Pemanfaatan limbah pertanian untuk membuat biochar
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya. Banyak potensi pertanian yang menguntungkan bila diolah secara maksimal. Melihat fakta selama ini, banyak limbah pertanian yang dibiarkan begitu saja pasca panen, tanpa memperhatikan pertambahan nilai olahan limbah tersebut. Limbah-limbah tersebut masih dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi produk baru yang dapat menambah produktivitas pertanian.
Lahan pertanian di Indonesia sangat luas. Banyak diantaranya merupakan lahan kritis. Lahan yang tidak diolah dengan baik, sehingga secara bertahap menyebabkan kualitas tanah menurun dan berakibat pada penurunan produktivitas pertanian. Serta daerah bekas pertambangan yang tidak subur dan strukturnya telah rusak. Luas kedua tipe lahan tersebut semakin besar dan secara teori masih dapat direkonstruksi.
Bila ditelaah lebih teliti lahan pertanian yang rusak dapat dikembalikan lagi tingkat kesuburannya dengan pengolahan yang baik. Konsep biochar (arang hayati) ditawarkan sebagai pembenah lahan. Biochar dapat dibuat dari berbagai biomasa, bahkan limbah-limbah pertanian yang memenuhi syarat. Sejarah menujukkan, biochar telah dimanfaatkan secara tradisional oleh petani di berbagai belahan dunia. Berbagai penelitian menunjukkan, biochar berpotensi memperbaiki struktur dan kesuburan tanah. Di Indonesia, pemanfaatan biochar dalam skala besar adalah hal yang relatif baru. Oleh karena itu, pemerintah berperan penting dalam memeberikan pemahaman dan pembinaan kepada masyarkat luas terutama petani akan pentingnya biochar sebagai pembenah tanah guna mendukung mendukung peningkatan produksi pertanian ke depannya.
B. ISI
Definisi limbah pertanian
Makalah ini membahas limbah pertanian yang secara khusus merupakan limbah hasil pertanian, berupa sekam, jerami, tempurung kelapa, limbah biji sawit ataupun limbah kayu, yang merupakan sisa hasil panen yang sudah tidak dimanfaatkan.
Definisi biochar
Biochar adalah istilah baru yang digunakan untuk menggambarkan arang (biasanya arang berserbuk halus) berpori terbuat dari sampah organik yang ditambahkan pada tanah. Biochar dihasilkan melalui proses pirolisis biomasa. Pirolisis Ini dilakukan dengan memaparkan biomasa pada temperatur tinggi tanpa adanya oksigen. Proses ini menghasilkan dua jenis bahan bakar (sygas atau gas sintetis dan bio-oil atau minyak nabati) dan arang (yang kemudian disebut biochar) sebagai produk sampingan.
Biochar memiliki karakteristik: high surface area, high volume, micropores, density, macropores, serta mengikat air. Karakteristik tersebut menyebabkan biochar mampu memasok karbon, bochar juga dapat mengurangi CO2 dari atmosfer dengan cara mengikatnya kedalam tanah.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan biochar antara lain:
- Dapat memperbaiki struktur tanah
- Luas permukaan biochar lebih besar, hal ini dapat menahan air dan tanah dari erosi
- Mengikat nitrogen, calcium (Ca2+), potassium (K+), magnesium (Mg2+)
Proses pembuatan biochar
Biochar adalah produk kaya karbon ketika biomassa seperti rabuk (manure) atau daun, dipanaskan dengan oksigen rendah atau bahkan vakum. Secara teknis biochar diproduksi melalui dekomposisi termal materi organikdi bawah suplai oksigen yang terbatas serta temperatur yang rellatif rendah (<700°C).
Biochar dapat dibuat melalui banyak cara, terutama menggunakan salah satu dari tiga proses dekomposisi termal dominan: pirolisis, gasifikasi, dan karbonisasi hidrotermal. Energi yang dihasilkan berbentuk gas atau minyak yang terbentuk bersama dengan terbentuknya biochar. Energi yang dihasilkan tersebut dimungkinkan dapat menutup fungsi lain (recoverable), atau secara sederhana energi tersebut dibakar dan dibebaskan sebagai panas. Biochar dapat dibuat dari berbagai macam biomassa. Sistem (reaktor) yang digunakan pun berbeda-beda, dan mungkin menggunakan teknologi yang memproduksi energi recoverable ataupun tidak, mulai dari skala rumah tangga hingga pembangkit listrik bioenergi besar.
Tanah yang subur memerlukan kandungan bahan organik sebesar 2%. Arang hayati atau biochar memberikan opsi untuk pengelolaan tanah terutama sebagai supplier karbon dan perekonstruksi. Menurut Lehmann (2007), semua bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah nyata meningkatkan berbagai fungsi tanah tak terkecuali retensi berbagai unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman. Biochar lebih efektif menahan unsure hara untuk ketersediaannya bagi tanaman dibandingkan bahan organik lain seperti sampah dedaunan, kompos atau pupuk kandang. Biochar juga menahan P yang tidak bisa diretensi oleh bahan organik tanah biasa. Lehmann dan Rondon (2006) serta Rondon et al. (2007) melaporkan bahwa biochar juga menyediakan media tumbuh yang baik bagi berbagai mikroba tanah.
Sejarah biochar
Perhatian terhadap biochar dari biomassa didorong oleh studi tentang tanah yang ditemui di Lembah Amazon, disebut Terra Preta (Lehmann et al. 2003; Lehmann et al. 2006; Miles 2009). Tanah hitam Amazon merupakan tanah yang sudah tua, dikelola oleh bangsa Ameridian antara 500 dan 2500 tahun yang lalu. Tanah ini mempertahankan kandungan karbon organik dan kesuburan yang tinggi, bahkan beberapa ribu tahun setelah ditinggalkan oleh penduduk setempat, sangat berbeda dengan tanah masam di dekatnya yang mempunyai kesuburan rendah. Kandungan bahan organik tanah dan hara yang tinggi disebabkan oleh kandungan karbon hitam yang sangat tinggi.
Dari buku kuno di Jepang juga diketahui istilah pupuk-api (fire-manure) sebagai penyubur pertanian pada tahun 1697. Pupuk-api ini tak ubahnya biochar.
Tradisi di China, upaya menyuburkan lahan sejak lama dikembangkan melalui pembakaran biomassa. Penelitian ilmiah terhadap peran biochar bagi pertumbuhan bibit padi juga sudah dikembangkan pada tahun 1915.
Pada tahun 2007 International Rice Research Institute (IRRI) menguji pemberian biochar pada produksi padi gogo di Laos bagian utara. Biochar terbukti meningkatkan konduktivitas hidrolik top soil atau lapisan permukaan tanah dan meningkatkan hasil gabah pada kandungan tanah yang rendah fosfor (P) tersebut. Pemberian biochar juga terbukti meningkatkan respons terhadap pemberian pupuk dengan kandungan nitrogen (N).
Potensi pengembangan biochar limbah pertanian
Dalam aplikasinya, arang hayati, misalnya dari pembakaran batang kayu, biasanya dijadikan media tanam tanaman anggrek. Petani juga kerap membakar jerami untuk menambah kesuburan lahan. Itulah praktik pemanfaatan biochar yang tanpa disadari sesungguhnya dapat dikembangkan jauh lebih optimal.
Di Indonesia potensi alam melimpah tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal. Jumlah biomassa sangat melimpah, tetapi pemanfaatannya masih sangat sedikit. Dapat diambil contoh residu pertanian dari produksi padi adalah sekam dan jerami.
Dari bulir gabah (Gani,2009) dapat diperoleh sekam dengan kandungan 18 persen hingga 22 persen. Kemudian dari jerami dapat diperoleh 45 persen sampai 55 persen biomassa tanaman itu. Panenan gabah kering rata-rata saat ini 6 ton per hektar, akan diperoleh 1,2 ton sekam dan 6 ton jerami. Total limbah produksi padi untuk biochar mencapai 120 persen gabahnya. Setiap tahun kini diproduksi lebih dari 55 juta ton gabah kering panen. Ini berarti di Indonesia ada sekitar 66 juta ton limbah produksi padi berpotensi menjadi biochar setiap tahun.
Belum lagi residu dari produksi tani kacang-kacangan atau tongkol jagung, residu perkebunan kelapa sawit, tempurung kelapa, residu tebu dan residu pengolahan hasil kehutanan berupa kayu. Potensi pembuatan biochar dari limbah pertanian benar-benar sangat berlimpah.
C. PENUTUP
Penelitian dan pengembangan biochar telah menarik banyak komunitas ilmiah dan pengguna yang melihat perspektif menarik tentang pengelolaan biomassa bagi pembanguan perekonomian dan swasembada pangan. Integrasi produksi bioenergi pertanian berkelanjutan dengan pengelolaan limbah ke dalam suatu pendekatan penggunaan biochar merupakan usaha pengelolaan sumber daya yang memiliki peluang besar. Sehingga diharapkan adanya realisasi oleh berbagai pihak terkait.
Aplikasi biochar mempunyai manfaat agronomis yang nyata. Namun, hasil ini tidak universal karena dari beberapa hasil penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh luasnya kisaran sifat biochar, sesuai dengan bahan dasarnya, dan interaksi yang beragam antara biochar dengan tipe tanah. Karena itu masih diperlukan penelitian untuk pengembangan pemanfaatan biochar secara umum.
Karena biochar dapat dibuat dari berbagai biomassa, maka diharapkan tidak memakai biomassa bahan makanan layak pakai dan kayu hutan, tetapi menggantinya dengan limbah-limbah pertanian dan bahan organik yang tidak dipakai.
Produksi biochar dengan reaktor yang tidak kedap udara memungkinkan emisi pembakaran keluar dari sistem dan mencemari lingkungan. Maka dari itu diperlukan inovasi dan pengembangan reaktor seideal mungkin. Sehingga selain mencegah keluarnya emisi, jumlah karbon yang terfiksasi ke dalam biochar pun semakin besar.
Pemanfaatan Sampah Berorientasi Pertanian Kota
INILAH.COM, Bandung - Beribu-ribu ton sampah dihasilkan dari berbagai kalangan mulai dari rumah tangga hingga industri. Namun, pemanfaatan sampah masih terbilang rendah terutama oleh masyarakat di perkotaan.
"Sebetulnya, sampah punya manfaat lain dan punya nilai ekonomi jika dimanfaatkan dengan maksimal," ujar Ketua Tim Kelompok Kerja (Pokja) Dewan Pengembangan Ekonomi (DPE) Bidang Pertanian, Prof Dr Maman Haeruman pada Seminar Pengembangan Pertanian Perkotaan, Rabu (19/12/2013).
Dia menjelaskan, sampah bisa dimanfaatkan untuk berbagai sektor seperti pertanian. Sampah diolah menjadi pupuk organik bagi tanaman. Pupuk jenis ini dianggap memiliki kualitas lebih baik dibandingkan pupuk kimia.
Namun demikian, pemanfaatan sampah di perkotaan masih sedikit terkendala akibat masalah keterbatasan lahan. Lahan semakin sempit karena beralih fungsi jadi pemukiman, bisnis, maupun pemerintahan.
"Sampah juga menjadi permasalahan di Kota Bandung, lahan untuk pertanian juga sangat terbatas," tuturnya.
Menurutnya, kendala tersebut bisa disiasati dengan berbagai cara. Lahan yang terbatas harus dimaksimalkan asalkan ada keinginan kuat dari berbagai pihak.
Lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian bisa menggunakan lahan milik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Sasaran pertanian kota bisa memanfaatkan kelompok masyarakat seperti wanita tani, PKK, Karang Taruna, dan masyarakat berpendidikan.
"Pekarangan rumah, halaman sekolah maupun kantor bisa dimanfaatkan," terangnya.
Lebih lanjut dituturkannya, terdapat sejumlah komoditi pertanian yang cocok dikembangkan di perkotaan seperti tanaman hias berupa anggrek. Tanaman warung hidup juga sangat layak untuk ditanam seperti buah-buahan, semisal rambutan, mangga, sawo, dan sebagainya. Kemudian, tanaman apotek hidup juga bisa ditanam seperti jahe, kencur, kunyit, sirih, dan beberapa lainnya.
"Selain untuk dikonsumsi sendiri, tanaman tersebut juga memiliki nilai ekonomis karena bisa dijual ke pasaran," pungkasnya. [rni]
limbah padat non B3
Mengidentifikasi jenis limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Limbah padat atau sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
- Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
- Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
- Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
- Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
1.1 Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a.Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulittiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
1.3 Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
1.4 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
* Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
* Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
* Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut
* Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
- Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
- Limbah Non-B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
1. Reuse
Reuse adalah penggunaan kembali limbah B3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan kimia, fisika, biologi, dan / atau termal
2. Recycle
Recycle adalah mendaur ulang komponen yang berguna melalui proses tambahan dalam kimia, fisika, biologi, dan / atau termal menghasilkan produk yang sama atau produk yang berbeda
3. Pemulihan
Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:
- Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
- Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.
- Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.
Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga untuk Tanaman Sayuran Organik di Pekarangan Rumah
Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terutama pada lingkungan rumah tangga akibat pembuangan sampah. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). “Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996). “Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula”. (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982) “Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai.” (Radyastuti, W. Prof. Ir, 1996).
Sampah rumah tangga merupakan hasil pembuangan dari sisa aktifitas ibu rumah tangga di dapur, yang terdiri dari sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat diuraikan dalam proses alami yaitu :
- Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur) Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebun (rumput, daun-daun kering/basah) .
- Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sedangkan sampah anorganik adalah jenis sampah yang tidak bisa diurai secara alami, yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.
Dampak yang di timbulkan oleh sampah rumah tangga terhadap lingkungan antara lain :
- Timbunan sampah dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh dan bisa mempengaruhi kenyamanan penduduk sekitar.
- Sampah-sampah kaleng bekas dan lain-lain, bila hujan akan berisi air yang menjadi sarang nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.
- Masuknya limbah ke dalam air secara terus menerus mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya permasalahan penyediaan air bersih. Karena aliran air sungai dan air tanah semuanya sudah tercemar.
Salah satu cara yang dapat kita lakukan, adalah mengelola sampah organik rumah tangga menjadi kompos, dengan mengolah sampah menjadi kompos berarti ikut membantu mengurangi permasalahan yang disebabkan sampah.
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikro organisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dan sampah rumah tangga organik berpotensi sebagai kompos rumah tangga.
Sampah organik mengalami proses pengomposan dengan sendirinya lewat proses alami, lama kelamaan akan membusuk karena adanya kerjasama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorgainisme pengurai atau aktivator kompos sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik, yang bisa dijadikan pupuk organik untuk tanaman sayuran di pekarangan.
Manfaat Pupuk Organik yang terbuat dari kompos.
Pupuk organik dari kompos sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan yang berkelanjutan. Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi gembur, tanah berpasir menjadi lebih kompak, dan tanah lempung menjadi gembur. Peranan pupuk organik juga penting pada tanah ialah kemampuannya bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, ion logam yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan penyediaan hara pada tanah seperti al, Fe, dan Mn dapat diperkecil. Kompos banyak mengandung mikro organisme, dengan ditambahkannya kompos di dalam tanah memacu berkembangnya mikorganisme dalam tanah, gas CO2 yang dihasilkan mikroorganisme tanah akan dipergunakan untuk fotosintesis tanaman dan menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan.
Pentingnya Budidaya Tanaman Sayuran di Pekarangan Rumah
Berdasarakan UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan, dinyatakan bahwa, “ketahanan pangan adalah terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah,mutu, aman, merata dan terjangkau. Berdasarkan hal tersebut setiap anggota masyarakat di kota maupun di desa dapat membantu mewujudkan ketahanan pangan antara lain melalui pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sayuran.
Ditinjau dari bagian yang dimanfaatkan ada beberapa jenis sayuran, yaitu; (1) sayuran daun, antara lain: bayam, kemangi, daun mangkoan, daun pepaya, petsai, sawi, selada, seledri dan kangkung; (2) sayuran buah, antara lain: paria, terung,mentimun, tomat,cabe; (3) sayuran umbi; anatara lain wortel dan kentang. Jenis sayuran tersebut selain diusahakan pada kebun-kebun secara komersial dapat juga dibudidayakan dalam skala kecil di pekarangan rumah. Pemanfaatan pekarangan rumah untuk ditanami sayuran dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga, karena umur produksinya singkat, perputaran modalnya cepat, dan permintaan pasarnya tidak pernah berhenti, hal ini akan menambah keuntungan bagi ibu rumah tangga dengan bertambahnya penghasilan keluarga, minimal ibu rumah tangga tidak membeli sayuran di pasar cukup diambil dipekarangan masing-masing. Disamping itu tanaman sayuran dipekarangan rumah dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehari-hari.
Peluang Budidaya Sayur Organik
Peduli kesehatan dan back to nature, ternyata mampu meningkatkan permintaan sayuran organik. Tingginya permintaan ini banyak datang dari kalangan menengah atas yang memilih sayuran organik daripada sayuran anorganik. kondisi demikian dikatakan Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, Dr. Zaenal Soedjais menjadi sebuah peluang usaha sangat bagus untuk dikembangkan. Bukan hanya petani sayuran organik yang mengalami lonjakan permintaan, produsen pupuk dan pestisida organik, penjual bibit hingga pedagang eceran sayuran organik akan mengalami hal serupa. Apalagi permintaan sayuran organik pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka peluang bagi petani sayuran organik untuk melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Tetapi masalahnya, kata Soedjais untuk memenuhi permintaan di dalam negeri saja petani sayuran organik sudah kewalahan sehingga untuk sementara orientasi pasar ekspor dilupakan.
Dakuinya, target pasar yang memungkinkan saat ini adalah supermarket. Namun karena permintaan supermarket biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani organik masih terbatas, maka banyak petani ber-partner dengan supplier sayuran organik yang lebih besar. Melalui supplier ini, sayuran organik yang segar itu dipasok ke supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.
Menurut Soedjais, inti budidaya organik yakni budidaya yang bebas dari residu bahan anorganik (kimia) mulai dari pembukaan lahan, pemupukan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, penggunaan pestisida sampai penanganan pasca panen. Pakar Hortikultura Dr. Ir Anas D Susila, M.Si sekaligus Kepala University Farm mengatakan budidaya sayuran organik yang paling menguntungkan adalah sayuran daun (leave vegetable) daripada sayuran buah. Pasalnya, teknik pemeliharaan sayuran daun lebih mudah, murah, dapat ditanam dimana saja dan siklus perputaran produksinya cepat. Hal inipun diakui Santoso Kurniawan, pemilik Pa Tani Organik yang menanam berbagai sayuran daun di Desa Cibeureum Bogor, Jawa Barat. “Budidaya sayuran daun hanya perlu waktu 3 minggu sudah bisa dipanen sehingga perputaran usaha lebih cepat,” papar Putro. Sedangkan sayuran buah hanya bisa tumbuh dengan baik dilahan tertentu karena memerlukan unsur hara lebih tinggi. Lahan demikian biasanya ditemui didataran tinggi seperti kawasan Puncak Bogor, Lembang Bandung, serta Malang Jawa Timur.
Pembuatan Kompos dari Sampah Rumah Tangga
Wadah tempat pembuangan sampah dalam rumah tangga harus dipisah antara sampah organik dan anorganik. Dalam hal ini sampah organik dapat dijadikan bahan pembuatan kompos sedangkan sampah an organik berupa plastik bekas minuman dapat didaur ulang.
Bahan
- Di dalam rumah (ruang keluarga, kamar makan) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organik dan sampah an-organik.
- Diperlukan bak plastik atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.
- Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
Cara Membuat
- Satu bagian sampah hijau (organik) dicampur dengan 1 bagian sampah coklat (anorganik).
- Ditambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur tanah atau kompos yang mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak (ayam atau sapi) dapat pula dicampurkan .
- Dibuat sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 400C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
- Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organik), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
- Sampah organik sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan berbagai macam bio-activator seperti EM4, stardec atau Bio-Triba.
Budidaya Tanaman Sayuran dan Pengunaan Pupuk Organik
Sebelum menanam sayuran yang perlu diperhatikan adalah pemilahan areal tanam, persiapan dan pengolahan lahan tanam dan penyediaan bahan tanaman. Pengolahan lahan tanam meliputi pembersihan, pengolahan, pemupukan dan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan. Pencangkulan juga perlu dilakukan untuk menggemburkan lahan. Kemudian dilakukan pemupukan dasar dengan tujuan untuk menambah unsur hara pada tanah dengan cara mencampurkan dan mengaduk pupuk secara merata diseluruh bagian lahan. Pupuk yang sebaiknya digunakan adalah pupuk organik yang dibuat dari sampah rumah tangga ditambah dengan pupuk kandang
Selanjutnya adalah penyediaan bibit. Penanaman bibit atau benih tanaman sayuran dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
- Disemaikan yaitu sayuran yang sulit berkecambah seperti sawi, seledri, kol, tomat dan cabai
- Tidak harus disemaikan (bisa langsung disebar atau ditanam di areal tanamnya melalui penugalan dan setiap lubang bisa dimasuki tiga biji). Pada tanaman sayuran stek dan umbi, sebaiknya tidak langsung ditanam, tetapi terlebih dahulu disemaikan di wadah baki atau polibag yang dipindahkan setelah tunas dan akarnya terbentuk cukup banyak
Penanaman sayuran dapat juga menggunakan pot yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
- Pot tunggal umumnya digunakan untuk jenis tanaman sayuran buah dan umbi seperti cabai, mentimun, tomat, buncis, pare, terong, paprika, kacang panjang, wortel, kentang, bawang merah, bawang putih, bawang bombay dan lobak. Pot tunggal dapat dibuat dari tanah liat, semen, kayu, ember, kaleng atau polibag. Yang pada bagian dasarnya telah dilubangi sebagai pengatur drainase air.
- Pot horisontal dibagi dua, horisontal tunggal dan horisontal bertingkat yang harus dibuat sendiri dengan menggunakan pipa PVC, bambu, papan, talang atau balok kayu. Dan digunakan untuk jenis tanaman sayuran bunga dan daun yang mempunyai perakaran dangkal dan sempit seperti kangkung, selada, talas daun, kailan, baby kapri, caisim, bawang daun, kubis, kol dan brokoli. Pot vertikal sama uraiannya dengan pot horisontal di atas.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari bertanam sayuran di pot antara lain :
- Dapat dikerjakan pada pekarangan yang sempit
- Sebagai alternatif untuk tanah pekarangan yang tidak subur
- Lebih gampang untuk dipindahkan
- Lebih mudah untuk menyesuaikan dengan faktor agroklimat (kondisi tanah dan Iklim yang diperlukan tanama).
- Sekaligus berfungsi sebagai tanaman hias.
Cara pemberian pupuk organik pada media tanaman sayuran haruslah menyediakan unsur hara yang cukup, dengan cara, pupuk kandang + kompos sampah rumah tangga dicampur dengan tanah adalah 1:1 atau 2:1, yang terakhir disarankan 3:1.
Dari uraian diatas, pemanfaatan sampah rumah tangga dan pekarangan rumah untuk menanam sayuran sangat berguna bagi ibu rumah tangga, karena hasil dari menanam sayuran dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga dengan membeli sayur di pasar, cukup diambil di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan sebagiannya dapat dijual kepada tetangga atau masyarakat sekitar. Sedangkan pembuatan sampah organik menjadi kompos dapat mengurangi permasalahan sampah secara umum di perkotaan dan lingkungan sekitar.
Kompos yang dibuat dari sampah rumah tangga dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk sayuran, dan akan mendapatkan nilai keuntungan dalam menjual sayur organik di pasaran. Disamping itu para ibu rumah tangga dapat menghidupkan pola makan sehat di lingkungan keluarganya, dengan mengkonsumsi sayuran organik tanpa bahan kimia dan terpenuhinya nilai gizi dalam keluarga. Dilihat dari peluang pasar sayuran organik sangat menguntungkan sekali untuk memproduksinya karena banyaknya permintaan pasar. Sedangkan sampah anorganik yang telah dipisahakan dari sampah organik dapat dimanfaatkan oleh para pemulung untuk mereka jual ke penerima bahan-bahan plastik untuk didaur ulang.
Kreatif Mengelola Limbah Rumah Tangga
Sampah dan limbah selain menebar bau tak sedap juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Tapi, karena sampah dan limbah bersumber dari aktivitas manusia, maka tak seorang pun bisa menghindar dari sampah dan limbah. Diperkirakan, volume sampah dan limbah yang dihasilkan setiap orang setiap hari rata-rata mencapai 2 kg. Bahkan, baik volume maupun jenis sampah dan limbah bisa bertambah karena perilaku hidup masyarakat yang kian konsutif.
Membiarkan sampah dan limbah membusuk, jelas bukan sikap bijak. Sebab selain mengganggu keindahan dan kesehatan lingkungan, juga menimbulkan berbagai dampak negatif antara lain: a. Menjadi sarang hama penyakit; b. Dapat mengeluarkan gas methan, salah satu gas rumah kaca (GRK) penyebab pemanasan global; c. Mengganggu saluran air yang menyebabkan terjadinya banjir; d. Menimbulkan polusi udara, dan sebagainya.
Lantas, apa yang mesti dilakukan ?
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah dan limbah antara lain:
1. Menerapkan Pola 3-R (Reduce-Reuse-Recycle) yakni:
· Mengurangi sampah dengan cara memanfaatkan barang-barang yang ramah lingkungan, misalnya menggunakan lap atau handuk kecil yang dapat dipakai berulangkali ketimbang memakai tisu, membawa air minum dalam tempat yang aman daripada membeli air minum kemasan, bila berbelanja membawa tas atau kantong yang dapat dipakai berkali-kali dari pada memakai kantong plastik, dan sebagainya.
· Memakai kembali dengan cara memanfaatkan sesuatu prduk selama mungkin, misalnya menggunakan kantong/tas plastik berulang-ulang selama kantong/tas itu belum rusak.
· Mendaur ulang dengan menggunakan produk tersebut setelah berubah bentuk.
2. Memilah Sampah untuk memudahkan pengelolaannya. Cara pemilahan sampah rumah tangga adalah sebagai berikut:
· Siapkan tempat sampat terpisah di tempat-tempat strategis di rumah anda, di dapur dan di ruang keluarga.
· Siapkan paling kurang 2(dua) macam tempat sampah, satu untuk sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos dan satu lagi untuk anorganik. Akan lebih baik lagi jika ditambah satu lagi, yakni untuk sampah anorganik yang tidak dapat diolah kembali alias residu.
· Langsung pilah pada saat membuang sampah.
- Sampah An-Organik: Sampah yang tidak mudah/bisa membusuk/lapuk seperti plastik, kaleng, aluminium foil, styrofoam, kaca/gelas, koran, dan lain-lain.
- Sampah Organik: Sampah yang mudah membusuk/lapuk seperti daun, kulit kupasan buah, ampas juice, ampas kopi, sampah dapur, kotoran binatang vegetarian, bunga, sisa makanan, dan sebagainya
- Residu: Kertas tisu, bekas pokok bayi, pembalut wanita, bola lampu dan sebagainya.
Dalam skala besar, limbah organik dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi kompos. Sedangkan limbah anorganik dapat didaurulang menjadi berbagai produk jadi atau menjadi bahan baku dari berbagai produk.
Namun dalam skala rumah tangga, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah dan limbah di lingkungan rumah sendiri secara bijak, antara lain dengan melakukan pengomposan sampah/limbah organik, memanfaatkan limbah anorganik selama mungkin, atau menyerahkannya kepada pemulung.
Membuat Kompos
Dewasa ini telah banyak orang memanfaatkan sampah/limbah organik rumah tangga dengan menjadikannnya kompos. Selain pembuatannya tidak sulit, kompos juga banyak dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah sehingga banyak pihak yang membutuhkannya. Pemulihan kualitas tanah dengan kompos, jauh lebih baik ketimbang mengggunakan pupuk kimia, karena tidak ada efeknya yang dapat mencemari lingkungan.
Ada beberapa metoda pembuatan kompos, baik dengan alat dan aktivator maupun tidak. Namun untuk skala rumah tangga adalah sebagai berikut:
1. Cara Tanam:
· Buat lubang galian di tanah sedalam 50-100 cm, atau sesuai kebutuhan. Upayakan agar jarak dari sumur minimal 10 meter agar tidak mencemari air sumur.
· Masukkan sampah organik yang sudah ditiriskan dan dipotong-potong ke dalam lubang.
· Tutup dengan lapisan tanah untuk mencegah bau dan membantu proses pengomposan. Bila perlu tambahkan kotoran binatang (ayam, burung, kambing dan sebagainya).
· Lakukan berulang-ulang hingga lubang penuh. Tutup rata dengan tanah, tunggu sekitar 3 bulan, gali kembali dan diangin-anginkan.
· Kini kompos siap dipergunakan atau disimpan dan lubang dapat dipergunakan kembali.
2. Dengan Drum/Kontainer
· Sediakan wadah, lubangi dasarnya agar rembesan air dapat keluar. Untuk wadah yang cukup besar tanam sekitar 10 cm dari permukaan tanah, untuk wadah kecil beri alas untuk menampung rembesan.
· Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil-kecil (dicacah), dan taburi dengan selapis tipis tanah atau serbuk gergaji, tambahkan dengan kotoran binatang (ayam, burung atau kambing) jika perlu.
· Ulang berkali-kali hingga penuh, taburi dengan tanah, tunggu sekitar 2(dua) bulan. Untuk wadah kecil bisa langsung dipergunakan sebagai media tanam, sedang untuk wadah besar keluarkan isinya dan diangin-anginkan selama 2(dua) minggu. Setelah itu kompos sudah bisa dipakai.
3. Masalah Yang Mesti Dihindar
Hal yang harus dihindari dalam pembuatan kompos adalah menyebarnya bau busuk, banyaknya lalat, tikus, kecoa, semua atau belatung. Ini bisa terjadi karena material sampah/limbah terlalu basah atau kurang udara.
Untuk mengatasi masalah ini, maka aduklah kompos agar mendapat tambahan udara, campur dengan serbuk gergaji, guntingan koran atau jerami atau 2-3 genggam bubuk kapur sebelum menambah tumpukan. Jangan menaruh susu, tulang dan makanan hasil laut.
Mengelola Sampah Anorganik
- Pergunakan produk anorganik selama mungkin, sepanjang masih dapat dipergunakan. Misalnya, kantoong plastik dipakai berkali-kali sebelum dibuang, gelas bekas air kemasan sebagai tempat pembibitan, simpan kardus bekas kue untuk dipergunakan kembali pada kesempatan berikutnya, dan sebagainya.
- Perlakukanlah limbah anorganik rumah tangga dengan baik, sehingga dapat disumbangkan /dijual kepada pemulung dan dapat memberi manfaat ekonomis.
- Kembangkan kreativitas agar barang-barang bekas/tidak terpakai masih dapat terus dimanfaatkan.
- Kertas dan amplop dapat dipakai berkali-kali (beri sedikit penjelasan kepada yang mendapat kertas/amplop bekas agar mereka memakluminya) atau dapat dibuat kertas daur ulang.(LS2LP)