Sejarah Filsafat dan Rincian Hastabrata

12 September 2022 21:36:49 Dibaca : 83

A. Sejarah Filsafat

Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat erat berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan filsafatlah yang menjadi penggerak kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa. Filsafat ilmu merupakan refleksi secara filsafati akan hakikat ilmu yang tidak akan mengenal titik henti dalam menuju sasaran yang akan dicapai, yaitu kebenaran dan kenyataan. Dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut.(sumber:Jurnal Filsafat Indonesia)

Sejarah Singkat Perkembangan Filsafat (dari Yunani Kuno hingga Modern)

Zaman Yunani Kuno (6 SM- 6 M)

Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran setiap gejala alam. Filsafat Yunani yang telah berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta.  Filosof yang mengembangkan filasfat pada zaman Yunani yang begitu ramai dipersoalkan sepanjang sejarah yaitu Socrates. Setelah itu, Plato meneruskan keaktifan Socrates dengan mengarang dialog-dialog seperti gurunya. Plato berpendapat bahwa berfilsafat artinya mencari kebijaksanaan atau kebenaran, dan oleh karena itu dapat dimengerti bahwa mencari kebenaran itu dilakukan secara bersama-sama dalam suatu dialog. Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa Aristoteles (384 SM-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan utama para filosof sebelumnya adalah mereka tidak memeriksa semua penyebabnya.(sumber:darus.id)

Zaman Pertengahan (6 M- 16 M)

Pada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen.Hal ini dikarenakan pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman mati. Pada periode Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya Aristoteles. Diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles. Para ahli pikir Islam yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain. Pada masa ini Scholastik Kristen, kekuasaan agama masih begitu berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat. Pada masa inilah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat buruk.Karena pihak gereja membatasi dan melarang para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang. (sumber:darus.id)

Zaman Renaisans (14 M-16 M)

Renaisans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir.

Pada zaman ini, manusia mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membatasi manusia dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan. Proses melahirkan kembali ini terjadi pada abad ke-15 dan 16. Dan, yang melahirkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi kuno ini adalah orang-orang yang biasa disebut kaum humanis.

Pada saat ini manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat secara nyata dalam karya-karya seniman zaman renaisans seperti Donatello, Botticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael (1483-1520, Perugino (1446-1526, dan Leonardo da Vinci (1452-1592). Sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat antara lain Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo Galilei (1546-1642), Johannes Kepler (1571-1642), dan Francis Bacon (1561-1632).  Bangsawan Inggris yang meletakkan dasar filosofis untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu maha karya yang bermaksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan suatu teori baru dalam bukunya Novum Organon. (sumber:darus.id)

Zaman Modern (17 M- 20 M)

Setelah zaman renaisans yaitu zaman pencerahan atau zaman modern. Zaman Pencerahan (Inggris: Enlightenment) berlangsung dari abad ke-17 hingga ke-20 M. Di zaman ini terdapat peristiwa penting, yaitu revolusi di Inggris dan Perancis. Orang-orang yang hidup di zaman ini memiliki keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan yang cerah dan bercahaya berkat rasio mereka sendiri. (sumber:darus.id)

Sebelumnya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya, seperti otoritas gereja, kitab suci, para ahli, dan negara. Oleh karena itu, semboyan zaman pencerahan adalah Sapere aude (beranilah berpikir sendiri). Dengan semboyan itu, manusia di zaman pencerahan semakin bersemangat untuk menemukan hal-hal baru. Mereka memanfaatkan akal mereka semaksimal mungkin untuk menggapai perubahan, kemajuan, pertumbuhan, pembangunan, peradaban, reformasi, bahkan revolusi.(sumber:darus.id)

B. Rincian Hastabrata

Hastabrata sendiri berasal dari bahasa Sansekerta. Hasta artinya delapan dan Brata yaitu perilaku atau tindakan pengendalian diri. Hastabrata melambangkan kepemimpinan dalam delapan unsur alam yaitu bumi, matahari, api, samudra, langit, angin, bulan, dan bintang. Tiap unsur Hastabrata mengartikan tiap karakteristik ideal dari seorang pemimpin. (psikologi.ugm)

Sejarah Hastabrata

Istilah Hastabrata berasal dari kitab Hindu berbahasa Sansekerta, Manawa Dharma Sastra. Konsep Hastabrata dalam kitab tersebut bahwa pemimpin kekaisaran bertindak sesuai dengan karakter para dewa. Hastabrata pun menjadi tolok ukur sebuah kepemimpinan di masa itu. Ketika agama islam memasuki pulau jawa, nilai-nilai luhur para dewa sebagal unsur Hastabrata pun disesuaikan dengan prinsip Islam Pengaruh Islam sebagai agama monoteisme mengubah konsep dewa-dewa di Hastabrata menjadi delapan unsur alam, Keberadaan Hastabrata sebagai kearifan lokal muncul dalam beberapa kitab kuno dan naskah. Transformasi sifat-sifat dewa menjadi delapan unsur alam sendiri tercatat dalam naskah Pustakaraja Purwa.(psikologi.ugm)

Nilai Luhur Hastabrata

1. Bumi

Sebagai tempat kehidupan, bumi menyediakan semua kebutuhan dasar makhluk hidup. Bumi merupakan tempat yang kokoh dan senantiasa memberi pada semua makhluk. Seperti bumi, pemimpin harus mampu untuk memberi dan kokoh. Memberi tanpa pamrih pada masyarakat yang la ayomi dan menjadi tempat pertama yang bisa diandalkan.(psikologi.ugm)

2. Matahari

Lewat cahaya matahari makhluk di bumi mampu hidup dan beraktivitas, Senantiasa mendapat energi dari matahari, memungkinkan makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang. Pemimpin memberi energi berupa visi, tujuan, dan alasan untuk setiap tindak keputusan. Memberi seperti matahari adalah memberi dengan terus menerus, hingga ia tidak menyadari bahwa telah berbuat banyak untuk orang lain.(psikologi.ugm)

3. Api

Api memiliki hukum yang jelas, la membakar apa saja yang menyentuhnya. Walaupun bersifat merusak la - merupakan unsur alam paling adil di antara yang lain. Sifat api yang spontan namun stabil mencerminkan keberanian dan keyakinan kuat. Berani dan yakin untuk menghancurkan masalah-masalah yang timbul di kemudian hari. Selain itu, sifat api yang muncul ketika menghadapi masalah juga merepresentasikan ketegasan dalam pengelolaan serta keberanian mengambil keputusan.(psikologi.ugm)

4. Samudra

Hilir untuk semua sungai. Padahal tidak semua sungal membawa air yang bersih. Walaupun begitu, samudra menerima air dari sungai manapun, entah itu kotor atau bersih. Seperti samudra, pemimpin adalah sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas menerima pendapat dari sekitar sebagai tanda respek seorang pemimpin pada orang lain. Samudra juga mengolah semua konten air sungai di kedalaman airnya. Begitu juga dengan pemimpin, la tidak menelan mentah-mentah masukan yang datang. Dengan memikirkan baik-baik semua pendapat yang ada. pemimpin mampu mendapatkan pengetahuan baru dari sekitarnya.(psikologi.ugm)

5. Langit

Berbeda dengan horison atau kaki langit, karena horison hanya ilusi optik dari keterbatasan organ sensoris manusia. Langit merupakan sebenar-benarnya atap bagi bumi. Langit adalah cakrawala, la adalah simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. Sosok yang menyimbolkan langit memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain.(psikologi.ugm)

6. Angin

Angin dapat berhembus di mana saja. la terbentuk ketika ada perbedaan tekanan udara. Pemimpin yaitu seseorang keberadaan dan pengaruhnya bisa dirasakan oleh sekitarnya. Keberadaan pemimpin bukan sebagai simpol dari kekuasaan, la adalah orang yang terjun menghadapi masalah dan peduli pada kondisi yang dihadapi.(psikologi.ugm)

7. Bulan

Bulan hanya bisa dipandang di malam hari. Ketika memandang bulan, ada rasa damal dalam gelap. Pemimpin harus menjadi sosok yang memberikan kedamaian pada sekitarnya. Rasa damai yang nyaman dan membuat hati gembira.juga memberikan harapan pada sekitar ketika semua kondisi memberikan keputusasaan.(psikologi.ugm)

8. Bintang

Satu unsur alam paling indah yang dapat dilihat ketika malam. Tidak hanya indah, ia memberikan arah mata angin pada mereka yang membutuhkan. Pemimpin menjadi pengarah dan pedoman bagi lingkungannya. Menjadi pengarah artinya menjadi sebuah inspirasi bagi yang lain. Menjadi inspirasi artinya pemimpin memiliki satu prinsip dasar yang menjadi ruh kepemimpinannya.(psikologi.ugm)