ARSIP BULANAN : April 2015

etika dan filsafat komunikasi part 2

15 April 2015 09:40:20 Dibaca : 559

lV. Hakekat filsafat

A. Pengertian Fisafat

Filsafat merupakan ilmu yang dasarnya adalah pemikiran manusia yang menyeluruh. Bisa dikatakan filsafat adalah sumber dari segala cabang ilmu. Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi: filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan.

1. Filsafat dalam arti “Harfiah”

Asal kata Filsafat dari bahasa Latin “Filosofia” terdiri dari kata Filos dan Sofia.

Filos = Cinta atau hasrat yang besar

Sofia = Pengetahuan yang mendalam sampai berkaitan dengan kearifan

Berdasarkan pembahasan secara harafiah ini filsafat berarti cinta kepada pengetahuan atau hasrat yang besar untuk menjadi arif.

1. Filsafat secara operasional (prosesnya)

Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah “cara berfilsafat”, maka filsafat adalah renungan yang mendalam (radikal) dan menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan metodis dan sudah tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya.

2. Filsafat dibahas dari sudut isinya (materinya)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari metodologi serta hakekat kebenaran dan nilai dari ihwal terutama tentang manusia dan segala cita-citanya, dengan lingkungannya, agamanya, kehidupannya, ideologinya, hakekat dirinya dan lain-lain.

Filsafat mengenai nilai ada 3 bagian, yaitu : a) Aksiologi: yaitu filsafat tentang “nilai pada umumnya” misalnya : nilai tujuan filosofis suatu negara dan cara kerja yang memperhatikan nilai-nilai tertentu; b) Etika: yaitu filsafat tingkah laku disebut The Philosophy of Conduct ; c) Aestetika: yaitu filsafat keindahan disebut The Philosophy of Art.

3. Filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan

Ini merupakan “hasil” orang berfilsafat atau produk para filsuf dan para ahli pikir. (www. sodiycxacun.web.id)

4. Filsafat menurut para filsuf

Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Berikut pengertian filsafat menurut para ahli:

Ø Plato (428-348 SM): Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Ø Aristoteles ((384–322 SM): Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Ø Imanuel Kant (1724–1804): Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya.

Ø Al-Farabi: Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

Ø Prof. Mr.Muhammad Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

2. Asal Usul Filsafat

Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang.

Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan “dunia” memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis.

Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup.

Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.

Biasanya, hanya ada sedikit orang yang mengajukan pertanyaan :

Ø Adakah alam semesta ini suatu alam semesta dari pikiran atau hanya dari benda mati?

Ø Dapatkah ia masih menganut suatu pandangan keagamaan mengenai manusia?

Ø Adakah Tuhan itu?

Ø Dari apa benda tersebut?

Ø Apakah akal kita yang kini terpukau-pukau dan keheranan merupakan salah satu dari benda?

Ø Saya hidup. Apa itu hidup?

Ø Ada apa sesudah mati?

Ø Apa itu benar dan apa itu salah?

Ø Apakah pertanyaan ini bisa terjawab?

Ø Apa yang mejadi batas sebuah pengetahuan?

Ø Kita lihat bulan yang indah, mentari yang terbenam amat memukau, dan segala keindahan lain. Lalu, apakah tanpa mata keindahan ada? Apakah tanpa organ lain keindahan itu ada? Lalu, apa itu keindahan?

Ø Apa pula pertanyaan itu?

Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang menjijikan, ngeri, mengapa begitu bodoh terlintas di dalam kepala kita. Tetapi, justru itulah masalah-masalah Filsafat. Karena itulah Filsafat ada. Filsafat ada karena manusia bertanya tentang hidup, Filsafat ada karena adanya masalah-masalah tersebut.

3. Ciri-ciri Pemikiran Filsafat

Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut:

Sangat umun atau universal

Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.

Tidak faktual

Kata lain dari tidak faktual adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.

Bersangkutan dengan nilai

C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.

Berkaitan dengan arti

Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat, semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy.

Implikatif

Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga tidak ada habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual. (www. ajiraksa.blogspot.com)

4. SIFAT DASAR FILSAFAT

1. Berpikir Radikal

Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak pernah berhenti hanya pada suatu fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan.

Bagi seorang filsuf, hanya apabila akar atau radix realitas telah ditemukan, segala sesuatu yang bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya bila akar suatu permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.

2. Mencari Asas

Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, melainkan kepada keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu berupaya untuk menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.

3. Memburu Kebenaran

Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.

Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan, setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.

Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang meyakinkan serta lebih pasti.

4. Mencari Kejelasan

Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilang¬kan keraaguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas. Ada pula yang mengatakan bahwa filsuf senantiasa mengejar keje!asan pengertian (clarity of understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafat ialah adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual (intellectual clarity).' Dengan demikian, dapat mengatakan bahwa berpikir secara filsafati berarti berusaha memperoleh kekejelasan.

Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengelimi¬nasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak mung¬kin dapat menggapai kebenaran.

Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah salah satu sifat dasar filsafat.

5. Berpikir Rasional

Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional. Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.

menurut saya dari penjelasan hakekat filsafat di atas saya dapat menarik kesimpulan bahwa Filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan berfilsafat sendiri adalah berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang disebut berfilsafat. Kemudian, berfilsafat juga berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau. Dengan kita berfilsafat maka kita akan lebih menggunakan akal dan fikiran kita untuk mencari suatu hakikat dari kebenaran yang ada dan yang sudah kita ketahui.

Selanjutnya, karakteristik berfikir filsafat sendiri adalah meliputi karakteristik yang bersifat menyeluruh, bersifat mendasar, dan bahkan bersifat spekulatif. Maksudnya adalah bahwa seseorang dalam mereka berfilsafat itu tidak hanya ingin tahu pada satu objek saja namun ingin mengetahui seluruh objek yang belum mereka ketahui secara filsafati. Lalu seseorang yang berfikir filsafat itu tidak mau hanya sekedar menerima pendapat dari satu objek, namun ia ingin mengkaji dengan sendirinya tentang hakikat kebenaran dari suatu objek kajian. Dan dalam mereka menemukan hakikat kebenaran yang sesungguhnya, mereka membutuhkan landasan atau patokan yang menguatkan mereka dan menjadi dasar bagi mereka atas kebenaran yang mereka peroleh dari suatu objek kajian.

V. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya. Individusatu dapat mempengaruhi yang lain dan begitu juga sebaliknya “definisi secara psikologisosial “. Pada kenyataannya interaksi yang terjadi sesungguhnya tidak sesederhanakelihatannya melainkan merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Interaksi terjadikarena ditentukan oleh banyak faktor termasuk manusia lain yang ada di sekitar yangmemiliki juga perilaku spesifik.

Jadi sudah kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.

Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut para ahli. pendapat dari berbagai para ahli pun bermacam-macam dan variatif seperti dijelaskan di bawah ini.
menurut para ahli

Menurut H. Booner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial bahwa: “Interaksi sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok.Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.”Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social.”Siagian (2004) “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung.”

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok dalam kehidupan sosial.

Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:

Dorongan untuk makanDorongan untuk mempertahankan diriDorongan untuk melangsungkan jenis

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni : Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

Menurut saya manusia sebagai mahluk simbolis di karenakan dalam kehidupan manusia selalu berkaitan erat dengan simbol-simbol yang berada di sekelilingnya. Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan masyarakat umum tentang definisi manusia. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum. . Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas manusia, yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini mengatakan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol. Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimaksud disini bukan sekedar simbol-simbol tak bermakna, tetapi hal-hal tersebut memiliki makna masing-masing dan tidak satupun simbol yang tercipta tanpa memiliki makna tersendiri. Misalnya, warna merah dan warna putih pada bendera Indonesia, warna merah pada bendera tersebut dianggap sebagai simbol keberanian dan warna putih dianggap sebagai simbol kesucian.

Simbol merupakan salah satu bagian dari semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika ini pertama kali diprkenalkan oleh dua filsuf bahasa yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Pierce. Menurut Saussure, setiap tanda itu terbagi atas dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut pendapatnya, tanda merupakankesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Sedangkan menurut Pierce, semiotika terbagi atas tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Ikon merupakan hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa hubungan kemiripan, seperti sebuah foto dan orangnya. Indeks merupakan hubungan antara tanda dengan acuannya yang timbul karena adanya kedekatan eksistensi, seperti sebuah tiang penunjuk jalan dan sebuah gambar panah penunjuk arah. Indeks juga dapat menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yanf bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya adanya asap karena ada api. Simbol merupakan hubungan yang berbentuk konvensional, yaitu suatu tanda merupakan suatu hasil kesepakatan masyarakat.

Manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik karena dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering menggunakan simbol-simbol. Salah satu contoh penggunaan simbol dalam kehidupan sehari-hari adalah simbol-simbol pada peraturan lalu lintas, misalnya lampu lalu lintas atau lebih sering disebut lampu merah oleh masyarakat luas yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan hijau. Warna-warna tersebut masing-masing memiliki makna tersendiri yakni warna merah yang memerintahkan para pengguna jalan untuk berhenti, warna kuning yang memerintahkan untuk berhati-hati, dan lampu hijau yang memerintahkan untuk kendaraan jalan.

Lampu lalu lintas ini diciptakan oleh penemunya Garrett Augustus Morgan setelah ia melihat tabrakan antara mobil dan kereta kuda pada suatu hari yang kemudian membuatnya berpikir untuk membuat sesuatu yang dapat mengatur lalu lintas yang lebih aman dan efektif. Sebenarnya pada saat itu, telah ada suatu sistem pengaturan lalu lintas dengan sinyal stop and go. Sinyal lampu ini pernah digunakan di London pada tahun 1863. Namun, pada penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi. Berdasarkan pengalamannya tersebut Morgan kemudian menciptakan suatu pengatur lalu lintas yang terdiri dari tiga jenis warna, yaitu merah, kuning, dan hijau.

Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu. Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan. Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari. Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar.

Vl.Manusia Sebagai Makhluk Sosial Menurut George Mead Dan George Blumer

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK MENURUT GEORGE MEAD

Sejarah sistematisasi teori interaksionisme simbolik tak dapat dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863- 1931). Semasa hidupnya, Mead memainkan peranan penting dalam membangun perspektif dari Mazhab Chicago, sebuah mazhab yang memfokuskan dalam memahami suatu interaksi perilaku sosial.

Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat non- verbal dan makna dari suatu pesan verbal akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non- verbal (seperti body language, gerak fisik, pakaian, status, dsb.) dan pesan verbal memiliki makna yang disepakati secara bersama- sama oleh semua pihak yang terlibat interaksi.

Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, dimana individu- individu berpotensi mengeluarkan simbol. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain. Melalui pemberian isyarat berupa simbol maka kita dapat mengutarakan perasaan,pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Menurut Mead, manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.

Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna. Melaui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.

Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi mempunyai makna-makna tertentu , sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini, Habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK MENURUT GEORGE BLUMER

Teori interaksi simbolik disebut juga sebagai teori sosiologi interpretatif. Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh blumer guna mencapai tujuan tertentu. Interaksi simbolik merupakan salah satu persepektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action teory), yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Weber. Max Weber mengemukakan 5 ciri pokok yang berkaitab dengan teori aksi (action teory) :

Tindakan manusia, yang menurut aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi tindakan nyata.Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

Menurut blumer istilah interaksionisme simbolik ini menunjuk kepada sifat khasdari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dansaling mendefinisikan tindakannya. Bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain,tapi didasarkan atas “makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain. Interaksi antar individu, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing.

Lebih jauh Blumer menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons.Interaksionisme simbolis cenderung sependapat dengan perihal kausal prosesinteraksi social. Dalam artian, makna tersebut tidak tumbuh dengan sendirinya namunmucul berkat proses dan kesadaran manusia. Kecenderungan interaksionime simbolis inimuncul dari gagasan dasar dari Mead yang mengatakan bahwainteraksionis symbol memusatkan perhatian pada tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses mental yang terisolasi

Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis bahwa (1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”, dan (3) makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” – alih-alih disebut “objek” – ini tidak mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis.

Bagi H. Blumer, “sesuatu” itu – biasa diistilahkan “realitas sosial” – bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut “dimaknakan”.

Sebagai realitas sosial, hubungan “sesuatu” dan “makna” ini tidak inheren, tetapi volunteristrik. Sebab, kata Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya.

Dengan demikian, pemberian makna ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut. Dari sini jelas bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.
Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication ini terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia memaknakan tindakan itu.
Lebih jauh Blumer dalam buku yang sama di halaman 78 menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons. Selain menggunakan Interaksionis Simbolik, kasus Sampit bisa didekati dengan metode Hermeneutik. Hermeneutik dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau falsafah yang menginterpretasi makna. Pada dasawarsa ini, Hermeneutik muncul sebagai topik utama dalam falsafah ilmu sosial, seni dan bahasa dan dalam wacana kritikan sastera yang mempamerkan hasil interpretasi teks sastera.

Menurut saya manusia di katakana sebagai mahluk simbolik di karenakan dalam kehidupan manusia dapat di jumpai penggunaan symbol yang memiliki makna tersendiri sesuai dengan kesepakatan bersama. Penggunaan symbol ini di ciptakan untuk memberi pesan secara tidak langsung tanpa harus mengucapkan atau menjelaskan secara bertatap muka. simbol dalam kehidupan ini dapat bermacam-macam. Ada symbol seperti warna,bentuk,gerakan,raut wajah,pakaian,dan lain sebagainya. Semua contoh di atas dapat memberikan pesan terhadap orang yang melihat symbol dari orang lain tersebut.

Pada umumnya symbol di gunakan untuk memberikan sebuah informasi atau pemahaman terhadap setiap orang. terkadang symbol muncul pada diri seseorang tanpa di ketahui.misalnya seseorang yang lagi bahagia dia akan selalu ceria dan selalu tersenyum kepada orang lain. Maka setiap orang yang melihatnya akan mempersepsi bahwa orang tersebut dalam keadaan bahagia. Persepsi tersebut akan selalu muncul apabila ada interaksi antara manusia.

Dalam interaksi sosial symbol-simbol yang muncul pada diri seseorang di sebut pesan non-verbal. Pesan non verbal ini di berikan hanya berupa isyarat. Berbeda dengan pesan verbal yang harus di sampaikan dengan kata-kata secara langsung pada orang lain. pesan non verbal kinibanyak di gunakan untuk memberikan pesan pada khalayak umum.contoh symbol yang memberikan makna kepada khalayak umum yaitu rambu lalu lintas.contonya lampu merah yang terdapat di persimpangan jalan. Ketika lampu tersebut berwarna merah maka semua orang memahami bahwa itu adalh tanda berhenti. Itu artinya bahwa setiapwarna lampu tersebut memili arti tersendiri. Contoh kedua adalah berdera Negara Indonesia,bagi masyarakat Indonesia sendiri merah memiliki arti berani dan putih memiliki arti suci.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain. Melalui pemberian isyarat berupa simbol maka kita dapat mengutarakan perasaan,pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain

Simbol merupakan salah satu bagian dari semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika ini pertama kali diprkenalkan oleh dua filsuf bahasa yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Pierce. Menurut Saussure, setiap tanda itu terbagi atas dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut pendapatnya, tanda merupakankesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Sedangkan menurut Pierce, semiotika terbagi atas tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Ikon merupakan hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa hubungan kemiripan, seperti sebuah foto dan orangnya. Indeks merupakan hubungan antara tanda dengan acuannya yang timbul karena adanya kedekatan eksistensi, seperti sebuah tiang penunjuk jalan dan sebuah gambar panah penunjuk arah. Indeks juga dapat menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yanf bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya adanya asap karena ada api. Simbol merupakan hubungan yang berbentuk konvensional, yaitu suatu tanda merupakan suatu hasil kesepakatan masyarakat.

Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu. Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan. Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari. Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar.

Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat dikatakan bahwa manusia dalam menggunakan atau menciptakan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka berasal dari pengalaman hidup mereka. Seperti Garrett Augustus Morgan yang menciptakan lampu lalu lintas setelah melihat kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik.

DAFTAR PUSTAKA

http://elmasterquin.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://donaheli.blogspot.com/2013/09/filsafat-komunikasi.html

http://kebenaran.org/

http://filsafat.kompasiana.com/2009/11/09/ada-tiga-macam-kebenaran-23239.html

http://mbenxxcaem.blogspot.com/2011/09/hakekat-filsafat.html

http://ronikurosaky.blogspot.com/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html

http://lauraerawardani.blogspot.com/2014/04/interaksionisme-simbolik.html

http://henrysubiakto.blogspot.com/2012/02/anatomi-teoretik-george-herbertmead.html

 

etika dan filsafat komunikasi

15 April 2015 09:38:50 Dibaca : 148

Nama : Andrianto S Sanga

NIM : 291414004

Kelas : A (Komunikasi)

1.Pengantar filsafat

a. Pengertian Filsafat

Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemukyang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan.

Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The creek word Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the ‘love of wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu. Berdasarkan kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau untuk menjadi bijak.

Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut :

Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:Apakah Yang Dapat Kita Ketahui ? pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.Apakah Yang Boleh Kita Kerjakan ? pertanyaan ini dijawab oleh Etika.Sampai Di Manakah Pengharapan Kita ? pertanyaan ini dijawab oleh Agama.Apakah Manusia Itu ? pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.

b. Metode Filsafat

Ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi dan dialektika.

Metode deduktif

Adalah, suatu metode berpikir dimana kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudian diterapkan kepada semua yang bersifat khusus. Contohnya sebagai berikut:

Semua manusia adalah fana (prinsip umum)Semua raja adalah manusia (peristiwa khusus)Karena itu semua raja adalah fana (kesimpulan)

Metode Induksi

Adalah suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh:

Bagus adalah manusia (prinsip khusus)Dia akan mati (prinsip umum)Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)Metode Dialektik

Yaitu suatu cara berpikir dimana suatu kesimpulan diperoleh melalui tiga jenjang penalaran: tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argument yang didalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi argument tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak enyajikan pemahaman tang sempurna tentang kebenaran. Dengan demikian, timbullah pandangan dan alternatif yang baru. Pada setiap tahap dari dialektik ini kita memasuki lebih dalam pada problema asli. Dan dengan demikian ada demikian ada kemungkinan untuk mendekati kebenaran.

Hegel menganggap bahwa metode dialektik merupakan metode berpikir yang benar ia maksudkan ialah hal-hal yang sebenarnya sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kerap kali kita mengalami perlunya mendamaikan hal-hal yang bertentangan. Tidak jarang terjadi bahwa kita mesti mengusahakan kompromi antara beberapa pandapat atau keadaan yang berlawanan satu sama lain. Nah, maksud Hegel mirip dengan pengalaman kata itu. Hegel sangat mengagumi filsuf yunani Herakleitos yang mengatakan bahwa “pertentangan adalah bapak segala sesuatu”.

Proses dialektik selalu tradisi dari tiga fase. Fase pertama disebut tesis yang menampilkan “lawan” dari fase kedua yaitu antitesis. Akhirnya, disebut fase ketiga disebut sintesis, yang mendamaikan antara tesis dan antitesis yang saling berlawanan. Sintesis yang telah dihasilkan dapat menjadi tesis pula yang menampilkan antitesis lagi dan akhirnya kedua-duanya dinamakan menjadi sintesis baru. Demikian selanjutnya setiap sintesis dapat menjadi tesis.

Metode Sistematis

Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metode.

Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.

Metode Histories

Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.

Metode Kritis

Metod ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana.

1. Teori Pengetahuan

Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan (norma-norma atau teori-teorinya) dan membicarakan pula tentang bagaimana cara mengatur pengetahuan yang benar dan berarti. Posisi terpenting dari pengetahuan telah membicarakan tentang apasebenarnya hakikat pengetahuan itu, cara berpikir dan hukum berpikir agar mendapatkan hasil yang sebenar-benarnya.

Cabang teori pengetahuan yaitu Epistimologi dan logika.

a) Epistimologi

Epistimologi berasal dari bahasa Yunani, Episteme yang berarti Knowledge atau pengetahuan dan logy berarti pengetahuan atau filsafat ilmu.

Terdapat empat persoalan pokok dalam bidang ini:

Apa pengetahuan itu?Apa sumber-sumber pengetahuan itu?Darimanakah sumber yang benar itu datang dan bagaimana mengaturnya?Apakah pengetahuan tersebut benar?

2.Teori Hakikat

Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri disebut ontologis.Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas. Realitas ialah ke-real-an; real artinya kenyataan yang sebenarnya; jadi hakikat adalah keadaan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara atas kesadaran sementara atau kesadaran yang menipu bukan keadaan yang berubah.

Ontologi merupakan cabang teori yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Apa sebenarnya hakikat dan sesuatu yang ada? Ada empat aliran filsafat yang mecoba memberikan jawaban atas persoalan tersebut, yaitu :

MaterialismeIdelismeDualismeAgnostralisme

Materialisme

Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandanganya bertitik pada meteri (benda).

Materialism modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa ada (mains) jadi materi itu primer dan ide/pemikiran terletak pada sekundernya. materialisme beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda itu sendiri.

Idealisme

Arti filsafat dari kata idealisme ditentukan oleh arti biasa dari kata ide. Ringkasnya, idelaisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiawa (selp) dan bukan benda (materi). Idealism juaga mengatakan bahwa mind sebagai hal yang lebih dahulu dari pada materi. Idealism dam ,ateri adalah produk sampingan. Dengan demikian, idealism beranggapan bahwa hakikat benda-benda yang ada itu adalah ide atau akal jiwa bukan materi.

Dualisme

Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua faham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dengan idealisme. Materialism mengatakan bahwa materi itulah yang hakikat,sedangkan idelaisme sebaliknya justru ide-lah yang hakikat. Menurut materialism ruh muncul jika tanpa ada meteri, sedangkan menurut idealisme justru munculnya materi karena adanya ruh. Materi tidak aka nada jika tidak ada ruh.

Dualism mengatakan bahwabaik materi maupun ruh sama-sama hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh, begtu pla ruh muncul bukan Karena materi. Tetapi dualism juga masih mempunyai masalah yaitu tentang hubungan antara materi dan ruh, bagaimana bisa terjadi keselarasan antara materi dengan ruh atau ide.

Kita lihat contoh jika jiwa sehat maka badan pun sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang berduka biasanya badanpun ikut sedih, maka murunglah wajahnya orang tersebut. Contoh di atas menggambarkan adanya hubungan atau kerjasama atara jiwa dan badan. Masalahnya, kenapa terjadi bentuk kerjasama dan hubungan sedemikian rupa dan siapa yang memadukannya? Ini adalah masalah dualisme.

Agnotraisme

Agnotraisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Manusia tidak mungkin mengetahui apa hakikat batu, air, api dan lain sebagainya. Sebab menurt faham ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh indera maupun pikirannya.

Aliran ini mempunyai masalah yaitu tentang siapa sebenarnya yang bisa mengetahui hakikat sesuatu yang ada? Aliran ini tidak memberikan jawaban.

TEORI NILAI

Teori nilai mencakup dua cabang, yaitu cabang filsafar yang cukup terkeal; etika dan estetika.nilainya artinya harga, sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi dirinya.pada umumnya orang menyatakan bahwa nilai sesuatu melekat pada benda dan bukan di luar benda, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa bilai itu ada di luar benda.

Etika

Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban manusia serta tingkah laku manusia dilihat dari sisi baik dan buruknya tingkah laku tersebut.

Atas dasar hak apa orang menuntut kita unutk tunduk terhadap norma-norama yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan dan lain sebagainya.

Bagimana kita bisa menilai norma tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebuat timbul karena hidup kita seakan-akan terentang dalam suatu jaringan norma-norma. Jaringan itu seolah-olah membelenggu kita, mencegah kita bertindak sesuai keinginan kita dan memaksa kita berbuat apa yang sebenarnya kita benci.

Estetika

Setetika membahas/membicarakan soal nilai rendah dan tidak rendah. Nilai baik dan buruk sering diterpkan orang kepada perbuatan atau tindakan menusia, sedangkan nilai rendah da tidak rendah lebih cenderung unutk diterapkan kepada soal seni. Estetika berusaha untuk menemukan nilai yang indah secara umum sehingga tidak mustahil kalau akhirnya timbul beberapa teori yang membicarakan hal itu.

Menurut saya filsafat ialah ilmu dari segala ilmu yang ada.karena,filsafat sangat erat hubungannya dengan pemikiran setiap orang yang hidup.setiap orang tidak lepas dari entah itu masalah,mencari sesuatu dan sebagainya.sacara tidak langsung filsafat berperan tanpa di ketahui oleh orang tersebut.dalam kehidupan manusia di dunia ini untuk memecahkan segala sesuatu manusia itu harus berpikir dengan ekstra keras.filsafat tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan manusia karena tidak ada manusia yang hidup tanpa berpkir.beberapa contoh kecil dalam kehidupan yaitu manusia harus berpikir mencari makan,mencari uang,melakukan aktivitas,dan lain-lain. Pemikiran filsafat n seperti yang sudah di bahas di atas pertama kali di cetuskan oleh orang-orang barat yang tidak beragama. Jika filsafat kita kaitkan dengan agama islam konsep ini akan bertambah panjang. Mengapa tidak,karena pemikiran orang barat dengan menggunakan filsafat ini hanya selalu memperhatikan fakta-fakta dalam kehidupan.mereka mengatakan bahwa setiap manusia itu memiliki tiga pertanyaan yang mendasar.dan apabila tiga pertanyaan itu tidak bisa di jawab maka kehidupan seseorang tersebut akan terombng ambing dan tidak akan pernah tahu apa yang harus di lakukan di dunia ini.pertanyaan itu adalah:

1.manusia itu berasal dari mana?

2.untuk apa manusia hidup di dunia ini?

3.setelah kehidupan ini manusia akan kemana?

Orang-orang barat memiliki jawaban yang berbeda.

a.orang komunis berpendapat yaitu manusia berasal dari tanah.sedangkan untuk apa manusia hidup di dunia ini mereka menjawab untuk bersenang-senang.dan untuk pertanyaan terakhir setelah kehidupan ini manusia akan ke mana mereka menjawab bahwa manusia akan kembali ke tanah dan mereka beranggapan bahwa pada akhirnya manusia itu adalah mahluk yang hina.

b.oarang kapitalis memiliki jawaban yang berbeda dengan orang-orang komunis.mereka menjawab tiga pertanyaan itu bahwa manusia berasal dari tanah dan di dunia ini mereka akan hidup berfoya-foya sesuka hati mereka dan setelah kehidupan ini mereka akan masuk surga karena mereka memiliki pikiran bahwa dengan kekayaan mereka di dunia mereka akan menebus semua dosa yang pernah mereka lakukan selama hidup di dunia dengan uang.

Seperti yang saya jelaskan tadi di atas bila kita mengaitkan filsafat dengan agama islam masalah ini akan menjadi panjang dan tidak akan pernah selesai. Yang menjadi pertanyaan saya sendiri apakah filsafat harus di pelajari oleh orang yang khususnya beragama islam?.karena dalam agama islam filsafat sangat bertentangan dengan kitab suci Al-Quran.dengan adanya teori-teori filsafat pemikiran orang yang beragama islam kini sering terkikis oleh teori tersebut. Tanpa di sadari kepercayaan orang islam akan semakin jauh dengan apa yang berada dalam isi Al-Quran dan hanya akan menyesuaikan dengan fakta-fakta dalam kehidupan.

Apabila kita mengaitkan filsafat dengan agama islam dan menjawab tiga pertanyaan mendasar tadi orang islam menjawab bahwa manusia berasal dari tanah liat,dan dalam kehidupan ini manusia memiliki tugas yang sama yaitu untuk melakukan perintah Allah SWT.dan setelah kehidupan ini manusia akan kembali ke tanah dan roh manusia akan hidup di alam lain yaitu alam barzah.

Menurut saya sendiri dalam kehidupan ini manusia memang selalu berfilsafat.karena filsafat selalu di gunakan untuk mencari jalan keluar masalah yang rumit,namun manusia khususnya yang beragama islam jangan sampai ikut terbawa arus dengan pemikiran orang-orang barat.

ll.Filsafat Dan Ilmu Komunikasi

Filsafat

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Kata ini terdiri dari kata philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu timbul usaha untuk mencapai yang dicintai atau diinginkan itu. Sophia artinya kebijaksanaan, kepandaian, atau pengertian yang mendalam. Secara sederhana, menurut arti harfiahnya, filsafat boleh diartikan: cinta kepada kebijaksanaan.

Berikut definisi filsafat menurut beberapa ahli :

Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama)Apa itu manusia ( dijawab oleh Antropologi )

Komunikasi

Onong Uchjana Effendy mengatakan: Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)Raymond Ross mengatakan: Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.Gerald R. Miller mengatakan: Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.Everett M. Rogers mengatakan: Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.Lasswell (1960) mengatakan : Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?).

Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):

Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination)/ pendengar (listener) / khalayak (audience) / komunikan / penafsir/ penyandi balik (decoder). With What Effect?(dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.

Contoh: Komunikasi antara dosen dengan mahasiswanya. Dosen sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada mahasiswanya atau komunikan. Setelah itu dosen juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media). Setelah itu dosen harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan si komunikan, juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

Menurut saya filsafat komunikasi merupakan salah satu paham yang mengkaji tentang bagaimana proses komunikasi dan bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kehidupan di dunia ini masnusia tidak dapat di pisahkan dengan yang namanya komunikasi. Karena manusia sebagai mahluk sosial tidak akan bisa hidup tanpa orang lain dan akan selalu berkomunikasi dengan orang lain.bila kita berbicara komunikasi akan sangat banyak yang muncul dalam pkiran kita sesuai denga fakta-fakta yang ada dalam kehidupan.proses komunikasi itu sendiri sering terjadi dan di mulai dari seseorang yang ingin berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kehidupan tanpa ada komunikasi kita tidak akan menerima berita dan tidak akan mendapatkan pengetahuan.

Filsafat komunikasi menurut saya lebih merujuk pada mencari kebenaran tentang berkomunikasi.komunikasi itu sendiri telah banyak di artikan oleh para ilmuan.dan dari beberapa pendapat yang di sampaikan mengenai komunikasi itu sendiri tidak jauh berbeda. Menurut saya komunikasi merupakan salah satu tindakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan agar orang yang menerima pesan tersebut dapat mengerti dengan pesan yang di maksud.dalam komunikasi tujuan yang paling utama adalah menyampaikan pesan yang efektif. Pesan yang efektif artinya pesan yang kita sampaikan pada orang lain dapat di teima dan di mengerti dengan baik.

Di era sekarang komunikasi telah mengalami perkembangan yang pesat. filsafat telah memicu manusia untuk berfikir bagaimana dengan jarak yang jauh dapat saling berkomunikasi.dengan adanya media yang semakin canggih,kini manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain walaupun dengan jarak yang sangat jauh.dengan adanya media komunikasi antara manusia dapat saling terjalin di mana saja dan kapan saja.

Sebelum adanya media komunikasi seperti sekarang ini,pada jaman dahulu manusia sangat sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Belum lagi bila dengan jarak yang sangat jauh. Proses komunikasi antara seseorang semakin terhambat.komunikasi yang di lakukan dulu hanya melalui surat yang membutuhkan waktu lama untuk mendapatkn balasan dari yang di sampaikan melalui surat.sangat berbeda dengan sekaran hanya membutuhkan waktu beberapa menit bahkan hanya dengan menghitung detik kita dapat mengirimkan pesan pada orang lain dan mendapatkan balasan dalam waktu yang sangat singkat.

lll.Kebenaran

Kebenaran adalah Sesuatu yang satu atau uniq, tidak berawal dan berakhir tidak memiliki ruang dan waktu.

Dan kebenaran terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

Kebenaran subyektif, melibatkan emosi dan keyakinan pengamatnya.Kebenaran objektif mengamati apa adanya tanpa melibatkan emosi pengamatnya.Kebenaran realitas adalah realitas yang berada dibalik pengamatan.

A. Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya

Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam kepribadian dan kesadarannya tak mungkin tnapa kebanran.

Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :

1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia

2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio

3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya

4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan

Keempat tingkat kebenarna ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indra.

Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu, membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.

Ukuran Kebenarannya :– Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran– Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain

– Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran

Jenis-jenis Kebenaran :

1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)

2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)

3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.

Kebenaran agama yang ditangkap dengan seluruh kepribadian, terutama oleh budi nurani merupakan puncak kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena sumber kebnarna itu bersal dari Tuhan Yang Maha Esa supernatural melainkan juga karena yang menerima kebenaran ini adalah satu subyek dengna integritas kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status tertinggi karena wujud kebenaran ini ditangkap oleh integritas kepribadian. Seluruh tingkat pengalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan pengalaman filosofis terhimpun pada puncak kesadaran religius yang dimana di dalam kebenaran ini mengandung tujuan hidup manusia dan sangat berarti untuk dijalankan oleh manusia.

B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat

1. Teori Corespondence

Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.

2.Teori korispodensi (corespondence theory of truth) ï‚® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.

3.Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :

1. Statemaent (pernyataan)

2. Persesuaian (agreemant)

3. Situasi (situation)

4. Kenyataan (realitas)

5. Putusan (judgements)

Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.

Agama sebagai teori kebenaran

Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.

Menurut saya Bahwa kebanran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek kemudian pula tingkatan validitas. Kebanran ditentukan oleh potensi subyek yang berperanan di dalam penghayatan atas sesuatu itu.Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita, perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum.Bahwa kebenaran itu ada yang relatif terbatas, ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah, jasmaniah, indera, ada yang berupa ide-ide yang merupkan pemahaman potensi subjek (mental,r asio, intelektual).Bahwa substansi kebenaran adalah di dalam antaraksi kepribadian manusia dengan alam semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya.Semua teori kebanrna itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atauempiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang terkadang melampaui penalaran rasional, kejadian-kejadianyang berlaku di alam itu dapat dimengerti.Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda.Pengetahuan inderawi merupakan struktur yang terendah. Tingkat pengetahuan yanglebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebabitulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

etika dan filsafat komunikasi

15 April 2015 09:37:04 Dibaca : 98
[Tanpa Konten]

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong