Motifasi menjadi mahasiswa UNG

04 August 2021 20:32:31 Dibaca : 18

Saya tahu jika saya gagal, saya tidak akan pernah menyesalinya. Tetapi saya tahu satu hal yang mungkin saya sesali adalah, tidak pernah mencobanya.

inilah awal perjuangan sebagai mahasiswa. Tetaplah jadi pribadi yang lebih baik.

Motifasi  saya menjadi mahasiswa UNG  singkat saja, saya ingin jadi mahasiswa yang berjuang mati matian demi wisuda. 

Karena Wisuda adalah impian setiap mahasiswa. Namun kita perlu berjuang semester demi semester untuk mewujudkannya. Jangan pernah mengeluh.

 

 

Sistem perkuliahan daring atau online di masa pandemi Covid-19 ternyata membuat sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan.

Maka, kuliah daring belum sepenuhnya dapat menjadi alternatif pembelajaran yang memadai.

Saat ditanyakan "apa hambatan/kendala Anda dalam mengikuti kuliah daring?"

Faktanya, 65% mahasiswa terhambat masalah jaringan internet atau kuota, 26% hambatan soal waktu, 7% hambatan soal ponsel/laptop, dan 2% hambatan lain.

Kondisi ini memberi sinyal kuat, Bahwa mahasiswa pada umumnya sama sekali tidak siap untuk melakukan kuliah daring. di samping menjadi "pekerjaan rumah" untuk kampus dalam mensosialisasikan kuliah daring sebagai alternatif pembelajaran di era digital.

Hal lain yang patut diketahui,Konsepsi kuliah daring harusnya mengacu kepada format video conference, bukan yang lain seperti google classroom, WhatApps atau surel.

Karena kuliah daring adalah pengganti dari kuliah tatap muka di kelas. Maka kuliah daring, yang berasal dari kata "dalam jaringan" (online) harus berada dalam tatap muka dengan bantuan fasilitas internet. bukan yang luring yang berasal dari luar jaringan (offline).

Inilah kendala yang patut menjadi perhatian kampus, mahasiswa maupun dosen Dalam hal kuliah daring di masa pandemik Covid-19.

 

Problematika IPK Wisuda Kematian

04 August 2021 13:57:43 Dibaca : 20

"Kematian pasti terjadi,tetapi tuhan memberi ruang kebebasan untuk memilih jalan ke arah  kematian maka usahakan kematian sebagai wisuda kehidupan".

 

Jika memang kematian sebagai kepastian yang nyata, di mana kita pasti setiap kita akan merasakannya, mengapa kita tidak menyambut kematian? Akan tetapi, kematian juga bukan akhir dari perjalanan.Kematian justru menjadi tahapan karier dan tahapan perjalanan jiwa manusia.

 Layaknya mahasiswa yang tengah mengikuti bangku perkuliahan tentu selalu mengharap datangnya waktu wisuda. Pada saat wisuda, setiap mahasiswa dinyatakan lulus dan selesai kuliah. Kemudian tiap mahasiswa akan kembali ke kampung halamannya masing-masing untuk mendarmakan ilmunya, dan tiap mahasiswa diberi kesempatan untuk bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Sehingga nilai yang di peroleh si mahasiswa pun dapat dicapai dengan baik.

Upaya untuk mendapatkan nilai yang baik pada saat wisuda merupakan pilihan setiap mahasiswa, seperti halnya kematian.

Bila kita sebagai mahasiswa telah siap untuk wisuda, kita akan menjadi alumni kehidupan dunia ini dengan baik. Bagaimana, berapa IPK kita saat ini, mari kita introspeksi. Jangan sampai kita su'ul khatimah dari kehidupan ini, seperti halnya drop out dalam perkuliahan kita.

Logika perang demi damai Kemahasiswaan

04 August 2021 11:41:11 Dibaca : 28

 

Inikah paradoks logika mahasiswa :

"kami akan meyebarkan kedamaian dan keselamatan ke seluruh dunia meski harus dengan pedang,perang,dan pertumpahan darah yang kini viral dalam lingkungan kita yakni aksi demo".

Banyak komentar di luar sana tentang mahasiswa yang melakukan perang demi kedamaian dengan mempertanyakan 

Bagaimana kita memperjuangkan kedamaian dengan cara berperang?  Apakah kita punya anggapan,setelah kita mengangkat senjata dan berhasil memenangkan pertempuran. 

Tapi mahasiswa masing-masing tetap mempunyai prinsip logika sendiri.

Mereka menganggap aksi demo tersebut sebagai aksi solidaritas dan penolakan terhadap aksi anarki yang dilakukan kepolisian.

Semangat kemudaan yang dimiliki mahasiswa mengalir deras dalam darahnya, statusnya sebagai kaum intelektual dan agent of change menjadikan kekhasan sifatnya yang kritis. 

Perbedaan tindakan mahasiswa dalam mengutarakan penolakan terhadap kebijakan pemerintah ini bisa disebabkan banyak hal, salah satunya adalah perbedaan konsep diri mahasiswa. Konsep diri ini, dianggap menjadi salah satu faktor pembentuk perilaku karena konsep diri merupakan variabel penting bagipenentu sikap individu dalam bertingkah laku.

 

Oleh:Nur Fauzia Mbuti

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong