ARSIP BULANAN : September 2022

ANTROPOMETRI

14 September 2022 05:50:02 Dibaca : 235

Pengertian antropometri

         Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya. Antropometri  juga adalah ilmu yang digunakan untuk mempertimbangkan ergonomi atau tidaknya pembuatan suatu produk ataupun sistem kerja. Pengaplikasian antropometri telah lama digunakan untuk menjadikan produk agar tetap memegang prinsip ergonomis dalam desain dan sistem kerja. Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannya.

Ruang Lingkup dalam Data Pengukuran Antropometri

Alat yang digunakan untuk mengukur Antropometri tubuh manusia

1. Kursi Antropometri

Alat ukur lain yang biasanya digunakan dalam mengukur ruang lingkup dimensi tubuh manusia adalah Kursi Antropometri. Beberapa tahun yang lalu, kursi antropometri terbuat dari bahan kayu yang sangat konvensional. Sehingga terkadang bisa terjadi kesalahan dalam perhitungan. Kendati demikian, saat ini telah dibuat kursi antropometri yang lebih modern dengan menggabungkan teknologi listrik dalam perhitungannya. Sehingga meskipun pengukuran dilakukan secara manual. Namun, perhitungan yang dihasilkan akan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.

2. Portable Antropometri / Antropometer Kit

Selain kursi antropometri, dalam melakukan pengukuran antropometri tubuh manusia, kita juga bisa menggunakan alat antropometri portable. Biasanya alat portable antropometri atau yang dikenal pula dengan anthropometry measurement kit, merupakan alat alat yang terdiri dari antropometer, sliding caliper, spreading caliper dan juga jangka sorong. Alat ini sangat praktis untuk digunakan dan dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Portable Antropometri biasanya digunakan untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan kerja. Perhitungan yang dilakukan menggunakan portable antropometri pun tak kalah baik dengan kursi antropometri yang ada di atas.

Pengertian dari ruang lingkup data antropometri

Ruang lingkup juga dapat diartikan sebagai bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek, dan lokasi. Namun, dalam hal ini, ruang lingkup yang dimaksud adalah beberapa hal yang dapat diukur atau diteliti menggunakan ilmu antropometri.

Ruang lingkup yang diukur oleh ilmu antropometri atau data dalam pengukuran adalah sebagai berikut:

 1. Desain pakaian

Tahukah anda bahwa desain pakaian yang dikenakan menggunakan prinsip pengukuran antropometri didalamnya. Misalnya, bagaimana cara untuk merata-rata ukuran baju bagi laki-laki maupun perempuan. Prinsip ergonomi yang hendak dicapai dalam pembuatan produk pakaian adalah hasil produksi yang nyaman digunakan, pas ukurannya untuk dikenakan dan tahan lama. Nah, prinsip tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan pengukuran antropometri. Misalkan berapa ukuran rata-rata wanita usia dua puluh tahun, atau model pakaian yang nyaman bagi pekerja pabrik. Contoh lain adalah baju seorang dokter yang disesuaikan dengan kebutuhan dokter tersebut. Hal ini yang dimaksud dengan menggunakan prinsip pengukuran dimensi tubuh demi menciptakan produk massa yang baik digunakan.

2. Desain tempat kerja

Kedua, desain tempat kerja, konsep ergonometri jelas penting dan krusial digunakan dalam mendesain tempat kerja. Misalnya mendesain tempat kerja yang nyaman bagi pegawai pabrik, para perancang (engineer) diharapkan bisa mengukur ruang yang mampu memenuhi kebutuhan fisiologis/biologis pekerja dengan alat kerja mereka. Sehingga kemudian, untuk menyatukan kedua hal tersebut. Dibutuhkan perhitungan secara antropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja, ruang gerak, jangkauan dan interface antara tubuh operator dengan mesin.

Pertimbangan ini harus dibentuk karena :

  1. Ukuran tubuh manusia berbeda antar satu sama lain
  2. Manusia memiliki keterbatasan baik fisik maupun mental
  3. Manusia memiliki harapan dan prediksi tertentu berkaitan dengan hal-hal disekitarnya. 

 

3. Desain Lingkungan Umum

Selain desain tempat kerja, desain lingkungan juga merupakan sebuah hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini, salah satu contoh yang akan diambil adalah ruang tunggu di Stasiun. Ruang tunggu stasiun merupakan ruang tunggu pemberangkatan yang sebisa mungkin mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna dan menciptakan kenyamanan bagi pengguna.  Tingkat kenyamanan ruang tunggu pada stasiun dapat dikaji melalui kajian ergonomi yang mencakup antropometri, sirkulasi, temperatur, pencahayaan, tingkat kebisingan, getaran mekanik, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, prinsip antropometri yang digunakan mencakup upaya yang diperhatikan dalam pembuatan kursi ruang tunggu dan fasilitas yang dapat dijangkau. Dalam hal ini, misalnya kursi bagi penderita difable juga bisa menjadi pertimbangan dalam mendesain produk yang sesuai dan mampu mengakomodasi kepentingan penderita difable tersebut.

4. Desain peralatan umum.

perkakas dan mesin-mesinRuang lingkup lain yang dapat diuji adalah desain peralatan umum, perkakas dan mesin-mesin. Dalam hal ini misalnya, penulis akan memberikan contoh sederhana mengenai menciptakan helm pekerja yang ergonomis. Seperti yang kita ketahui, helm merupakan sebuah peralatan yang digunakan untuk melindungi kepala ketika berkendara. Tentu saja, melihat pentingnya helm tersebut, pembuatannya harus didasarkan pada perhitungan yang tepat. Beberapa keluhan yang sering dirasakan oleh konsumen misalkan, ukuran helm yang kurang pas, tali pengikat terlalu panjang, kepala belakang atau bagian otak kecil belum tertutupi sepenuhnya.

Untuk menciptakan produk helm yang baik dan berkualitas, maka dibutuhkan perhitungan yang teliti menggunakan data antropometri. Pengukuran bisa dilakukan secara manual maupun menggunakan peralatan yang lebih canggih, misalnya menggunakan kursi antropometri. Karena kursi antropometri dapat digunakan untuk mengukur dimensi kepala. Dalam hal ini, beberapa perhitungan yang dibutuhkan dalam pembuatan helm adalah lingkar kepala, tinggi kepala, lebar kepala, panjang kepala, dan lain lain. Selain helm, beberapa peralatan umum yang lain, utamanya  perkakas dan mesin menggunakan data antropometri.

5. Desain produk konsumen

Terakhir, hal lain yang biasanya menggunakan alat ukur antropometri dalam pembuatannya adalah pada desain produk konsumer. Beberapa atau banyak desain produk, yang harus disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia. Karena produk yang tidak ergonomis akan menciptakan kesulitan dalam penggunaan dan menyebabkan ketidaknyamanan penggunaan produk. Dalam hal ini, penting bagi para produsen untuk mementingkan penggunaan data antropometri yang sesuai untuk menciptakan produk yang sesuai.

Contoh sederhana misalnya, pembuatan telepon rumah, pasti penting untuk mengetahui apakah produk tersebut bisa digunakan dengan baik. Apakah kabel yang digunakan harus lebih panjang maupun pendek. Contoh yang lain, misalnya pel lantai, tentunya pel tersebut harus disesuaikan dengan tinggi seseorang yang akan memakai produk tersebut, sehingga produk yang diciptakan lebih efektif untuk digunakan.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ERGONOMI

02 September 2022 20:17:16 Dibaca : 17

Sejarah Ergonomi

A. Masa Purba

Pada zaman dahulu, manusia masih hidup dalam lingkungan alam yang masih sangat asli di mana kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan dan kreatifitas tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, perkakas atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.

Selanjutnya, perubahan waktu walaupun terjadi secara perlahan, namun telah merubah gaya hidup manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya dengan berbagai macam tantangan dan tuntutan. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu dengan bentuk dan fungsi spesifik seperti misalnya batu diruncingkan menjadi pisau.

Perubahan pada alat-alat sederhana ini menunjukan bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk selalu mencari cara guna memudahkan kehidupannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun, hal itu berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan saja.

B. Masa Revolusi Industri

Sebetulnya, disiplin ilmu ergonomi mulai dicetuskan secara formal pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya, telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting pada dekade sebelumnya yang berkaitan dengan perkembangan ergonomi dapat secara sederhana diilustrasikan pada penjelasan di bawah.

Thackrah (Inggris, 1831) adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman dan dirasakan oleh para pekerja. Thackrah mengamati postur tubuh pekerja pada saat pekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan yang menjadi perhatiannya. Pada saat itu, ia mengamati seorang pejahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi serta meja yang kurang sesuai secara antropometris, serta pencahayaan yang tidak baik, sehingga mengakibatkan membungkuknya bada sehingga mengakibatkan keluhan pada pinggang dan terjadi iritasi pada indra penglihatan pekerja tersebut.

Perkembangan selanjutnya, Gilbreth (Amerika, 1911) mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam hal analisis gerakan. Motion study yang diterbitkan pada tahun 1911 menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur secara turun-naik sesuai dengan dimensi antropometri penggunanya (adjustable).

Badan penelitian untuk kelelahan industri (Industrial Fatigue Research Board, Inggris, 1918) didirikan sebagai upaya penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada perang dunia pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output kerja meningkat setiap harinya dengan pengurangan jam kerja per-harinya.

Pada perkembangan berikutnya, Elton Mayo Et.al (Amerika, 1933) seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu perusahaan kelistrikan Amerika. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variable fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator pada unit perakitan kelistrikan tersebut.

C. Sejarah Ergonomi Masa Perang Dunia

Sebetulnya, di Amerika Serikat, disipilin ilmu ergonomi atau dikenal sebagai human factors, secara umum dianggap berasal selama Perang Dunia II (Wickens & Hollands, 2000), meskipun kemajuan yang memberikan kontribusi untuk pembetukannya dapat ditelusuri pada pergantian abad 20. Sebelum perang dunia II, fokusnya adalah bagaimana merancang manusia agar sesuai dengan mesin yang digunakannya melalui trial and error (designing the human to fit the machine), bukannya merancang mesin agar sesuai dengan manusia. Hal ini dapat ditemukan dalam karya Frederick Taylor (1989) tentang seleksi, pelatihan, jadwal kerja-istirahat, dan studi gerakan&waktu pada pekerja industri

Banyak kemajuan ergonomi yang berasal dari kebutuhan militer. Dengan dimulainya perang dunia 1, konflik pertama untuk menggunakan pesawat yang baru diciptakan dalam pertempuran, timbul kebutuhan untuk metode yang tepat dalam memilih dan melatih pilot berkualitas. Hal ini mendorong pengembangan psikologi penerbangan dan dimulainya penelitian tentang aeromedical. Meskipun kemajuan telah dibuat waktu itu, Meister (1999) menyatakan bahwa dorongan atau motivasi mengembangkan disiplin ilmu ergonomi tidak dapat terpenuhi, karena kurangnya “krisis teknologi dan personil seperti yang terjadi pada Perang Dunia II”.

Pecahnya Perang Dunia II dan adanya tuntutan kebutuhan pada saat itu maka terbentuk suatu katalis untuk mengembangkan disiplin ilmu ergonomi. Pertama, kebutuhan untuk memobilisasi dan mempekerjakan banyak pria dan wanita membuatnya tidak praktis lagi untuk memilih secara individu pada pekerjaan tertentu. Dengan demikian, fokus beralih kepada bagaimana merancang kemampuan manusia dan meminimalkan konsekuensi negatif dari keterbatasan mereka. Kedua, Perang Dunia II telah menjadi saksi di mana kemajuan teknologi akhirnya memaksa kemampuan manusia untuk beradaptasi dan mengimbangi desai yang tidak tepat.

Hal ini paling jelas terlihat pada sebuah kecelakaan pesawat dengan pilot yang sebenarnya sangat terlatih, tetapi terdapat masalah pada alat konfigurasi dan display instrument pesawat yang tidak ergonomis (Fitts & Jones, 1947). Eksperimental psikolog tetap dilakukan untuk mempelajari masalah ini dengan mengadaptasi teknik-teknik laboratorium. Maka, disiplin ilmu ergonomi mulai dilahirkan bahkan manusia yang terlibat di dalamnyapun mungkin tidak menyadarinya pada saat itu (Meister, 1999).

Pada pertengahan tahun 1960-an, disiplin ilmu ergonomi terus tumbuh dan berkembang di berbagai belahan dunia. Lebih dari itu, disiplin keilmuan ergonomi diperluan ke bidang-bidang lain, termasuk perangkat keras komputer (1960-an), perangkat lunak komputer (tahun 1970-an), pembangkit listrik tenaga nuklir dan sistem persenjataan (1980-an), makroergonomik, internet & otomatisasi (1990-an), dan teknologi adaptif (2000-an). Bidang ergonomik yang baru pun bermunculan seperti neuro-ergonomics dan nano-ergonomics. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang-bidang seperti bioteknologi dan nanoteknologi adalah suatu hal yang menarik untuk diikuti dan dipelajari tentang apa yang baru ditemukan tersebut akankah mengharuskan untuk menerapkan ergonomi sebagai solusi terbaik.

 

Kategori

Blogroll

  • Masih Kosong