Nasionalisme bagi kehidupan masyarakat Indonesia

09 April 2021 08:32:11 Dibaca : 185
Nama : Muhamad Fachrul Alfajri Pohontu
NIM : 151420062
Kelas : IIb – Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Mata Kuliah : Penulisan Karya Ilmiah

Nasionalisme bagi kehidupan masyarakat Indonesia

Dalam perkembangan kehidupan manusia, interaksi antara sesama manusia telah berubah menjadi bentuk menjadi lebih kompleks dan rumit. Dimana hal ini dimulai dari tumbuhnya kesadaran akan menentukan nasib sendiri di kalangan bangsa-bangsa yang tertindas kolonialisme dunia ini, seperti Indonesia salah satunya, untuk mengatasi hal tersebut maka kita harus bisa menanamkan rasa nasionalisme kepada warga negara Indonesia dimana nantinya dapat melahirkan semangat untuk mandiri dan bebas menentukan masa depannya sendiri.

Melihat pada munculnya Nasionalisme secara umum, maka dapat disimpulkam nasionalisme dikatakan sebagai sebuah situasi atau peristiwa yang menyangkut kesadaran, dan kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total atau sungguh - sungguh diabdikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif menjadi sebagai alat perjuangan bersama dikala merebut kemerdekaan dari para tangan kolonial. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Anggraeni Kusumawardani & Faturochman (2004) yaitu “Nasionalisme dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai sebuah kata sakti yang mampu membangkitkan kekuatan berjuang melawan penindasan yang dilakukan kaum kolonialis selama beratus-ratus tahun lamanya. Perasaan senasib dan sepenanggungan yang dialami mampu mengalahkan perbedaan etnik, budaya dan agama sehingga lahirlah sejarah pembentukan kebangsaan Indonesia”. Semangat nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan dan alat identifikasi untuk mengetahui nantinya siapa lawan dan kawan.

Dalam menjalankan kehidupan bangsa dan negara Indonesia saat ini, menimbulkan kecenderungan makin lunturnya rasa nasionalisme yang cinta tanah air, baik karena faktor internal maupun karena pengaruh global. Hal ini terlihat dari berbagai persoalan bangsa Indonesia sekarang, misalnya; adanya upaya disintegrasi bangsa, konflik antar etnis/kelompok, merajalelanya tawuran. Hal inilah yang menjadi urgensi dari negara kita ini seperti yang dikatakan oleh Ira Dewi Susanti (2019) yaitu “Memudarnya nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia akan berdampak fatal bagi kehidupan masyarakat. Berdasarkan urgensi pembahasan, diperlukan alternatif solusi yang efektif untuk meminimalisasi permasalahan tersebut. Beberapa solusi yang relevan antara lain: pertama warga Indonesia lebih mencermati dan memahami betul arti penting cinta tanah air dengan bangga terhadap bangsa sendiri dan menghargai jasa perjuangan para pahlawan, kedua meningkatkan rasa patriotisme terhadap masyarakat Indonesia, dan ketiga sosialisasi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam jati diri masyarakat demi meningkatkan rasa nasionalisme di Indonesia. Dari ketiga solusi tersebut, sosialisasi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam jati diri masyarakat demi meningkatkan rasa nasionalisme di Indonesia menjadi solusi yang diprediksikan paling efektif. “

Untuk menghadapi derasnya arus globalisasi saat ini kepada masyarakat kita perlu ditanamkan nilai-nilai nasionalisme, yaitu dengan cara mengedukasi para masyarakat dengan Pancasila disertai dengan Penanaman nilai-nilai nasionalisme yang nantinya diharapkan akan mampu membentuk peserta didik yang memiliki rasa cinta terhadap budaya lokalnya sehingga tidak terkikis dengan derasnya arus globalisasi sekarang ini. Seperti yang dikatakan oleh Eta Yuni Lestari (2019) “ Untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa Indonesia harus menanamkan sikap nasionalisme sejak dini, sejak kecil, atau sejak masa sekolah dasar. Karena jika sikap nasionalisme terlambat diimplementasikan kepada bangsa Indonesia, bangsa Indonesia telah kehilangan generasi muda yang rendah akan sikap nasionalisme. Maka untuk menanggulangi masalah tersebut dan untuk menambah rasa nasionalisme bangsa Indonesia adalah dengan dilatih tentang sikap-sikap yang baik sesuai dengan nilai-nilai dari Pancasila, tidak mengajarkan hal-hal yang melanggar nilai-nilai Pancasila, menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini, melestarikan budaya Bangsa Indonesia, dan memberi penyuluhankepada seluruh bangsa Indonesia akan pentingnya nasionalisme terhadap masa depan bangsa Indonesia.

 Rumusan masalah :

1. Apa yang dimaksud Nasionalisme? 

2. Bagaimana proses terjadinya Nasionalisme? 

3. Apa urgensi Nasionalisme untuk Indonesia? 

Tujuan :

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Nasionalisme. 

2. Untuk mengetahui proses terjadinya Nasionalisme. 

3. Untuk mengetahui urgensi Nasionalisme untuk Indonesia. 

Daftar Pustaka

Kusumawardani, A., & Faturochman, M. A. (2004). Nasionalisme. Buletin Psikologi, 12(2).

Susanti, I. D. (2019). MEMUDARNYA NASIONALISME DI KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA. SKRIPSI Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan-Fakultas Ilmu Sosial UM.

Lestari, E. Y. (2019). Menumbuhkan kesadaran nasionalisme generasi muda di era globalisasi melalui penerapan nilai-nilai Pancasila. ADIL Indonesia Journal, 1(1).

TANTANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA REVOLUSI 4.0

27 March 2021 14:46:27 Dibaca : 3812

  A. Pendahuluan

    Saat ini, negara sedang berkoar-koar tentang pembentukan karakter dan penerapan rasa nasionalisme yang lebih nyata di setiap lini kehidupan masyarakat, khususnya di bidang pendidikan. Lebih utama lagi dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan (Simamora, 2014). Tantangan mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di era milenial saat ini butuh usaha keras. Justru tantangan tersebut bukan datang dari materi atau kurikulum pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Melainkan dari kualitas sumber daya manusia yang kompeten, yaitu guru.Selanjutnya, Pendidikan Kewarganegaraan di lingkup sekolah juga mengembangkan misi sebagai pendidikan bela negara, pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan hidup, pendidikan hukum, dan pendidikan anti korupsi. Nah, dari berbagai misi tersebut timbul pertanyaan bagaimanakah pengajar masa kini, terutama guru Pendidikan Kewarganegaraan, bersinergi dan beradaptasi seiring perkembangan globalisasi dan perkembangan teknologi?Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan, bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat diantaranya pendidikan kewarganegaraan. Hal ini berarti pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembentukan rasa nasionalisme dan pembentukan karakter (character building) bagi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Indonesia sebagai negara kesatuan yang memiliki kultur dan kepribadian yang terikat oleh Bhineka Tunggal Ika harus dapat mempersiapkan diri untuk mencegah setiap ancaman dan gangguan yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa diantaranya melalui pendidikan kewarganegaraan khususnya di perguruan tinggi.

   Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis bagi pembentukan karakter bangsa di tengah heterogenitas masyarakat Indonesia. Realitas pluralitas dan heteroginitas tersebut tergambar dalam prinsip Bhineka Tunggal Ika (Desmon, 2018). Untuk terlaksananya pendidikan kewarganegaraan yang baik tentunya diperlukan dosen yang memiliki kompetensi serta dalam proses pembelajaran antara lain kesiapan dalam mengajar, komunikasi, dan kepribadiaan dosen yang bersangkutan terutama dalam perkembangan teknologi di zaman revolusi industri 4.0.Atas hal tersebut artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan pendidikan kewarganegaraan pada era revolusi 4.0 dan bagaimana tantangan kedepan terkait pendidikan kewarganegaraan pada era revolusi 4.0 di Indonesia pada hari ini.

 

(5 Hal penting yang menjadi isi dari pendahuluan/latar belakang). 

1. Pembentukan karakter dan penerpan rasa nasionalisme

2. Tantangan mengajar pendidikan kewarganegaraan

3.  Pendidikan kewarganegaraan dilingkungan sekolah

4. Mengembangkan misi pendidikan sebagai bela negara

5. Kesatuan bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan. 

TANTANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA REVOLUSI 4.0

16 March 2021 18:20:57 Dibaca : 281

           Kewarganegaraan di era milenial saat ini butuh usaha keras. Justru tantangan tersebut bukan datang dari materi atau kurikulum pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Melainkan dari kualitas sumber daya manusia yang kompeten, yaitu guru.

          Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis bagi pembentukan karakter bangsa di tengah heterogenitas masyarakat Indonesia. Realitas pluralitas dan heteroginitas tersebut tergambar dalam prinsip Bhineka Tunggal Ika (Desmon, 2018). Untuk terlaksananya pendidikan kewarganegaraan yang baik tentunya diperlukan dosen yang memiliki kompetensi serta dalam proses pembelajaran antara lain kesiapan dalam mengajar, komunikasi, dan kepribadiaan dosen yang bersangkutan terutama dalam perkembangan teknologi di zaman revolusi industri.

          Ada tiga komponen utama Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition). Di era milenial ini, ketiga komponen tersebut akan lebih mudah dicerna dan diresapi anak didik dengan contoh nyata dan realis (Laurensius Arliman S, 2018). Tidak sekedar ceramah yang membosankan dan bikin kantuk. Logikanya, anak didik milenial yang memiliki lebih banyak pengetahuan dan sikap kewarganegaraan (Martaria Rizky Rinaldi, 2020) akan menjadi warga negara yang percaya diri (civic competence). Kemudian warga negara yang memiliki pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara milenial yang mampu (civic competence). Selanjutnya, warga negara milenial yang memiliki sikap dan keterampilan akan menjadi warga negara milenial yang komitmen (civic commitment).

Nama : Muhamad Fachrul Alfajri PohontuNim : 151420062Kelas : 1BTugas : Pentingnya Pendidikan Pancasila untuk dapat diterapkan di Perguruan Tinggi

Pancasila merupakan ajaran, gagasan dan keyakinan sebagai acuhan tingkah laku masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan,baik di bidang politik, ekonomi, hukum, pertahanan keamanan (Hankam), Sosial, Kebudayaan, keagamaan, maupun Pendidikan, sehingga dalam setiap tindakannya, selalu mengacu kepada Pancasila sebagai dasarnya. Tapi tidak bisa kita pungkiri, bahwa pemuda sebagai generasi penerus bangsa sekarang kurang begitu memahami akan makna serta meresapi nilai-nilai yang terkandungdalam ideologi kita.Pendidikan Pancasila mempunyai kedudukan yang sangat penting, khususnya dalam pembentukan kepribadian manusia Indonesia, yaitu kepribadian yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Sasaran terakhir dari Pedidikan Pancasila adalah dipahami, dihayati dan diamalkan Pancasila oleh setiap mahasiswa di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena Pendidikan Pancasila ternyata diberikan pada setiap tingkat dan jenjang pendidikan formal, diharapkan nilai-nilai Pancasila dapat dicerna dan diterima mahasiswa menurut tingkat pengalaman dan perkembangan penalarannya. Dalam setiap jenjang perkembangannya, diharap mahasiswa mampu menemukan relevansi nilai-nilai Pancasila bagi kehidupannya, sehingga mampu mentransformasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari.Tingkat perguruan tinggi, mahasiswa perlu dituntut untuk dapat bertindak secara bertanggungjawab. Mereka tidak hanya bertindak atas dasar peraturan perundangan yang ada, melainkan menyadari bahwa tindakan yang dipilihnya memang merupakan tindakan yang bernilai. Berkaitan dengan pengamalan Pancasila, mereka bertindak sesuai dengan Pancasila bukan hanya karena ditunjukkan bahwa Pancasila itu baik, melainkanmereka diharap telah mencerna dengan akalnya serta berkeyakinan bahwa Pancasila sungguhbernilai bagi dirinya serta seharusnya layak diamalkan. Mereka diharap dapat memahami dan menghayati bahwa Pancasila sungguh-sungguh bernilai, dan akhirnya mendorong dirinya untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari Kampus juga harus memerlukan tatanan pembangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum dan antar umat beragama.

Sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama.a. Implementasi Sila I: Ketuhanan yang Maha Esa1) Jadwal kuliah sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jadwal untuk beribadah.2) Mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti ospek/pengenalan kampus.3) UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) kerohanian, misalnya UKM mahasiswa Budha, Kristen, Katolik, Protestan, Islam dan Hindhu.b. Implementasi Sila II: Kemanusiaan yang adil dan beradab1) Mahasiswa dalam kampus berasal dari berbagai macam latar belakang:a) Budayab) Agamac) Ras dan Suku Bangsa2) Tidak ada pembedaan perlakuan/diskriminasi dalam kampus.3) Semua mahasiswa diperlakukan secara adil dan sama.c. Implementasi Sila III: Persatuan Indonesia1) Melalui organisasi kemahasiswaan membentuk suatu jaringan perkumpulan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.2) Hal tersebut merupakan salah satu bukti ada sikap dan upaya untuk memjalin rasakebersamaan diantara para mahasiswa sebagai bagian dari pemuda Indonesia.d. Implementasi Sila IV: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijakanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Penerapan suatu kebiasaan untuk melakukan musyawarah dan diskusi bersama terkait dengan berbagai hal merupakan cerminan yang tepat dalam implementasi sila ke-4:1) Rapat UKM2) Diskusi dalam kelas3) Musyawarah penunjukkan ketua BEM4) Pemilihan ketua Senat Mahasiswa, dan lain-lain.e. Implementasi Sila V: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Penerapan persamaan dan saling menghargai karya orang lain:1) Mahasiswa yang telah memenuhi syarat berhak untuk mengikuti ujian akhir semester.

Mahasiswa UNG Berprestasi

18 September 2020 14:33:58 Dibaca : 26

GORONTALO - Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo kembali berhasil mengukir prestasi yang sangat membanggakan dibidang olahraga. Tidak tanggung-tanggung, prestasi yang ditorehkan kali ini merupakan prestasi berskala internasional yakni kejuaraan Kings Cup Asian Sepak Takraw ke 31 tahun 2016 di Thailand.

Pada kompetisi yang dilaksanakan sejak 17 hingga 23 Oktober tersebut, mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) UNG yakni Abdul Halim Radjiu, Herson Muhammad dan Resky Djaina yang tampil memperkuat Timnas Sepak Takraw Indonesia, mampu menyumbangkan 2 medali sekaligus yakni medali Perak pada nomor quadran dan medali perunggu untuk nomor regu.

Pelatih Tim Sepak Takraw UNG Dr. Asry Syam, S.Pd., M.Pd, menuturkan, Kompetisi ini mempertemukan tim terbaik dari beberapa negara Asian, Timnas Takraw Indonesia yang digawangi beberapa mahasiswa UNG mampu unjuk Gigi dengan meraih prestasi. Bahkan pada nomor regu kata Asry, Timnas Sepak Takraw mampu menumbangkan Tim Korea yang notabene merupakan favorit dengan pernah beberapa kali menjuarai kompetisi tingkat Asia.

"Alhamdulillah berkat upaya serta kegigihan punggawa Timnas, kompetisi kali ini mampu menyumbangkan 2 medali. Pencapaian ini semakin membanggakan karena Timnas mampu menumbangkan beberapa Tim favorit juara," ujar Asry. 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong