"Partner" (Keterbatasan Bahasa)

22 March 2017 01:16:18 Dibaca : 85

“Partner”

(Keterbatasan Bahasa)

      Seorang pria bernama Adrian yang melanjutkan SMA-nya di Kota tengah kembali ke kampung halamannya, di Tolinggula. Ia datang menjumpai kawan lamanya yang bernama Uning, yang kini sudah tak lagi melanjutkan Sekolahnya. Adrian memberikan sesuatu kepada Uning yang merupakan titipan dari teman mereka, yang juga bersekolah di Kota.

Andrian : Wei, napa ada titipan. (Eh, ini ada titipan)

Uning : Wolo ti? (Apa ini?)

Adrian : Undangan aba.

Uning membaca label yang berada pada Undangan tersebut.
Yth.
Uning Umar bersama Partner

Uning : Is ala musti bawa ‘Partner’ sup. (Aduh harus membawa ‘Partner’)

Andrian : Ndeseh. nde wolo ulemu uti ‘Partner’? (Halah, coba menurutmu apa itu ‘Partner’?)

Uning : (Dengan mengangkat jari telunjuk dan memasang wajah penuh percaya diri)           

Kadow to? kadow to? kadow to? (Kado/hadiah kan?)
 

Adrian pun tertawa terbahak-bahak.

         Demikiannlah contoh sederhana Keterbatasan Bahasa yang terjadi diantara dua remaja yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dedy Mulyana dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi menyatakan bahwa Keterbatasan Bahasa salah satunya dikarenakan kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda.
        

        Oleh karena itu, terdapat berbagai kemungkinan bagi sebagian orang untuk memaknai kata-kata tersebut. Seperti halnya Uning dan Adrian, yang berbeda dalam latar belakang sosial, yakni Pendidikan.