ARSIP BULANAN : September 2022

Pendekatan dalam Kepemimpinan

26 September 2022 22:39:07 Dibaca : 14247

Pendekatan dalam Kepemimpinan 

1.   Pendekatan Sifat atau Trait Approach

 Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa.

Kemudian timbul teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory”(teori dari Fisik). Kemudian timbul lagi bahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini dinamakan pendekatan sifat.

2.   Pendekatan perilaku atau Behavior Approach

Pendekatan ini biasa memiliki peranan penting terhadap apa yang dilakukan pemimpin, pemimpin bisa dianggap gagal maupun berhasil jika memiliki suatu gaya bersikap dan bertindak dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang memiliki perilaku baik biasanya dapat menjalankan berbagai tugas dan bisa menjadi contoh yang relatif baik serta mampu berkomunikasi baik dengan bawahnnya. Maka dari hal ini pendekatan perilaku penting untuk dilakukan langsung oleh pemimpin.

Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapatdan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan demokratis.

3.   Pendekatan Kontingensi

Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best Way”(Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki ciri khusus bahkan organisasi yang sejenis akan menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepepimpinan yang berbeda.

Organisasi adalah suatu system yang terdiri dari sub sistem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi menunjukkan pendekatan dalam organisasi adanya antar hubungan dalam sub system yang terdiri dari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi berpandangan bahwa azas-azas organisasi bersifat universal. Apabila dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri.

4.   Pendekatan Situasional

Konsep ini dikembangkan untuk membantu orang menjalankan kepemimpinan dengan memperhatikan peranannya. Konsepsional melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan dan tingkat kematangan para pengikutnya. Penekanan dalam situasional ini hanyalah berlaku pada pemimpin dan bawahannya saja. Karna bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dapat menentukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Sebuah pendekatan yang mana dilakukan pemimpin dengan memperhatikan berbagai situasi yang ada ketika pekerjaan berjalan, pemimpin harus bisa memanfaatkan berbagai situasi dalam kepemimpinannya agar memiliki hubungan baik dengan para bawahannya. Maka dari hal ini pentingnya pendekatan situasional.

Fungsi dan Peran Kepemimpinan

19 September 2022 23:49:32 Dibaca : 169

A. Fungsi Kepemimpinan 

Ada beberapa fungsi-fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan baik.

Sondang P. Siagian dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan mengatakan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut:

  • Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan
  • Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi
  • Pemimpin sebagai komunikator yang efektif
  • Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik
  • Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral (Siagian, 1999)

menurut Hamdani Nawawi dalam bukunya Kepemimpinan yang Efektif menyebutkan ada lima fungsi kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah:

  • Fungsi Instruktif, Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin.
  • Fungsi Konsultatif, Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, fungsi pemimpin sebagai konsultan untuk mendengarkan pendapat, saran serta pertanyaan dari bawahannya, mengenai keputusan yang akan diambil oleh pemimpin.
  • Fungsi Partisipasi, Dalam fungsi ini pemimpin menjalankan serta mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
  • Fungsi Delegasi, Fungsi ini pemimpin sebagai pemegang wewenang tertinggi harus bersedia dan dapat mempercayai oran-orang lain, sesuai dengan posisi atau jabatannya, apabila diberi atau mendapat pelimpahan wewenang.
  • Fungsi Pengendalian, Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses dan efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. 

B. Peran Kepemimpinan 

Berdasarkan berbagai pendapat dari pakar kepemimpinan , maka peran pemimpin dijelaskan sebagai berikut :

  • Peran Pengambilan Keputusan, Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan manajerial yang berarti memutuskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang melakukannya, dan kapan akan dilakukan.
  • Peran mempengaruhi, emimpin birokrasi harus dapat memberikan pengaruh kepada bawahannya, sehingga mau bekerjasama dalam merealisasikan suatu program kerja.
  • Peran memotivasi, yaitu berkaitan dengan pemberian dorongan kepada pegawai untuk bekerja lebih giat. Hubungan pengaruh dan motivasi adalah kalau peran mempengaruhi efektif, maka peran motivasi akan lebih mudah dilakukan. Sebaliknya jika pemimpin tidak mampu menanamkan pengaruh terhadap bawahannya, maka sulit baginya untuk memahami benar-benar karakter bawahannya. 
  • Peran antar pribadi, yaitu peran stratejik pada peran antar pribadi dalam kaitannya dengan kedudukannya sebagai pemimpin birokrasi, adalah sebagai figur atau tokoh yang cukup dihargai. Pemimpin harus menampilkan perilaku yang baik dan benar, seperti etos kerja yang tinggi, disiplin, dan sikap positif lainnya, pemimpin birokrasi harus menempatkan diri sebagai penuntun, pemberdaya, dan pendorong bagi bawahannya. 
  • Peran informasional, yaitu peran informasional yang dimiliki seorang pemimpin birokrasi sangat strategis, mengingat pemimpin birokrasi adalah pemegang kunci, khususnya informasi tentang birokrasi yang dipimpinya.
  • TEORI SEJARAH KEPEMIMPINAN 

Kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap organisasi, bahkan pemimpin dapat menggambarkan baik buruknya dalam suatu organisasi. Kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi akan membawa organisasi mancapai tujuannya. Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pada pencapaian tujuan (Robbins, 2003). Greenberg & Baron (2003) juga menjelaskan pada makna yang hampir sama bahwa kepemimpinan merupakan sebagai proses dimana satu individu memengaruhi anggota kelompok lain menuju pencapaian tujuan kelompok atau organisasi yang didefinisikan.

McShane & Glinow (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang lain memberikan kontribusi kearah efektivitas dan keberhasilan organisasional dimana mereka menjadi anggotanya. Sedangkan Colquitt, LePine, & Wesson (2011) mendefinisikan kepemimpinan sebagai penggunaan kekuasaan dan pengaruh untuk mengarahkan aktivitas pengikut ke arah pencapaian tujuan.

kerangka kerja dalam mempelajari kepemimpinan dapat ditarik dari hubungan antara ciri atau sifat pemimpin, perilaku pemimpin, dan variabel situasional untuk mendapatkan hasil yang efektif. Kerangka kerja tersebut menunjukkan bahwa sifat pemimpin memengaruhi perilaku pemimpin. Sedangkan perilaku pemimpin saling memengaruhi dengan variabel situasional dan secara bersama-sama memberikan dampak pada hasil yang efektif, menurut pandangan Gibson, Ivancevich, Donnelly & Konopaske (2012).

Kreitner & Kinicki (2010) mengelompokkan pendekatan dalam kepemimpinan menjadi lima kelompok, yaitu : trait approach, behavioral approach, contingency approach, transformational approach, dan emerging approach. Sedangkan McShane & Glinow (2010) melihat kepemimpinan dari perspektif competency, behavioral, contingency, transformational, dan implicit.

  • FILOSOFI KEPEMIMPINAN HASTABRAT

Hastabrata berasal dari kitab Hindu berbahasa Sansekerta, Manawa Dharma Sastra.  pemimpinan kekaisaran bertindak sesuai dengan karakter para dewa merupakan Konsep Hastabrata dalam kitab tersebut, Hastabrata pun menjadi tolok ukur sebuah kepemimpinan dimasa itu. Ketika Pulau jawa dimasuki oleh agama islam, nilai-nilai luhur para dewa sebagai unsur Hastabrata pun disesuaikan dengan prinsip Islam. Agama Islam dapat mempengaruhi sebagai agama monoteisme mengubah konsep dewa-dewa di Hastabrata menjadi delapan unsur alam. 

berikut merupakan delapan unsur alam kepemimpinan Hastabrata:

  1. Mahambeg Mring Condro (Meniru sifat bulan), bulan hanya bisa dipandang di malam hari, ketika memandang bulan, ada rasa damai, ada rasa damai dalam gelap. Pemimpin harus menjadi sosok yang memberikan kedamaian pada sekitarnya.
  2. Mahambeg Mring Suryo (Meniru sifat matahari), lewat cahaya matahari makhluk di bumi mampu hidup dan beraktivitas, senantiasa mendapatkan energi dari matahari, memungkinkan makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang. Pemimpin memberikan energi berupa visi, tujuan dan alasan untuk setiap keputusan. 
  3. Mahambeg Mring Kartika (Meniru sifat bintang), unsur alam paling indah ketika malam hari. Ia juga memberikan  arah mata angin pada mereka yang membutukan. Artinya pemimpin harus menjadi pengaruh dan pedoman bagi lingkungannya. Menjadi sebuah inspirasi bagi yang lain artinya memiliki satu prinsip dasar yang menjadi ruh kepemimpinannya.
  4. Mahambeg Mring Samudro (Meniru sifat laut/samudra), bersifat luas, tenang, dan berombak. Sudah selayaknya pemimpin mampu memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, mampu menampung aspirasi masyarakatnya serta memberikan solusi dengan kebijaksanaannya dan selalu tenang dalam menghadapi goncangan. 
  5. Mahambeg Mring Bhumi (Meniru sifat bumi), sebagai tempat kehidupan, bumi menyediakan semua kebutuhan dasar mekhluk hidup. Bumi merupakan tempat yang kokoh dan senantiasa memberi pada semua makhluk. Seperti bumi, pemimpin harus mampu memberi dan kokoh. Memberi tanpa pamrih pada masyarakat yang ia ayomi dan menjadi tempat pertama yang bisa diandalkan. 
  6. Mahambeg Mring Maruto (Meniru sifat Angin), Angin dapat berhembus dimana saja, ia terbentuk ketika ada perbedaan tekanan udara. pemimpin yaitu seseorang keberadaan dan pengaruhnya bisa dirasakan oleh sekitarnya. keberadaan pemimpin bukan sebagai simbol dari kekuasaan. 
  7. Mahambeg Mring Angkasa (Meniru sifat Langit), langit merupakan atap bagi bumi yang sangat luas. ia adalah simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. sosok yang menyimbolkan langit memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain. 
  8. Mahambeg Mring Dahana (Meniru sifat Api), api dapat membakar apa saja yang menyentuhnya. walapun bersifat merusak, sifat api yang spontan namun stabil mencerminkan keberanian  dan keyakinan kuat. Berani dan yakin untuk masalah-masalah yang timbul di kemudian hari. selain itu, sifat api yang muncul ketika menghadapi masalah juga merepresentasikan ketegasan dalam pengelolaan serta keberanian mengambil keputusan. 

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong