ARSIP BULANAN : December 2016

Anak yang ingin berusaha

14 December 2016 11:25:03 Dibaca : 1834

Seorang anak yang terlahir dari keluarga berkecukupan yang ingin merasakan bagaimana dimasa kecilnya sekarang bisa bermain seperti anak anak seumurannya, tetapi baginya semua itu hanyalah mimpi yang sulit terwujud, karena ia menyadari bahwa ia harus bekerja membantu ayahnya berdagang sayur.
Namanya Firman, seorang anak yang saya perkirakan umurnya sekarang 13 tahun yang ditinggalkan ibunya sejak ia masih berumur 9 tahun, sedangkan ayahnya sudah menikah lagi, dimasa kecil ia tinggal bersama ayah dan ibu tirinya, seakan ibu tirinya tak menganggap ia bagian dari keluarga suaminya, ia akan diberi makan setelah ia bekerja membantu ayahnya berdagang.
Namun ia hanya bisa bersabar menghadapi ibu tirinya yang tak mau menganggap bahwa ia anakknya, kadang ketika malam datang ia akan diajak oleh teman - teman sekolah bermain PS di komplek rumah, dengan berat hati Firmanpun bertanya kepada Ibu tirinya bahwa mana ia minta izin sebentar keluar dengan teman-temannya , tapi ibu tirinya tak menanggapinya dan hanya cuek saja.
Setelah beberapa saat ia bermain karena takut ibu tirinya marah, ia bergegas meninggalkan teman-temannya yang lagi asik bermain, tapi hal yang tak disangka oleh Firman pintu rumahnya sudah di kunci, karena suasana malam itu sudah mulai larut ia memutuskan untuk menginap dirumah temannya.
Ke esokan harinya dirumah temannya ia masih ragu untuk kembali kerumahnya takut dimarahi lagi oleh ibu tirinya, tapi karena niatnya ingin bersekolah, ia sudah tak pusingkan lagi akan marah ibu tirinya lagi dan ia berangkat kesekolah tanpa uang jajan sepeserpun.
Firman bersekolah di SMPN 11 Gorontalo, disekolah ia paling jago menggambar, seperti cita-citanya ia ingin sekali menjadi seorang arsitek, karena dengan keterbatasannya, alat untuk ia menggambar hanya meminjam dari temannya, tapi ia tak mau meminjam terus terusan pada temannya, Firmanpun mencari cara bagaimana bisa mendapatkan uang tanpa meminta kepada orang tuanya
Setelah pulang sekolah, ia mencari cara bagaimana bisa mendapatkan uang untuk membeli peralatan gambar itu, dan diingatlah ada salah satu teman yang ayahnya memelihara kambing, tapi kambing-kambing itu selalu kekurangan makanan, akhirnya ia memutuskan setiap sore mencari makanan kambing dilahan kosong yang hanya di tumbuhi oleh pepohonan dan rerumputan yang hanya memodalkan sebuah pisau yang berbentuk sabit, dengan upah 5 ribu rupiah perharinya
Dengan pekerjaan tambahan ini selain membantu ayahnya berdagang sayur dipasar ia bisa menabung uangnya untuk membeli peralatan gambar tersebut, agar tidak lagi meminjam ketemannya dan bisa mengasa kemampuannya untuk bergambar, dan menyelesaikan sekolah, bagi Firman sekolah lebih penting, ia tidak melihat kondisi keluarganya mempunyai kekurangan, maka dari itu ia mencari cara supaya bisa bersekolah dan mengasah bakatnya menggambar.

DIKILI

12 December 2016 21:50:10 Dibaca : 1806

Dari terbenamnya mentari hingga matahari terbit, semua warga laki-laki maupun perempuan sambil duduk bersila membacakan zikir dengan lantang dan semangat, padahal dikili ini di gelar selama semalam dari selepas sholat isya sampai besoknya pagi meskipun menahan kantuk.
Dikili ini merupakan salah satu adat daerah gorontalo yang dimana merupakan bagian dari kitab berjanji ala daerah Gorontalo, kata dikili tersebut diambil dari kata zikir atau mengingat yang terdiri dari 13 bagian yang dibacakan semalam di masjid-masjid setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal dalam kalender Islam.
Dikili ini sendiri di tulis dengan tiga huruf yaitu huruf Arab, Melayu dan Gorontalo yang isinya dimana mengisahkan tentang sikap sifat keteladanan, kemuliaan kehidupan sang Rasul, pembawa ajaran islam, dikili ini juga dibacakan dengan cara yang khas ala daerah Gorontalo, sebagaimana ketika kita mendengar seakan yang membacanya itu sedang berteriak tapi mempunyai nada seperti nyanyian.
Di Gorontalo perayaan Maulid Nabi jauh lebih meriah ketimbang daerah-daerah lain di Indonesia, bahkan kita bisa merasakan keramahan-keramahan warga, setiap masing-masing rumah terbuka lebar, siap menyambut siapapun yang datang.
Momen sekali setahun ini bisa dipadati oleh banyak pengunjung dari daerah lain yang ingin melihat langsung proses dari kegiatan, bahkan sampai-sampai jalanan desa yang tak terlalu lebarpun sering macet karena kenderaan pengunjung yang ingin melihat kegiatan dikili ini berdesakan.
Dalam pergelaran adat dikili di Gorontalo ada juga namanya Walima, Walima adalah sebuah wadah yang terbuat dari belahan sebuah bambu yang dibentuk menyerupai kubah masjid yang dihiasi dengan berbagai macam jenis kue tradisional Gorontalo, salah satu kue khas yang disukai oleh masyarakat Gorontalo yakni “Kolombengi”, semacam kue bolu kering yang rasanya manis dan gurih, dalam satu wadah walima biasanya diisi dengan puluhan bahkan ratusan kue tradisional tergantung dengan ukuran besar kecilnya walima yang dibuat.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong