Perkembangan Pemikiran Manusia
Perkembangan Pemikiran Manusia
Nalar adalah pertimbangan tentang baik buruk; akal budi; atau aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis; jangkauan pikir; kekuatan pikir. Sedangkan penalaran adalah hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.[1]
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini.[2]
A. Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia
1. Rasa Ingin Tahu
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Perasaan ini merupakan salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.[3]
2. Mitos
Menurut Auguste Comte (1798-1857)bahwa dalam sejarah perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi (tahap metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.[4]
B. Perkembangan Fisik Tubuh Manusia
Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.
Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.
Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ reproduksi (organ genitalia).
Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.
Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.
C. Metode Ilmiah dan Implementasinya
Pengetahuan tentang mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan bahkan percaya adanya dewa diperoleh dengan cara berprasangka, berintuisi dan coba-coba (trial and error).
Suatu pengetahuan dapat dikatakan pengetahuan yang ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat antara lain: objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Salah satu syarat ilmu pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Kriteria metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian antara lain harus berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisis, hipotesis, berukuran objektif serta menggunakan teknik kuantitatif atau kualitatif.
Alur berpikir yang mencakup metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah operasional metode ilmiah, yaitu perumusan masalah, penyusun kerangka berpikir, pengajuan hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan simpulan.
Metode ilmiah mempunyai keterbatasan maupun keunggulan. Keterbatasan metode ilmiah adalah ketidaksanggupannya menjangkau untuk menguji adanya Tuhan, membuat kesimpulan yang berkenan dengan baik dan buruk atau sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan. Sedangkan keunggulannya, antara lain: mencintai kebenaran yang objektif dan bersikap adil; kebenaran ilmu tidak absolut sehingga dapat dicari terus-menerus; mengurangi kepercayaan pada tahayul, astrologi maupun peruntungan, dan lain-lain.
Manusia memiliki kelebihan dibanding semua makhluk, antara lain :
a. Manusia dapat berpikir, sehingga manusia merupakan makhluk yang cerdas ( homo sapiens ). Dengan daya pikirnya manusia dapat mempertimbangkan apa yang akan dilakukan masa sekarang, atau masa depan dengan pengalaman yang dialaminya.
b. Manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya, sehingga disebut sebagai manusia kerja ( homo faber ). Salah satu tindakan dan wujud budaya adalah barang buatan manusia ( artefact ). Alat-alat diciptakan manusia karena sadar kemampuan inderanya terbatas, sehingga alat-alat dibuat untuk mencapai tujuan, misal mikroskop, roda untuk kereta.
c. Manusia dapat berbicara ( homo longuens ), sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain.
d. Manusia dapat hidup bermasyarakat ( homo socius ) tidak seperti binatang yang bergerombol yang hanya mengenal hukum rimba. Manusia bermasyarakat yang diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama.
e. Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi ( homo aeconomicus ). Dalam hukum ekonomi, semua kegiatan harus atas dasar untung rugi. Pada awalnya manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar (produksi dijual di pasaran) dan keuntungan semakin besar, sehingga meningkatkan produktivitas kerja.
f. Manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki kemampuan lebih hebat dari manusia, sehingga manusia memiliki kepercayaan atau beragama ( homo religius ). Di samping keenam hal di atas, manusia disebut juga manusia berbudaya ( homo humanus ) dan manusia yang tahu akan keindahan ( homo aesteticus ).[5]
Manusia Berperasaan dan Rasional Manusia mempunyai akal budi. Akal yang menjadi sumber sifat rasional, sedangkan budi bersumber pada perasaan. Perasaan adalah fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Sedangkan rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir yang rasional manusia dapat meletakkan hubungan-hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. Kemampuan manusia memperguna kan daya akalnya disebutkan intelegensi.
Cara manusia memperoleh pengetahuan :
a. Cara lama dengan masih mengandalkan perasaan daripada kebenaran pikiran, yaitu dengan prasangka, intuisi dan coba-ralat.
b. Cara baru yaitu dengan mempergunakan logika, yaitu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan sehat. Logika yang bersifat kodratiah dan ilmiah.
Tahapan perkembangan pola pikir manusia :
1. Antroposentris
Antroposentris ( anthropus = manusia, centrum = pusat ) adalah anggapan bahwa manusialah yang menjadi pusat segala-galanya. Pandangan ini masih dalam tahap awal perkembangan pikiran manusia.
2. Geosentris
Geosentris ( geo = bumi ) adalah anggapan bahwa bumi pusat alam semesta. Semua benda langit mengelilingi bumi merupakan anggapan yang berkembang sejak abad ke-6 SM. Tokohnya:
a. Thales (624-548 SM) yang dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar alam dan isinya. Thales percaya bintang-bintang bisa memancarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan sinar matahari ke bumi. Dikatakan bahwa bumi merupakan cakram yang mengapung di atas air.
b. Anaximender (610 – 546 SM) ialah orang pertama yang menyatakan bahwa langit berputar dengan poros bintang kutub Kubah langit yang nampak adalah setengah bola dengan bumi sebagai pusatnya.
c. Pythagoras (580-500 SM) yang terkenal dengan dalil segitiga siku-siku.Di samping pelopor matematika, ia juga berkeyakinan bahwa bumi bulat dan berputar, sehingga menampakkan gerakan perputaran semu dari langit. Ia juga mengajarkan bahwa di bumi terdapat 4 unsur yaitu : tanah, air, udara dan api.
d. Erasthothenes (276-195 SM) ialah orang yang pertama menghitung ukuran bumi sebagai benda bulat.
e. Ptolomeus (127-151 SM) mengemukakan pendapatnya bahwa bumi adalah pusat jagad raya, berbentuk bulat, diam setimbang tanpa tiang penyangga
f. Avicenna (Ibn-Shina abad 11), seorang ahli Ilmu Pengethuan, terutama dalam bidang Ilmu Kedokteran, Fiolosof.[6]
3. Heliosentris
Heliosentris (Helios = matahari) adalah anggapan bahwa pusat alam semesta adalah matahari. Hal ini merupakan pendapat baru karena makin sempurnanya alat pengamat bintang berupa teleskop dan semakin meningkatnya kemampuan berfikir manusia yang terjadi pada tahun 1500 – 1600.
Sebagai tonggak sejarah Nicolous Copernicus (1473-1543) dengan pokok ajaran :
a. Matahari adalah pusat sistem solar sedangkan bumi adalah salah satu planet di antara planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
b. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
c. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang.
Pengikut Copernicus adalah Bruno (1548-1600). Ia memberikan kesimpulan lebih jauh lagi:
a. Jagat raya tidak ada lagi.
b. Bintang-bintang tersebar di seluruh jagat raya.
Tokoh lain adalah Johannes Kepler (1571-1630), pendapatnya :
a. Planet-planet beredar mengelilingi matahari pada suatu garis edar yang berbentuk elips dengan suatu fokus.
b. Bila ditarik garis imajinasi dari planet ke matahari dan ia bergerak menurut garis edarnya, luas bidang yang ditempuh pada jangka waktu yang sama adalah sama.
c. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet utk mengelilingi matahari secara penuh sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata palnet itu terhadap matahari.
Tokoh lain adalah Galileo (1564-1642) dengan penemuannya yaitu teleskop yang mutakhir. Ia menemukan bahwa ada empat buah bulan yang mengelilingi Yupiter, adanya gunung-gunung di bulan dan satu bintik hitam di matahari yang sangat penting untuk menghitung kecepatan rotasi matahari, adanya Mikly Way atau Bima Sakti. Dan yang sangat menakjubkan adalah ditemukannya cincin Saturnus.
4. Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy : kumpulan jutaan bintang) merupakan anggapan bahwa pusat alam semesta adalah galaksi. Paham tersebut berkembang sejak tahun 1920 setelah Amerika Serikat membuat teleskop raksasa, sehingga informasi tentang galaksi makin jelas diketahui orang.
Di California terdapat 2 buah observatoria : Mount Wilson dengan pemantul 1,5 meter dan Mount Palomar dengan pemantul 2,5 meter dan tahun 1976 berdiri observatorium Zelenchukskaya di Rusia.
Pengetahuan tentang galaksi Bima Sakti makin intensif, sementara itu perhatian ke galaksi yang lain mulai dikembangkan.
5. Asentris
Asentris (a = tidak) merupakan anggapan bahwa tidak perlu lagi adanya pusat-pusatan dalam alam semesta ini, semuanya beredar dalam konstelasi ilmiah.
Dengan paham ini manusia semakin kecil jika dihadapkan pada alam semesta yang tidak terbatas ukurannya, sehingga secara agama semuanya dikembalikan pada Tuhan sebagai Sang Pencipta.[7]
[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Balai Pustaka, 2005)
[2] Drs. Abdullah Aly, Ir. Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 4
[3] Dr. Rizali H. Nasution, Drs. H. Mohd. Hatta, Ilmu Alamiah Dasar, (Medan: PT.Pustaka Widyasarana, 1993), hlm.9
[4] Drs. Mawardi, Ir. Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), hlm. 14
[5] Drs. H. Abu Ahmadi, Ir. A. Supatmo, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 14
[6] Drs. Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Surabaya: PT. Raja Grafindo, 1989), hlm. 8
[7] Fahrul Rizal, dkk., Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaktosentris, Asentris, (Jakarta:
sumber:
http://ruardy.wordpress.com/2012/04/19/perkembangan-pemikiran-manusia-dalam-mensikapi-fenomena-alam/Hijri Pustaka Utama, 2006), hlm. 26-32
LANGKAH-LANGKAH MENULIS AKADEMIK
Tugas Bahasa Indonesia:)
LANGKAH-LANGKAH MENULIS AKADEMIK
A. Pengertian Menulis Akademik
Menulis akademik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan tulisan akademik. Tulisan akademik ialah karya tulis yang disusun akademisi untuk memperoleh gelar akademik, misalnya disertasi untuk mencapai gelar doktor (S-3), tesis untuk mencapai gelar master (S-2), skripsi untuk mencapai gelar serjana (S-1).
Menulis akademik dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Menulis makalah
2. Menulis laporan
Penulisan akademik adalah penulisan yang dijalankan secara ilmiah atau saintifik. Dengan mengkaji secara teratur dan teliti suatu persoalan. Dan penulisan akademik berbeda dari kaedah-kaedah penulisannya seperti, penulisan novel yang berasaskan khayalan atau rekaan dan generalisasi daripada pengalaman.
Kaedah saintisfik berasaskan kepercayaan bahwa dimana suatu fenomena memiliki keterangan-keterangan tertentu, yaitu tiap-tiap kesan mempunyai sebab. Kaedah ini berasaskan idea bahwa kesimpulan hanya boleh diterima bila diikuti dengan bukti.
Seorang penulis akademik harus mengumpulkan data secara objektif, tidak berat sebelah dalam mengumpulkan data yang disertai kebenaran hipotesis dan mengabaikan yang tidak mengikuti kehendak pribadi penyelidik. Untuk menjadikan pengetahuan biasa menjadi pengetahuan ilmiah (Sains), kita harus melalui jalan yang panjang.
Proses yang disebut sebagai kaedah ilmiah dapat disusun seperti berikut:
1. Pengumpulan data dan fakta
2. Pengamatan data dan fakta
3. Pemilihan data dan fakta
4. Penggolongan data dan fakta
5. Penafsiran data dan fakta
6. Kesimpulan umum
7. Perumusan hipotesis
8. Pengujian terhadap hipotesis melalui kajian dan percobaan empiris
9. Penilaian, menerima atau menolak atau menambah, ataupun merubah hipotesis
10. Perumusan teori ilmu pengetahuan
11. Perumusan dalil atau hukum ilmu pengetahuan
B. Ciri-Ciri Penulisan Akademik
Secara ringkas ciri-ciri penulisan akademik adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan fakta secara sistematik atau mengemukakan hukum alam kepada situasi yang spesifik
2. Penulisannya cermat, tepat, benar, dan tidak membuat andaian.
3. Tidak menulis untuk memenuhi kehendak golongan-golongan tertentu.
4. Penulis hanya menulis untuk memaklumkan tentang sesuatu dan tidak bersifat prejudis.
5. Penulisan akademik bersifat sistematik. Setiap langkah direncanakan secara sistematik, konseptual, dan mengikuti prosedur yang jelas.
6. Penulisan akademik tidak bersifat emosional. Ia menggunakan sebab-musabab dan pengertian sesuatu masalah atau persoalan. Kata-katanya mudah didefenisikan.
7. Setiap pandangan yang dikemukakan disertai dengan bukti.
8. Menulis dengan jujur dan hanya mengemukakan kebenaran. Tidak ada kenyataan-kenyataan yang boleh menimbulkan keraguan.
9. Penulisan akademik tidak bersifat argumentatif. Rumusan yang dibuat dalam penulisan akademik akan membiarkan fakta berbicara sendiri.
10. Penulisan akademik tidak bersifat persuasif. Jika penulisan berkenaan berjaya mengubah pandangan pembaca, itu bukan melalui kaedah persuasif, argumentasi, perselisihan pendapat dan protes, tetapi melalui fakta yang berdiri atau berbicara sendiri.
11. Penulisan akademik tidak akan memutar-belitkan fakta karena akan merusak tujuan penulisan akademik. Ia juga tidak akan melebih-lebihkan sesuatu karena ia akan menunjukkan motif penulis yang mementingkan dirinya sendiri.
C. Langkah-Langkah Menulis Akademik
Adapun langkah-langkah pada proses penulisan akademik adalah sebagai berikut:
1. Merencanakan
Sebagai kegiatan yang kompleks, menulis membutuhkan perencanaan yang memadai. Dalam proses perencanaan, kegiatan-kegiatan berikut sangat penting diperhatikan sebagai penulis.
a. Mengumpulkan bahan
Hampir semua penulis mengumpulkan segala sesuatu yang mereka perlukan berupa data, informasi, bacaan sebelum memulai menulis. Tahap seperti inilah yang pada hakikatnya sebagai tahap pengumpulan bahan untuk menulis.
b. Menentukan tujuan dan bentuk
Dalam penulisan ilmiah, tujuan dan bentuk yang dipilih sering ditentukan oleh situasi. Misalnya, dalam membuat laporan penelitian, format dan tujuan laporan mungkin sudah ditentukan oleh sponsor atau pemberi dana peneliti. Segala usaha lain untuk memperluas tujuan yang telah ditentukan itu pada umumnya cukup bermanfaat.
c. Menentukan pembaca
Pembaca yang berbeda akan memerlukan bacaan yang berbeda pula. Oleh karena itu, penulis perlu mengetahui keadaan pembaca sebaik-baiknya. Apakah pembaca tulisan kita nanti itu memiliki pengetahuan cukup banyak atau sedikit tentang bidang yang kita tulis dan apa yang diharapkan atau diinginkan pembaca dari informasi yang disampaikan oleh penulis. Penulis perlu mengetahui apa yang diinginkan, yang diperlukan, atau yang diharapkan oleh pembaca.
2. Menulis
Bagi kebanyakan penulis yang sudah profesional, biasanya situasi memaksa mereka untuk menulis sebelum benar-benar siap. Penulis yang belum berpengalaman sering kurang tepat dalam memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan ide menjadi kata-kata tidak diperhitungkan. Dalam penulisan ilmiah, karena kompleksnya isi dan adanya batas waktu yang sudah pasti, lebih baik menulis seawal mungkin, lebih-lebih penulis sudah mempersiapkan bahan sebagai bahan dasar penulisan, dan paling akhir sedikit menyusun draf untuk mencapai hasil akhir.
3. Merefleksikan
Teknik yang sering digunakan oleh penulis karangan ilmiah, sebelum merangkum karangannya mereka merefleksikan apa yang sudah mereka tulis. Kesempatan ini memungkinkan penulis memperoleh perspektif yang segar tentang kata-kata yang pada mulanya tampak sangat betul tetapi kemudian terasa salah.
4. Merevisi
Mengerjakan revisi merupakan langkah yang sangat penting untuk menghasilkan tulisan yang baik. Akan tetapi, hal ini seringkali kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan langkah-langkah yang lainnya. Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan yang dilaksanakan secara berhati-hati dan seksama dapat menghasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus sesuai dengan keinginan penulis dan pembaca. Penulis perlu merasakan masalah yang mungkin muncul dan menuntut perbaikan dari penulisnya sendiri sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik dan layak baca.
Tulisan ilmiah selalu membawa nama penulisnya. Oleh karena itu, penulis sebaiknya tidak terlalu cepat puas dengan apa yang pernah ditulisnya. Upayakan jangan sampai para pembaca tidak dapat memahaminya, atau salah menginterpretasi serta menafsirkan tulisannya karena tidak jelas arah, fokus, dan tujuannya.
D. Kesalaham-Kesalahan Umum Saat Menulis Akademik
Pada saat menulis akademik mungkin ada beberapa kesalahan saat menulis yang dengan mudah diperiksa sementara merevisi. Kesalahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan ejaan
Kesalahan ejaan disebabkan karena budaya mobile messaging, perubahan besar dalam ejaan kata-kata karena salah pengetikan.
Contoh:
Telah datang didepan “u” (salah)
Telah datang didepan “Anda” (benar)
Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam mengeja kata-kata secara akurat saat menulis esai formal atau segala macam makalah akademik. Lebih baik jika anda tidak tergantung pada spell check perangkat lunak itu.
2. Kesalahan tata bahasa
Kita sering gagal untuk menjelaskan ide utama karena penggunaan tata bahasa yang salah. Alasan dibalik kesalahan itu adalah pandangan yang lebih luas dari topik. Sementara menyebutkan informasi ini, kita membuat pergeseran dalam tindakan yang membingungkan anda dalam memilih kata kerja tertentu. Untuk menghindari kesalahan tata bahasa tersebut, selalu menggunakan kata kerja dasar dan mengendalikan aliran kertas anda.
3. Kesalahan ketik
Jenis kesalahan yang sangat sulit ditemukan dalam penulisan akademik. Anda melakukan kesalahan seperti saat mengetik misalnya mengetik “lalu” bukan “than”. Bahkan perangkat lunak mengetik kadang-kadang tidak dapat menemukan kesalahan-kesalahan ini. Sehingga untuk menghindari kesalahan pengetikan, kita harus membiasakan diri untuk merevisi setiap ayat untuk menghindari kesalahan pengetikan.
4. Mengandalkan ejaan perangkat lunak
Seorang penulis akademis yang cerdas dan berkualitas tidak akan pernah mengandalkan perangkat lunak ejaan karena kadang-kadang perangkat lunak ini tidak dapat memeriksa segala macam kesalahan dengan baik dan benar. Hanya mata manusialah yang cukup efisien untuk memeriksa segala macam kesalahan dengan benar.
TULISAN AKADEMIK
A. Latar Belakang
Menulis ilmiah merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan tulisan akademik. Tulisan akademik ialah karya tulis yang disusun akademisi untuk memperoleh gelar akademik, misalnya disertasi untuk mencapai gelar doktor (S-3), tesis untuk mencapai gelar master (S-2), skripsi untuk mencapai gelar sarjana (S-1), dan karya tulis atau Tugas Akhir bagi program diploma.Tulisan ilmiah bisa juga untuk memenuhi tugas-tugas akademik, misalnya laporan penelitian, makalah untuk diskusi/ seminar/ simposium. Makalah untuk memenuhi tugas suatu mata kuliah pun termasuk tulisan akademik.
Dalam kurikulum Perguruan Tinggi, karya tulis mempunyai jumlah SKS yang besar, dan dinilai melalui forum ujian. Nilai yang diperoleh pada dasarnya merupakan akumulasi dari kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh selama di bangku kuliah. Dengan demikian, karya tulis merepresentasikan intelektualitas penulisnya. Bahkan, karya tulis juga merupakan representasi integritas moral penulisnya. Karena karya tulis merupakan representasi kualitas intelektual dan integritas moral penulisnya, karya tulis merupakan unsur yang signifikan dalam meniti jenjang karier yang lebih tinggi bagi penulisnya.
Inilah yang kemudian menjadi alasan penting, pembuatan makalah ini. Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas tentang jenis dan tata cara menulis akademik. Secara rinci, bab ini akan membahas
1. Bagaimanakah tahap-tahap dalam penulisan akademik?
2. Bagaimanakah cara pembuatan makalah dan laporan ?
3. Bagaimanakah sistematika penulisan laporan dan makalah ?
Tujuan pembahasan bab ini adalah
1. Menjelaskan tahap-tahap menulis akademik
2. Menjelaskan tentang tata cara pembuatan makalah dan laporan
3. Menjelaskan sistematika penulisan laporan dan makalah
B. MENULIS AKADEMIK
Menulis akademik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan tulisan akademik. Tulisan akademik ialah karya tulis yang disusun akademisi untuk memperoleh gelar akademik, misalnya disertasi untuk mencapai gelar doktor (S-3), tesis untuk mencapai gelar master (S-2), skripsi untuk mencapai gelar sarjana (S-1). Menulis akademik dibagi menjadi dua yaitu:
1. Menulis Makalah
Dalam proses perkuliahan, mahasiswa harus memiliki kemampuan menulis makalah. Karena merupakan karya ilmiah akademik, makalah harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan penulisan akademis.
Makalah atau paper atau kertas kerja adalah karya tulis yang membahas suatu masalah berdasarkan logika, pustaka, atau fakta yang disajikan pada sebuah diskusi, lokakarya, simposium, atau seminar. Isi makalah dapat berupa gagasan atau pandangan penulis terhadap sesuatu yang belum dibuktikan terlebih dahulu melalui proses penelitian atau bisa ditulis berdasarkan laporan penelitian yang berupa intisari atau temuan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis.
a. Jenis Makalah
Dalam kegiatan akademik maupun nonakademik, secara umum, makalah dibedakan menjadi dua, yaitu makalah biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper). Makalah biasa adalah makalah yang dibuat seseorang (mahasiswa) untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas. Penulis makalah hanya mendeskripsikan berbagai aliran teori atau pandangannya terhadap masalah yang dikaji atau dibicarakan. Penulis pada umumnya memberi tanggapan, kritik, atau saran mengenai aliran tertentu atau pendapat yang dikemukakan orang lain, tetapi tidak memihak pada salah satu aliran teori tertentu atau pendapat orang lain tersebut. Di samping itu, makalah biasa bisa juga berisi pendeskripsian suatu kebijakan, gagasan atau temuan penulis makalah kepada masyarakat.
Adapun dalam makalah posisi, penulis tidak hanya dituntut mempelajari aliran teori tertentu, tetapi juga berbagai aliran dan pandangan orang yang berbeda-beda. Dari aliran yang bermacam-macam dan pandangan yang berbeda-beda itulah, penulis dapat memihak salah satu aliran dan pendapat orang tertentu, atau dapat membuat suatu sintesis dari beberapa aliran dan pandangan orang lain tersebut. Jadi, dalam membuat makalah jenis ini, penulis harus mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Sistematika Makalah
Sistematika makalah adalah urutan dalam penyusunan makalah. Sistematika makalah pada umumnya terdiri dari enam komponen, yaitu:
1) Judul Karangan dan Nama Penulis
Judul merupakan nama sebuah karangan yang pada umumnya menjadi pembuka untuk mengetahui isi karangan. Karena judul itu menjadi kunci pembuka seseorang untuk membaca sebuah tulisan, maka judul itu harus buat sebaik mungkin. Judul yang baik harus memenuhi: dapat mencerminkan isi karangan, dapat menunjukkan focus, dapat membangkitkan rasa ingin tahu pembaca, dapat menjawab permasalahan pokok karangan, harus disusun secara singkat yaitu berbentuk kelompok kata, bukan bentuk kalimat panjang.
Nama penulis pada umumnya diletakkan di bawah judul karangan. Lazimnya, nama pengarang tidak dicantumkan gelar akademiknya. Di samping nama penulis, biasanya disertakan pula identitas penulis seperti asal penulis, lembaga/instansi, dan keterangan lain yang diperlukan.
2) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak atau ringkasan makalah merupakan intisari makalah secara keseluruhan. Pada umumnya panjang abstrak makalah antara 100 – 200 kata dan diketik satu spasi. Meskipun sangat singkat, tetapi isi abstrak harus mencakup latar belakang dan masalah, tujuan, teori, hasil, dan simpulan. Kata kunci (key words) ditulis di bawah abstrak; lima kata atau istilah penting yang diambil dari makalah
3) Pendahuluan
Pendahuluan makalah merupakan suatu uraian yang menyatakan adanya kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi real, atau kesenjangan antara teori dan praktik. Di samping itu, bagian pendahuluan dapat pula berisi alasan-alasan logis tentang pentingnya topik itu dibicarakan.
4) Pembahasan
Bagian ini merupakan bagian utama atau inti dari makalah. Pada bagian ini dikemukakan deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan solusinya. Pada bagian ini, hal-hal yang dipermasalahkan dalam bagian pendahuluan harus dianalisis berdasarkan teori, sehingga masalah yang dipersoalkan menjadi jelas posisinya dan terpecahkan persoalanya.
5) Simpulan
Simpulan merupakan hasil akhir dari seluruh pembahasan yang berisi jawaban atas semua permasalahan dalam pendahuluan.
6) Daftar pustaka
Daftar pustaka merupakan rujukan sumber yang diacu dalam makalah. Rujukan ini disusun menurut abjad dari nama bagian akhir penulis pertama. Penulisan rujukan yang berupa buku maupun majalah tidak dibedakan, tetapi untuk sumber surat kabar dan internet sedikit berbeda. Untuk teknis penulisan daftar pustaka akan diuraikan pada subbab laporan.
2. Menulis Laporan
Dalam kegiatan ilmiah akademik yang dimaksud laporan adalah dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau sedang diteliti dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil. Pengertian konseptualnya laporan adalah suatu cara komunikasi yang dilakukan seseorang (penulis laporan) untuk menyampaikan informasi kepada seseorang, badan atau lembaga karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Sebenarnya laporan merupakan suatu bentuk dokumen yang sangat bervariasi sehingga sulit diberikan suatu batasan pengertian yang jelas. Variasi-variasi itu dapat dalam bentuk angka-angka, isian formulir, surat, gambaran perkembangan suatu keadaan, dan ada pula yang berbentuk buku.
Laporan merupakan unsur yang sangat penting dan strategis dalam konteks komunikasi formal tertulis karena berkaitan dengan pemberitahuan, keputusan maupun kebijakan-kebijakan yang harus seringkali harus ditindaklanjuti. Oleh sebab itu, untuk memudahkan pemahaman isi (maksud dan tujuan) laporan bagi pembaca, pembuat laporan harus memperhatikan sungguh-sungguh tujuan pembuatan laporan.
a. Dasar-dasar Laporan
Sebuah laporan selalu bertolak dari dasar-dasar yang pasti, yaitu pihak yang memberi laporan, pihak yang menerima laporan serta sifat dan tujuan laporan. Dalam hal ini yang dimaksud pemberi laporan adalah pihak (bisa perseorangan, kelompok, atau badan/ lembaga tertentu) yang bertanggung jawab melaporkan proses dan hasil kegiatan yang sedang atau telah dikerjakan kepada pihak lain (bisa perseorangan, kelompok, atau badan/ lembaga tertentu), diminta maupun tidak diminta. Misalnya, seorang siswa melaporan proses dan hasil kegiatan praktikum mata pelajaran tertentu di laboratorium yang ditujukan kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan; atau seorang mahasiswa melaporan proses dan hasil penelitian ilmiah sebagai tugas akhir dalam bentuk skripsi, tesis, atau disertasi yang ditujukan kepada pihak fakultas atau universitas.
Yang dimaksud penerima laporan adalah pihak (bisa perseorangan atau badan/ lembaga tertentu) yang menugasi pihak lain (bisa perseorangan, kelompok, atau badan/ lembaga tertentu) untuk melakukan suatu kegiatan tertentu sehingga pihak penugas perlu mendapat laporan atas proses dan hasil pelaksanaan tugas tersebut. Hubungan pertalian yang berbeda antara pelapor dan penerima laporan biasanya akan memberi warna yang berbeda pula dalam hal gaya, isi, dan tujuan laporan yang akan dibuat.
b. Tujuan Laporan
Yang dimaksud tujuan laporan adalah memerikan secara lengkap dan objektif proses dan hasil suatu kegiatan yang sedang atau telah dilaksanakan agar dapat dipahami, dimanfaatkan, atau ditindaklanjuti oleh seseorang atau badan/lembaga lain. Tujuan sebuah laporan sangat bergantung pada siatuasi yang ada antara pemberi dan penerima laporan. Apabila pemberi laporan ditugasi oleh pihak lain untuk melakukan kegiatan tertentu, maka tujuan laporan lebih ditentukan oleh penerima laporan sesuai tugas yang dibebankan tersebut. Sebaliknya, apabila pemberi laporan tidak sedang ditugasi oleh pihak lain, maka tujuan laporan ditentukan sendiri oleh pemberi laporan sesuai usulan yang diajukannya. Tujuan laporan pada umumnya ialah untuk :
1) Mengambil suatu keputusan
2) Untuk mengatasi atau memecahkan suatu masalah
3) Mengetahui perkembangan suatu keadaan
4) Menentukan langkah atau strategi memperbaiki suatu keadaan
5) Menemukan gejala atau fenomena suatu objek dan keadaan sehingga diperoleh langkah tepat atau strategis untuk mengatasi suatu permasalahan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, pemberi laporan harus memperhatikan tujuan laporan yang dikehendaki, sehingga arah, ilustrasi, rincian, serta paparan proses dan hasil pelaksanaan kegiatan dapat tepat sebagaimana yang dikehendaki tujuan akhir laporan.
c. Sifat Laporan
Ukuran baik atau buruknya sebuah laporan sebenarnya bergantung pada keberhasilannya dalam memenuhi fungsinya, yakni memberi kejelasan dan mempersuasi pemikiran pembaca sebagaimana yang dikehendaki laporan tersebut. Untuk memenuhi fungsi tersebut, sebaiknya pemberi laporan memperhatikan secara seksama beberapa kriteria yang menunjukkan sifat-sifat sebuah laporan. Beberapa kriteria itu antara lain :
1) Bahasa harus baik dan benar, jelas, serta efektif
2) Isi harus urut dan sistematik
3) Fakta, data, dan bahan harus tepercaya
4) Harus mengandung imajinasi
5) Isi harus lengkap sesuai dengan ruang lingkupnya
6) Proses dan hasil pembahasan harus objektif
7) Pemerian laporan harus disajikan menarik.
d. Macam Laporan
Keraf dalam bukunya Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa menuliskan bahwa umumnya laporan dibuat sesuai kepentingan yang menyertainya. Ada laporan yang dibuat untuk kepentingan dunia usaha, kepentingan dunia pendidikan, pemerintahan, dan sebagainya. Bermacam-macam laporan itu digolong-golongkan sesuai dengan bentuk dan maksudnya. Bermacam-macam laporan itu antara lain :
1) Laporan Perkembangan dan Laporan Keadaan
Laporan perkembangan (progress report) pada dasarnya berbeda dengan laporan keadaan (status report). Secara etimologis laporan perkembangan adalah suatu laporan yang bertujuan memerikan perkembangan suatu subjek atau objek pada saat tahap-tahap tertentu. Pemerian perkembangan itu bisa berupa perubahan, peningkatan, atau tahap-tahap tertentu yang telah tercapai. Adapun laporan keadaan berupa pemerian situasi dan kondisi subjek atau objek pada saat laporan itu dibuat. Dengan demikian, perbedaan dua bentuk laporan itu sebenarnya terletak pada aksentuasinya. Laporan perkembangan menitikberatkan pada apa yang sudah terjadi sejak permulaan sampai saat laporan itu dibuat, sedangkan laporan keadaan menitikberatkan pada kondisi yang ada akibat dari kejadian-kejadian yang berlangsung sejak permulaan hingga saat laporan itu dibuat.
2) Laporan Berkala
Laporan berkala disebut juga laporan periodik. Laporan berkala dibedakan dari laporan-laporan lain berdasarkan tujuannya. Laporan berkala adalah laporan yang dibuat dalam jangka waktu tertentu, misalnya laporan tahunan, tengah tahunan, atau lima (5) tahunan, dan seterusnya. Pada umumnya laporan ini dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan yang berupa projek sehingga formatnya lebih sering berupa daftar isian. Secara akumulatif laporan berkala ini menjadi bahan dasar laporan akhir.
3) Laporan Laboratoris
Pembuatan laporan laboratoris bertujuan menyampaikan hasil percobaan atau penelitian yang dilakukan dalam laboratorium. Mengingat begitu banyak jenis laboratorium, maka format laporan ini sangat bervariasi bergantung pada format spesifik bidang ilmu penelitian atau percobaan. Format laporan laboratorium medik tentu berbeda dengan format laporan laboratorium industri, forensik, budaya, seni, dan sebagainya. Laporan laboratoris biasanya digunakan sebagai petunjuk teoritis dan teknis untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu.
4) Laporan Hasil Penelitian Ilmiah
Di antara bentuk-bentuk laporan yang ada, laporan hasil penelitian ilmiah ini bersifat lebih khusus, karena terikat oleh kaidah-kaidah baku, terutama dalam hal sistematika dan ragam bahasanya. Sistematika penulisan laporan ini merujuk pada ketentuan yang telah dibakukan dalam buku-buku pedoman penulisan karangan ilmiah yang banyak sekali ditulis orang. Kententuan-ketentuan yang terdapat dalam buku-buku pedoman itu prinsipnya tidak berbeda satu dengan lainnya. Kalau pun ada perbedaan biasanya terletak pada kelengkapan-kelengkapan laporan, bukan pada substansi dan tata urutnya. Kelengkapan-kelengkapan laporan yang berbeda itu misalnya halaman-halaman daftar, lampiran-lampiran, dan sebagainya. Laporan penelitian ilmiah ini biasanya berupa laporan tugas akhir dari suatu institusi pendidikan, terutama di lingkungan pendidikan tinggi. Beberapa contoh laporan ini antara lain skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
5) Laporan Praktik Kerja
Dalam hal sistematika dan ragam bahasa yang digunakan antara laporan praktik kerja dan laporan penelitian ilmiah prinsipnya tidak berbeda. Yang agak berbeda antara keduanya adalah substansi dari sebagian isi. Dalam laporan praktik kerja terdapat bab yang berisi deskripsi objektif tentang situasi dan kondisi lingkungan tempat praktik kerja tersebut dilakukan, terutama menyangkut sejarah badan/lembaga/institusi dan gambaran fisik tempat yang bersangkutan.
e. Bentuk Penyajian Laporan
Menurut Keraf, perbedaan bentuk-bentuk penyajian laporan terletak pada format, sistematika, dan tujuan laporan. Berdasarkan tujuan pembuatan laporan sekurangnya-kurangnya terdapat lima bentuk penyajian laporan, antara lain :
1) Laporan formal
2) Laporan semiformal
3) Laporan prosiding
4) Laporan antara
5) Laporan akhir
f. Struktur Laporan
Seperti halnya karangan pada umumnya, laporan harus disampaikan dalam bentuk dan struktur yang baik dan sistematis. Bentuk yang baik bertalian dengan teknik penulisan, sedangkan struktur bertalian dengan organisasinya. Oleh sebab itu struktur laporan terutama yang berbentuk buku, harus dilengkapi oleh unsur-unsur yang baku. Unsur-unsur struktur laporan yang umum berlaku dalam penyusunan laporan, antara lain :
1) Halaman judul
2) Daftar penyerahan
3) Daftar isi
4) Intisari atau abstrak
5) Pendahuluan
6) Isi laporan
7) Simpulan dan saran
Apendiks
9) Bibliografi
g. Format laporan
Format laporan pada umumnya memiliki unsur-unsur yang terbagi atas tiga bagian, yaitu:
1) Bagian awal
a) Halaman sampul (cover)
Halaman sampul (cover) memuat judul laporan, yaitu diletakkan ditengah halaman dengan bentuk dan ukuran huruf yang proporsional . Yang kedua adalah logo, lambang badan lembaga atau institusi, yaitu diletakkan di tengah asal judul dengan ukuran sesuai ketentuan. Di bawah judul dicantumkan nama krtua atau anggota tim pembuat laporan dan ditulis lengkap dengan atau tanpa gelar kesarjanaan. Selanjutnya adalah nama badan, lembaga atau institusi. Dan yang terakhir adalah tahun penulisan laporan.
b) Halaman judul
Halaman judul berisi hal-hal yang sama seperti halaman sampul (cover).
c) Halaman pengesahan
Halaman pengesahan antara lain memuat : Judul lapor, identitas laporan lengkap dengan daftar nama ketua dan anggota tim pembuat laporan dan tanggal pengesahan laporan yang ditandai oleh tanda tangan ketua tim pembuat laporan serta tanda tangan pimpinan badan, lembaga atau institusi.
d) Prakata
Prakata memuat penjelasan singkat latar belakang dan tujuan kegiatan yang dilaporkan. Selain itu, juga dicantumkan ucapan terimakasih kepada pihak (perorangan dan lembaga) tertentu yang membantu proses kegiatan sejak persiapan hingga penulisan laporan. Dalam prakata sedapat mungkin dihindari hal-hal yang bersifat ilmiah.
e) Daftar isi
Daftar isi memuat gambaran secara menyeluruh tentang isi laporan yang dapat menuntun pembaca apabila ingin melihat langsung bagian tertentu. Daftar isi memuat urutan judul, subjudul, dan subjudul-subjudul yang lebih kecil beserta nomor halaman.
f) Daftar tabel (jika ada)
Daftar tabel memuat urutan judul tabel serta nomor halaman.
g) Daftar gambar (jika ada)
Daftar gambar memuat urutan judul gambar dan nomor halaman.
h) Daftar Lampiran (jika ada)
Daftar lampiran memuat urutan judul lampiran dan nomor halaman.
i) Abstrak atau Intisari
Abstrak atau intisari ditulis bahasa Indonesia. Tulisan ini merupakan pembukaan laporan, yang umumnya tidak lebih dari lima ratus kata, spasi rapat, berisi : tujuan utama dan lingkup kegiatani, penjelasan singkat metode yang digunakan, ringkasan faktual hasil pelaksanaan kegiatan, dan simpulan utama.
2) Bagian Isi
a) Bab Pendahuluan
Pendahuluan memuat deskripsi latar belakang: alasan-alasan mengapa kegiatan yang dilakukan penting dan menarik. Rumusan masalah hendaknya dimasukkan ke dalam konteks atau teks dengan cara mengidentifikasi studi-studi yang relevan dalam kegiatan yang dilakukan. Selain itu, dalam bab ini juga dicantumkan rumusan tujuan kegiatan. Hal utama yang perlu dihindari dalam penyusunan pendahuluan adalah kecenderungan penulis laporan untuk membuat pendahuluan menjadi suatu ulasan (review) yang sangat panjang yang terlalu banyak mengulas bahan pustaka.
Struktur umum susunan subbab dalam bab pendahuluan terdiri atas latar belakang dan masalah, tujuan dan manfaat kegiatan, ruang lingkup kegiatan, metode dan langkah kerja kegiatan, landasan teori, dan sistematika penulisan laporan. Penjelasan ringkas berkenaan denganuraian isi tiap-tiap subbab adalah latar belakang dan masalah, subbab ini memuat fakta, data, asumsi, statemen (pernyataan), dan informasi-informasi tertentu yang secara objektif dan rasional menjadi faktor-faktor penyebab pentingnya suatu kegiatan dilakukan. Faktor-faktor tersebut sekaligus merupakan alasan-alasan yang secara objektif dan rasional juga meyakinkan pembaca bahwa kegiatan tersebut penting dan menarik. Uraian subbab ini diakhiri dengan rumusan masalah yang jumlahnya bisa lebih dari satu. Lazimnya rumusan masalah tersebut dinyatakan secara eksplisit dalam bentuk kalimat pertanyaan, yang bersifat problematik.
Tujuan dan manfaat kegiatan, tujuan penelitian dirumuskan berdasarkan masalah-masalah yang ada sehngga rumusannya berkorelasi dengan rumusan masalah. Rumusan tujuan kegiatan dinyatakan secara eksplisit dalam formulasi kalimat yang operasional. Artinya, pemecahannya harus didasarkan pada parameter yang jelas, serta dapat dikerjakan dengan metode, teori, dan teknik tertentu.
Ruang lingkup kegiatan, subbab ruang lingkup memuat paparan tentang subjek dan objek kegiatan Juga memuat paparan aspek/segi/unsur kegiatan yang akan dilakukan, serta relevansinya dengan tujuan kegiatan.
Metode dan langkah kerja kegiatanSubbab ini merupakan bagian penting sebuah kegiatan. Dalam subbab ini diuraikan metode yang dipilih sesuai dengan tujuan kegiatan. Adapun langkah kerja kegiatan yang umum dilakukan didasarkan pada tahap-tahap umum sebuah kegiatan, yaitu tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyajian laporan hasil kegiatan. Hal yang perlu diperhatian dalam pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : Bentuk kegiatan hendaknya dijelaskan identifikasinya secara lengkap, Metode dan teknikl yang digunakan harus dijelaskan kaitan (relevansinya) dengan tujuan kegiatan, dan Langkah-langkah kegiatan hendaknya dijelaskan selengkap-lengkapnya tahapan kegiatan, serta rincian pelaksanaannya pada setiap tahap tersebut. Dalam hal ini adalah desain kegiatan.
Sistematika penulisan laporan Subbab sistematika penulisan laporan memuat urutan penyajian laporan proses dan hasil kegiatan secara ringkas dan sistematik. Diawali dengan bab 1 pendahuluan berikut subbab-subbabnya, kemudian bab 2 proses pelaksanaan kegiatan berikut subbab-subbabnya, dan begitu seterusnya hingga bab akhir berupa penutup, daftar pustaka, dan lampiran.
b) Bab pembahasan atau pelaksanaan kegiatan
Bab pembahasan/pelaksanaan kegiatan memuat seluruh proses pelaksanaan kegiatan, berupa uraian penerapan metode dan teknik pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran kegiatan. Caranya dengan memisahkan pembahasan/pelaksanaan kegiatan dalam beberapa bab terpisah sesuai dengan ruang lingkup kegiatan atau sasaran kegiatan
c) Bab Penutup
Bab ini terdiri dari subbab simpulan dan subbab saran yang dipaparkan secara terpisah. Simpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat penjabaran proses dan hasil pembahasan/pelaksanaan kegiatan untuk menunjukkan pencapaian tujuan kegiatan. Penulisan simpulan disusun secara runtut sesuai urutan tahapan kegiatan. Dalam hal ini, simpulan yang merupakan jawaban terhadap masalah utama kegiatan hendaknya dipaparkan terlebih dahulu, baru kemudian secara berurutan dipaparkan simpulan-suimpulan lain sesuai derajat keutamaannya.
Saran disusun berdasarkan pertimbangan dan pengalaman penulis dan ditujukan kepada pihak lain, terutama penerima laporan, agar mendapat tanggapan lebih lanjut.
3) Bagian akhir
a) Daftar pustaka
Di bagian ini dicantumkan semua pustaka yang dirujuk sebagai referensi kegiatan. Tata cara penulisan daftar pustaka dimulai dengan nama pengarang yang disusun ke bawah menurut abjad. Dalam urutan ke bawah tidak ada perbedaan antara buku dan majalah/jurnal/bulletin, perbedaannya terletak pada penulisan huruf dan tanda bacanya. Hasil wawancara dapat digunakan sebagai daftar pustaka apabila telah ditranskripsikan dalam bentuk tulisan yang diberi judul. Adapun daftar pustaka yang bersumber dari internet cara penulisannya diatur secara khusus dalam tata tulis tersendiri. Pada umumnya urutan cara penulisan daftar pustaka untuk buku dan majalah adalah buku: nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, jilid, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit. Judul buku menggunakan huruf miring (Italic), tanpa diapit tanda kutip. Majalah atau koran : nama pengarang, tahun penerbitan, judul tulisan, nama majalah, hari/minggu, tanggal, tahun terbit, nomor halaman, dan nomor kolom. Judul tulisan atau artikel ditulis dalam tanda kutip, nama majalah/koran ditulis dengan menggunakna huruf miring. Makalah: nama pengarang, tahun penulisan, judul makalah, nama kegiatan (seminar, diskusi, lokakarya, dan lain-lain), tanggal pelaksanaan kegiatan, institusi pelaksana kegiatan. Judul makalah ditulis dalam tanda kutip.
Artikel dalam kumpulan karangan: nama pengarang, tahun penerbitan, judul artikel, nama penyunting, judul kumpulan karangan, nama kota penerbitan, nama penerbit. Judul artikel ditulis dalam tanda kutip dan judul kumpulan karangan ditulis dengan huruf miring. Internet : nama pengarang, tahun penulisan, judul karangan, nama situs, tanggal/ bulan/ tahun, nomor halaman, judul karangan dalam tanda kutip, nama situs ditulis dengan munggunakan huruf miring.
Tidak semua bidang ilmu menganut cara penulisan daftar pustaka yang sama. Oleh karena itu, pembuat laporan hendaknya berkonsultasi dengan konsultan untuk menyesuaikan cara penulisan daftar pustaka dengan bidang ilmunya masing-masing.
b) Lampiran
Lampiran memuat materi yang bukan merupakan faktor utama dalam mengartikan hasil pelaksanaan kegiatan, sifatnya hanya melengkapi bagian utama laporan kegiatan. Lampiran harus tersedia apabila diperlukan pemeriksaan kembali terhadap analisis pelaksanaan kegiatan. Lampiran tidak perlu mencantumkan semua data bahan/materi/data yang terkumpul selama pelaksanaan kegiatan.
C. Simpulan
Dalam menulis akademik terdapat sistematika khusus dan tata bahasa yang baku dalam penulisannya. Pentingnya menulis akademik di kursi pendidikan perguruan tinggi merupakan alasan setiap mahasiswa untuk mempelajari cara menulis akademik yang baik dan benar. Untuk itulah hal ini perlu dipelajari secara komperhensif.
Menulis akademik dengan sempurna tidaklah mudah. Sebagai modal utama menulis akademik adalah mahasiswa bisa melakukan studi pustaka, untuk memperbanyak referensi dalam menulis akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat.1985.Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta : PT Melton Putra
Keraf, Gorys.1970.Komposisi. Jakarta : Nusa Indah
Surosono, dkk. 2008.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Semarang: Fasindo
sumber:www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Deskripsi%20Esai,%20Panduan%20.
Perilaku Organisasi
Materi Kuliah
Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).[1] Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya manusia dan psikologi industri.
Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.
Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja.
sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_organisasi
Meskipun studi ini menelusuri akarnya kepada Max Weber dan para pakar yang sebelumnya, studi organisasi biasanya dianggap baru dimulai sebagai disiplin akademik bersamaan dengan munculnya manajemen ilmiah pada tahun 1890-an, dengan Taylorisme yang mewakili puncak dari gerakan ini. Para tokoh manajemen ilmiah berpendapat bahwa rasionalisasi terhadap organisasi dengan rangkaian instruksi dan studi tentang gerak-waktu akan menyebabkan peningkatan produktivitas. Studi tentang berbagai sistem kompensasi pun dilakukan.
Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi bergeser kepada analisis tentang bagaimana faktor-faktor manusia dan psikologi memengaruhi organisasi. Ini adalah transformasi yang didorong oleh penemuan tentang Dampak Hawthorne. Gerakan hubungan antar manusia ini lebih terpusat pada tim, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan individu di dalam organisasi.
ILMU ALAMIAH DASAR
materi kuliah ilmu alamiah dasar
ILMU ALAMIAH DASAR
Ilmu Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Dan, manusia sebagai subjek pokoknya yang dalam hal ini merupakan makhluk hidup yang paling tinggi kedudukannya. Salah satu indikatornya ialah sifat unik manusia. Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, tetapi rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat. Umumnya dikatakan bahwa manusia dan binatang berbeda karena akal budi yang dimilikinya. Akal bersumber pada otak. Dan, budi bersuber pada jiwa. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangannya menusia memanfaatkan akal budi yang dimilikinya dan juga ditunjang dengan rasa ingin tahu, maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Perkembangan pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala ditunjang dengan adanya tukar menukar informasi antar manusia.
Sumber : http://www.aguschandra.com/2010/10/ilmu-alamiah-dasar/
PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia sebagai makhluk berpikir diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untik menjelaskan gejala-ejala alam serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulakan pengetahua.Pengetahuan yang terkumpul semain banyak disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya pikirnya, pada hewan usaha untuk eksplorasi kea lam sekitar di dorong oleh instink yang terpusat pada usaha untung mempertahankan dan melangsungkan kehidupan.
PERBEDAAN MITOS, LEGENDA, DAN CERITA RAKYAT
Ada beberapa pengertian mitos yang diungkapkan oleh para sejarawan. Dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan bahwa :
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral.
Sumber : http://nak-baliparadise.blogspot.com/2012/03/tugas-pengertian-mitos-legenda-cerita.html
Bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan?
Pengetahuan manusia dimulai dari rasa ingin tahu manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu ini sudah dimiliki manusia sejak kecil. Banyak cara untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Anak yang belum dapat bertanya senang mencoba-coba hal yang tidak diketahuinya. Sebagai contoh, anak kecil senang memasukan barang-barang ke dalam mulutnya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Di tahap selanjutnya anak-anak akan banyak bertanya contohnya “itu apa ?”, “ini bagaimana?” itu hal yang lumrah dilewati oleh manusia untuk pengembangan diri. Rasa ingin tahu tersebut akan terpuaskan bila diperoleh pengetahuan yang dia pertanyakan dengan hal yang benar.
Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan ilmiah.
Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.
1. Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.
2. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.
3. Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.
4. Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.
5. Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.
6.Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.
OPINI
Menurut saya hadirnya mitos itu dikarenakan jaman dahulu manusia membuat itu karena kurangnya memperoleh pengetahuan dan prasarana untuk mengetahui hal yang pasti mengenai kebenaran tersebut. bila di bandingkan dengan sekaran, zaman modern dimana semua pake logika mitos2 tersebut pun lama2 menghilang
Sumber : rahmiajengefrianingsih.blogspot.com
A. RASA INGIN TAHU
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan cirri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris).
Dengan pertolongan akal budinya manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat dipecahkan maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya. Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya. Sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan. Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a. Penyelidikan langsung.
b. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain.
c. Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.
B. MITOS
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia misalnya:
1. Alat Penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
2. Alat Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
3. Alat Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis,masam ,asin dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4. Alat Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Menurut Auguste comte (1798-1857),dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga tahap:
1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3. Tahap positif atau ilmiah riel
Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencaari atau menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu,dan selalu dihubungkan dengan kekuatan ghaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasi dan diatur oleh para dewa atau kekuatan ghaib lainnya.
Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan kepada kepercayan akan adanya kekuatan ghaib , melainkan kepada akalnya sendiri,akal yang telah mampu melakukan abstraktasi guna menemukan hakikat segala sesuatu.
Tahap positif atau riel merupakan tahap dimana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riel,atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif ,melalui pengamatan , percobaan dan perbandingan.
Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adnya kekuatan ghaib. Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif.
Gempa bumi diduga terjadi karena Atlas (raksasa yang memikul bumi pada bahunya )memindahkan bumi dri bahu yang satu kebahu yang lain. Gerhana bulan diduga terjadi karena dimakan oleh raksasa. Menurut dongeng raksasa itu takut pada bunyi – bunyian, maka pada waktu gerhana bulan manusia memukul apa saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama. Bunyi guntur dikira ditimbulka oleh adanya kereta yang dikendarai dewa melintas langit.
Demikian pada tahap mitos atau tahap teologi ini manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan cara berpikir irasional.
Masyarakat dahulu dapat menerima mitos karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya.sedangkan hasrat ingin tahunya berkembang terus.
Puncak hasil pemikiran seperti di atas terjadi pada zaman Babylona,yaitu kira-kira 700-600 SM. Pendapat orang Babylona tentang alam semesta antara lain adalah bahwa alam semesta merupakan suatu ruangan atau selungkup. Lantainya adalah bumi yang datar , sedangkan langit dengan bintangnya merupakan atapnya. Dilangit ada semacam jendela yang memungkinkan air hujan dapat sampai ke bumi.
Karena kemampuan berpikirnya manusia semakin maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan, misalnya teropong bintang, mitos dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan, dan mereka cendrung menggunakan akal sehat dan rasionya.
Sumber : ilovemygoogle.wordpress.com
1. Penelitian Ilmiah
Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
a. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti.
b. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
2. Penelitian non ilmiah
a. Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Sebagian penelitian yang non ilmiah didapati pada bidang garapan sebagai berikut :
1. Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen Pemasaran)
2. Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan / PR, Periklanan)
3. Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional)
4. Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman)
5. Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
b. Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) :
variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang.
Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/ menggambar-kan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/ menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz1sGZ7MjS6
Langkah-langkah operasional metode ilmiah
Langkah-langkah
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primair.
6. Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat Laporan
Sumber : nugrohoadi2ka12.wordpress.com
Keterbatasan peranan metode ilmiah
Untuk bisa mendapatkan kebenaran ilmiah, harus dilakukan melalui metode ilmiah. Kebenaran seperti apa yang dihasilkan dari metode ilmiah ? Sebetulnya jika dicermati, maka metodologi ilmiah itu sendiri memiliki kelemahan bahkan sangat lemah untuk bisa digunakan mencari hakekat kebenaran. Dalam metodologi ilmiah, harus memenuhi persyaratan empiris, obyektif, rasional dan sistematis.
Empiris
Berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang dapat ditangkap dengan panca indera, dan dapat dibuktikan. Padahal sebagaimana dalam uraian mengenai kelemahan panca indera kita yang tidak pernah mampu berfungsi terhadap seluruh obyek dan mampu menangkap dengan tepat apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Maka pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman berdasarkan panca indera, tak sepenuhnya benar.
Obyektif
Berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai obyektifitas, berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan berdasarkan yang menilai atau yang mengamati (subyek-nya). Dalam kenyataannya, banyak pengetahuan yang dijadikan sebagai kebenaran hanya atas asumsi dan dugaan sementara dari orang perorang. Jadi kebenaran tersebut sebenarnya bersifat subyektif, yang belum tentu dapat diterima oang lain.
Rasional
Berarti kebenaran tersebut bersumber dari akal (rasio) atau pikiran manusia, dimana pengalaman-pengalaman hanya sebagai perangsang bagi pikiran. Kebenaran demikian merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dan menjadi pengetahuan dalam akal manusia. Namun pada realitasnya banyak kebenaran yang tidak masuk diakal, yang tidak rasional namun diikuti oleh banyak orang dan dijadikan sebagai sebuah kebenaran.
Sistematis
Berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran harus melalui proses yang berurutan. Sistematis sebagai sebuah metode bisa menjadi keharusan, namun tahapan yang dikerjakan secara berurutan itu belum tentu sebagai kebenaran yang hakiki. Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas maka metodologi ilmiah sebagai cara untuk menemukan kebenaran tidak bisa untuk dijadikan patokan secara mutlak. Kebenaran yang didapat dari metodologi ilmiah sebatas kebenaran yang relatif, bahkan terkadang tidak konsisten dengan persyaratan ilmiah itu sendiri.
Sumber : http://fitriuni.blogspot.com/2012/03/keterbatasan-peranan-metode-ilmiah.html
http://ratnawidya04.blogspot.com/2012/04/ilmu-alamiah-dasar.html
Akuntansi Biaya
Materi Kuliah:)
AKUNTANSI BIAYA
Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang. Penggunaan kata beban adalah pada saat biaya sudah habis terpakai. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya menurut beberapa pakar:
1. Menurut Schaum
Pengertian dari Akuntansi biaya: adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
2. Menurut Carter dan Usry
Pengertian dari Akuntansi Biaya: Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
3.Pendekatan akuntansi biaya
Ada tiga pendekatan yang biasa dilakukan untuk akuntansi biaya, yaitu biaya standar (standard costing), biaya berdasarkan kegiatan (activity-based costing), dan biaya berdasarkan hasil (throughput accounting).
4.Revolusi dalam akuntansi biaya
Akuntansi biaya telah mengalami perubahan yang dramatis, dimana perkembangan sistem komputer hampir menghapuskan pembukuan secara manual. Akuntansi biaya kini telah menjadi kebutuhan nyata dalam semua organisasi termasuk bank, organisasi profesional, serta lembaga pemerintah. Dewasa ini telah banyak perusahaan yang memasang metode pabrikasi produk, perdagangan produk, atau pemberian jasa dengan bantuan komputer. Adanya teknologi ini telah sangat memberikan dampak terhadap akuntansi biaya.
5.Pengajaran dalam akuntansi biaya
Banyak bahan pelajaran yang diajarkan dalam akuntansi biaya, dimana kesemuanya selalu berkaitan dengan biaya-biaya yang mungkin timbul dalam proses produksi. Pembelajaran yang dilakukan dalam akuntansi biaya antara lain mengenai penentuan harga pokok produk: bersama dan sampingan, harga pokok proses, pembiayaan: biaya variabel dan biaya tetap, biaya overhead pabrik, departementalasi biaya overhead, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja: langsung dan tidak langsung, pengendalian biaya, serta analisis biaya pemasaran.
6.Manfaat akuntansi biaya
Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat bagi manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Manfaat biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk perencanaan dan pengendalian laba; penentuan harga pokok produk dan jasa; serta bagi pengambilan keputusan oleh manajemen.
7.Keterbatasan dalam sistem akuntansi biaya
Dalam akuntansi biaya juga terdapat beberapa kekurangan yang menyertainya, terutama dalam sistem akuntansi biaya yang telah ketinggalan zaman. Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan zaman diantaranya ialah hasil dari penawaran sulit dijelaskan, harga pesaing nampak lebih rendah sehingga kelihatan tidak masuk akal, produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi, manajer operasional berkeinginan menghentikan produk-produk yang kelihatan menguntungkan, marjin laba sulit dijelaskan, pelanggan tidak mengeluh atas biaya naiknya harga, departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu hanya untuk memberi data biaya bagi proyek khusus, dan biaya produk berubah karena adanya perubahan peratauran pelaporan.
sumber:http://akuntansi-biaya-narotama.blogspot.com/
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong