nasehat buya hamkah

04 March 2013 06:57:14 Dibaca : 900

“Banyak Guru, Dokter, Hakim, Insinyur, banyak orang yang bukunya satu gudang dan diplomanya segulung besar, tiba dalam masyarakat menjadi ”mati”, sebab dia bukan orang masyarakat.

Hidupnya hanya mementingkan dirinya, diploma-nya hanya untuk mencari harta, hatinya sudah seperti batu, tidak mempunyai cita-cita, lain dari pada kesenangan dirinya.

Pribadinya tidak kuat. Dia bergerak bukan karena dorongan jiwa dan akal. Kepandaiannya yang banyak itu kerap kali menimbulkan takutnya. Bukan menimbulkan keberaniannya memasuki lapangan hidup”

Sumber: fb motivasi dan inspirasi

5 pelajaran dari sepatu

04 March 2013 06:54:11 Dibaca : 1095


1) Bentuknya tidak persis sama, namun itulah yang membuat mereka serasi;

2) Saat berjalan keduanya tidak pernah kompak apalagi berjalan bersamaan, namun tujuannya tetaplah sama;

3) Keduanya tidak boleh bertukar posisi, karena begitulah seharusnya mereka, dibuat untuk saling melengkapi;

4) Mereka lebih nyaman digunakan dalam keadaan sejajar, tidak boleh yang satu lebih rendah ataupun lebih tinggi;

5) Bila yang satu hilang, maka yang lain sudah tidak berarti.

Ternyata hikmah itu bisa kita temukan dimana-mana.. :)


Sumber: fb motivasi dan inspirasi

 

6 perasaan yang bisa menipu diri

04 March 2013 06:50:46 Dibaca : 1091

①⇉ Merasa dekat dengan Allah SWT, padahal jarang melakukan ketaataan.

②⇉ Merasa sudah banyak pahala, Padahal jarang untuk beramal.

③⇉ Merasa menjadi Kekasih Allah SWT, padahal sering melanggar ketentuan-NYA.

④⇉ Merasa selalu bersama orang² yang taat, padahal ketika bergaul sering berbuat maksiat.

⑤⇉ Merasa mudah mendapat ampunan, namun terus menerus melakukan dosa tanpa Penyesalan.

⑥⇉ Merasa dirindu taman² surga, namun amalan sehari² bagai menyemai benih neraka.

Naudzubillah...

Orang-orang yang bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikitpun atas dosa-dosa mereka, tetapi berkewajiban mengingatkan agar mereka juga bertakwa. (QS. Al-An'am: 69)

SUMBER : Kata2Hikmah

bersahabat dengan duka

04 March 2013 06:48:12 Dibaca : 1122

Sahabat...

Bila kita tidak mampu melupakan duka maka cobalah bersahabat dengannya, dikala kita mampu mengambil hikmahnya saat itu kita akan bersyukur

Betapa indahnya hari-hari yang telah lalu, betapapun pahitnya ia adalah obat bagi kita, sebuah penawar kehidupan, yang dengannya kita menikmati manisnya iman. Sesuatu yang awalnya pahit yang akhirnya berbuah manis

Dari air kita belajar ketenangan dari batu kita belajar ketegaran. dari lebah kita belajar memberikan banyak manfaat bagi sesama dari kupu-kupu kita belajar merubah diri dari padi kita belajar rendah hati dan dari Allah kita belajar tentang kasih sayang yang sempurna.

Lihatlah keatas agar kita memperoleh semangat untuk maju. Lihatlah ke bawah, agar kita bersyukur atas semua nikmat yg kita dapat. Lihatlah ke samping agar kita memperoleh semangat ukuwah dan kebersamaan. Lihatlah ke belakang agar kita bisa menjadikannya pengalaman yang berharga. Lihatlah ke dalam agar kita bisa selalu interospeksi diri.

Bila kita berduka cita mengacalah pada lubuk hati, disana kita bakal menemui bahwa kita sedang menangisi sesuatu yang pernah kita syukuri dan dibalik tangis itu ada kebahagiaa dibalik tangis itu ada senyuman dibalik tangis itu ada anugerah. Alangkah bahagianya hati yang duka

Dan saat kebahagiaanku tiba, kita merengkuhnya dalam pelukan dan berdiri tegak di ketinggian sambil berteriak kemarilah-kemarilah !

Karena kebahagian telah datang hari ini datanglah dan saksikanlah sesuatu yang membahagiakan itu tersenyum di mentari lalu kita bisikkan kata. "selamat tinggal kegelapan"

Sumber: fb sucikan hati dari penyakit hati

insan kamil

04 March 2013 06:34:25 Dibaca : 716

Ibnu Abbas meriwayatkan:
Pada suatu waktu kedua cucu nabi SAW yakni Hasan dan Husein sakit keras. Rasulullah SAW dan para sahabat datang untuk mengunjungi mereka. Nabi juga berpesan agar Ali dan Fatimah bernazar untuk kesembuhan kedua putra mereka. Keduanya, diikuti Faidhah, pembantu mereka, bahkan anak-anak yang sedang sakit mengucapkan nazar: Jika Tuhan menyembuhkan Hasan dan Husein, mereka semua bernazar untuk melakukan puasa tiga hari berturut-turut.
Tak lama kemudian, kedua anak itu sembuh. Seluruh anggota keluarga melakukan puasa nazar. Karena mereka tidak punya makanan, Ali meminjam gandum dan Fatimah memasak sepertiganya. Ketika magrib tiba dan mereka hendak berbuka, seorang miskin datang mengetuk pintu: "Salam bagi kalian, wahai keluarga Rasulullah. Saya muslim yang miskin, berilah saya makanan. Semoga Allah memberi kalian anugerah-Nya." Semua anggota keluarga nabi itu memberikan bagian makanannya. Malam itu mereka berbuka hanya dengan minum air.

Pada hari kedua, kejadian yang sama terulang lagi. Seorang anak yatim mengetuk pintu rumah mereka. Sekali lagi mereka memberikan bagian roti dan melewatkan malam hanya dengan minum air saja. Pada hari ketiga seorang tawanan datang. Lagi-lagi mereka mengakhiri puasa nazar-nya dengan minum air.

Pada hari keempat, Ali membawa putra-putranya menemui nabi. Begitu nabi melihat cucu-cucunya yang baru pulih dari sakit menggigil karena kelaparan, seperti anak-anak ayam menggelepar, nabi jatuh iba. "Aku sedih menyaksikan keadaan kalian." Beliau bangkit dan membawa mereka kembali ke rumahnya. Di situ, nabi melihat Fatimah sedang bersembahyang dan munajat. Perutnya kempis, seakan menempel pada tulang punggungnya. Matanya tampak cekung. Rasulullah SAW tampak sangat terharu melihat semua penderitaan ini.
Pada saat itulah, Jibril datang membawa wahyu dari Allah, permulaan Surat Hal Ata Alal Insan.

Karena itu Dr. Iqbal menyebut keluarga nabi sebagai keluarga yang bermahkotakan Hal Ata. Surah ini disebut juga Surah Al-Insan, Surah Manusia. Keluarga nabi adalah makhluk yang sudah mencapai derajat kemanusiaan yang sebenarnya, insan kamil.


sumber: facebook kumpulan cerita islami