : 16

Ketika menonton video singkat tentang kegiatan Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) di sebuah universitas yang sedang viral itu, ingatan saya menerawang ketika menjalani masa Ospek di kala SMA dulu. Senior saya waktu itu membentak nggak jelas, mewajibkan junior berpakaian dengan tambahan hiasan ini itu, menyuruh junior membawa barang-barang langka atau tidak ada di pasaran, melakukan kegiatan yang konyol, dan lain-lain.

 

Ketika memasuki perguruan tinggi, kebetulan perguruan tinggi tempat saya pernah menimba ilmu dulu sudah menghilangkan kegiatan unfaedah semacam itu. Saya bersyukur pihak universitas mengambil keputusan yang lebih bijaksana. Para senior tetap tampil di depan junior tetapi dengan cara yang santai dan nyaman di hati. Mereka lebih banyak berbagi tentang kegiatan kampus.

Begitu juga dengan Ospek fakultas, jauh dari kegiatan tidak jelas. Saya ingat para senior membuat kegiatan yang mengasah intelektual misalnya diskusi mengenai isu yang sedang hangat. Kami membentuk kelompok, setiap kelompok didampingi seorang senior, yang seingat saya menilai keaktifan masing-masing junior dalam berdiskusi. Kegiatan Ospek yang lebih kecil, yaitu Ospek program studi atau jurusan, mahasiswa baru malah dilibatkan dalam kegiatan bakti sosial di daerah yang jauh.

Jadi saya merasa heran ketika menonton video singkat itu, mengapa kegiatan Ospek semacam itu masih eksis? Terlepas dari apakah pihak universitas memberi restu atau tidak (belakangan muncul surat resmi dari pihak universitas bahwa ada kesalahan koordinasi terkait dengan kegiatan tersebut - sumber: hai), menurut saya kegiatan Ospek semacam itu sangat tidak relevan dengan kondisi saat ini.

Saya pribadi menyayangkan mengapa para senior kampus tersebut, dan juga senior di kampus lain yang mungkin masih mengadakan Ospek serupa tetapi tidak viral, tidak memikirkan kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi mahasiswa baru? Ada banyak sekali kegiatan, apalagi yang berkaitan dengan mengasah intelektual, tetapi mengapa masih memilih metode bar-bar semacam itu?

Kalau para senior merasa bahwa penggemblengan mahasiswa baru semacam itu perlu dilakukan untuk melatih mental mahasiswa baru, sebetulnya masih ada bentuk kegiatan lain yang lebih positif. Untuk itu, para senior kampus perlu dan harus memiliki daya kreativitas dalam mengemas kegiatan Ospek yang bermanfaat dan bermartabat.

Beberapa usulan kegiatan Ospek yang bermanfaat dan bermartabat

Ospek bentak-bentak, marah-marah yang nggak jelas itu masa lalu. Para senior harus menyadari bahwa para mahasiswa adalah manusia dewasa yang bermartabat, siapapun mereka. Usia mereka rata-rata sudah lewat 17 tahun dan itu sudah tergolong usia dewasa.

Selain itu, para senior kampus juga perlu berempati bahwa diantara junior yang mereka bentak-bentak itu ada mahasiswa yang rentan terdampak secara psikologis. Salah besar bila para senior kampus menggeneralisasi kondisi psikologis setiap mahasiswa baru.

Setiap mahasiswa baru adalah individu yang unik. Mereka datang dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda. Siapa tahu ada mahasiswa yang lelah dengan situasi di rumahnya karena orang tuanya kerap berselisih? Siapa tahu ada mahasiswa baru yang kuliah sambil bekerja sehingga tidak sempat mencari barang-barang yang diminta oleh senior? Siapa tahu ada mahasiswa baru yang juga merawat orang tuanya yang terbaring di ranjang, dimana kondisi itu membuat batinnya tertekan?

Jadi, kegiatan ospek semacam itu sebaiknya dihentikan saja. Tidak ada manfaatnya sama sekali. Bahkan mungkin senior kampus jadi tidak ada wibawanya sama sekali di mata junior. Bisa jadi ada junior yang merasa dendam dengan satu atau beberapa senior. Kalau itu terjadi, maka Ospek telah melenceng jauh dari jalurnya.

Para senior kampus mesti sadar bahwa jaman telah berubah. Saat ini daya kreativitas jadi salah satu kunci keberhasilan seseorang. Untuk itu kegiatan kampus sebaiknya diarahkan ke sana, dikondisikan dengan situasi di masa kini.

Berikut beberapa usulan kegiatan yang bermanfaat dan bermartabat yang bisa dilakukan selama masa Ospek.

Pertama, kegiatan kewirausahaan. Saat ini kemampuan entrepreneurship atau kewirausahaan sangat penting. Tidak hanya bagi wirausahawan tetapi juga kalangan profesional. Mahasiswa baru sebaiknya diperkenalkan dengan kegiatan semacam ini.

Sebetulnya ada sejumlah sekolah SD, SMP dan SMA yang telah mengenalkan kewirausahaan pada siswanya tetapi sebatas pada aktivitas menjual barang. Pembelinya adalah siswa, guru atau orang tua yang datang di sekolah. Nah, di masa Ospek bisa dikembangkan lebih luas lagi.

Situasi sekarang adalah masa pandemi COVID-19, sehingga berjualan secara offline sebaiknya dihindari. Mahasiswa baru diarahkan untuk berjualan secara daring. Bisa berupa simulasi (dengan sistem yang dibuat oleh kampus) atau menggunakan marketplace yang telah ada. Masing-masing mahasiswa baru diminta membuat akun di suatu marketplace dan menjual sejumlah barang di sana.

Senior membuat ketentuan barang apa saja yang bisa dijual, misalnya barang preloved atau menjadi reseller barang dari koperasi kampus atau koperasi mahasiswa. Bisa juga dibuat kompetisi antar individu atau kelompok, misalnya peraih omzet penjualan tertinggi akan mendapatkan penghargaan khusus.

Kedua, menggunakan media sosial yang positif. Ini juga penting di masa kini apalagi banyak informasi hoaks berseliweran di media sosial. Tujuannya agar para mahasiswa baru lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan mampu menyaring informasi tertentu sebelum dibagikan.

Mahasiswa juga diperkenalkan dengan sejumlah konsekuensi hukum bila mengunggah atau mencuit konten tertentu yang mengandung hoaks atau mengandung sentimen SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan). Sesi praktek materi ini, senior kampus membuat suatu akun dengan konten tertentu. Setiap mahasiswa baru wajib followakun tersebut dan wajib meresponnya. Admin akun media sosial senior kampus wajib memantau respon dari para mahasiswa.

Pada awalnya senior mengunggah atau mencuit informasi atau isu yang sedang hangat. Berikutnya, senior bisa menyelipkan informasi yang mengandung hoaks atau disinformasi untuk memancing respon para junior. Ini ditindaklanjuti dengan sesi pembahasan mengenai informasi hoaks tersebut dan potensi bahaya bila informasi tersebut dipercaya.

Ketiga, public speaking atau berbicara di depan umum. Setiap mahasiswa baru ada yang cenderung ekstrovert dan introvert. Tetapi mereka semua perlu diarahkan untuk mampu berbicara di depan umum. Kemampuan ini sangat berguna bagi masa depan mereka.

Para senior perlu menyusun daftar topik yang nantinya akan dipilih oleh mahasiswa baru. Mulai dari isu yang sedang hangat, fenomena yang ada di sekitar, hingga membahas sesuatu yang sedang viral.    

Keempat, menulis artikel. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang mengedepankan kognitif. Kaum intelektual menuangkan ide, gagasan atau hasil pengamatan mereka dalam bentuk tertulis misalnya artikel ilmiah atau pun artikel ilmiah populer.

Nah, para mahasiswa baru diberi pengetahuan dasar tentang menulis. Kemudian mereka diminta untuk menulis suatu artikel tentang sejumlah fenomena yang terjadi di sekitar mereka, dengan sejumlah persyaratan misalnya artikel orisinal buatan sendiri, maksimal sekian ratus kata, dan seterusnya.

Artikel karya mahasiswa wajib diunggah di suatu media bloggingmisalnya Kompasiana, dan dinilai oleh para senior. Para senior memilih artikel terbaik dan memberi reward tertentu kepada peraihnya. Reward akan berlipat ganda bila tim Editor Kompasiana mengangkat artikel mereka sebagai Artikel Pilihan dan Artikel Utama.

***

Itu adalah beberapa contoh kegiatan positif bagi para junior di kampus yang lebih bermanfaat dan bermartabat. Ada banyak kegiatan lainnya itu bergantung pada kreativitas para senior kampus untuk mengemasnya. Kegiatan tersebut aman dan tentu saja tidak meresahkan jiwa para mahasiswa baru.

Lewat kegiatan-kegiatan berfaedah tersebut, para mahasiswa baru akan lebih mudah mengenal dunia kampus secara lebih baik. Yang juga penting, ketika mereka menjadi senior di tahun berikutnya, mereka bisa memutus mata rantai Ospek barbar yang tidak bermanfaat dan tidak bermartabat.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong