Teori Sejarah Kepemimpinan dan Filosofi Kepemimpinan Hastabrata

12 September 2022 22:07:15 Dibaca : 20
  • TEORI SEJARAH KEPEMIMPINAN 

Kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap organisasi, bahkan pemimpin dapat menggambarkan baik buruknya dalam suatu organisasi. Kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi akan membawa organisasi mancapai tujuannya. Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pada pencapaian tujuan (Robbins, 2003). Greenberg & Baron (2003) juga menjelaskan pada makna yang hampir sama bahwa kepemimpinan merupakan sebagai proses dimana satu individu memengaruhi anggota kelompok lain menuju pencapaian tujuan kelompok atau organisasi yang didefinisikan.

McShane & Glinow (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi dan memungkinkan orang lain memberikan kontribusi kearah efektivitas dan keberhasilan organisasional dimana mereka menjadi anggotanya. Sedangkan Colquitt, LePine, & Wesson (2011) mendefinisikan kepemimpinan sebagai penggunaan kekuasaan dan pengaruh untuk mengarahkan aktivitas pengikut ke arah pencapaian tujuan.

kerangka kerja dalam mempelajari kepemimpinan dapat ditarik dari hubungan antara ciri atau sifat pemimpin, perilaku pemimpin, dan variabel situasional untuk mendapatkan hasil yang efektif. Kerangka kerja tersebut menunjukkan bahwa sifat pemimpin memengaruhi perilaku pemimpin. Sedangkan perilaku pemimpin saling memengaruhi dengan variabel situasional dan secara bersama-sama memberikan dampak pada hasil yang efektif, menurut pandangan Gibson, Ivancevich, Donnelly & Konopaske (2012).

Kreitner & Kinicki (2010) mengelompokkan pendekatan dalam kepemimpinan menjadi lima kelompok, yaitu : trait approach, behavioral approach, contingency approach, transformational approach, dan emerging approach. Sedangkan McShane & Glinow (2010) melihat kepemimpinan dari perspektif competency, behavioral, contingency, transformational, dan implicit.

  • FILOSOFI KEPEMIMPINAN HASTABRAT

Hastabrata berasal dari kitab Hindu berbahasa Sansekerta, Manawa Dharma Sastra.  pemimpinan kekaisaran bertindak sesuai dengan karakter para dewa merupakan Konsep Hastabrata dalam kitab tersebut, Hastabrata pun menjadi tolok ukur sebuah kepemimpinan dimasa itu. Ketika Pulau jawa dimasuki oleh agama islam, nilai-nilai luhur para dewa sebagai unsur Hastabrata pun disesuaikan dengan prinsip Islam. Agama Islam dapat mempengaruhi sebagai agama monoteisme mengubah konsep dewa-dewa di Hastabrata menjadi delapan unsur alam. 

berikut merupakan delapan unsur alam kepemimpinan Hastabrata:

  1. Mahambeg Mring Condro (Meniru sifat bulan), bulan hanya bisa dipandang di malam hari, ketika memandang bulan, ada rasa damai, ada rasa damai dalam gelap. Pemimpin harus menjadi sosok yang memberikan kedamaian pada sekitarnya.
  2. Mahambeg Mring Suryo (Meniru sifat matahari), lewat cahaya matahari makhluk di bumi mampu hidup dan beraktivitas, senantiasa mendapatkan energi dari matahari, memungkinkan makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang. Pemimpin memberikan energi berupa visi, tujuan dan alasan untuk setiap keputusan. 
  3. Mahambeg Mring Kartika (Meniru sifat bintang), unsur alam paling indah ketika malam hari. Ia juga memberikan  arah mata angin pada mereka yang membutukan. Artinya pemimpin harus menjadi pengaruh dan pedoman bagi lingkungannya. Menjadi sebuah inspirasi bagi yang lain artinya memiliki satu prinsip dasar yang menjadi ruh kepemimpinannya.
  4. Mahambeg Mring Samudro (Meniru sifat laut/samudra), bersifat luas, tenang, dan berombak. Sudah selayaknya pemimpin mampu memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, mampu menampung aspirasi masyarakatnya serta memberikan solusi dengan kebijaksanaannya dan selalu tenang dalam menghadapi goncangan. 
  5. Mahambeg Mring Bhumi (Meniru sifat bumi), sebagai tempat kehidupan, bumi menyediakan semua kebutuhan dasar mekhluk hidup. Bumi merupakan tempat yang kokoh dan senantiasa memberi pada semua makhluk. Seperti bumi, pemimpin harus mampu memberi dan kokoh. Memberi tanpa pamrih pada masyarakat yang ia ayomi dan menjadi tempat pertama yang bisa diandalkan. 
  6. Mahambeg Mring Maruto (Meniru sifat Angin), Angin dapat berhembus dimana saja, ia terbentuk ketika ada perbedaan tekanan udara. pemimpin yaitu seseorang keberadaan dan pengaruhnya bisa dirasakan oleh sekitarnya. keberadaan pemimpin bukan sebagai simbol dari kekuasaan. 
  7. Mahambeg Mring Angkasa (Meniru sifat Langit), langit merupakan atap bagi bumi yang sangat luas. ia adalah simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. sosok yang menyimbolkan langit memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain. 
  8. Mahambeg Mring Dahana (Meniru sifat Api), api dapat membakar apa saja yang menyentuhnya. walapun bersifat merusak, sifat api yang spontan namun stabil mencerminkan keberanian  dan keyakinan kuat. Berani dan yakin untuk masalah-masalah yang timbul di kemudian hari. selain itu, sifat api yang muncul ketika menghadapi masalah juga merepresentasikan ketegasan dalam pengelolaan serta keberanian mengambil keputusan. 

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong