ARSIP BULANAN : October 2022

Teori Kepemimpinan dan Tokoh Pemimpin

03 October 2022 19:52:02 Dibaca : 1552

Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebeb timbulnya kepemimpina, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan.

Macam-macam Teori Kepemimpinan

1. Great Man Theory

Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat asumsi, bahwa sifat kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak orang tersebut dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad ke-19. Meski tidak dapat diidentifikasi dengan suatu kajian ilmiah mengenai karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, tetapi banyak orang mengakui bahwa hanya satu orang diantara banyaknya individu, pasti memiliki ciri khas sebagai pemimpin yang hebat.

2. Trait Theory

Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka unggul dalam peran kepemimpinan. Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.

3. Contingency Theory

Teori kontingensi atau yang berasal dari kata  Contingency Theory menganggap, bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin tersebut dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah pula. Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori kepemimpinan situasional.

4. Teori gaya dan perilaku

Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The Great Man Theory. Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut. Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan utama yang dimiliki oleh individu yaitu keterampilan yang berupa keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.

5. Behavioral Theories

Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau Behavioral Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai kepemimpinan. Teori ini memberikan perhatian kepada perilaku para pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik mental, fisik, dan sosial pemimpin tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah kepemimpinan yang didasarkan pada perilaku yang dapat dipelajari.

6. Teori Servant

Teori kepemimpinan servant atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai pelayan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini meyakini, bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bertugas untuk melayani, menjaga, dan memelihara kesejahteraan fisik serta mental pengikut atau anggotanya. Gaya kepemimpinan ini cenderung fokus untuk memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi untuk lebih mandiri dan berwawasan lebih luas. Teori ini menunjukkan bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial.

7. Teori transaksional

Berasal dari kata dasar transaksi, teori ini menggambarkan suatu gaya kepemimpinan yang berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, tentunya yang menjadi pelaksana adalah pemimpin dan staf atau pengikutnya Perjanjian ini dibuat dengan tujuan mendapat pertukaran (transaksi) yang sepadan atau saling menguntungkan antara pemimpin dengan staf.

Seorang staf yang dapat melaksanakan tugas dari seorang pemimpin dengan baik, merupakan nilai lebih bagi staf dan juga bagi pimpinan yang memberikan tugas. Ketika tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik, seorang pemimpin akan memberi apresiasi berupa tunjangan, bonus, kenaikan gaji, kenaikan posisi, dan lain sebagainya.

8. Teori transformasional

Mengacu pada kata transformasi, yang memiliki arti umum perubahan. Teori kepemimpinan transformasional merupakan sebuah teori yang mengarah pada istilah memanusiakan manusia. Teori ini mengedepankan pendekatan personal pemimpin terhadap staf atau bawahan, dapat juga organisasi, dalam rangka membangun semangat, mengubah kesadaran, serta memberi inspirasi, demi mencapai tujuan bersama tanpa merasa ditekan maupun tertekan, bahkan mampu memotivasi setiap anggotanya. Gaya pemimpin transformasional selalu ingin mengelola lembaga atau organisasi yang dipercayakan kepadanya dengan lebih efektif dan efisien.

Tokoh Pemimpin : Bacharuddin Jusuf Habibie

B.J. Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga menggantikan Presiden Soeharto pada jamannya. B.J. Habibie tidak hanya terkenal karena menjabat sebagai presiden tetapi dia dikenal juga karena kedisplinan sebagai seorang pemimpin. Beliau sangat berjasa bagi negara Indonesia. Meskipun masa kepemimpinannya bisa dibilang hanya sebentar saja tetapi beliau dinilai sangat baik dan bisa memberikan dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia.

B.J. Habibie tidak pernah lepas dengan gaya kepemimpinannya selama menjabat sebagai presiden. Bisa kita lihat bahwa gaya kepemimpinannya dari latar belakang beliau atau kehidupan sehari-hari yang akhirnya membentuk kepribadian beliau. Hal ini bisa disebut sebagai gaya kepemimpinan transformasional yang dianggap lebih aktif dan revolusione. Dengan pemikiran intelektualnya yang beliau dapat di negara Jerman, B.J. Habibie sangat berhasil membawa perubahan baru bagi negara Indonesia. B.J. Habibie memerintah Indonesia berdasarkan naluri dibanding kalkulasi politik yang ada. sehingga keberhasilannya ini juga didukung oleh gaya kepemimpinan yang sangat cemerlang.

Kita semua juga tau bahwa B.J. Habibie dikenal sebagai Bapak Demokrasi Indonesia. Prinsip demokrasi digunakan pada saat beliau mengambil keputusan terkait masalah pada Timor Leste. Gaya komunikasi beliau juga penuh dengan spontanitas dan cepat bereaksi tanpa memikirkan resiko apa yang nantinya terjadi. B.J. Habibie terkadang suka mengambil keputusan dengan cepat. Dan dalam menyelesaikan masalah terkait Timor Leste B.J. Habibie lebih memilih untuk meminta pendapat rakyat dengan melakukan referendum. Kecerdasan dan sisi cendekiawan yang dimiliki oleh beliau membuat masyarakat Indonesia sangat kagum kepada beliau.

B.J. Habibie sosok pemimpin yang bisa dijadikan contoh bagi pemimpin di jaman sekarang. Karena kepribadiannya yang sangat demokratis dan pemikirannya yang sangat cemerlang sehingga bisa mengantarkan masyarakat Indonesia pada pintu demokrasi. Dan kerja kerasnya selama beliau memimpin membuktikan juga bahwa kita dapat mengubah masyarakat menjadi lebih baik walau ada dalam kondisi yang kurang baik, ini semua memang tergantung pada niat dan tekad yang dimiliki oleh pemimpin.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong