Petani zaman Dulu VS Zaman Sekarang

15 March 2013 08:29:13 Dibaca : 5457


Dulu petani menanam padi tidak menggunakan pupuk karena menurut mereka dapat merusak tanaman. Pikiran petani pada saat ini memang benar adanya karena unsur hara yang terkandung pada lahan petani memang masih melimpah. Akan tetapi, lama kelamaan produksi petani makin menurun, dan pemerintah memberikan bantuan pupuk untuk menambah unsur hara tanah. Waktu itu, dibutuhkan proses yang cukup lama untuk meyakinkan petani agar memakai pupuk sampai akhirnya petani berkenan. Dan, hasilnya produksi padi semakin meningkat sehingga petani baru mempercayai manfaat dari pupuk tersebut. Sekarang, berbalik keinginan pemerintah untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia karena dengan penggunaan pupuk dapat merusak tanah. Dan, lagi-lagi petani mati-matian untuk tidak ingin mengurangi penggunaan pupuk kimia bahkan mereka ingin penyaluran pupuk diperbaiki agar petani mendapatkan pupuk sesuai jenis dan kebutuhannya. Padahal sekarang populer "save our earth" dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mengganti atau mencampur sebahagian dengan pupuk organik dalam rangka menggalakkan program pemerintah dalam rangka pertanian organik.

Pada zaman dulu petani menggunakan pupuk kandang. Hasilnya sudah bagus, Penyakit tanaman belum seberapa banyak dan aneh-aneh, Tanah masih gembur dan subur. Ketika Petani dikenalkan oleh pemerintah, pupuk kimia/urea pada era pemerintahan orba pada tahun 1980an.
Semua petani didaerah-daerah dianjurkan untuk memakai pupuk urea gratis. Tetapi banyak petani yang masih ragu dengan pupuk tersebut untuk dicoba bahkan ada yang dikasih ditukar dengan beras pada waktu itu. Ketika ada salah satu petani yang mau mencoba, ternyata hasilnya sangat luarbiasa meningkat pesat. Akhirnya semua petani kita menggunakan pupuk kimia tersebut sampai sekarang. Petani sekarang sudah banyak yang lupa dan meninggalkan pupuk kandang/kompos. Pertanian Indonesia pada waktu itu sampai bisa ekspor beras/swasembada pangan. Ternyata grafik pertanian kita seperti Huruf u terbalik, yaitu semakin tahun semakin menurun. Ada apa?... Setelah diteliti oleh pakar ilmu pertanian, ternyata lahan pertanian kita mengalami degradasi mutu lahan ini semua dampak dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan terus menerus. 

Semakin tahun penggunaan pupuk kimia tidak semakin sedikit tetapi produksi pupuk kimia tetap akibatnya pupuk sering kehabisan/Langka. Solusi dari Pemerintah: Untuk mengatasi kelangkaan pupuk kimia/kerusakan tanah Pemerintah lewat MENTAN menganjurkan pemakaian pupuk secara berimbang kimia + Organik Untuk mengembalikan lahan agar kembali subur diperlukan pupuk kandang/kompos per Ha antara 20 sampai 40 ton atau minimal 5 Ton pupuk kandang setiap kali musim tanam. Tetapi kendala dilapangan ketersedian pupuk kandang sulit. Kalaupun ada butuh biaya lagi untuk sampai kelahan. Pupuk kandang dari kotoran sapi tidak bisa langsung dipakai butuh waktu min. 3-6 bulan. 

SOLUSI NASA: Melalui riset yang panjang dan butuh waktu yang lama PUPUK ORGANIK NASA menemukan solusi alternative pengganti pupuk kandang 1 liter POCNASA setara dengan 1 Ton unsur hara mikro pupuk kandang. Untuk lahan 1 Ha diperlukan 10 botol PocNasa ( 1 botol=500cc ) + Hormonik/zat pengatur tumbuh cukup disemprotkan ke tanaman antara jam 7-10 pagi. 
POPSUPERNASA: Pupuk Organik Padat SuperNasa 1 btl isi 250 gr setara dengan 2.5 Ton Pupuk kandang. Praktis, Ekonomis, harga terjangkau. Bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia 25% sampai 50% berdasarkan rekomendasi setempat. PUPUK ORGANIK NASA, sebagai Pengganti pupuk kandang/kompos bukan pengganti pupuk kimia. Ijin Dep. Perdagangan RI: No. Reg. 503/00.1999/ILMK/V Ijin Dep. Pertanian RI: Nomor: L.004/organik/PPI/X/2005 Sucofindo: No. 3561027

Metamorfosis petani atau petani harus berubah menerima keadaan sekarang layaknya metamorfosis kupu-kupu dimana dibutuhkan beberapa proses mulai dari bertelur sampai jadi kupu-kupu yang cantik dan terbang bebas. Petani harus berani mengambil keputusan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sekarang dan bisa menerima segala sesuatu yang memberikan manfaat lebih terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani. Cuman yang perlu jadi perhatian dan harus diketahui semua pihak adalah perubahan petani harus disertai denga pendampingan dan contoh/teknis yang jelas karena baik petani bahkan semua orang akan langsung setuju terhadap suatu perubahan jika mereka melihat sendiri perubahan itu memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih daripada kita mempertahankan sesuatu yang belum atau tidak memberikan keuntungan. Intinya petani harus mendaptkan jaminan dari pemerintah dan siap membantu segala keperluan petani untuk bisa mengangkat derajat hidup petani saat ini.

 

sumber :

1. http://pupuknasa-organik.blogspot.com/2008/12/pada-zaman-dulu-petani-sebelum-tahun_19.html

2. http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/01/29/metamorfosis-petani/

Pertanian Indonesia

15 March 2013 08:27:43 Dibaca : 3250

Pertanian Indonesia

Indonesia adalah negara agraris menurut masyarakat terdahulu, karena memang dahulu walaupun 1/3 dari luas wilayah indonesia adalah daratan dan sisanya yang 2/3 itu wilayah lautan, Indonesia masih bisa swasembada beras, rakyatnya makmur, begitupun dengan faktor lain iklim belum berubah seperti saat ini, bercocok tanam pun bisa diperkirakan kapan panennya, belum terjadi intensifikasi pertanian yang menggunakan pupuk, benih, pestisida, dan peralatan pertanian yang mengandung bahan kimia yang dapat merusak ekosistem yang ada didalam tanah walaupun memang berpengaruh positif kepada hasil produksi dan produktivitas pertanian dari segi kuantitas maupun kualitas. Masih sedikitnya jumlah masyarakat indonesia pula mempengaruhi pertanian indonesia pada jaman dahulu, sehingga kebutuhan pangan di negri tercinta ini pada jamannya masih bisa surplus pangan. Walaupun demikian pada jaman dahulu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan:

  1. Skala kecil
  2. Modal yang terbatas
  3. Penggunaan teknologi yang masih sederhana
  4. Sangat dipengaruhi oleh musim
  5. Wilayah pasarnya lokal
  6. Umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi)
  7. Akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah,
  8. Pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani

Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Di jaman Globalisasi yang serba praktis seperti ini  saya kira pertanian malah memburuk walaupun memang sumber daya alam (SDA) di negeri ini patut di syukuri, Indonesia yang Mega Biodiversity, negara kepulauan, negara agraris, negara maritim, dan lain sebagainya yang hanya bisa kita jadikan sebuah nama untuk membangga-banggakan masyarakat sekarang ini. Banyaknya pulau di negeri ini tidak bisa dihitung dengan jari, menurut data ada 17.540 pulau di negeri ini, termasuk tiga dari enam pulau terbesar di dunia di antaranya, pulau Papua dengan peringkat ke-6 pulau terluas di dunia, menyusul dengan pulau Sumatera dengan peringkat ke-5, dan pulau Kalimantan dengan peringkat ke-3.

Indonesia yang dinamakan negara maritim terbesar di dunia dengan 93.000 km2 luas pantai yang ada di negeri ini, memiliki kekayaan yang luar biasa, menurut data terumbu karang yang tersebar sampai penjuru Indonesia adalah terumbu karang yang terkaya di dunia dengan lebih dari 2500 spesies ikan, lebih dari 590 jenis batu karang, lebih dari 2500 spesies moluska, serta lebih dari 450 jenis udang-udangan di Indonesia.

Tidak hanya di wilayah perairan, di wilayah daratan pun cukup membuat kita senang, banyak spesies asli Indonesia, tersebar di pulau-pulau besar di Indonesia yang menjadi maskot pulau tersebut. Di daratan kita juga dikarunai tempat tambang yang luar biasa.

Lalu dimanakah hasil dari sumber daya alam yang melimpah begitu dahsyatnya di tanah air tercinta? Sudahkah masyarakat Indonesia mengelolanya dengan baik? Masih bisakah warisan sumber daya alam tersebut kita wariskan ke anak-cucu kita? Tanpa di jawab pun kita sudah tahu jawabannya.

Angka kemiskinan di negeri ini masih cukup tinggi, hampir 17% dari seluruh jumlah warga negara Indonesia, ledakan penduduk terjadi di negeri ini, sudah berdaulatkah negara  ini?

Indonesia yang “kata”nya negara agraris masih bisa-bisanya mengimpor beras dari negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Jumlahnya terus meningkat  setiap tahun hingga mencapai 282,92% selama Januari-Juli 2011, di bandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Selain mengimpor beras, Indonesia ga ada malunya sama sekali sama negara tetangga Malaysia, yang juga mengimpor daging ayam dari Malaysia pada semester I tahun 2011 ini, bahkan jumlahnya mecapai 9 ton dengan nilai US$ 29,24 ribu. Indonesia juga mengimpor teh sebanyak 6,54 ribu ton dengan nilai US$ 11 juta selama 6 bulan pada tahun ini, padahal pucuk teh terbaik produksi Indonesia di ekspor ke negara lain, yang kita konsumsi produksi pabrikan indonesia adalah pucuk teh sisa ekspor, selain yang disebutkan tadi Indonesia mengimpor bahan-bahan lainnya seperti gandum, kedelai, cabai, kentang, ubi jalar, bahkan garam masih kita impor, saya heran dengan pemerintah, yang hanya bisa mengumbar janji manis, tipu daya, uang, sembako, kaos dan lain-lain setiap 5 tahun sekali untuk memilih mereka di pemilu. Inilah siklus lima tahunan yang tidak akan pernah berubahdi alam demokrasi ini. Sudahkah kita merdeka? Apakah kita sudah bebas dari belenggu negara lain?

Kembali ke topik pertanian. Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Di bawah ini terdapat beberapa rekomendasi, tawaran, saran, masukan dan juga tuntutan hasil dari pemikiran, yaitu sebagai berikut:

1. Optimalisasi program pertanian organik secara menyeluruh di Indonesia serta menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah lingkungan.

2. Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya dilindungi oleh undang-undang.

3. Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa program insentif usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta pengembangan industrialisasi yang berbasis pertanian/pedesaan, dan mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.

4. Indonesia harus mampu keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan bebas dunia pada tahun 2014.

5. Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-hasil penelitian ilmuwan lokal.

6. Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.

7. Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.

8. Membuat dan memberlakukan Undang-Undang perlindungan atas Hak Asasi Petani.

9. Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi pertanian dan perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.

10. Mewujudkan segera reforma agraria.

11. Perimbangan muatan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian serta penyusunan konsep jam tayang khusus untuk publikasi dunia pertanian di seluruh media massa yang ada.

12. Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang terintegrasi melalui penumbuhan wirausahawan dalam bidang pertanian (inkubator bisnis) berupa pelatihan dan pemagangan (retoling) yang berorientasi life skill, entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha, program pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda melalui kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pertanian, pengembangan program studi bidang pertanian yang mampu menarik generasi muda, serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan bakat generasi muda di bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia, seperti olimpiade pertanian, gerakan cinta pertanian pada anak, agriyouth camp, dan lain-lain.

13. Membrantas mafia-mafia pertanian.

14. Melibatkan mahasiswa dalam program pembangunan pertanian melalui pelaksanaan bimbingan massal pertanian, peningkatan daya saing mahasiswa dalam kewirausahaan serta dana pendampingan untuk program–program kemahasiswaan.

Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja namun diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang kuat dan mapan. Dimana Sistem tersebut harus dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistik.

Sekian. Semoga catatan kecil dari saya tentang pertanian indonesia, dapat membangun bagi pembacanya, mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam pembuatannya.

Belajar Dari Petanian Zaman Dulu

15 March 2013 08:25:55 Dibaca : 1100

Memori Sejumlah Catatan Sejarah Penemuan Teknologi Pengelolaan Tanah-Tanaman Sebagai Bahan Perenungan)

PENDAHULUAN

Bahan makanan dan sandang merupakan keperluan dasar umat manusia. Pada tahun 1975 populasi penduduk berjumlah 4 miliar, pada tahun 2000 jumlah penduduk meningkat lebih 6 miliar.  Setiap tahun penduduk bertambah, berarti kebutuhan bahan makanan dan sandang untuk manusia juga bertambah.  Untuk itu manusia perlu mengupayakan peningkatan produksi bahan makanan dan sandang setiap tahun untuk memenuhi kebutuhannya.

Perluasan area pertanian tidak dapat diandalkan, yang dibutuhkan adalah mengintensifkan lahan-lahan pertanian dimana teknologi pengelolaan tanah-tanaman memainkan peranan yang amat penting dalam meningkatkan produksi.  Berhubungan dengan itu, mengetahui perkembangan kemajuan bidang pertanian diharapkan akan mendorong semangat peneliti atau yang berjiwa peneliti, untuk mempelajari dan menemukan cara-cara baru inovatif guna meningkatkan produksi tanaman.  Tulisan ini kupersembahkan bagi adik-adik peneliti muda semoga bermanfaat.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN ZAMAN DAHULU (PURBA)

Perkembangan pertanian dimulai ketika manusia mulai menanam.  Waktu yang tepat tidak diketahui. Pada mulanya memungut, berburu, dan berpindah-pindah.  Waktu terus berjalan, manusia lebih banyak menetap daripada berpindah-pindah. Manusia berkembang, terbentuklah keluarga, marga, suku, kampung, dan desa-desa.  Perubahan mengembara ke menetap member keterampilan dan keahlian bertani.

Sepanjang catatan yang ada, perkembangan pengelolaan tanah-tanaman dimulai di Mesopotania (Irak), terletak antara sungai Tigris dan Kufrat pada 2500 SM.  Tanah di wilayah ini subur dan produksi tanaman pertaniannya jauh lebih tinggi daripada di wilayah lain.  Menurut Horodutus, tingginya produksi diduga karena adanya sistim irigasi yang baik dan subur karena banjir tahunan yang melanda tiap tahun.  Theophrastus (300 SM) kemudian menulis bahwa sungai Tigris kaya akan lumpur, dan orang-orang sengaja menggenangi lahannya selama mungkin sehingga akan mengendap sejumlah besar lumpur di lahannya.  Selanjutnya pada era ini juga diamati bahwa pada lahan tertentu, jika ditanami terus menerus produksinya akan turun. Namun dengan penambahan pupuk kandang dan limbah tanaman, kesuburan tanahnya akan pulih.

Homer (700-900 SM) sebelumnya telah menulis dalam syair kepahlawanan Yunani bahwa pemberian pupuk kandang memperbaiki pertumbuhan anggur dan pupuk kandang yang ditumpuk akan menjadi kompos.  Theophrastus (372 – 287 SM) melaporkan beberapa hal sebagai berikut ; 1) Tanah yang miskin perlu pupuk banyak, sedangkan yang subur dipupuk sekedar saja; 2) Makna pembuatan persemaian; 3) Tanaman yang subur memerlukan banyak air; 4) Anjuran untuk menanmpung kotoran hewan yang nilai pupuknya tinggi; 5) Dikisahkan pula tentang kebun sayuran dan zaitun disekitar Athena diberi air comberan kota, dan pupk kandang cair. 6) Ppupuk dibedakan menurut urutan nilai terbesar ke kecil : manusia > babi > kambing > domba > sapi > kuda (RRC saat ini dikenal paling luas menggunakan tinja).  Kemudian Varro (Roma) menulis bahwa kotoran unggas nilai pupknya lebih tinggi daripada kotoran manusia.  Selanjutnya Collumella menyatakan bahwa semanggi baik untuk makanan ternak karena semanggi memperkaya kotoran ternak.  Jauh sebelumnya Archilochus (700 SM) melaporkan bahwa bangkai dan darah baik untuk tanaman.

Pupuk hijau, tanaman kekacangan (legum) dikenal menyuburkan tanah. Teophrastus mencatat bahwa di Macedonia petani memanfaatkan legum dan membajaknya sehingga bercampur dengan tanah. Cato (234 – 149 SM), seorang pemikir dan sejarawan mengemukakan; (1) Abu tanaman dapat menyuburkan tanah, (2) Kebun anggur yang miskin jika ditanami dengan legum kemudian dibenamkan, akan memulihkan kesuburan tanah.  Peranan tanaman kekacangan juga diakui oleh Columella dan Virgil (70 -19 SM).

Kapan penggunaan pupuk mineral oleh orang purba tidak diketahui dengan pasti. Theophastus menulis bahwa campuran berbagai macam tanah merupakan suatu cara untuk memperbaiki kerusakan dan kesuburan tanah. Penambahan tanah subur ke tanah kurang subur, dan campuran tanah bertekstur kasar dan halus akan memperbaiki tanah.

Gamping (kapur) juga telah dicatat bermanfaat bagi tanah.  Orang-orang Aegina menambang gamping dan memanfaatkannya ke tanah. Pliny (62 -113) menganjurkan pemberian kapur halus ke tanah.  Pemberian sekali, nampak cukup untuk beberapa tahun.

Arti dan nilai abu tanaman pada zaman ini juga tertulis.  Xenophon dan Virgil (70 -19 SM) menganjurkan pembakaran jerami.  Cato menasihatkan penjaga kebun anggur untuk membakar pangkasan-pangkasan dan membajaknya dengan maksud menyuburkan tanah.  Demikian pula Columella, menganjurkan penebaran abu atau kapur pada tanah untuk mengurangi kemasaman tanah.

KNO3 (salperter) bermanfaat untuk tanaman telah dicatat oleh Theophrastus dan Pliny.  Air asin juga diketahui berguna.  Theophrastus menyatakan bahwa pohon palem membutuhkan garam.  Petani-petani dulu, menebar air asin disekitar akar pohon (tanaman) mereka.

Karakteristik tanha, Bulk Density (BD) sebagai indikator kesuburan tanah telah dikemukakan oleh Virgil. Cara mulai BD tanah yaitu gali lubang, dan kembalikan tanah galian ke lubang.  Bila lubang penuh atau berlebih berarti tanah itu padat, kurang baik untuk tanaman.  Tanah demikian butuh pengolahan dengan bajak (sapi) yang kuat.  Sebaliknya, jika galian tidak penuh, berarti tanahnya gembur, baik untuk tanaman.  Virgil juga memperkenalkan cara-cara yang sekarang dikenal sebagai prototype uji kimia tanah.  Tanah yang bergaram, rasanya lebih pahit, sehingga jagung tidak akan tumbuh.  Selanjutnya Columella juga menganjurkan uji rasa untuk mengukur tingkat kemasaman dan kegaraman tanah.  Kemudian Pliny menyatakan bahwa rasa pahit mungkin ada hubungannya dengan warna hitam tanah dan adanya bahan (sisa) tanaman dalam tanah.  Selanjutnya dikatakan bahwa perbedaan pertumbuhan terjadi akibat dari tingkat kesuburan yang berbeda.  Ini dapat diketahui dengan membandingkan tebal batang jagung.  Columella kemudian mengemukakan bahwa uji terbaik kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu adalah apakah tanaman itu dapat tumbuh.

Penulis-penulis dulu dan sekarang banyak percaya bahwa warna tanah merupakan kriteria kesuburan tanah. Tanah yang berwarna hitam (gelap) berarti subur, sedangkan yang berwarna terang atau kelabu berarti tidak subur. Pandangan ini ditentang oleh Columella, diberi contoh tanah rawa di Libya berwarna hitam ternyata tidak subur, sedangkan yang berwarna terang diketahui subur.  Dia menyimpulkan bahwa petunjuk yang baik untuk menduga kesuburan tanah adalah struktur, tekstur dan kemasaman tanah.

Zaman keemasan bangsa Yunani terjadi pada 800 – 200 SM. Banyak orang dalam periode ini genius. Tulisan-tulisan, budaya dan cara-cara pertaniannya ditiru oleh orang Romawi, dan filosofi Yunani menguasai pemikiran manusia selama lebih dari 2000 tahun.

KEMAJUAN TEKNOLOGI PERTANIAN SAMPAI DENGAN ABAD XIX

Dimulai saat jatuhnya kerajaan Romawi.  Pietro de Crescenzi (1230 – 1307) dijuluki sebagai Bapak Agronomi.  Beliau menyusun buku “Opus Ruralium Commodorum” yang merupakan cara bercocok tanam setempat.  Isi utamanya merupakan ringkasan pekerjaan sejak Homer.

Palissy (1563) berpendapat bahwa abu tanaman merupakan bahan yang berasal dari tanah.  Sementara itu Francis Bacon (1561-1624) mengemukakan bahwa (1) Hara (makanan) utama adalah air,(2) Fungsi tanah yaitu mempertahankan tanaman tegak, melindungi dari panas dan dingin, menyediakan senyawa khusus untuk tanaman, (3) Penanaman terus-menerus pada lahan yang sama akan menurunkan produksi. Selanjutnya D.B. Van Helmont (1577-1644) seorang ahli fisika dan kimia mengadakan percobaan tanaman Willow berat awalnya 5 pound ditanam dalam pot berisi tanah seberat 200 pound. Setelah 5 tahun tanaman dan tanah ditimbang, berat tanaman menjadi 169 pound, sedangkan tanah 198 pound, berarti lebih ringan 2 pound.  Selam percobaan hanya ditambahkan air.  Akhirnya disimpulkan bahwa air merupakan hara satu-satunya bagi tanaman.  Kesimpulan Helmont walaupun salah, namun merupakan dasar bagi peneliti-peneliti lainnya.  Kemudian Robert Boyle (1627-1691) seorang ahli fisika mengulangi pekerjaan Helmont dan memperkuat temuannya bahwa tanaman terdiri dari garam, alcohol, tanah dan minyak yang semuanya dibentuk dari air. Sebaliknya J. R. Glauber (1604-1668), ahli kimia, menyimpulkan bahwa saltpeter (KNO3) merupakan satu-satunya hara yang diperlukan tanaman, bukan air.

Pengamatannya melalui pengambilan contoh tanah di kandang. Diketahui bahwa garam (mineral) berasal dari kotoran ternak, sedangkan ternak memakan rumput, berarti garam itu berasal dari rumput.  Ketika garam diberikan pada tanaman, pertumbuhan tampak lebih baik.  Akhirnya J. Woodward (± 1700) menjawab pekerjaan Helmont dan Boyle.  Dia menanam spearmint dalam air hujan, air sungai, comberan, comberan + tanah.  Tanaman ditimbang pada awal dan akhir.  Nampak pertumbuhan tanaman berbeda-beda menurut kotoran yang terdapat dalam air. Pendekatan ini agaknya lebih baik dari sebelumnya.

Jethro Tull (1674 – 1741) dikenal sebagai Bapak Mekanisasi Pertanian. Dia mengamati kejanggalan dari dua lahan berbeda yang ditanami tanaman yang sama.  Kedua lahan diketahui mendapat udara dan hujan yang sama, namun hasilnya berbeda.  Tull berpendapat bahwa tentu ada sesuatu yang diambil tanaman dari tanah yang berbeda. Dia menyatakan bahwa tanaman mengambil makanan dari partikel-partikel halus tanah, karena itu pengolahan tanah penting agar tanah menjadi lebih halus dan gembur. Jethro Tull adalah pencipta alat-alat pertanian yang ditarik hewan.

Arthur Young (1741 – 1820)melakukan percobaan pot untuk mengetahui senyawa apa yang memperbaiki pertumbuhan tanaman barley (jelai).  Pot-pot diberi perlakuan arang, minyak, kotoran ayam, anggur, nitrat, mesiu, kulit kerang, dan bahan-bahan lain.  Hasilnya, ada yang baik, ada yang mati.  Hasilnya diterbitkan dalam 64 volume, dan menggambarkan pendapat bahwa tanaman tersusun dari suatu senyawa dan selanjutnya para ahli mencari prinsip tanaman ini.

Francis Home (± 1775) melakukan percobaan pot dan mengukur pengaruh berbagai macam zat, kemudian menganalisis (kimia) bahan tanaman. Dia menyatakan bahwa persoalan pertanian yang penting adalah hara tanaman.  Prinsip tanaman bukan hanya satu, melainkan ada beberapa antara lain : udara, air, tanah, garam-garam, minyak, dan api padat (Phlogiston). Dia juga yakin bahwa bahan organic atau humus diambil secara langsung oleh tanaman dan merupakan hara pokok. Pendapat ini bertahan selama bertahun-tahun dan sukar untuk dihilangkan oleh karena hasil analisis kimia tanaman dan humus menunjukkan keduanya mengandung unsur-unsur penting yang sama. Pada waktu itu proses fotosintesis belum ditemukan. Penelitian Home merupakan batu loncatan yang berharga dalam perkembangan ilmu-ilmu pertanian selanjutnya.

Priestley (1772) dan Ingenhousz (1730 – 1799) menunjukkan bahwa dalam keadaan terang (ada cahaya matahari) akan menghasilkan oksigen.  Selanjutnya, J.Senebier (1742 – 1809) menyatakan bahwa kenaikan bobot Willow dari percobaan Van Helmont bukan akibat air melainkan udara (C dalam tanaman berasal dari udara).

KEMAJUAN SELAMA ABAD XIX DAN XX

De Sausseure (1804) mengamati pengaruh udara terhadap tanaman serta asal garam dalam tanaman.  Disimpulkan bahwa tanaman menyerap O2 dan melepaskan CO2.  Di bawah pengaruh sinar matahari tanaman menyerap CO2 dan melepaskan O2.  Selanjutnya dikatakan, tanpa CO2, tanaman akan mati.  De Sausseure menganalisis abu tanaman dan mendapatkan kesamaan unsur-unsur yang dikandung abu tanaman dan tanah.  Selanjutnya, Sir Humphrey Davy (1813) menentang De Sausseure bahwa CO2 berasal dari udara.  Dia mengemukakan pentingnya pupuk dan abu tanaman, dan minyak bumi adalah pupuk.  Jika tanah tidak produktif dan harus diperbaiki, perlu dicari penyebabnya melalui analisis kimia.

Kemajuan selanjutnya dicapai oleh Jurtus Von Liebig (1803 -1873).  Dari beberapa percobaannya disimpulkan : 1) Unsur kimia dalam tanaman mesti berasal dari tanah dan udara, 2) Sebagian besar C nerasal dari atmosfer, H dan O berasal dari air, 3) Logam-logam Ca, Mg, K, penting untuk menetralisir asam, dan 4) Fosfor diperlukan untuk pembentukan biji.  Kemudian Lawes (1830 -1850) mencoba efektivitas tulang yang digiling sebagai sumber P tanaman.  Ternyata, tidak efektif, dan berlawanan dengan pendapat Liebig.  Rupanya diperlukan P yang lebih larut.  Lawes dkk juga berpendapat lain bahwa sumber N adalah tanah sedangkan Leibig berpendapat bahwa N bersumber dari udara.

Pada era ini (1802 – 1882) J.B. Bousingault seorang ahli kimia tanah dan pertanian mengamati bahwa tanaman polongan memperoleh N dari udara bila tanah tempat ia tumbuh tidak pernah dipanaskan. N udara kemudian diubah menjadi senyawa yang cocok bagi tanaman.  Pemanasan rupanya mematikan jasad hidup tanah, dan Bousingault belum dapat mengkaitkannya dengan fiksasi N.  Nanti 50 tahun kemudian Beiyerinck mengisolasi bakteri (Bacillus radicicola) yang berperan dalam pengikatan nitrogen udara oleh tanaman polongan.

Temuan-temuan dalam abad 20 antara lain unsur-unsur penting lainnya bagi tanaman misalnya Mn, B, Zn, Cn, Mo, Cl, Co, V dan Na, metode-metode penelitian, analisis-analisis, pupuk, kesetimbangan hara dalam tanah, serapan dan ketersediaan hara, peranan mikrobia dalam pengikatan N udara, dan bioteknologi lainnya.

HARAPAN ABAD XXI

Manusia makin bertambah, kebutuhan makanan dan sandang juga semakin bertambah.  Unsur yang paling banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen, dengan demikian kebutuhan pupuk N dimasa datang juga meningkat.  Untuk memproduksi pupuk N dibutuhkan biaya besar (konstruksi pabrik, gas alam).  Di samping itu juga adanya resiko polusi, dan bahan baku tidak dapat diperbaharui.  Sebagai pilihan dimasa datang adalah meningkatkan dan mengembangkan mikrobia yang dapat mengikat N udara.

Perbaikan metode analisis tanah dan tanaman untuk menentukan kebutuhan pupuk juga merupakan bagian penting dimasa datang.  Selanjutnya bagaimana mencari, menemukan, dan mengembangkan formulasi pupuk yang pelepasannya lambat sehingga lebih efektif dan efisien perlu mendapat perhatian.  Teknik-teknik konservasi untuk menekan laju erosi, dan meningkatkan efisiensi irigasi dan penggunaan air amsih memerlukan penelitian mendalam.  Suatu perkembangan baru muncul di bidang genetikamolekuler.  Lewat teknik-teknik pemindahan gen, kualitas dari suatu genus atau jenis yang diinginkan dapat dipindahkan ke tanaman lain.  Teknologi ini diharapkan terus dikembangkan dan disempurnakan sehingga dimasa datang dapat diciptakan tanaman-tanaman sesusai dengan yang diinginkan.  Kemajuan-kemajuan bioteknologi kini dan masa datang akan sangat bermanfaat bagi manusia.

Teknologi pemanfaatan pengindraan jauh (remote sensing) untuk menentukan kondisi tanaman juga diharapkan semakin meningkat.  Persoalan-persoalan yang muncul dari tanah, irigasi, serangan hama dan penyakit dapat diketahui sedini mungkin melalui pengindraan jauh dan dapat segera diperbaiki untuk mencegah kerusakan yang lebih serius.  Kemajuan-kemajuan pertanian dimasa datang tergantung pada peneliti-peneliti berbobot, yang mempunyai pengamatan tajam dan pandangan jauh kedepan.

Untuk setiap persoalan yang dipecahkan peneliti hari ini mungkin akan banyak menimbulkan persoalan lain dimasa datang.  Seorang peneliti dibidang pertanian mestinya mampu menggali lebih dalam dan lebih banyak bertanya tentang “mengapa” (Why) daripada “apa” (What).  Alam terbuka namun penuh rahasia dan misteri alam menantimu.  Suatu tantangan bagi peneliti untuk menjelajahi dan menyingkapnya.

KESIMPULAN

Pada zaman dahulu tercatat beberapa kemajuan teknologi dibidang pertanian antara lain adanya system jaringan irigasi yang sudah berkembang, pemanfaatan pupuk kandang, limbah tanaman, kotoran (air buangan) manusia, penggunaan pupuk hijau, dan pengaturan pola tanam.  Orang-orang dahulu kala juga telah memanfaatkan kapur, abu tanaman, serta mineral (campuran tanah) sebagai bahan untuk meningkatkan kesuburan tanah.  Dalam menilai lahan yang baik untuk bercocok tanam, mereka menggunakan metode analisis secara sederhana terhadap sifat fisik dan kimia tanah.

Sampai dengan abad XIX, pengamatan sudah agak lebih jauh maju.  Peneliti berupaya mencari prinsip vegetasi atau bahan (senyawa) yang menyusun tubuh tanaman serta berupaya menyingkap asal-usul bahan penyusun tanaman.

Dalam abad XIX dan XX, pengamatan terhadap prinsip vegetasi makin dipertajam, dan semakin jelas terungkap mengenai faktor-faktor yang berperan dalam pertumbuhan tanaman.  Tanaman polongan yang bekerjasama dengan mikrobia (hidup pada tanaman polongan) diketahui dapat menambat nitrogen udara.  Juga ditemukan beberapa unsur esensil lainnya.  Metode-metode penelitian makin berkembang, demikian pula metode analisis, penemuan pupuk-pupuk baru, serta kemajuan-kemajuan dalam pemahaman perilaku hara dalam tanah dan tanaman.  Juga makin terasa bagaimana arti dan peranan mikrobia (bioteknologi) dalam bidang pertanian dan lain-lain.  Dalam menyongsong dan memasuki abad ke XXI, penelitian dan pengembangan dibidang pertanian semakin terasa mendesak, serta semakin perlu ditingkatkan guna menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Friets,  F. G. JR. 1977.  A perspective on two centuries of progress in soil fertility and plant nutrition.  SSAJ 41  :  242-249

Goeswono Soepardi.  1982.  Bahan Kuliah Kesuburan Tanah,  FPS-IPB.

Tisdale, S.L.  W.L.  Nelsond, and J.D.  Beaton 1985.  Soil Fertility and Fertilizers.  John Wiley and Sons, New York.

Source: http://sulsel.litbang.deptan.go.id

Alat Pertanian Jaman Dulu Masih Tersimpan di Bali

15 March 2013 08:23:35 Dibaca : 1446

Selain dikenal sebagai daerah pariwisata Bali juga dikenal dengan sistem pertanian yang disebut Subang. Ratusan jenis peralatan tradisional Bali kini tersimpan rapi di Museum Subang.

Sekitar 250 jenis peralatan pertanian tradisonal di Bali kini tersimpan rapi di Museum Subak Bali. Museum pertanian satu-satunya di Indonesia ini berlokasi di desa Banjar Anyar, kecamatan Kediri, kabupaten Tabanan.

Berbagai peralatan tradisional yang dikoleksi diantaranya peralatan pembuatan terowongan air, peralatan membajak sawah, peralatan panen hingga peralatan penyimpanan hasil panen. Semuanya terlihat sederhana, namun tidak kalah dengan peralatan teknologi saat ini.

Seperti alat pengukur waktu yang digunakan petani jaman dulu, alat yang disebut Jangge ini, terbuat dari tempurung kelapa utuh. Alat ini dapat menentukan waktu hingga 1 hingga 6 jam. Sistem kerjanya, tempurung diisi air, diberi lubang kecil hingga air menetes keluar. Jika air dalam tempurung kelapa habis maka sama dengan satu jam. Semakin besar tempurung yang digunakan maka semakin lama hitungan jamnya.

Peralatan unik lainnya yaitu, alat untuk membuat terowongan air yang disebut geganjing. Meski berbuat dari kayu dan bentuknya sederhana namun dengan geganjing ini, para leluhur di Bali mampu membuat terowongan dibawah tanah untuk membawa air irigasi ratusan meter panjangnya.

Selain itu ada pula sistem kalender pertanian yang terbuat dari kayu. Kalender tersebut dijadikan patokan dalam menentukan masa cocok tanam, maupun hari baik untuk melaksanakan upacara.

Koleksi lainnya yakni berbagai peralatan pengelolaan pertanian seperti cangkul, bajak dan kayu, gerinda untuk mengiling tanah usai dibajak dan turut untuk meratakan tanah. Juga ada peralatan panen hingga alat penyimpanan panen dalam lumbung.

Namun koleksi peralatan pertanian yang memiliki sejarah tinggi tersebut belum banyak diketahui masyarakat. Kunjungan wisatawan di museum tersebut masih berkisar antara 4 hingga 5 ribu orang pertahun termasuk wisatawan asing. (Tim Liputan/Alb).

Kesuburan dan Ksehatan Tanah

15 March 2013 08:21:47 Dibaca : 3866

Sebelum membicarakan bagaimana upaya membangun kesuburan dan kesehatan tanah ada baiknya kita mengetahui dulu apa yang menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan dan kesehatan tanah?

Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, tempat persediaan udara bagi pernapasan akar, tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi tumbuhan, tempat persediaan air bagi tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan makroorganisme yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman.

Agar mampu menjalankan peran-peran tersebut, maka tanah harus memiliki kesuburan dan kesehatan yang baik.  Kata ”kesuburan dan kesehatan tanah” sering kali digunakan secara bersamaan. Pada kenyataannya ada dijumpai tanahnya subur tetapi tanaman yang tumbuh di atasnya, tumbuh tidak sehat.  Terdapat perbedaan definisi antara kesuburan dan kesehatan tanah.  Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia, fisika, dan biologi yang dimilikinya. Sedangkan kesehatan tanah bisa diartikan suatu keadaan tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara sehat tanpa adanya gangguan apapun.  Walaupun terdapat perbedaan definisi, faktanya terkadang sulit membedakan antara kesuburan tanah maupun kesehatan tanah karena pada keduanya terkait dengan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah.  Ditinjau dari sudut kesuburan, tanah dipandang sebagai tempat tumbuh tanaman dimana faktor yang sangat berpengaruh adalah tekstur tanah, ketersediaan hara, aerasi, kemampuan mengikat tanah dll.  Sedangkan ditinjau dari sudut kesehatan  tanah, tanah dipandang sebagai tempat kehidupan, dimana selain faktor fisik dan kimia seperti tersebut di atas, kehidupan jasad-jasad makro dan mikro di dalam tanah harus mampu mendukung kehidupan tanaman.

Kesuburan dan kesehatan tanah bisa berubah ubah. Tanah yang tadinya subur dan sehat bisa saja menjadi kurang subur dan sakit. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kesuburan dan kesehatan tanah menjadi menurun.  Beberapa faktor penyebab menurunnya kesuburan tanah diantaranya yaitu penyerapan zat hara oleh tanaman,  penguapan elemen hara ke atmosfer, resapan ke dalam tanah, dan terjadinya erosi.  Sedangkan faktor-faktor penyebab menurunnya kesehatan tanah diantaranya yaitu tidak pernah melakukan pemberian bahan organik ke tanah, pemakaian pupuk yang berlebihan,  terjadinya pencemaran bahan kimia berbahaya (seperti pestisida kimia), melakukan pembakaran di atas lahan (merusak tekstur tanah) dan juga erosi.

Peningkatan Kesuburan dan Kesehatan Tanah

Tanah yang subur dan sehat adalah faktor yang paling penting dalam kesuksesan pertanian dan perkebunan.  Jika dimanfaatkan dengan teknik dan pengelolaan yang baik maka kesehatan tanah akan semakin meningkat.

Ciri-ciri tanah yang subur dan sehat :

  • Mengandung humus/bunga tanah (terbuat dari bahan organik yang hancur dan terurai, kompos, mulsa, kotoran hewan dll)
  • Mengandung sejumlah besar biota-biota tanah bermanfaat (mikrofauna, mikroflora, makrofauna, dll)
  • Mengandung campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang (tanah liat mengikat mineral sedangkan pasir memungkinkan drainase)
  • Bertekstur lempung, mempunyai porositas dan daya mengisap air yang baik
  • Mempunyai tingkat pH yang netral.
  • Berbagai tanaman bisa tumbuh di atasnya

Tanah yang sehat berperan sebagai bank nutrisi dengan menyimpan unsur hara yang siap untuk digunakan oleh tanaman.  Upaya-upaya mempertahankan dan meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah adalah dengan melakukan pengelolaan lahan dan tanaman secara terpadu.

Pengelolaan lahan :

1.    Pemberaan/kosong

Yaitu mengistirahatkan atau mengosongkan lahan selama periode waktu tertentu dan membiarkan gulma dan rumput tumbuh setelah panen.

2.    Pemulsaan

Yaitu memberi kulit untuk menutupi permukaan tanah dengan menggunakan sisa tanaman atau rumput-rumputan (jerami padi dll).

Pemberian mulsa membantu dalam mencegah hilangnya air melalui penguapan dengan mengurangi pengaruh erosi dan curah hujan pada tanah, mengendalikan pertumbuhan gulma dan membantu dalam menjaga struktur tanah yang baik.

3.    Pemberian pupuk organik :

-  Pupuk hijau

Dengan menanam dan membenamkan tanaman sebagai pupuk. Tanaman leguminose/kacang-kacangan dan tanaman penutup yang biasanya merambat dan menutupi permukaan tanah kemudian dibenamkan ke dalam tanah dengan bajak atau garu.

Hal ini dilakukan untuk mengganti kesehatan tanah yang hilang dengan zat hara yang ada dalam pupuk hijau yang akan bertindak sebagai penambahan bahan organik untuk tanah.

- Pupuk kandang

Sisa ternak seperti manur, urin dan organ bagian dalam dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah atau meningkatkan kesehatan tanah.

- Pupuk cair dan kompos

Mengandung bermacam-macam unsur hara, murah pembuatannya, meningkatkan jumlah biota dan memperbaiki kualitas struktur tanah. [HUS]

 Sumber : Manual Sumber mengenai Alternatif Pengendalian Hama untuk Tanaman Sayuran, 2001. PAN Indonesia, Jakarta.