Akuisisi

25 September 2013 13:54:34 Dibaca : 1878


Pengertian Akuisisi
Sebelum membahas lebih lanjut tentang tujuan dan motivasi perusahaan melakukan akuisisi, terlebih dahulu akan dibahas pengertian dari akuisisi. Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang definisi akuisisi yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

Menurut PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999 :
”Akuisisi (acqusition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”.

Sedangkan Michael A. Hitt, dkk (2002 : 259) menyatakan bahwa :
”Akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian besar saham dari perusahaan sasaran.”

Definisi lainnya menurut P.S Sudarsanan (1999) dalam Christina (2003 : 9);
”Akuisisi dapat didefinisikan sebagai sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain, dan para pemegang dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi berhenti menjadi pemilik perusahaan.”

Marcell Go dalam Christina (2003 : 9), dalam bukunya yang berjudul manajemen grup bisnis menyatakan bahwa :
“Akuisisi sering juga disebut sebagai investasi peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian saham dari perusahaan subsidiary, melalui pembelian saham hak suara perusahaan subsidiary, dalam jumlah material (lebih dari 50%)”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akuisisi dapat disimpulkan sebagai pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang dilakukan dengan cara membeli sebagian atau seluruh saham perusahaan, dimana perusahaan yang diambil alih tetap memiliki hukum sendiri dan dengan maksud untuk pertumbuhan usaha.

Klasifikasi Akuisisi
a) Berdasarkan bentuk dasar akuisisi, terdapat tiga prosedur dasar yang tepat dilakukan perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain, yaitu :

1) Merger atau konsolidasi
Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan consolidation menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

2) Akuisisi saham
Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih antara akuisisi saham atau merger :
- Dalam akuisisi saham, tidak diperlukan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan pemungutan suara
- Dalam akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat berhubungan langsung dengan pemegang saham target lewat tender offer.
- Akuisisi saham seringkali dilakukan secara tidak bersahabat untuk menghindari manajemen perusahaan target yang seringkali menolak akuisisi tersebut.
- Seringkali sejumlah minoritas pemegang saham dari perusahaan target tetap tidak mau menyerahkan saham mereka untuk dibeli dalam tender offer, sehingga perusahaan target tetap tidak sepenuhnya terserap ke perusahaan yang mengakuisisi.

3) Akuisisi Assets
Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli.

b) Berdasarkan keterkaitan operasinya, akusisi dikelompokkan sebagai berikut :
- Akuisisi Horisontal
Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan lain yang mempunyai bisnis atau bidang usaha yang sama. Perusahaan yang diakuisisi dan yang mengakuisisi bersaing untuk memasarkan produk yang mereka tawarkan
- Akuisisi vertikal
Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap proses produksi yang berbeda. Misalnya, perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau.
- Akuisisi konglomerat
Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi tidak mempunyai keterkaitan operasi. Akuisisi perusahaan yang menghasilkan food-product oleh perusahaan komputer, dapat dikatakan sebagai akuisisi konglomerat (Suad Husnan, 1998 : 648-651)

Motivasi Akuisisi
Alasan yang sering dikemukakan ketika perusahaan bergabung dengan perusahaan lain atau melakukan akuisisi adalah karena dengan akuisisi, perusahaan mampu mencapai pertumbuhan lebih cepat daripada harus membangun unit usaha sendiri. Selain itu, faktor yang paling mendasari perusahaan melakukan akuisisi adalah motif ekonomi (mendapat keuntungan).

Beberapa perusahaan melakukan akuisisi karena adanya beberapa motivasi. Menurut Suad Husnan (1998 : 658-660) motivasi akuisisi adalah sebagai berikut :
a) Sinergi
Sinergi merupakan nilai gabungan dari kedua perusahaan yang bergabung, lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Jadi, kondisi saling menguntungkan Pdari peristiwa akuisisi, akan terjadi jika telah diperoleh sinergi. Sinergi yang dihasilkan akuisisi ada dua jenis yaitu operasional sinergi dan sinergi keuangan. Operasional sinergi adalah sinergi yang dinikmati perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi, sehingga dapat menekan biaya atau menaikkan penghasilan. Sedangkan sinergi keuangan, berasal dari penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan (financing)
b) Peningkatan pendapatan
Dengan adanya akuisisi, pendapatan dapat meningkat karena kegiatan pemasaran yang lebih baik, strategi benefits, dan peningkatan daya saing. Pemasaran yang lebih baik dapat terjadi karena pemilihan bentuk dan media promosi yang lebih tepat, memperbaiki sistem distribusi, dan menyeimbangkan komposisi produk. Strategi benefits memungkinkan perusahaan mengembangkan produk, atau menembus target pasar yang semula sulit untuk dilakukan. Sedangkan peningkatan daya saing dapat terjadi apabila penggabungan usaha tersebut meningkatkan pengusaan pasar oleh perusahaan sehingga menimbulkan kekuatan monopoli.
c) Penurunan biaya
Penurunan biaya mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan unit yang dihasilkan, sehingga menekan biaya rata-rata (economies of scale) menghilangkan manajemen yang kurang efisien dan penggunaan sumberdaya yang komplementer, juga merupakan sumber-sumber untuk mengurangi biaya.
d) Penghematan pajak
Perusahaan melakukan akuisisi sebagai potensi memperoleh penghematan pajak. Salah satu sumber penghematan pajak adalah untuk meningkatkan debt capacity. Apabila penggabungan perusahaan menyebabkan kombinasi perusahaan tersebut mampu meminjam lebih besar tanpa harus meningkatkan biaya kebangkrutan, maka tambahan pinjaman tersebut akan mampu memberikan manfaat dalam bentuk tax savings.
e) Diversifikasi
Manajemen melakukan akuisisi untuk tujuan diversifikasi usaha, yaitu keinginan untuk memasuki industri yang lebih luas dan menguntungkan dimana industri target berada, dan dengan menggabungkan dua badan usaha yang berbeda ini, maka akan memiliki jenis usaha yang lebih besar tanpa harus memulai usaha dari awal, karena semuanya sudah dirintis oleh perusahaan yang diakuisisi, sehingga perusahaan pengakuisisi hanya melanjutkan apa yang telah ada.

Manfaat Akuisisi
Menurut Shapiro (1991 : 933) dalam Christina (2003 : 12), keuntungan atau manfaat akuisisi adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang daripada melakukan pertumbuhan secara internal.
2) Mengurangi tingkat persaingan dengan membeli beberapa badan usaha guna menggabungkan kekuatan pasar dan pembatasan persaingan.
3) Memasuki pasar baru penjualan dan pemasaran sekarang yang tidak dapat ditembus
4) Menyediakan managerial skill, yaitu adanya bantuan manajerial mengelola aset-aset badan usaha.

Proses Akuisisi
Proses akuisisi merupakan suatu faktor penting, terutama karena pembelian suatu unit bisnis tertentu pada umumnya berkaitan dengan jumlah uang yang relatif besar dan membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga bagi perusahaan pengambil alih, sebelum memutuskan untuk akuisisi terhadap suatu perusahaan terlebih dahulu akan berusaha memahami secara lebih jelas mengenai prospek dan sasaran yang akan dicapai.

Proses akuisisi menurut P.S Sudarsaman (1999 : 50) dalam Christina (2003 : 15) terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1) Tahap persiapan, meliputi :
- Mengembangkan strategi akuisisi, alasan penciptaan nilai dan kriteria akuisisi
- Meneliti, menyaring dan mengidentifikasi perusahaan target.
- Evaluasi strategi terhadap sasaran dan menilai kelayakan akuisisi
2) Tahap negosiasi, meliputi :
- Pengembangan strategi pengarahan
- Mengevaluasi keuangan dan perhitungan harga perusahaan target
- Negosiasi dan transaksi pembiayaan
3) Tahap integrasi (penggabungan), meliputi :
- Mengevaluasi kesehatan organisasi dan budaya perusahaan
- Mengembangkan pendekatan integrasi
- Menyesuaikan strategi, organisasi dan budaya antara perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakusisi.
- Hasil-hasil

Sedangkan menurut Alfred Rappaport (1979) dalam Christina (2003: 16) proses analisis akuisisi melalui tiga tahap yaitu :
1) Planning
Proses perencanaan akuisisi dimulai dengan suatu analisis terhadap corporate objectives and product market strategics. Analisis ini ditujukan untuk memahami kekuatan dan kelemahan yang meliputi berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya. Disamping itu, analisis ini juga meliputi parameter-paratemeter industri seperti proyeksi tingkat pertumbuhan pasar, peraturan pemerintah dan faktor sumber daya manusia dengan menggunakan berbagai kriteria seperti kualitas manajemen, profitabilitas, struktur modal dan kriteria lainnya.
2) Search and Screen
Proses pencarian dan pelacakan merupakan suatu pendekatan sistematik untuk menggabungkan berbagai prospek akuisisi yang menarik dan dianggap menguntungkan. Proses pencarian lebih menfokuskan pada “bagaimana” dan “dimana” mencari calon perusahaan yang akan diambil alih, yang dianggap menunjukkan calon terbaik sesuai dengan sasaran dan kriteria yang dikembangkan dalam tahap proses perencanaan.
3) Financial evaluation
Proses evaluasi keuangan lebih memfokuskan pada jawaban manajemen atas beberapa pertanyaan mengenai harga tertinggi yang harus dibayar oleh perusahaan pengambil alih serta apa yang menjadi resiko utama.

Perlakuan Akuntansi Akuisisi
Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha diselenggarakan bersama atau digabungkan dengan tujuan untuk melanjutkan usaha-usahanya yang terdahulu. Sebagai akibat adanya kombinasi tersebut, maka prosedur pencatatan akuntansinya terdiri dari dua macam metode yaitu metode pembelian (by purchase) dan metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest)

Menurut Hadori Yunus (1981 : 251, 258) :
a) Metode pembelian (by purchase), yaitu apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila penggabungan badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak lagi ikut berpartisipasi secara substansil di dalam perusahaan tunggal yang dibentuk. Dengan lain perkataan, sebagai akibat kombinasi usaha itu terjadi (timbul) suatu pemilikan baru.
b) Metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest), yaitu pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana pemegang-pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan yang bergabung, baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak perusahaan.

Sedangkan menurut Suad Husnan (1998 : 655,656)
a) Metode pembelian (by purchase)
Metode ini mencatat kekayaan perusahaan yang diakuisisi pada harga pasar yang wajar (fair market value) pada buku perusahaan yang melakukan akuisisi. Dengan demikian, maka perusahaan yang melakukan akuisisi dapat menentukan harga perolehan yang baru (new cost basis) untuk aktiva-aktiva yang diakuisisi. Pada metode ini, istilah akuntansi “goodwill” diciptakan. Goodwill merupakan selisih antara harga yang dibayar dengan nilai pasar yang wajar dari aktiva yang diakuisisi.
b) Metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest)
Dengan metode ini, aktiva-aktiva perusahaan baru dinilai sama dengan nilai buku dari perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi. Perusahaan yang baru, dimiliki bersama oleh para pemegang saham perusahaan-perusahaan lama. Aktiva total dan ekuitas total tidak mengalami perubahaan. Tidak ada goodwill yang timbul. Metode ini digunakan apabila perusahaan pengakuisisi menerbitkan saham dengan hak suara (voting stock) sebagai pertukaran minimal sebanyak 90% dari saham denga hak suara yang diakuisisi.

 

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DENGAN MODERASI LOCUS OF CONTROL PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG STABAT LANGKAT

1. Pendahuluan

Salah satu fungsi sistem akuntansi manajemen adalah sebagai sumber informasi penting untuk membantu manajer mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi ketidakpastian guna mencapai tujuan. Informasi manajemen sebagai salah satu produk sistem akuntansi manajemen memiliki peranan dalam memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan pada berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengawasan dan pengambilan keputusan. Karakteristik informasi yang bermanfaat berdasarkan persepsi para manajer untuk pembuatan keputusan adalah informasi yang lingkupnya luas, tepat waktu, agregat, dan terintegrasi.

Karakteristik informasi yang tersedia tersebut akan menjadi efektif apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan pengguna informasi. Hal ini sejalan dengan pendekatan kontingensi yang menekankan bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk bias diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan. Kapasitas sistem informasi dan kontrol seharusnya sesuai dengan kebutuhan atau permintaan sebagai akibat ketidakpastian lingkungan (environment uncertainty) yang dihadapi organisasi. Pendekatan kontingensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional yang menyebabkan sistem akuntansi manajemen menjadi lebih efektif. Faktor-faktor seperti lingkungan eksternal perusahaan, struktur organisasi perusahaan, teknologi, dan ukuran perusahaan telah diidentifikasi sebagai pengaruh moderasi dan sistem akuntansi manajemen.

Ketidakpastian lingkungan merupakan rasa ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat dari seluruh faktor sosial dan fisik yang secara langsung mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan orang-orang dalam perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang manajer tersebut dituntut untuk mampu memprediksi hal-hal dimasa yang akan datang serta memperoleh informasi-informasi yang relevan demi pengambilan keputusan sebab ketidakmampuan seorang manajer dalam memprediksi faktor-faktor sosial maupun fisik yang tidak pasti akan berdampak pada kondisi kinerja perusahaan tersebut yang mana kemampuan bersaingnya dengan perusahaan lain akan kurang efektif yang diakibatkan oleh ketidakselarasan antara strategi yang dibuat dengan kondisi yang terjadi pada masa yang akan datang.

Penelitian yang ada menunjukkan bahwa strategi sistem informasi akuntansi tidak dapat efektif digunakan tanpa mempertimbangkan kecocokannya dengan pemakai. Jadi variabel locus of control harus dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebutuhan informasi seorang manajer.

Ketidakpastian dari lingkungan perbankan sendiri dapat mempengaruhi manajer di tiap bagian yang ada dalam perusahaan mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengevaluasi kemampuan manajer serta cara pandangnya dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan yang ada guna mendapatkan informasi yang bermanfaat. Dari latar belakang dan fenomena masalah yang telah diuraikan di atas, maka hal ini menjadi alasan bagi peneliti untuk mengambil judul “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dengan moderasi Locus of Control pada Bank Syariah Mandiri Cab. Stabat, Langkat”.

2. Tinjauan Pustaka

2.1.Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen berkaitan dengan penyediaan informasi untuk manajer, yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk membuat perencanaan, mengorganisasi sumber daya, mengarahkan karyawan serta mengendalikan operasi organisasi. Akuntansi manajemen menyediakan data-data penting yang memberikan kegiatan organisasi. Karena akuntansi manajemen berfokus pada manajer, maka dalam proses pembelajarannya harus didahului dengan pemahaman apa yang dikerjakan oleh manajemen, informasi apa saja yang dibutuhkan oleh manajer guna mendukung proses pengambilan keputusan serta lingkungan bisnisnya. Garrisson dan Noreen (2000) menyatakan akuntansi manajemen mempunyai orientasi pada masa depan sehingga kurang menekankan pada presesi dimana ketepatan waktu dalam mengambil keputusan selalu lebih penting dibandingkan dengan presesi manajer.

2.2.Sistem Akuntansi Manajemen

Sistem akuntansi manajemen adalah suatu mekanisme pengendalian organisasi, serta merupakan alat yang efektif dalam menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif aktifitas yang dapat dilakukan (Nazaruddin, 1998). Sedangkan Atkinson (1995) dalam Astuti (2007) menyatakan bahwa sistem akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkan kepada pengguna. Produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen adalah informasi akuntansi manajemen.

2.3. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Hansen dan Mowen (2004) mendefinisikan “Sistem akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen.” Chenhall dan Morris (1986) menyatakan bahwa karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi manajer terdiri dari: broadscope, timelines, dan aggregate.

Berikut merupakan pendapat Gorry dan Morton (1971); Larker (1981); serta Gordon dan Narayanan (1984).

a. informasi yang bersifat Broadscope adalah informasi yang mengandung dimensi fokus, time horison dan kuantifikasi,

b. informasi yang bersifat timelines adalah informasi yang tersedia ketika dibutuhkan dan sering dilaporkan secara sistematis,

c. informasi yang bersifat Aggregate adalah informasi yang memperhatikan bentuk kebijakan formal,

d. informasi yang bersifat Integratet menunjukkan bahwa ada koordinasi antar segmen-segmen perusahaan, informasi ini akan bermanfaat bagi manajer ketika dihadapkan pada pembuatan keputusan yang berdampak pada beberapa segmen perusahaan.

2.4. Pendekatan Kontijensi (contingency approach) dan Sistem Akuntansi Manajemen

Pendekatan kontingensi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan. Hal itu terjadi karena sistem akuntansi manajemen tergantung juga pada faktor-faktor situasional yang ada, baik di luar maupun di dalam perusahaan. Menurut Otley (1980) para peneliti telah menerapkan pendekatan kontijensi guna menganalisis dan mendesain sistem kontrol, khususnya di bidang sistem akuntansi manajemen. Beberapa peneliti dalam bidang akuntansi manajemen melakukan pengujian untuk melihat hubungan variabel-variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan, ketidakpastian tugas, struktur dan kultur organisasional, ketidakpastian strategi dengan desain sistem akuntansi manajemen.

Pendekatan kontingensi menarik minat para peneliti karena mereka ingin mengetahui apakah tingkat keandalan suatu sistem akuntansi manajemen akan selalu berpengaruh sama pada setiap kondisi atau tidak. Berdasarkan teori kontijensi maka ada dugaan bahwa terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan saling berinteraksi dalam suatu kondisi tertentu. Diawali dari pendekatan kontijensi ini maka muncul lagi kemungkinan bahwa ketidakpastian lingkungan juga akan menyebabkan perbedaan pada kebutuhan informasi akuntansi manajemen.

2.5. Pengertian Ketidakpastian Lingkungan

Menurut Milliken (1987) dalam Astuti (2007) ketidakpastian lingkungan adalah rasa ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat dari seluruh faktor sosial dan fisik yang secara langsung mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan orang-orang dalam organisasi. Variabel ketidakpastian lingkungan diukur dengan menggunakan indikator: kurangnya informasi, ketidakmampuan mengetahui hasil, dan ketidakmampuan menentukan kemungkinan. Ketidakpastian lingkungan diidentifikasi sebagai faktor penting karena kondisi demikian dapat menyulitkan perencanaan dan pengendalian. Perencanaan menjadi bermasalah dalam situasi operasi yang tidak pasti karena tidak terprediksinya kejadian masa mendatang. Oleh karena itu manajer harus mampu memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang yang bisa membawa dampak terhadap perusahaan, lalu memberikan informasi yang bersifat timeliness, aggregate serta intregated yang akan bermanfaat bagi manajer ketika dihadapkan pada pembuatan keputusan yang berdampak pada beberapa segmen perusahaan.

2.6. Locus of Control

Menurut Rotter (1966) dalam Astuti (2007) locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya. Lefcourt (1982) menyatakan bahwa locus of control internal ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik atau buruk yang terjadi diakibatkan oleh tindakan seseorang. Oleh karena itu terjadinya suatu peristiwa berada dalam control seseorang. Sementara locus of control eksternal ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik atau buruk yang terjadi tidak berhubungan dengan perilaku seseorang pada situasi tertentu, oleh karena itu disebut dengan di luar control seseorang. Setiap orang memiliki locus of control tertentu yang berada diantara kedua ekstrem tersebut.

2.7. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dan Locus of Control

Untuk memprediksi perilaku manajer agar lebih akurat, maka dibutuhkan dua faktor yang harus dipertimbangkan secara bersama-sama,yaitu faktor personalitas dan faktor situasional. Karena apabila hanya mempertimbangkan faktor personalitas saja dinilai tidak cukup dalam memprediksi perilaku manajer. Dengan kemampuan manajer memprediksi masa depan, maka manajer tersebut dapat memberikan informasi-informasi yang berguna bagi perusahaan dalam bidang perencanaan maupun pengendalian. Terlebih dalam proses pengambilan keputusan, dimana seorang manajer harus mampu memberikan informasi yang akurat. Selain kemampuan seorang manajer dalam memprediksi masa depan, cara pandang seorang manajer dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan juga dibutuhkan, apakah dia mampu atau tidak dalam mengendalikan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di masa akan datang.

2.8. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan peneliti terdahulu maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:

KETIDAKPASTIAN

LINGKUNGAN

(X)

KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

(Y)

LOCUS OF CONTROL

(Z)

Dengan kemampuan manajer memprediksi masa depan, maka manajer tersebut dapat memberikan informasi-informasi yang berguna bagi perusahaan dalam bidang perencanaan maupun pengendalian. Terlebih dalam proses pengambilan keputusan, dimana seorang manajer harus mampu memberikan informasi yang akurat. Selain kemampuan seorang manajer dalam memprediksi masa depan, cara pandang seorang manajer dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan juga dibutuhkan, apakah dia mampu atau tidak dalam mengendalikan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di masa akan datang.

Hasil penelitian terdahulu, menunjukkan hasil dimana ketidakpastian lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap karakterisitik sistem informasi akuntansi manajemen. Artinya apabila variabel ketidakpastian lingkungan meningkat maka karakteristik sistem informasi akuntasi manajemen akan meningkat begitupun sebaliknya. Dan memiliki hubungan signifikan secara negatif pada interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan locus of control. Yang artinya setiap terjadi penurunan variabel interaksi tersebut maka variabel karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen akan meningkat, begitu sebaliknya.

2.9. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah apakah ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen dan apakah locus of control memoderasi hubungan antara ketidakpastian lingkungan dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen.

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006) dengan bentuk hubungan kausal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ketidakpastian lingkungan dan locus of control terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah ketidakpastian lingkungan, karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen sebagai variabel dependen, dan locus of control sebagai variabel moderasi. Dimensi waktu penelitian adalah cross sectional yaitu studi lintas seksi yang dilaksanakan satu kali dan mencerminkan potret dari suatu keadaan pada satu saat tertentu (Erlina dan Sri Mulyani, 2007). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah top management level dan middle management level pada Bank Syariah Mandiri Cab. Stabat Langkat.

4. Metode Analisis Data

4.1. Pengujian Asumsi Klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas data, multikolineritas, heteroskedastisitas an auto korelasi. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini hanya terbatas pada uji normalitas, uji multikolineritas dan uji heteroskadastisitas. Uji autokorelasi tidak digunakan karena autokorelasi sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) sedangkan penelitian ini memiliki dimensi waktu cross section.

4.1.1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah guna mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina dan Mulyani, 2007). Ada dua cara yang dapat digunakan yaitu yang pertama dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Jika data menyebar disekitar garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Cara yang kedua dengan menggunakan Kolmogorov Smirnof Test dengan mencari nilai n value. Apabila nilai probabilitas melebihi taraf signifikan yang ditetapkan yaitu 0,05 maka data yang dijadikan dalam penelitian ini berdisribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka data yang dijadikan dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal.

4.1.2. Uji Multikolineritas

Uji ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Untuk mendeteksi terhadap ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat pada nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai toleransi. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Pada pengujian ini regresi yang bebas multikolineritas adalah yang mempunyai nilai VIF kurang dari 10.

4.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Metode ini digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari suatu residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Erlina, 2007). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot dengan kriteria :

a) jika titik yang ada membentuk suatu pola tertentu, bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka terjadi heteroskedastisitas,

b) jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka terjadi heteroskedastisitas.

4.1.4. Uji Autokorelasi

Menurut Erlina dan Mulyani (2007), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada perode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan uji autokorelasi.

4.2. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat diperoleh model persamaan regresi linear sebagai berikut :

Y = a + bX + e

Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen = 10,557 + 0,936 Ketidakpastian Lingkungan

Konstanta sebesar 10,557 menyatakan bahwa jika tidak ada ketidakpastian lingkungan , maka karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen sebesar 10,557. Koefesien regresi sebesar 0,936 menyatakan bahwa setiap penambahan satu ketidakpastian lingkungan dari top maupun middle manager akan meningkatkan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen sebesar 936. Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat pada tabel di atas, juga diperolah hasil uji t yang diperlukan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel independen. Pada kolom signifikan, konstanta dan variabel independen (ketidakpastian lingkungan) mempunyai angka signifikan jauh dibawah 0,05 (0,000 untuk konstanta ketidakpastian lingkungan dan 0,000 untuk konstanta karakterisitik sistem informasi akuntansi manajemen). Hal ini menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen.

Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Astuti (2007), dimana hasil penelitian mengindikasikan bahwa ketidakpastian lingkungan yang tinggi akan meningkatkan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen. Uji berikutnya digunakan untuk mengetahui apakah locus of control mempengaruhi hubungan antara ketidakpastian lingkungan dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen.

4.3. Pembahasan Hasil Analisis

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa variabel ketidakpastian lingkungan memiliki nilai koefesien 0,672 dengan probabilitas signifikansi 0,001 yang lebih rendah dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap locus of control.

Interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan locus of control yang diukur dengan nilai absolute memiliki probabilitas signifikansi 0,982 yang ternyata tidak signifikan pada probabilitas signifikansi 0,05. Temuan ini menunjukkan bahwa interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan locus of control tidak memiliki pengaruh terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. hipotesis pertama menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen. Dapat disimpulkan juga bahwa pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen menunjukkan pengaruh signifikan, yang berarti semakin tinggi ketidakpastian lingkungan, maka akan semakin tinggi pula karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen,

2. dari hasil analisis hipotesis pertama diperoleh nilai adjusted R square = 0,484. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan ketidakpastian lingkungan dalam menjelaskan atau memberikan sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi adalah sebesar 48,4%, sedangkan sisanya 51,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan model,

3. hasil hipotesis kedua menunjukkan variabel locus of control tidak dapat melakukan moderasi dengan variabel ketidakpastian lingkungan dalam mempengaruhi karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen. Hal ini dibuktikan dengan melakukan analisis regresi moderasi dengan uji interaksi yaitu antara ketidakpastian lingkungan dengan locus of control yang diukur dengan nilai absolut. Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan bahwa secara parsial variabel ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefesien dan tingkat signifikansi setiap variabel yang diteliti.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan peneliti antara lain :

1. hasil penelitian ini hanya dapat menjadikan analisa pada objek penelitian yang terbatas yaitu pada Bank Syariah Mandiri Cabang Stabat Langkat saja sehingga memungkinkan adanya perbedaan-perbedaan hasil dan kesimpulan apabila dilakukan dengan objek yang berbeda dan penambahan objek lain dan pada periode waktu yang berbeda dimana penelitian hanya menggunakan top management level dan midlle management level sebagai objek penelitian dan penelitian dilaksanakan pada tahun 2009,

2. peneliti menerapkan metode survei melalui kuisioner, dimana terdapat beberapa kemungkinan adanya data yang bias yakni kemungkinan responden tidak menjawab secara serius atau tidak jujur.

5.3. Saran

Terlepas dari beberapa keterbatasan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai han masukan. Berikut beberapa saran berkaitan dengan keterbatasan antara lain :

a. dalam upaya meningkatkan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen maka pihak manajemen diharapkan memperoleh informasi yang bersifat broadscope, timelines dan aggregate guna pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat, serta meningkatkan kemampuan dalam melakukan prediksi dengan melakukan pengumpulan data sehingga dapat melakukan analisis yang lebih mendetail,

b. memperluas lingkup atau wilayah penelitian, memperbanyak sampel dan pemilihan sampel acak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan dapat memberikan kontribusi dalam pengkajian aspek-aspek keperilakuan dalam pengembangan teori-teori akuntansi manajemen,

c. berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian, perlu dilakukan penelitian berkelanjutan dengan berbagai faktor kontekstual yang dapat dipertimbangkan sebagai variabel.

http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-14.html

 

ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

Definisi Pengambilan Keputusan

Ø Kegiatan identifikasi dan diagnosis masalah, penyusunan berbagai alternatif, evaluasi dan pemilihan alternatif pemecahan masalah (George Huber).

Ø Proses pemilihan salah satu dari antara dua atau lebih alternatif arah tindakan untuk mencapai suatu tujuan (Sondang Siagian).

Ø Kegiatan yang berkaitan dengan manajerial maupun organisasi.

Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses berpikir, mengelola, dan memecahan masalah. Oleh karena itu, beberapa definisi yang ada, masing-masing digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam pengaturan organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih dari antara program alternatif tindakan yang mempengaruhi masa depan.

Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan

1. Meneliti Situasi

· Tentukan masalah· Identifikasi sasaran· Diagnosis penyebab· Analisis faktor keterkaitan

2.Mengembangkan alternatif Pemecahan

· Cari alternatif yang kreatif· Jangan terburu-buru mengevaluasi

3.Penerapan dan tindak lanjut

· Laksanakan rencana· Pantau pelaksanaan

4.Memilih alternatif yang terbaik

· Evaluasi alternatif· Pilih alternatif terbaik

1. 1.Pengenalan dan pendefinisian suatu masalah atau suatu peluang.

Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah dan peluang, pembuat keputusan membutuhkan informasi lingkungan, keuangan, dan operasi.

2. 2.Pencarian atas tindakan alternatif.

Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif tambahan akan diperpanjang.

3. 3.Pemilihan alternatif yang optimal dan memuaskan.

Langkah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah satu alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi.

4. 4.Penerapan dan tindak lanjut.

Keberhasilan atau kegagalan dari pilihan akhir tergantung pada efisiensi dari pelaksanaannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya bekerja.

Motif Kesadaran

Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan yaitu:

a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.

Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.

b. Motif kompleksitas dan keragaman.

Motif ini menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau lingkungan.

Jenis-jenis dari Model Proses

Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seoran pengambilan keputusan dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:

a. Model Ekonomi

Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan bahwa probabilitas yang terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak tergantung pada preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuan yang konsisten dari organisasi.

b. Model Sosial

Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung berdasarkan interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan motivasi utama.

c. Satisficing Model

Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar.

Pengambilan Keputusan Organisasi

Perusahaan sebagai Unit Pengambilan Keputusan

Menurut cyber dan march ada 4 (empat) konsep dasar relasional sebagai inti pengambilan keputusan bisnis:

1. Resolusi Semu dari Konflik

Koalisasi dari individu-individu dengan tujuan yang berbeda yang sering menimbulkan konflik karena mengambil keputusan melibatkan pemilihan atas satu alternatif yang sesuai dengan tujuan dan harapan secara keseluruhan.

2. Menghindari Ketidakpastian

Ketika mengambil keputusan, organisasi secara terus menerus akan dihantui oleh ketidakpastian dalam lingkungan internal maupun eksternalnya.

3. Pencarian masalah

Pencarian masalah adalah proses menemukan suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu cara untuk bereaksi terhadap peluang.

4. Pembelajaran organisasi

Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran seperti yang dialami oleh individu, organisasi memperlihatkan perilaku adaptif dari karyawannya. Mereka belajar untuk mengurus bagian tertentu dari lingkungan tersebut.

Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasi

Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukanya organisasi, yang mengenali, mendefenisikan masalah atau peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan menerapkanya.

Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan

Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu dalam situasi pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari tindakan tidaklah pasti.

Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah

v

Fenomena Pemikiran Kelompok

Pemikiran kelomok (group think) menggambarakan situasi dimana tekanan untuk mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide atau pandangan yang tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif.

v Penomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)

Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan dari intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka bertindak sendiri.

Kesatuan Kelompok

Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat pada umumnyalebih efektifdalam suatu pengambilan keputusan dibandingkan dengan kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama anggota nya.

Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar

Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan lainnya.

Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu.

Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga komponen:

1. Pengujian Informasi

2. Integrasi pengamatan dan temuan

3. Pertimbangan

Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan

Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses, serta meneruskan informasi.

Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.

Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya ditentukan.

Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah

Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan sebelumnya.

Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan

Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan operasi sekarang.

Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi ekternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.

Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi

Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna” dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak dapat dihindari.

Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.

MENCARI DATA UNTUK PENGAMBILAN INFORMASI

25 September 2013 13:48:22 Dibaca : 1318

MENCARI DATA UNTUK PENGAMBILAN INFORMASI

PERBEDAAN INFORMASI DAN DATA YAITU:

v Pengertian Informasi

Dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Informasi merupakan pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Namun demikian, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan mental.

Kata informasi sendiri berasal dari kata Perancis kuno informacion (tahun 1387) yang diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Informasi dapat didefinisikan data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.

v Pengertian Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupunsuatu konsep.

Data bisa merupakan jam kerja bagi karyawan perusahaan. Data ini kemudian perlu diproses dan diubah menjadi informasi.

CONTOH KASUS

“semakin besar pendapatan masyarakat semakin besar pula permintaan pembuatan perabotan Rumah Tangga”

Pendapatan sebagian masyarakat yang kian bertambah seiringnya zaman membawa dampak yang begitu besar pada dunia industry, hal ini dapat dibuktikan dengan makin maraknya permintaan pembuatan perabot Rumah Tangga. Seperti: lemari, meja, kursi, dll.

Dalam hal ini, seorang di butuhkan peran yang besar dari seorang manajer dalam mengelolah informasi mengenai biaya, diantaranya:

Biaya apa saja yang diperlukan dalam membuat produk?Jika volume produksi menurun, akankah biaya menurun pula?Apakah dampak dari otomatisasi terhadap total biaya?Bagaimana cara yang baik dalam mengendalikan biaya-biaya?

Berikut adalah contah harga Harga Kusen, Daun Pintu dan Daun Jendela Kayu

Harga Harga Kusen Kayu Ukuran Balok 6×15

Harga Kusen Gundul per Lubang

Rp. 250.000 s/d Rp. 700.000

Harga Kusen Kisi-kisi per Lubang

Rp. 325.000 s/d Rp. 775.000

Harga Kusen Lengkung per Lubang

Rp. 340.000 s/d Rp. 1.000.000

Harga Kusen Gendong Lengkung 3 Lubang

Rp. 1.020.000 s/d Rp. 2.850.000

Harga Kusen Gendong Lengkung Kisi-kisi per 3 Lubang

Rp. 1.190.000 s/d Rp. 2.250.000

Harga Harga Kusen Kayu Ukuran Balok 6×12

Harga Kusen Gundul per Lubang

Rp. 250.000 s/d Rp. 700.000

Harga Kusen Kisi-kisi per Lubang

Rp. 325.000 s/d Rp. 775.000

Harga Kusen Lengkung per Lubang

Rp. 325.000 s/d Rp. 775.000

Harga Kusen Gendong Lengkung 3 Lubang

Rp. 1.020.000 s/d Rp. 2.850.000

Harga Kusen Gendong Lengkung Kisi-kisi per 3 Lubang

Rp. 1.190.000 s/d Rp. 2.250.000

Harga Daun Pintu

Harga Daun Pintu Panel Kotak dan lainnya

Rp. 600.000 s/d Rp. 1.050.000

Harga Daun Pintu Panel Lengkung

Rp. 650.000 s/d Rp. 1.200.000

Harga Daun Jendela

Harga Daun Jendela Polos dan Kaca Polos

Rp. 600.000 s/d Rp. 1.050.000

Harga Daun Jendela Blasut dan Kaca Polos

Rp. 650.000 s/d Rp. 1.200.000

KEWAJARAN HARGA DALAM PRODUK

Harga tersebut sudah semestinya untuk digunakan oleh perusahaan ini, karena ini di lihat dari segi perekonomian Negara, sulitnya mendapatkan bahan baku ( kayu) yang berkualitas, gaji terhadap karyawan dan pemenuhan biaya-biaya yang lainnya yang mempengaruhi harga dari perabotan tersebut.

DEFINISI AKUNTANSI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI KEUANGAN BERDASARKAN CONTOH KASUS

v Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian dan evaluasi, serta pengambilan keputusan. Adapun tujuan instruksional umum dari ini adalah untuk dapat mengevaluasi dan merekayasa sistem akuntansi manajemen yang cocok dengan kondisi operasi dan strategi organisasi.

Sehinggga dalam hal ini akuntansi manajemen berdasarkan studi kasus yaitu peranan seorang manajer dalam membuat keputusan terhadap informasi yang ada. Juga bagaimana seorang manajer dapat membuat strategi-strategi dalam memasarkan mebelnya, sehingga dalam hal ini manajer harus jeli dan kompeten dalam menginovasi produk dalam mebelnya.

v Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi (Aktiva = Kewajiban + Modal). Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham. Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan aturan-aturan yang harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Dengan demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat berkomunikasi melalui laporan keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan yang sama yaitu SAK. SAK ini mulai diterapkan di Indonesia pada 1994, menggantikan Prinsip-prinsi Akuntansi Indonesia tahun 1984.

Contoh sistem informasi pada akuntansi dan keuangan

Akuntansi dan Keuangan adalah sesuatu yang berbeda fungsinya. Sehingga kadang kala sebuah perusahaan menggunakan piranti lunak akuntansi (accounting software) dalam mengelola transaksi setiap hari, seperti penjualan dan pembayaran ke pemasok perusahaan mebel tersebut.

Financial software mendukung manajer dalam hal anggaran, melakukan forecast dan analisis termasuk dalam analisis laporan keuangan terhadap perusahaan.

Informasi Akuntansi Keuangan.

Informasi akuntansi keuangan adalah informasi bertujuan umum (general purposes) yang disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Informasi ini digunakan untuk pihak internal dan eksternal. Informasi Akuntansi Keuangan disajikan dengan asumsi bahwa informasi yang dibutuhkan investor, kreditor, calon investor dan kreditor, manajemen, pemerintah, dan sebagainya dapat mewakili kebutuhan informasi pihak lain selain investor dan kreditor. Dengan demikian dibutuhkan satu informasi seragam untuk semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis perusahaan. Pada umumnya, Informasi Akuntansi Keuangan disusun dan dilaporkan secara periodik sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen terhadap informasi yang tepat waktu. Selain itu, Informasi Akuntansi Keuangan disajikan dengan format yang terlalu kaku sehingga kurang mampu memenuhi informasi yang dibutuhkan manajemen. Ini berlaku dalam pemenuhan biaya bahan baku dalam hal ini kayu yang sekarang ini semakin lama semakin berkurang dengan adanya global warming. Namun, dengan adanya AMDAL perusahaan-perusahaan sekarang sudah mulai menanam pohon untuk kelanjutan dari dunia dan kebutuhan bahan bakunya.

PERILAKU BIAYA

25 September 2013 13:45:54 Dibaca : 1919

PERILAKU BIAYA

Perilaku biaya didefinisikan : bagaimana biaya akan bereaksi atau berubah dengan adanya perubahan tingkat aktivitas bisnis. Kunci untuk memprediksi biaya secara efektif tergantung pada pemahaman pola perilaku biaya.
Tipe-tipe Pola Perilaku Biaya
Ada tiga pola perilaku biaya yaitu variabel, tetap dan mixed (semivariabel). Proporsi relatif masing-masing tipe biaya tersebut disebut sebagai struktur biaya (cost structure). Struktur biaya perusahaan akan sangat mempengaruhi dalam pembuatan keputusan.
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas. Suatu biaya bersifat variabel dikarenakan “sesuatu hal”. Suatu hal tersebut adalah basis aktivitasnya. Basis Aktivitas adalah ukuran segala sesuatu disebut juga cost driver. Beberapa basis aktivitas yang umum adalah jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit yang diproduksi, dan unit yang dijual.
• Biaya Variabel Sejati Vs Biaya Variabel Bertahap
Biaya variabel sejati, bahan langsung sungguh berperilaku sebagai biaya variabel karena jumlah yang digunakan selama satu periode akan memiliki proporsi langsung dengan tingkat aktivitas produksi. Sedangkan biaya yang terjadi karena borongan dan turun atau naik hanya karena perubahan yang besar dalam tingkat aktivitas disebut biaya variabel tertutup.
Biaya tetap
Yaitu biaya yang berapapun jumlah aktivitasnya maka biayanya tidak berubah namun karena total biaya tetap bersifat konstan, jumlah biaya tetap per unit akan semakin kecil bila tingkat aktivitasnya naik.
• Tipe Biaya tetap
Biaya tetap biasanya disebut biaya kapasitas karena biaya tersebut terjadi karena adanya gedung, peralatan, karyawan profesional yang terlatih, dan item lainnya yang dibutuhkan untuk menyediakan kapasitas pokok untuk mempertahankan aktivitasnya. Untuk tujuan perencanaan, biaya tetap dipilah menjadi biaya yang ditetapkan dan biaya kebijakan.
Biaya tetap yang telah ditentukan berkaitan dengan investasi fasilitas, peralatan dan struktur organisasi pokok dalam suatu perusahaan. Contoh biaya ini meliputi penyusutan gedung, dan peralatan, pajak bangunan, asuransi, dan gaji manajemen puncak dan karyawan profesional.
Biaya tetap kebijakan. Biaya ini disebabkan oleh keputusan tahunan yang dibuat oleh manajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh biaya tetap kebijakan termasuk iklan, riset, hubungan masyarakat, program pengembangan manajemen, dan magang untuk para mahasiswa.

Mixed Cost

Mixed cost adalah biaya yang terdiri dari elemen biaya variabel maupun biaya tetap atau juga disebut biaya semivariabel. Ada tiga metode untuk menganalisis biaya semivariabel yang mendasarkan pada catatan biaya dan aktivitas yang terjadi. Ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut :
a. High-low method
Dimulai dengan mengidentifikasi periode dengan tingkat aktivitas yang paling rendah dan periode dengan tingkat aktivitas yang paling tinggi. Perbedaan biaya pada kedua periode tersebut dibagi dengan perubahan aktivitas antara kedua periode ekstrem tersebut untuk memperkirakan biaya variabel per unit aktivitas.
b. Scattergraph approach
Metode ini memperhitungkan semua data biaya. Grafik ini memperhitungkan semua titik. Garis yang ditarik dari titik-titik tersebut adalah garis regresi. Garis regresi adalah garis rata-rata.
c. Least squares regression
Program ini menyediakan sejumlah manfaat statistik lainnya untuk mengestimasi titik potong (biaya tetap) dan slope (biaya variabel per unit).
High low method adalah metode yang paling sederhana dan dapat digunakan untuk memperkirakan biaya tetap dan biaya variabel secara cepat tetapi memiliki kelemahan karena hanya mendasarkan pada dua titik saja. Pada umumnya, metode least squares regression digunakan untuk menentukan rumus biaya meskipun metode scattergraph juga dapat memberikan hasil yang bagus. Metode least squares regression bersifat objektif dan berbagai macam statistika dapat secara otomatis diperoleh dengan menggunakan paket program statistika meskipun menggunakan metode least squares regression, data tetap harus diplot untuk mengkonfirmasikan bahwa hubungan tersebut sungguh linear.
Manajer menggunakan susunan biaya berdasarkan perilakunya untuk dasar pembuatan keputusan. Untuk menjawab kebutuhan ini, laporan laba rugi disusun berdasarkan format kontribusi. Format kontribusi mengklasifikasikan biaya dalam laporan laba rugi berdasarkan perilakunya.

 

Kategori

Blogroll

  • Masih Kosong