TUGAS PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI : Resume Bab 6 ( Komunikasi Verbal ) dan Bab 7 ( Komunikasi Nonverbal)

30 January 2014 14:30:55 Dibaca : 444

Tugas

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Resume Bab 6 ( Komunikasi Verbal ) dan Bab 7 ( Komunikasi Nonverbal)

Oleh :

Nama : Rahmat A. Kaharu

Nim : 291 413 001

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014

BAB 6

KOMUNIKASI VERBAL

Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat symbol, dengan aturan mengkombinasikan symbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresantikan berbagai aspek realitas individual kita.

ASAL-USUL BAHASA

Hingga saat ini belum ada suatu teori pun yang diterima luasa mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi. Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi perilaku social. Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat di berbagai lokasi dalam system milik manusia yang memungkinkannya membuat berbagai suara kontras yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan.

Menjelang 500 sebelum masehi, bangsa Yunani telah menggunakan alfabet secara luas. Akhirnya alphabet Yunani it uterus ke Roma tempat sistem tulisan disempurnakan lagi. System tulisan dan bahasa lisan it uterus berkembang hingga kini. Kita pun masuk pada era cetak pada abad ke-15, yang beberapa abad kemudian disusul oleh era radio, televise, dan era Komputer.

FUNGSI BAHaSA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untu menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi : penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau petunjuk merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan serta kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain.

KETERBATASAN BAHASA

Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainnya. Keterbatasan jumlah kategori untuk menamai objek sebenarnya berfungsi untuk mengendalikan lingkungan kita, dan memudahkan kita berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan mereka.

Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpertasi orang-orang, yang menganut latar belakang social budaya yang berbeda-beda. Meskipun terdapat pengetahuan komprenhensif menegnai suatu subjek, aka nada selalu hal lan atau hal baru untuk dipertimbangkan.

Kata kebudayawan sangat ambigu, bisa diartikan cendekiawan (yang juga masih ambigu) atau seniman. Kata – kata paling ambigu tentu saja adalah konsep – konsep abstrak seperti kebebasan atau keadilan karena sulit didefinisikan, sehingga sering menimbulkan kontroversi.

Kata – kata mengandung bia budaya

Bahasa terikat oleh konteks budaya. Dengan ungkapan lain, bahasa dapat dipandang sebagai perluasan budaya. Menurut Hipotesis Sapir Worf, sering juga disebut Teori Relativitas Linguistik, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitisa pikiran, penglaman batin, dan kebutuhan pemakainya.

Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian

Dalam bahasa kita sering mencampuradukan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Dalam kehidupan sehari – hari kita sering mencampuradukan fakta dan dugaan. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan kemungkinan.

KERUMITAN MAKNA KATA

Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai symbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata – kata, namun kata – kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Kata – kata dengan sendirinya tidak bermakna apa – apa, kecuali bila kita sendiri yang memaknainya. Kata – kata boleh jadi berevolusi, dengan makna yang juga terus berubah. Sebagian kata menghilang, sejumlah kata baru muncul.

Kata – kata untuk merujuk pada objek, tindakan, atau peristiwa, ternyata tidak dapat dimaknai secara sederhana, seperti dalam beberapa ilustrasi.

Bahasa daerah vs bahasa daerah

Dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata Awak untuk orang Minang berarti “saya” atau “kita”, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia misalnya berarti “kamu”. Bayangkan, apa jadinya bila orang Minang dan orang Palembang sama – sama menggunakan kata awak.

Bahasa Daerah vs Bahasa Indonesia

Sejumlah kata dari bahasa Daerah juga digunakan dalam bahasa Indonesia (atau bahasa Indonesia dalam dialek Betawi), atau sebaliknya, atau kata – kata sebaliknya, kata – kata Indonesia terdengar seperti diselipkan dalam bahasa daerah, namun artinya sangat jauh berbeda. Misalnya kata kodok dalam bahasa sunda berarti “ambillah” atau “railah”.

Bahasa Indonesia vs Bahasa Malaysia

Suatu bangsa atau suku biasanya menganggap bahasanya sendiri sebagai yang terbaik, dan menganggap bahasa yang digunakan bangsa atau suku lain sebagai “tidak alamiah,” baik cara bicara ataupun kata – kata yang mereka ucapkan.

Bahasa Daerah/Bahasa Indonesia vs Bahasa Asing lainnya

Terkadang kita menemukanjuga kata –kata dalam bahasa daerah atau bahasa Indonesia yang sama atau mirip dengan kata – kata dalam bahasa asing, tetapi dengan makna yang berbeda.

NAMA SEBAGAI SIMBOL

Nama diri-sendiri adalah symbol pertama dan utama bagi seseorang. Nama dapat melambangkan status, cita-rasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan kesan) atau sebagai nama hoki. Nama pribadi adalah unsure penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut – atribut lainnya. Nama yang kita terima sejak lahir tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita, dan terpenting, mempengaruhi kita dalam mempersepsi diri sendiri. Misalnya julukan “murahan” tehadap seorang wanita mempengaruhi bagaimana orang itu diperlakukan olehlawan sejenisnya. Pendek namanya, nama dapat mempengaruhi hidup anda.terdapat bukti bahwa nama – nama memberi kesan lebih baik daripada nama – nama kurang lazim.

BAHASA GAUL

Sejumlah kata atau istilah punya arti khusus, unik, menyimpang, atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang – orang dari subkultur tertentu. Bahkan subkultur ini disebut bahasa khusus (special language), bahasa gaul atau argot.

Penciptaan bahasa khusus ini memiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunanya. Pertama, sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan dir, terutama bagi kelompok yang hidup dilingkungan yang memusuhi mereka. Kedua, argot berfungsi sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan, tanpa diketahui kelompok dominan dan dihukum oleh mereka. Ketiga, argot berfungsi sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok.

Bahasa kaum selebritis

Kalangan selebritis kita pun memiliki bahasa gaul. Perhatikanlah kata – kata yang digunakan oleh kelompok itu.

Baronang =baruCinewinek =cewekPinergini =pergiNinon tinon =nonton

Dalam kata – kata itu sering ada sisipan in. Ada sejenis rumus yang digunakan. Namun rumus itu sudah kadaluarsa, sudah terlalu umum, maka mereka menciptakan bahasa baru lagi.

Bahasa gay dan bahasa waria

Dinegara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay (homoseksual) dan juga bahas gaul kaum waria atau banci. Misalnya binaginus (bagus).

Bahasa kaum waria

Berikut adalah sebagian dari bahas gaul yang dianut oleh sebuah komunitas banci (waria) dipekanbaru. Misalnya akika/ike (aku), bis kota (besar), dan cakra (ganteng).

BAHASA WANITA VS BAHASA PRIA

Wanita lebih cenderung memulai giliran berbicara secara langsung mengakui andil pembicara sebelumnya. Pria cenderung tidak mengakui apa yang dikatakan sebelumnya, melainkan menyatakan pendapatnya. Kerna perbedaan gaya ini, wanita mungkin merasa bahwa komentar mereka diabaikan sementara pria merasa bahwa mengubah topik secara implicit menyatakan persetujuan.

RAGAM BAHASA INGGRIS

Bahasa inggris yang lebih universal pun ternyata tidak konsiten dalam ejaannya, pengucapannya, pilihan kata dan juga maknanya. Bahasa Inggris telah berkembang menjadi beberapa ragam, antara lain : Inggris-Inggris (British English), Inggris-Amerika, Inggris-Australia dan lain – lain.

PENGALIHAN BAHASA

Komunikasi dalam bahasa yang sama dapat menimbulkan salah pengertian, apalagi kita tidak menguasai bahasa lawan bicara kita. Untuk melakukan komunikasi yang efektif, kita harus menguasai bahasa mitra komunikasi kita.

Seperti dikatakan Tubbs dan Moss, penggunaan bahasa asing yang minim, pada tingkat pribadi, dapat menimbulkan kesulitan – kesulitan yang segera.

KOMUNIKASI KONTEKS-TINGGI VS KOMUNIKASI KONTEKS-RENDAH

Budaya konteks-rendah ditandai dengan komunikasi konteks-rendah : pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas dan berterus terang. Sebaliknya, budaya konteks-tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-tinggi : kebanyakan pesan bersifat implicit, tidak langsung, dan tidak terus terang.

BAB 7

KOMUNIKASI NONVERBAL

Secara sederhana bahasa nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.

FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal.Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal.Perilaku nonverbal bisa menggantikan verbal.Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku perbal.

KLASIFIKASI PESAN NONVERBAL

Secara keseluruhan, seperti yang dikemukakan oleh para pakar, kita dapat menciptakan sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah, demikian banyak sehingga upaya untuk mengumpulkannya akan menimbulkan frustasi.

Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard F. Porter membagi pesan-pesan menjadi dua kategori besar, yakni pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan perabahasa ; kedua, ruang, waktu, dan diam.

BAHASA TUBUH

Bidang yang menelaah bahsa tubuh adalah kinesika, suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahsa nonverbal, RAY L. Birdwhistell. Setiap anggota sebagai isyarat simbolik, contoh : Isyarat Tangan, Gerakan Kepala, Postur Tubuh dan Posisi Kaki, Ekspresi Wajah dan Tatapan mata.

SENTUHAN

Judee Burgon menyimpulkan bahwa sentuhan adalah perilaku nonverbal yang paling provokatif, tetapi paling sedikit dipahami.

PARABAHASA

Parabahsa atau vokalika, merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada tinggi/rendah, intesitas volume suara, intonasi, dan lain sebagainya.

PENAMPILAN FISIK

Busana

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan, nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan semua itu mempengaruhi kita berdandan.

Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot, dan lipstik, jelas dapat menkomunikasikan sesuatu.

BAU – BAUAN

Bau – bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodorant, eau de toilette, eau de cologne, dan parfum) telah beradab – adab digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan.

Konon menurut para ahli, setiap orang memiliki bau tubuh yang khas, berkat zat khas yang keluar dari tubuhnya, meskipun ia tidak memakai minyak wangi apapun.

ORIENTASI RUANG DAN JAEAK PRIBADI

Setiap budaya punya cara khas mengkonseptualisasikan ruang, baik didalam rumah, di luar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah proxemich (proksemika) sebagai bidang studi yang menelaah presepsi manusia atas ruang (pribadi dan social), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi.

Ruang Pribadi vs Ruang Publik

Ruang pribadi kita identik dengan “wilayah tubuh” (body territory), satu dari empat kategori wilayah yang digunakan manusia berdasarkan prespektif Lyman dan Scott. Ketiga wilayah lainnya adalah : wilayah publik (public territory), yakni tempat yang secara bebas dimasuki dan tinggalkan orang, dengan sedikit kekecualian (hanya boleh dimasuki oleh kalangan tertentu atau syarat tertentu.

Posisi Duduk dan Pengaturan Ruangan

Secara umum dapat dikatakan, semakin formal penataan ruangan, semakin formal pulalah komunikasi yang dikehendaki. Penataan ruang ini, baik ruang tertutup atau ruang terbuka, boleh jadi berkaitan dengan kepribadian, kebiasaan atau dilandasi oleh kepercayaan atau ideology tertentu. Penataan ruang atau gedung mempengaruhi cara berkomunikasi.

KONSEP WAKTU

Waktu menentukan hubungan antar manusia. Pola hidup manusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia.

Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua : waktu monokronik (M) dan waktu polikronik. Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi. Penganut waktu M cenderung lebih menghargai waktu, tepat waktu, dan membagi- bagi serta menepati jadwal waktu secara ketat, menggunakan satu segmen waktu untuk mencapai suatu tujuan.

DIAM

Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga dapat diberi makna. John Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu untuk di lihat, sesuatu untuk didengar. Sebenarnya, bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita tidak dapat melakukannya.

Dalam beberapa budaya, diam itu kurang disukai daripada berbicara. Dalam banyak situasi social kita menghargai pembicaraan, seberapa kosong pun pembicaraan itu. Tujuannya adalah untuk melepaskan ketegangan dan mengatasi keterasingan.

WARNA

Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afilisiasi, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita. Dua warna bertolak belakang yang paling banyak dikupas dalam berbagai wacana, dari wacana keagamaan hingga fiksi, adalah hitam dan putih. Warna putih sering bermakna positif, seperti suci, murni, atau bersih. Sedangkan warna hitam sering berkonotasi negatif seperti jahat, licik, buruk, atau kotor.

ARTEFAK

Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan yang telah kita bahas sebelumnya. Salah satu benda yang sangat simbolik di kalangan anak muda adalah sapu tangan.

Tanpa memperhatikan sungguh – sungguh bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal tersebut, kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong