ARSIP BULANAN : January 2023

MANAJEMEN PENCAHAYAAN PADA AYAM PETELUR FASE LAYER

01 January 2023 14:08:07 Dibaca : 5149

MANAJEMEN PENAMBAHAN CAHAYA PADA AYAM PETELUR FASE PRODUKSI (LAYER)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Ternak Unggas

Dosen Pengajar: Dr. Ir. Ellen J. Saleh, MP

 

 Oleh:KELOMPOK 1

  1. ALIA PUTRI NURAINI                (621420002)
  2. RENNY DWI AGUSTINA            (621420003)
  3. ARI YANTO ADI SAPUTRA        (621420004)
  4. SRI VALEN UNTI                         (621420005)
  5. AHMAT RIFAI                              (621420006)
  6. ANAK AGUNG GEDE PASTIKA (621420012)
  7. MUHAMMAD ASRUL SABIHI   (621420018)

 

JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS NEGERI GORONTALO2022

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum yang berjudul “Manajemen Pemberian Cahaya Pada Ayam Petelur Fase Produksi (Layer)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Ternak Unggas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

 

Gorontalo, November 2022

 

Tim Penulis

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini. Usaha ternak merupakan kegiatan yang sudah lama berkembang di masyarakat, selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, yang utama adalah meningkatkan pendapatan. Salah satu usaha ternak yang semakin berkembang saat ini yaitu peternakan ayam petelur sebagai penghasil telur yang potensial (Syafrita dan Elfiyani, 2018). Usaha budidaya ayam ras petelur dalam menyediakan pangan sumber protein hewani mampunyai peluang yang sangat menguntungkan jika ditinjau dari kondisi pasar dalam negeri, namun produksi ayam ras petelur dalam negeri secara kumulatif masih belum mencapai kapasitas produksi yang optimal. Produksi ayam ras petelur dalam negeri hanya mampu memenuhi 65 persen kebutuhan pasar nasional, 35 persen masih dipenuhi dari telur ayam kampung, puyuh dan itik (Kasiyati dkk., 2011). Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian bahwa dipradiksi konsumsi telur pada tahun 2021 akan mencapai 1,52 juta ton dengan produksi telur 1,56 juta ton yang berarti surplus 55 ribu. Ayam ras petelur merupakan salah satu jenis ayam yang banyak diternakkan karena memiliki kemampuan berproduksi yang tinggi dengan prosentase produksi pada saat puncak mampu mencapai 96% (Lohman Management Guide, 2021).Keberhasilan dalam usaha peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi lingkungan yang baik, pengadaan pakan yang memadai, serta sumber daya manusia seperti kemampuan peternak dalam menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengolahan hasil. Setiap peternakan selalu mengharapkan keberhasilan dalam usahanya, salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk meraih keberhasilan usaha peternakan yaitu dengan memahami manajemen pencahayaan supaya umur dewasa kelamin sesuai dengan masanya dan puncak produksi dapat bertahan lama.Puncak produksi ayam petelur adalah masa dimana produksi telur dari ayam sangat tinggi-tingginya. Tercapainya puncak produksi yang bertahan lama menjadi tolok ukur keberhasilan suatu usaha peternakan. Puncak produksi dapat tercapai pada fase layer tidak lepas dari pemeliharaan fase sebelumnya yaitu fase fase starter dan grower. Faktor yang mempengaruhi tercapainya puncak produksi salah satunya adalah keseragaman. Keseragaman ini tidak hanya untuk berat badan namun juga keseragaman kedewasaan kelamin. Kematangan seksual yang seragam sangat diperlukan agar dapat mencapai puncak produksi dan puncak produksi tersebut dapat berlangsung lama. Agar dapat mencapai keseragaman kedewasaan kelamin yang baik maka perlu adanya tindakan yaitu manajemen pencahayaan pada ayam ras petelur. Program pencahayaan adalah salah satu yang sangat berpengaruh untuk tercapainya puncak produksi karena berhubungan dengan keseragaman kedewasaan kelamin.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah adalah bagaimana manajemen pencahayaan ayam petelur fase layer.

1.3 Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen pencahayaan ayam petelur pada fase layer.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan ilmu peternakan.
  2. Memberikan informasi bahwa pengaturan pencahayaan ayam petelur fase layer berpengaruh terhadap produktivitas telur.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pencahayaan Pada Ayam Petelur

Cahaya secara fisik merupakan energi berbentuk gelombang yang bergerak lurus ke semua arah, tidak dapat membelok dan dapat dipantulkan. Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi dan tingkah laku. Cahaya mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu tubuh dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan pemberian pakan dan pencernaan (Olanrewaju et al., 2006). Pencahayaan adalah parameter penting dari produksi unggas. Pencahayaan merupakan faktor eksogen yang kuat dalam mengontrol banyak proses fisiologis dan perilaku. Pencahayaan mungkin merupakan faktor yang paling kritis dari semua faktor lingkungan bagi unggas. Pencahayaan merupakan keterpaduan dengan penglihatan, termasuk ketajaman visual dan pembedaan warna (Olanrewaju et al., 2006).Pencahayaan, merupakan faktor yang sangat penting, hal ini dikarenakan cahaya mengontrol banyak proses fisiologi dan tingkah laku ayam. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi aktivitas fisik ayam petelur. Peningkatan aktivitas fisik dapat menstimulasi perkembangan tulang dengan demikian dapat meningkatkan kesehatan ayam, sedangkan untuk rendahnya intensitas cahaya diasosiakan dengan berkurangnya aktivitas bejalan dan berdiri, berkelahi, mematuk bulu dan kanibalisme (Setianto, 2009). Pencahayaan juga menstimulasi pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol sebagian besar pertumbuhan, kematangan/kedewasaan dan reproduksi. Peningkatan aktivitas fisik dapat menstimulir perkembangan tulang, sehingga memperbaiki kesehatan kaki. Cahaya melalui retina mata akan diteruskan melalui syaraf mata menuju hipotalamus anterior, kemudian merespon dengan melepaskan substansi yang menstimulir kelenjar hipofisa untuk memproduksi hormon gonadotropin (Mundzir, 2017). Hormon gonadotropin akan bersama aliran darah merangsang ovarium serta organ reproduksi lain. Hormon gonadotropin juga akan membantu proses pematangan folikel telur di gonad, perkembangan bulu dan jengger pada ayam petelur. Di sisi lain cahaya juga akan menggertak kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon pertumbuhan untuk mengatur proses metabolisme, selain itu cahaya gelap akan menggertak dilepaskannya hormon androgen (Mundzir, 2017). Cahaya akan memengaruhi proses biologis melalui aktivitas hormonal, antara lain memengaruhi pertumbuhan. Mekanisme proses fisiologis yang terjadi dalam penerimaan rangsangan cahaya sehingga dapat memengaruhi organ tubuh, diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan yang selanjutnya secara kimia berlangsung melalui rangsangan hormonal. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan ke hipofisa. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hipofisa anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon pengendali tersebut terdiri dari hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi tiroid dan hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan, yaitu mengendalikan metabolisme asam amino dalam pembentukan protein (Mundzir, 2017). Program pencahayaan akan memengaruhi performa ayam dalam menghasilkan telur. Untuk kandang terbuka, program pencahayaan disesuaikan dengan musim dan lokasi geografis. Secara umum, program pencahayaan harus mengikuti prinsip-prinsip dasar, yaitu: jangan menambah waktu pencahayaan selama periode pemeliharaan, jangan mengurangi waktu pencahayaan selama periode produksi, memperhatikan pengaruh cahaya matahari terhadap pencahayaan (Lohmann Management Guide, 2011).Cahaya dengan intensitas tinggi selama masa brooding akan memacu pertumbuhan dengan cara mendorong aktivitas flock tersebut dan intake pakan menjadi lebih tinggi. Setelah 2 atau 3 minggu dan berdasarkan perilaku ayam, intensitas cahaya dapat dikurangi untuk menyesuaikan kondisi di lapangan dan yang akan diterima ayam selama masa produksi (derajat kegelapan saat masa grower dan masa layer) (Lohmann Management Guide, 2011).Program pencahayaan dan prosedur dasar harus disesuaikan dengan lama hari terpanjang ayam tersebut pada periode dari 3 hingga 17 minggu. Umur ayam akan mempengaruhi lama pencahayaan. Ayam umur 19 minggu, harus terkena cahaya selama 120 menit lebih lama dalam sehari. Setiap minggu waktu pencahayaan ditambah 30 menit (Lohmann Management Guide, 2011). Indonesia memiliki lama gelap dan terang yang hampir sama. Oleh karena itu, penambahan cahaya di peternakan ayam ras petelur cukup selama 4 jam atau disesuaikan dengan umur ayam. Intensitas cahaya yang digunakan minimum 1 footcandle atau 10 lux atau setara dengan 1 watt per m2 (Fadilah dan Fatkhuroji, 2013). Dalam membuat kandang harus diusahakan setiap sisinya mendapatkan intensitas cahaya sesuai dengan yang dibutuhkan, yaitu 80–140 foot candle (Johari, 2005).Pada pemeliharaan ayam fase layer penerangan dilakukan selama 16 jam, yaitu dengan menggunakan cahaya matahari selama 12 jam. Cahaya tambahan diberikan selama 4 jam dari pukul 18.00 sampai 22.00 menggunakan cahaya lampu. Tujuannya agar ayam melakukan aktivitas makan dari sisa pemberian pakan serta untuk membantu dalam proses pembentukan telur (Dewo, 2012).

2.2 Penambahan Cahaya Pada Aya Petelur Fase Layer

Menurut Sopyan Haris (2017) dalam budidaya layer penerapan program pencahayaan berkaitan dengan mekanisme fisiologis sistem reproduksi. Ketika ayam memasuki awal masa produksi sampai masa afkir, cahaya berfungsi menstimulasi proses peneluran. Memasuki masa produksi, ayam membutuhkan total pencahayaan 16 jam dalam sehari semalam. Durasi ini naik bertahap dari 13 jam sampai 16 jam, sejak ayam mulai bertelur hingga bertelur sebanyak 80% dan dipertahankan 16 jam sampai akhir masa produksi. Asumsinya, cahaya dari matahari selama 12 jam sejak pagi hingga petang, dengan begitu perlu penambahan dari lampu 4 jam.Sebagian besar peternak layer sudah menerapkan program pencahayaan dengan durasi 16 jam sesuai acuan dari masing-masing produsen strain ayam petelur moderen. Mengenai tambahan cahaya lampu, masih ada perbedaan pendapat. Sebagian peternak memberikan tambahan cahaya lampu setelah matahari terbenam dan sebagian memberikan sebelum matahari terbit. Menurut Sopyan, penambahan ini sebaiknya diberikan sebelum matahari terbit, bukan setelah matahari terbenam. Penjelasannya, untuk kandang terbuka, sebelum matahari terbit suhu lingkungan masih dingin, sehingga tambahan cahaya lampu akan membantu meningkatkan feed intake di subuh hari. Selain itu akan mempercepat stimulasi cahaya ke dalam hypothalamus sehingga porsi peneluran pagi akan lebih banyak.

2.3 Pengaturan Pencahayaan Ayam Petelur Fase Layer

Pada ayam petelur periode layer (umur >18-90 minggu) atau produksi, tambah cahaya selama 2 jam pagi hari dari jam 4 – 6, lampu tambahan di nyalakan,sedang pada sore hari beri tambahan cahaya lampu dari jam 6 – 8 malam.Cahaya diberikan maksimal 16 jam dengan intensitas 5-15 lux. Adapun ketentuan terkait penambahan cahaya pada masa ini, antara lain:Pastikan berat badan ayam sudah mencapai standar saat memulai penambahan cahaya.Penambahan lama pencahayaan dilakukan secara bertahap yaitu bertambah ½ jam setiap minggunya terhitung saat ayam pertama kali bertelur, hingga akhirnya mencapai 16 jam.Jangan mengurangi lama pencahayaan saat ayam berproduksi telur, terutama saat masa kritis (masa awal produksi sampai produksi puncak), yaitu di umur 18-26 minggu.

Jumlah lampu

Jumlah lampu yang diperlukan untuk mendapatkan intensitas cahaya yang dikehendaki bisa dihitung dengan rumus berikut :N = {Intensitas (lux) x Luas kandang}{Lumen x F-utilisasi x F-depresi}Keterangan:N : jumlah lampuIntensitas : lux yang diinginkanLuas kandang : panjang x lebar (m2)Lumen : nilai luminous flux (biasanya tertera pada kemasan lampu)F-utilisasi : faktor pemanfaatan (0,65)F-depresi : faktor penyusutan cahaya (0,9)Contoh:Kandang ayam petelur ukuran ormone 50 meter dan lebar 5 meter ingin diberi penerangan 15 lux dengan lampu pijar 15 watt. Dalam kemasan lampu tertera keterangan luminous flux-nya 1030 lm. Maka jumlah lampu yang dibutuhkan dalam kandang tersebut adalah :N = {15 x (50 x 5)} = 7 lampu{1030 x 0,65 x 0,9}

Jarak dan distribusi lampu

Lampu dapat dipasang di tengah atau di sisi kiri dan kanan dengan jarak antar lampu dibuat sama. Sementara itu, jarak atau ketinggiannya dari lantai kandang disarankan 2 meter. Pastikan lampu tersebar merata di seluruh ruangan, sebab distribusi lampu yang tidak merata dapat menyebabkan stimulasi cahaya antar ayam menjadi tidak sama dan berdampak pada produksi telur dalam satu kandang yang tidak seragam.

Warna lampu

Pada ormon, cahaya lampu biru-hijau mampu merangsang pertambahan berat badan dan keseragaman yang baik, sehingga cocok untuk ayam petelur fase pertumbuhan. Sementara itu, cahaya warna merah-oranye penting untuk menstimulasi kematangan seksual dan produksi telur, sehingga cocok untuk ayam petelur fase produksi. Cahaya warna merah-oranye mampu menembus masuk ke dalam tengkorak kepala ayam menuju bagian hipotalamus 50 kali lipat lebih kuat daripada cahaya berwarna biru dan hijau. Hipotalamus merupakan bagian otak yang penting untuk mengatur produksi FSH dan LH untuk produksi telur.

2.4 Pengaruh Pencahayaan Terhadap Produktivitas Telur

Setiap mahluk hidup selalu memberikan respon reaksi terhadap perubahan gelap terang cahaya atau sinar matahari atau cahaya tiruan. Periode gelap terang merangsang proses pematangan organ reproduksi dan oviposisi atau peletakan telur. Dengan melihat sifat alami tersebut, maka bisa dimanipulasi untuk meningkatkanproduksi telur. Intensitas cahaya merangsang pelepasan dan peningkatan suplai  FSH( follicle stimulating hormone ) yang pada gilirannya nanti, melalui aktivitas ovary mengakibatkan terjadinya ovulasi atau pengeluaran sel telur dan oviposisi peletakkan telur sebelum keluar (Fauzynasty, 2010).Paparan cahaya yang terlalu berlebih, sehingga ayam bertelur lebih awal akan berakibat bentuk bobot telur yang berukuran kecil dan lama produksi telur akan berjalan singkat. Jika sebaliknya maka bentuk dan bobot telur akan berukuran besar. Oleh karenanya, penting untuk dapat mengatur cahaya sehingga ayam atau bebek itik dara tersebut memulai peneluran pada periode perkembangannya yang sesuai dan dengan demikian ukuran telur yang di hasilkan  sesuai dengan permintaan pasar (Fauzynasty, 2010).Efek cahaya mempengaruhi ayam sedang bertumbuh, ayam sedang bertelur, terutama pengaruh terhadap kelenjar endokrin (hipotalamus pituitary/hipofisa, gonad) untuk mengeluarkan hormone yang dibutuhkan untuk produksi telur. Di luar negeri, pada musim semi (spring) panjang cahaya/sinar matahari mencapai 11-12 jam perhari, selama musim dingin (winter) cahya tidak normal, sehingga seringkali untuk menambah cahaya sehari dipergunakan cahaya buatan (artificial light).Jika cahaya digunakan sepanjang malam diperkirakan bahwa ayam akan bertelur pada siang dan malam hari tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang sangat jelas antara cahaya siang dan cahaya pada malam hari. Kalau petelur-petelur dipelihara pada sangkar individual ( individual cage ) dalam suatu ruangan tanpa cahaya alam, dan secara terus menerus ( konstant ) diberi penerangan selama 24 jam,mereka akan bertelur setiap waktu dan akan menghasilkan sebahagian dari telurnya pada malam hari. Ayam petelur yang mendapat cahaya buatan dari jam 6 pagi – 6 sore ( 12 jam ) dan selama 12 jam lain tidak akan mendapat cahaya sama sekali, maka ayam-ayam akan bertelur pada siang siang hari. Bila schedul penyinaran dirobah yaitu dari jam 6 sore – 6 pagi dan pada siang hari tidak dapat cahaya sama sekali maka dalam waktu 3 hari, waktu bertelurnya berubah dan seluruh telurnya akan dikeluarkan pada malam hari.Menurut Fauzynasty ( 2010), bahwa cahaya sangat diperlukan dalam pemeliharaan ayam, karena memiliki arti penting berkaitan dengan proses pertumbuhan dan produksi ayam, yaitu sebagai berikut:

Proses pertumbuhan.  

Keberadaan cahaya yang masuk kedalam ruangan memungkinkan ayam untuk mampu melihat lingkungan sekitar, terutama makanan dan air minum yang tersedia. Sehingga dengan demikian, keberadaan cahaya tersebut tentu saja akan meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ayam. Sementara, jumlah makan yang masuk kedalam tubuh (feed intake), juga berpengaruh besar terhadap proses produksi.

Proses Produksi Telur. 

Pengaruh cahaya terhadap proses produksi telur adalah merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses ovulasi atau peneluran. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk kedalam ruangan diterima saraf pada mata ayam, yang kemudian menimbulkan rangsangan dalam menghasilkan hormon yang sangat potensial dalam proses pembentukan telur.

 BAB III PENUTUP

3.1 KesimpulanDari pembahasan dapat disimpulkan bahwa penambahan cahaya pada ayam petelur fase layer penting untuk dilakukan, yaitu ayam petelur periode layer (umur >18-90 minggu) atau produksi, tambah cahaya selama 2 jam pagi hari dari jam 4 – 6, lampu tambahan di nyalakan,sedang pada sore hari beri tambahan cahaya lampu dari jam 6 – 8 malam.Penambahan cahaya akan mempengaruhi performa dalam memproduksi telur, meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi serta merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses ovulasi atau peneluran.

3.2 Saran

Diharapkan agar peternak dapat melakukan manajemen pencahayaan ayam petelur yang baik, terutama penambahan cahaya pada ayam petelur fase layer agar produktivitas telur maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R., B. Hartono dan I. H. Djunaidi. 2016. Karakteristik Penggunaan Dua Jenis Pakan Terhadap Performans Produksi Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Blitar Jawa Timur. Jurnal Pakan Ternak. Vol. 01 (01), 1–8.

Dewo, P. S. P. 2012. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Layer Di Peternakan Edy Farm Karanganyar. Tugas Akhir. Program Diploma III Agribisnis Minat Peternakan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Fadilah, R. dan Fatkhuroji, 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. PT. AgroMedia Pustaka: Jakarta Selatan.

Hintono, A. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Telur. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro: Semarang.

Medion Ardhika Bhakti. 2020. Pencahayaan Pada Ayam Layer. https://www.medion.co.id/pencahayaan-pada-ayam-layer/ (Online). Diakses 13 November 2022.

Rasyid, Rismawati. 2014. Pelaksanaan Pemberian Cahaya Buatan (Artificial Light) Pada Fase Layer. Makalah, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sudarmo. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur . Kanisius. Yogyakarta.

Syahdat, A. 2015. Manajemen pemberian pakan parent stock broiler terhadap efesiensi pakan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Tohero, Z. 2014. Manajemen Kandang Ayam Broiler di PT. Semesta Mitra Sejahtera. Laporan Praktek Kerja Lapang. Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan.

Trobos Livestock. 2017. Gelap : Penting Buat Layer. http://troboslivestock.com/detail-berita/2017/10/01/28/9370/gelap-penting-buat-layer (Online). Diakses 13 November 2022.

LAPORAN STUDI KASUS PEMBIBITAN AYAM KAMPUNG

01 January 2023 08:07:09 Dibaca : 446

LAPORAN HASIL OBSERVASI

STUDI KASUS PEMBIBITAN AYAM KAMPUNG PADA CV AKAS DESA TUNGGULO KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

 Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembibitan Dan Penetasan

Dosen Pengajar: Ir. Syukri I Gubali, MP

 

Oleh:

AHMAT RIFAI (621420006)

 

 

 

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022

 

Latar Belakang

Breeding farm atau pembibitan ayam merupakan salah satu usaha peternakan yang memelihara ayam indukan (parent stock) untuk menghasilkan bibit yang baik atau ayam indukan yang menghasilkan telur tetas. Pembibitan ayam berperan penting karena ayam dengan produktivitas tinggi diperoleh dari bibit yang baik. Ayam pembibit akan menghasilkan telur tetas sesuai standar dan kualitas yang baik apabila dipelihara dengan prinsip manajemen pemeliharaan yang benar. Selain manajemen pemeliharaan dan manajemen kesehatan ayam, manajemen pembibitan perlu juga diperhatikan. Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam galur murni, Great Grand Parent Stock atau ayam bibit buyut, Grand Parent Stock, dan parent stock atau ayam induk. Strain ayam pembibit yang sering dipelihara adalah Ross, Cobb, dan Hubbard, Lohman meat, dan Hybro. Keberhasilan dari pemeliharaan ayam pembibitan sangat ditentukan oleh breeding (bibit unggul), feeding (pakan yang berkualitas), dan management (tata laksana pemeliharaan yang baik). Pemeliharaan akan berhasil jika semua faktor diatas dijalankan dengan baik dan ditunjang dengan pengadaan Day Old Chick (DOC) atau bibit ayam yang unggul dan berkualitas. Produksi bibit yang unggul dihasilkan dari pemeliharaan yang baik dari periode starter, grower, dan layer sehingga kebutuhan DOC untuk peternak dalam negeri akan terpenuhi. Manajemen pemeliharaan ayam pembibit pada periode layer akan menentukan keberhasilan usaha ayam bibit tersebut. Manajemen pemeliharaan pada periode layer meliputi perkandangan, pencahayaan, manajemen pakan dan pengontrolan penyakit. Indikator keberhasilan usaha ayam pembibit yaitu produksi telur tetas, jumlah telur tetas, fertilitas telur, daya tetas telur dan salable chick yang harus tinggi.

Dasar Teori

Ayam KampungAyam kampung merupakan jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging, sehingga banyak dibudidayakan masyarakat terutama yang bermukim di wilayah pedesaan (Rusdiansyah, 2014). Ayam kampung merupakan ayam bukan ras (buras) yang dibudidayakan di Indonesia. Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang masih memiliki gen asli sebanyak kurang lebih 50% (Subekti dan Arlina, 2011). Ayam kampung (Gallus gallus domesticus) adalah hasil domestikasi dari ayam hutan merah (Gallus gallus) karena dilihat dari sifat genetik yang hampir sama (Sulandri et al., 2007). Ayam kampung memiliki kelebihan dibandingkan ayam ras diantaranya memiliki daya adaptasi yang baik karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan, perubahan iklim cuaca setempat dan memiliki kualitas daging serta telur lebih baik dibanding ayam ras (Sartika et al., 2008). Ayam kampung memiliki ciri-ciri yang khas dilihat dari penampilan fenotipnya yang sangat beragam, tidak seperti jenis ayam lain (Cahyono, 2002). Produktivitas ayam kampung perlu didukung dengan pemberian pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrien ayam tersebut, karena pakan adalah salah satu faktor penting dalam proses pemeliharaan. Pakan sebagai sumber energi dan nutrien yang digunakan ternak untuk hidup, bertumbuh dan bereproduksi (Rukmana, 2003). Seleksi bibit ayam kampungSalah satu alternatif untuk meningkatkan populasi dan produktivitas dari ayam kampung adalah seleksi. Proses seleksi merupakan langkah dalam upaya untuk peningkatan mutu genetik ternak ayam kampung yang dilakukan peternak dengan sistem pemeliharaan tradisional sehingga dapat menciptakan bibit unggul (Gunawan et al., 2000). Proses seleksi ayam kampung dipengaruhi oleh faktor internal seperti bobot badan, genetik, dan kualitas sperma.Upaya peningkatan produksi ternak dapat dilakukan melalui bidang pemuliaan (genetik=bibit), nutrisi dan manajemen. Bidang pemuliaan bertujuan meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan mutu genetiknya. Peningkatan mutu genetik ternak dapat dilakukan melalui teknologi pemuliabiakan diantaranya dengan seleksi dan sistem perkawinan. Seleksi ayam kampung sudah dilakukan oleh peternak, walaupun masih sebatas pada seleksi secara visual yaitu memperhatikan penampilan fisiknya. Seleksi secara visual mempunyai banyak kelemahan karena tidak didasarkan pada kemampuan genetik ternak. Kemampuan genetik ternak tidak dapat dilihat secara langsung tetapi dapat ditaksir melalui nilai pemuliaan. Untuk menaksir nilai pemuliaan dibutuhkan catatan produksi (recordin) individu. Recording di peternakan rakyat juga menjadi kendala karena dilaksanakan tidak kontinyu. Akibatnya walaupun produksi telur ayam kampung relatif tinggi di tingkat peternak, peternak tidak mampu mempertahankan induk yang mempunyai kemampuan produksi tinggi tersebut. Hal ini karena tidak ada catatan yang akurat. sehingga sumber bibit tidak dapat disediakan di tingkat peternak dan produksi rata-rata tetap rendah. Jadi masalahnya adalah bagaimana menyediakan bibit ayam kampung yang unggul secara genetik di tingkat peternak. Bibit yang baik (unggul) secara genetik didapatkan melalui seleksi yang ketat dengan memperhatikan catatan produksi yang dimiliki individu. Berdasarkan catatan produksi individu dilakukan uji kemampuan produksi dengan melihat nilai pemuliaannya (breeding value). Individu yang mempunyai nilai pemuliaan tinggi dipilih untuk dijadikan bibit. Hal ini perlu ditekankan karena genetik bersifat baka yang diturunkan pada generasi selanjutnya. Peternak perlu mendapat bimbingan bahwa selain performans yang baik juga harus didukung oleh genetik yang baik pula.

Tujuan

  1. Untuk mengetahui pemilihan (seleksi) bibit ayam kampung yang baik
  2. Untuk mengetahui sistem perkawinan ayam kampung di CV Akas Desa Tunggulo Kec. Tilongkabila Kab. Bone Bolango

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data menggunakan pendekatan studi kasus (case study) melalui wawancara langsung dengan peternak ayam kampung.

Lokasi Pengumpulan Data

Lokasi pengambilan data yaitu di desa Tunggulo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.

Prosedur Pengambilan Data

Alat dan Bahan

Alat Tulis Menulis, Camera HP

Prosedur Kerja

  1. Mempersiapkan alat dan bahan wawancara
  2. Mencari peternakan ayam kampung di Bone Bolango
  3. Mewawancarai peternak ayam kampung di CV Akas
  4. Mencatat hasil wawancara
  5. Mengambil gambar sebagai dokumentasi hasil pengamatan

Hasil dan Pembahasan

Kunjungan dan wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 16 November 2022 di peternakan ayam kampung CV Akas Desa Tunggulo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.

Hasil Wawancara

Kondisi Umum Perusahaan

Perusahaan ayam kampung pembibit CV Akas didirikan pada tahun 2014 oleh Bapak Asri Sabihi di Desa Tunggulo Kec. Tilongkabila, Kab. Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Alasan memilih memelihara ayam kampung dikarenakan cukup berpotensi usaha. Bibit diawali dengan mendatangkan bibit DOC dari Pulau Jawa. Sistem perkawinan saat memasuki masa indukan yang digunakan yaitu secara alami antara ayam jantan dan betina. Saat ini populasi ayam yang ada yaitu kurang lebih sekitar 4000 ekor. Ayam dipelihara dikandangkan dengan sistem intensif. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemilihan bibit (seleksi) pada ayam yaitu dipilih ayam yang sehat, tubuh tegap, mata bersinar, warna bulu tidak kusam, tidak pincang, lincah dan dalam kondisi tidak lemas. Penentuan ayam yang akan dijual dengan menyesuaikan dengan harga pasaran di Gorontalo. Pemasaran dilakukan di seputaran Gorontalo dengan permintaan pasar yang tidak menentu.Model persilangan Di perusahaan ayam kampung CV AKAS, Kawin silang antara ayam jantan kampung dengan betina ras petelur menjadi solusi untuk meningkatkan produksi ayam kampung. Persilangan ini menghasilkan ayam kampung super (kamper) atau sering disebut juga Jowo Super (joper). Garis keturunan betina harus memproduksi telur dengan baik, cangkang telur dan kualitas telur bagus. Adapun untuk peningkatan kualitas pejantan ayam kampung harus dilakukan secara berkesinambungan oleh peternak. Pejantan ayam kampung sebaiknya digunakan hanya sampai umur antara 44 sampai 50 minggu. Sedangkan telur dari ayam kampung betina, sebaiknya sampai umur 64 hingga 68 minggu. Performan tubuh ayam merupakan faktor pertama yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi ayam kampung. Pendugaan performans produksi bobot badan dapat dilakukan melalui warna bulu, Panjang shank (betis), lebar dada, Panjang badan dan bentuk jengger.

Program pembibitan

Pembibitan ayam kampung dimulai dari Great Grand Parent stock, grand parent stock, parent stock, dan final stock. Ayam parent stock yang diternakkan di perusahaan CV AKAS adalah ayam kampung jantan dan ayam ras petelur betina. Induk ayam ini telah diakui kemurniannya atau keunggulannya. Final stock diperoleh dar keturunan parent stock dan merupakan hasil seleksi yang dilakukan secara terus-menerus. Sehingga diperoleh hasil akhir yang produktif DOC yang dijual adalah strain final stock.

 

Perkandangan

Tipe kandang yang digunakan terbuka dan tertutup pada ayam pembibit. Kendang tertutup dapat mengatur stabilitas seluruh ventilasi tertutup dan kebutuhan udara, kelembapan dan suhu dapat diatur. Bangunan kandang memiliki ventilasi cukup suhu pada siang hari berkisar 26-30 C dengan kelembapan relative 70-90%.Tata letak bangunan dalam lokasi pembibitan: 1) ruang kantor dan ruang karyawan harus terpisah dari daerah perkandangan; 2) jarak antara tiap kandang 1 kali dihitung dari tepi atap kandang; 3) letak kandang membujur dari timur ke barat; 4) jarak antara kandang dan bangunan bukan kandang 25 meter, dengan ruang penetasan 50 meter.Kepadatan kandang ditentukan oleh umur ayam. Sesuai standar yaitu 12-14 ekor ayam petelur fase grower. Ayam umur 0-3 minggu 40 ekor/m2, 3-6 minggu 20 ekor/m2, 6-14 minggu 10 ekor/m2, sedangkan ayam umur lebih dari 14 minggu 6 ekor/m2.

DAFTAR PUSTAKA

Erlina, S Dan Widaningsih, Na. 2018. Penyuluhan Manajemen Pembibitan Ayam Kampung Tujuan Petelur. Prosiding Hasil Pengabdian Pada Masyarakat. Isbn : 978-602-52531-2-6

Santosa, S. A. 2018. Penerapan Metode Seleksi Individu Untuk Mendapatkan Bibit Ayam Kampung Di Kelompok Mugi Lestari Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional. No. Isbn: 978-602-1643-617

Suryanto, D., Dinasari, I., Dan Ali, Usman. 2018. Pengembangan Pembibitan Dan Pengendalian Produksi Peternakan Ayam Kampung Di Pinggiran Kota Malang. Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Pada Masyarakat. Volume 1 No 1 Hal 1-16

Zen, A. A, Ondho Y. S Dan Sutiyono. 2020. Seleksi Pejantan Ayam Kampung Berdasarkan Breeding Value Terhadap Gerak Massa, Abnormalitas Dan Motilitas Spermatozoa. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. Volume 15 No 3