ARSIP BULANAN : October 2022

Teori Kepemimpinan : Bj Habibie

03 October 2022 23:30:42 Dibaca : 3318

Pada tahun 1957 Stogdill mengembangkan Teori Harapan-Reinforcement untuk mencapai peran. Dikemukakan, interaksi antar anggota dalam pelaksanaan tugas akan lebih menguatkan harapan untuk tetap berinteraksi. Jadi, peran individu ditentukan oleh harapan bersama yang dikaitkan dengan penampilan dan interaksi yang dilakukan. Kemudian dikemukakan, inti kepemimpinan dapat dilihat dari usaha anggota untuk merubah motivasi anggota lain agar perilakunya ikut berubah. Motivasi dirubah dengan melalui perubahan harapan tentang hadiah dan hukuman. Perubahan tingkahlaku anggota kelompok yang terjadi, dimaksudkan untuk mendapatkan hadiah atas kinerjanya. Dengan demikian, nilai seorang pemimpin atau manajer tergantung dari kemampuannya menciptakan harapan akan pujian atau hadiah.

     Teori kepemimpinan lain, yang perlu dikemukakan adalah Teori Perilaku Kepemimpinan. Teori ini menekankan pada apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Dikemukakan, terdapat perilaku yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin. Jika suatu penelitian berhasil menemukan perilaku khas yang menunjukkan keberhasilan seorang pemimpin, maka implikasinya ialah seseorang pada dasarnya dapat dididik dan dilatih untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif. Teori ini sekaligus menjawab pendapat, pemimpin itu ada bukan hanya dilahirkan untuk menjadi pemimpin tetapi juga dapat muncul sebagai hasil dari suatu proses belajar.

Kepemimpinan BJ Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang kerap dikenal dengan BJ Habibie merupakan seorang yang sangat berjasa dan memiliki kontribusi besar bagi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai ketua Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang merupakan salah satu organisasi paling berpengaruh pada saat orde baru.Tak hanya itu, ia juga seorang teknokrat yang mendorong perkembangan sains dan industri kedirgantaraan Indonesia. Kontribusinya pada kemajuan sains di Indonesia semakin besar dengan perannya sebagai Menteri Riset dan Teknologi selama 20 tahun yakni pada tahun 1978-1997.

Tak hanya dalam bidang sains dan teknologi, BJ Habibie juga pernah mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden. Karena gejolak politik dan desakan masyarakat untuk menggulingkan Presiden Soeharto saat orde baru, akhirnya BJ Habibie menggantikan posisi Soeharto sebagai Presiden dan resmi dilantik menjadi Presiden ketiga Republik Indonesia pada tahun 1998 (Supriatma, 2019).

Walaupun masa kepemimpinannya hanya berlangsung selama kurang lebih satu tahun yakni hingga 1999, masa kepresidenan BJ Habibie tetap bukanlah hal yang mudah. Masa transisi dari kepemimpinan Soeharto yang telah berlangsung selama 32 tahun kerap menimbulkan berbagai tekanan terhadap dirinya. Ia sulit menemukan sumber daya material dan manusia pada masa pemerintahannya. Belum lagi, Ia memimpin pada saat kondisi Indonesia sedang mengalami krisis moneter dan ketidakstabilan politik sehingga sangat rentan akan perpecahan (Sihombing, 2020).Meskipun begitu, masa kepemimpinannya yang sebentar dinilai sangat baik dan memberikan dampak yang signifikan. Melalui pemikiran intelektualnya yang banyak ia dapat di Jerman dulu, ia berhasil membawa berbagai gagasan atau perubahan baru bagi Indonesia. Ia memerintah lebih berdasarkan atas naluri (gut feeling) ketimbang kalkulasi politik (Supriatma, 2020). Keberhasilannya tersebut juga didukung dengan gaya kepemimpinannya yang cemerlang.

  • Pemimpin Transformatif yang Berorientasi Pada Perubahan

Menurut Yukl (2013) gaya kepemimpinan change-oriented mengutamakan pemahaman lingkungan dan kemampuan beradaptasi sehingga pemimpin dapat mengembangkan strategi inovatif dalam meningkatkan kompetensi organisasi. Hal tersebut berkaitan dengan kepemimpinan transformatif di mana pemimpin cenderung mendukung, mengembangkan, dan berorientasi pada pemikiran inovatif.

Pada saat menjadi presiden, BJ Habibie sangat aware terhadap hal yang sedang terjadi di masyarakat. Ia paham betul bahwa masyarakat menginginkan adanya reformasi, perubahan total sendi-sendi negara yang mengarah pada perbaikan. Masyarakat ingin pemerintah memberikan kebebasan dalam berpendapat, mendengarkan aspirasi mereka, sekaligus memperkuat partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.

BJ Habibie dapat melihat peluang tersebut dan berani mengambil langkah yang jauh berbeda dengan pemerintahan Soeharto sebelumnya. Momentum yang tepat membuatnya berani mengambil langkah demokrasi sebagai landasan pemerintahannya. Hal tersebut ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menjadi pembuka bagi masyarakat untuk bersuara dan memberikan kritik.

Selain itu, ia juga melakukan perubahan terkait penghapusan dwi fungsi ABRI, pemisahan antara TNI dan POLRI, serta pembatasan kekuasaan presiden. Pada masa pemerintahannya, dikeluarkan Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden yang maksimal hanya dua kali periode (Supriatma, 2020).BJ Habibie juga melakukan berbagai inovasi dalam perbaikan ekonomi. Pada masa pemerintahannya, nilai rupiah berada dalam titik terlemah sepanjang sejarah yakni mencapai Rp 16.800/US$ pada 1 Juni 1998. BJ Habibie langsung bergerak membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan unit Pengelola Aset Negara, melikuidasi bank yang bermasalah, meyakinkan pasar global, dan menjinakkan tekanan atas rupiah meski tanpa dukungan intervensi Bank Indonesia-yang kala itu belum memiliki kewenangan stabilisasi rupiah. Atas berbagai upayanya, nilai rupiah perlahan kembali naik bahkan hingga mencapai nilai terkuatnya sepanjang sejarah, yakni Rp 6.550/US$ AS pada 28 Juni 1999 (Saragih, 2019).

  • Pemimpin yang Partisipatif

Gaya kepemimpinan ini disebut juga dengan democratic leadership. Mulyasa dalam Sugiono et al (2006) mengatakan bahwa kepemimpinan partisipatif adalah pemimpin yang mengikutsertakan bawahan atau pengikutnya untuk bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan keputusan.BJ Habibie dikenal sebagai Bapak Demokrasi Indonesia. Selain membuat Undang-Undang kebebasan pers dan pembatasan kekuasaan presiden, ia juga membentuk tiga UU yang bersifat demokratis, yaitu UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu, dan UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR.

Ia membentuk lembaga independen yang salah satunya adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhasil menjalankan Pemilihan Umum multipartai pada 1999. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik dengan asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil (Dewi, 2019).Selain itu, BJ Habibie juga memperhatikan keterwakilan rakyat daerah dalam pemerintahan. Ia menetapkan asas desentralisasi dengan otonomi daerah seluas-luasnya. Hal tersebut tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. UU tersebut akhirnya berhasil meredakan gejolak disintegrasi yang sebelumnya sempat pecah di Indonesia (Utami, 2021).

Prinsip demokrasinya juga digunakan pada pengambilan keputusan terkait masalah Timor Leste. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, BJ Habibie lebih memilih untuk meminta pendapat rakyat dengan melakukan referendum. Referendum tersebut menghasilkan suara bulat (78,50%) rakyat Timor Timur memilih untuk berpisah dari Indonesia. Hanya 21,50% yang menghendaki otonomi khusus di bawah Indonesia.

  • Pemimpin yang Karismatik

Kepemimpinan karismatik adalah kepemimpinan yang mengandalkan karisma yang dimiliki oleh seseorang. Pemimpin memiliki kemampuan untuk menggunakan keistimewaan atau kelebihannya dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain sehingga dianggap istimewa. Pemimpin diterima dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani, dan ditaati secara sukarela (Qori, 2013).Kecerdasan dan sisi cendekiawan BJ Habibie membuat masyarakat kagum akan dirinya. Ia merupakan teknokrat yang memiliki banyak gagasan inovatif yang berguna untuk perbaikan bangsa. Ia juga merupakan role model yang baik bagi masyarakat karena pada masa kepemimpinannya ia tidak serakah dan tidak hanya mementingkan sisi politik semata tetapi lebih kepada kepentingan bersama yang bermanfaat bagi rakyat.Sikap demokratis yang mementingkan suara rakyat juga turut membuatnya dipandang sebagai sosok yang istimewa dan dekat dengan masyarakat. Hal tersebut juga diimbangi dengan ketegasannya dalam memimpin dan mengambil keputusan.

Berbagai keistimewaan yang dimiliki ditambah dengan gagasannya yang memang pro terhadap rakyat membuat masyarakat mendukung dan mengikuti perintahnya. Masyarakat merasa bahwa BJ Habibie merupakan sosok yang memiliki kemampuan dan dapat membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik. Kepercayaan masyarakat juga semakin diperkuat dengan bukti nyata atas perubahan yang telah ia berikan bagi Indonesia.BJ Habibie merupakan sosok pemimpin yang patut dijadikan contoh bagi pemimpin masa kini. Kepribadiannya yang demokratis dan pemikirannya yang cemerlang mampu mengantarkan masyarakat Indonesia pada pintu demokrasi. Kerja kerasnya selama memimpin juga membuktikan bahwa kita dapat mengubah masyarakat menjadi lebih baik bahkan ketika dalam kondisi terburuk, tergantung dengan niat dan tekad yang dimiliki oleh pemimpin.