ARSIP BULANAN : April 2014

Tugas : Etika dan Filsafat Komunikasi

RESENSI BUKU

“FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI”

(BAB 4-9 / Hal. 75-198)

Nama : Rahmat A. Kaharu

Nim : 291413009

Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Negeri Gorotalo

Fakultas Ilmu sosial

“FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI”

Penulis : Elvinaro Ardianto & Bambang Q. Anees

Desainer Sampul : Djoko Kartiko

Layout : Pratama Setya Ilham

Diterbitkan Oleh

Simbiosa Rekatama Media

J.l Srikandi Raya No. 13 Bandung 40254

Telp.(022) 5204120-(022)70142959

Faks, (022) 5204120

J.l Ibu Inggit Garnasin No. 31 Bandung 40252

Telp. (022) 5208370-(022) 70142959

Faks. (022) 5208370

E-mail : sinarmedia@yahoo.com

Website : www.simbiosa-online.com

Cetakan pertama : Januari 2007

PENDAHULUAN

Filsafat komunikasi sangat penting kita dipahami, terutama dosen dan mahasiswa, terutama untuk kepentingan penelitian. Dalam buku ini mencoba menjelaskan apa yang mendasari konseptualisasi dan rekonseptualisasi suatu teori atau model. Namun dalam penulisan ini penulis telah menguraikan buku “Filsafat Komunikasi” dalam bentuk resensi. Yang dimuat dalam tulisan ini yaitu Perspektif Teori-Teori Komunikasi, Perspektif Positivisme, Perspektif Positivisme : Kritik Terhadap Positivisme, Perspektif Interpretif, Perspektif Konstruktivisme, Perspektif Teori Kritis.

Resensi ini mengulas secara singkat materi-materi yang disebutkan diatas, hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami filsafat komunikasi.

BAB 4

PRESPEKTIF TEORI – TEORI KOMUNIKASI

A. Apa itu Prespektif

Pemahaman atas komunikasi manusia, merupakan masalah prespektif yang dipakai untuk memahaminya (Fisher, 1990 : 86) prespektif adalah sudut padang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan menetukan pengetahuan yang kita peroleh.

B. Prespektif – prespektif Ilmu KomunikasiRealisme

Realisme beranggapan bahwa benda – benda atau objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri disana secara benar, tanpa campur tangan ide dari pengamat. Paham ini mengarahkan cara pandang yang menafikan peran subjek pengamat dalam penelitian. Konsekuensinya, nilai, kepercayaan, emosi, dan apapun yang dimiliki oleh diri subjek pengamat dilarang untuk terlibat ketika mengamati sesuatu. Dengan cara ini penelitian bisa menghasilkan pengetahuan yang objektif (kebenaran sebagaimana adanya).

Nominalis

Nomalis menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas. “ jadi bagi seorang nominalis, tidak ada dunia “diluar sana” – hanya nama, label entitas yang dibuat oleh individu. Individu menjadi penentu ada atau tidaknya kenyataan.

Konstruksionis

Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksikita akan suatu objek. Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.

BAB 5

PRESPEKTIF POSITIFISME

APA itu komunikasi? Paradigma positivisme mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses Linier atau proses sebab akibat,yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator, endcoder) untuk mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan / decoder) yang pasif (Mulyana, 2000:58).

A. Sejarah Positivisme

Positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760 – 1825) dan muridnya Auguste Comte (1798 – 1857). Henry merupakan penggagas utama, sedang Comte adalah penerus dan pengembang gagasan ini. August Comte membangun suatu studi ilmiah terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu – ilmu lain.

Gagasan dasar Comte dapat dikenali dari pemikirannya mengenai tiga tahap perkembangan sejarah manusia, yaitu teologis, metafisis, dan positivis. Pertama, tahap teologis. Manusia memahami gejala – gejala alam sebagai hasil campur tanganlangsung kekuatan Ilahi. Tahap ini dimulai dari animisme yang menganggap benda – benda berjiwa dan diperlakukan suci, kemudian berkembang menjadi politeisme dan monoteisme. Kedua, tahap metafisik. Pada tahap ini gejala alam diyakini berjalan berdasar prinsip – prinsip metafisik. Prinsip – prinsip ini dihasilkan melalui pemikiran spekulatif. Tahap ini disebut Comte sebagai tahap remaja. Ketiga, tahap positis ilmiah yaitu cara memahami kehidupan dan semesta dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada tahun 1920-an kemudian berkembang satu lagi paham positivisme di Austria, yaitu positivism logis atau lingkaran Wina (der Wiener Kries). Tokoh – tokoh positivisme logis adalah Rudolp Carnapp, Alfred ayer, CL Stevenson, Gibert Ryle, Susan Stebbing, John Wisdom, Bertrand Russel, dan Wittgenstein.

Positivisme logis adalah aliran positivisme yang lebih memfokuskan diri pada logika dan bahasa ilmiah. Salah satu prinsip yang diyakini kaum positivisme logis adalah prinsip isomorfi yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia nyata. Bahasa adalah gambar dari kenyataan, lalu karena bahasa sehari – hari tidak bisa menggambarkan kenyataan secara benar dikembangkannlah bahasa logis dengan kecermatan matematis yang akurat.

B. Gagasan Postivisme

Positif berarti “ apa yang berdasarkan fakta objektif “. Secara tegas, yang “positif” berarti yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna, serta yang mengklaim memiliki kesahihan. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal (Chirnrique) yang meragukan (indecision), yang kabur (vaque), yang sia – sia (oiseux), dan yang mengklaim memiliki kesahihan relative. Perbedaan ini harus dibacadalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benardan yang lainnya adalah salah.

Posivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsi – asumsi dasar : (1) Ontology : Realisme, (2) Epistomologi : Dualisme, (3) Metologi : Eksperimental. Doktrin pertama positivisme adalah kesatuan ilmu. Doktrin ini menyatakan bahwa keabsahan ilmu harus disandarkan pada kesatuan meode dan bahasa. Setelah pengenalan prinsip positivisme, berikut ini akan dikemukakan beberapa cirri positivisme (Gahral Adian, 2002 :68), yaitu bebas nilai, fenomenalisme, nominalisme, reduksionisme, dan mekanisme.

C. Positivisme Logis

Patut ditegaskan bahwa positivisme Comte menyakini bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya dimungkinkan melalui pengalaman indrawi. Kita tahu tentang langit, karena indra kita mengalami langit itu sebagaimana adanya. Prinsip in diubah oleh kaum positivisme logis, bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya dimungkinkan melalui bahasa.

Positivisme logis memiliki pengaruh yang cukup penting pada perkembangan ilmu komunikasi. Menurut Bertens (1983 :133), ada tiga tahap perkembangan positivisme : 1900-1930, 1930-1945, dan 1945. Positivisme logis awal dapay dirunut pada pemikiran George Moore, Bertrand Russel, dan Ludwig Wittgeinstein I. George Moore memulai pemikirannya dengan menyerang pendirian kaum indealisme yang mencari kebenaran melalui refleksi terhadap ide – ide dalam diri.

BAB 6

PERSPEKTIF POST POSITISME : KRITIK TERHADAP POSITIVISME

A. Post-Positivisme

Pada tahun 1970/1980 muncullah gugatan-gutan mengenai kebenaran positivisme, pemikirannya dinamai post-positivisme. post-positivisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran positivisme. Asumsi dasar post-positivisme yaitu, pertama fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Kedua falibilitas teori. Tidak satu teoripun yang dapat sepenunya dijelaskan dengan bukti-bukti empiris. Ketiga fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai. Keempat interaksi antara subjek dan objek penelitian.

Karl R Popper salah satu tokoh pemikir tesebut, karena Popper mengkritik objektivisme yang dianut Comte, namun pada pemikiranya yang lain ia masi mengikuti prinsip-prinsip positivisme.

B. Post-PositivismeOntologi Post-Positivisme

Secara ontologis, Post-Positivisme bersifat critical realism yaitu memandang bahwa realitas memang ada pada kenyataan sesuai dengan hukum alam, akan tetapi suatu hal yang mustahil bila peneliti dapat melihat realitastersebut secara benar/ apa adanya, seperti apa yang diyakini positivisme.

Epistomologi dan Aksiologi

Sebagaimana mereka menjalankan asumsi – asumsi ontologism realisme kritis, kebanyakan kalangan sarjana komunikasi post-positivis mengaju pada prinsip – prinsip epistomologis dan aksiologis yang diistilahkan oleh Guba (1990)objektivisme yang dimodifikasi. Kalangan teoritisi post-positivis secara umum mengaju pada asumsi objektivisme positivisme. Ada dua asumsi objektivisme. Pertama, pencarian atas pengetahuan dilakukan dengan bersandar pada penjelasan kausal dan bergantung pada keteraturan yang ditemukan dalam dunia fisik dan sosial. Kedua, adanya pemisahan antara obyek yang diamati dengan subjek yang mengamati.

C. Struktur dan Fungsi Teori dalam Perspektif Post-PositivismeStruktur Teori Perspektif Post-Positivisme

Struktur teori dalam tradisi post-positivisme mensyaratkan bahwa teori – teori yang ada mesti menyediakan penjelasan abstrak fenomena empiris dalam bentuk konsep – konsep spesifik ataupun definisi – definisi, relasi – relasi spesifik (yang sering kali bersifat kausal) antara konsep – konsep tersebut, serta hubungan eksplisit antara konsep – konsep abstrak dan observasi empiric suatu fenomena. Struktur seperti ini menekankan pendekatan deduktif dalam teori dimana abstraksi tentang dunia diolah untuk kemudian diuji melalui observasi dalam dunia sosial.

Fungsi teori prespektif post-positivisme

Fungsi teori dalam kebanyakan pemikiran kalangan post-positivisme adalah untuk menentukan beberapa keteaturan atas pengalaman yang tak teratur. (Dubin, 1978). Pada level yang lebih spesifik, ada tiga fungsi taori yang paling sering diyakini kaum post-positivis, yakni ; fungsi – fungsi yang saling terkait antara penjelasan ( explanation), prediksi (prediction), dan kontrol (control).

kriteria evaluasi dan perbandinga teori

Ada beberapa cara umum untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori, termasuk tingkatkesuksesan sebuah teori dalam memecahkan persoalan empiris, konseptual dan praktis; atau untuk mengontrol sejauh mana solusi sebuah teori lebih memadai daripada solusi teori yang lainnya, dan sejauh mana teori tersebut dapat memajukan sebuah cara dalam memecahkan masalah baru. Thomas Khun, (dalam Miller. 2002:43-44) mengusulkan suatu set criteria evaluasi dan perbandingan teori :

Sebuah teori harus akuratSebuah teori harus konsistenSebuah teori harus punya ruang lingkup yang lausSebuah teori harus sederhanaSebuah teori harus menghasilkan (be fruitful)

Proses perkembangan teori

Faktor utama dalam pengembangan teori dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam tradisi post-positivisme adalah keterusterangan. Kalangan post-positivisme mengembangkan teori dan mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian teori secara empirik.

BAB 7

PERSPEKTIF INTERPRETIF

A. Sejarah Perspektif Interpretif

Pemetaan akar sejarah dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan, khususnya posisi filosofis Rene Descrates ( 1596-1650). Pada 1644, Descrates mempublikasikan buku The Principles Of Fhilosopy. Ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat disandarkan pada observasi terhadap benda dan gerak ( Descrates 1963).

Pada pertengahan abad 18, sudah timbul beberapa keberatan terhadap objektivas, rasionalitas dan pondasi penegetahuan yang mendasari observasi eksternal. Yang paling berpengaruh pada periode ini adalah Immanuel Kant (1724-1803). Ia berpendapat bahwa manusia memiliki pengetahuan yang apriori yang bersifat independen dari dunia luar. Dan hal ini berlawanan dengan prisip-prinsip Cartesian, Idialisme Jerman yang berpendapat bahwa kondisi manusia mesti dimulai dengan pertimbangan akan semangat subjektif dan intuisi yang menuntutnya.

B. Pandangan Dasar Perspektif InterpretifPenomenologi

Dunia kehidupan adalah unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsur-unsur dunia sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita menerikan atau mereflesikannya secara filosofis. Penomenologi transendental dan penomenologi sosial menegaskan pentingnya kehidupan sehari-hari sebagai sebuah objek studi.

Hermeuneutika

Kontribusi pemikiran hermenueutika untuk teori kontemporer dalam komunikasi dapat diringkas dalam beberapa gagasan sentral.

Pertama, hermenueutika menegaskan pentingnya sebuah pemahaman sebagai sebuah oposisi dari penjelasan, prediksi dan control, sebagai tujuan dan analisis sosial. Kedua, hermenueutika menekankan konsep sentral teks dan berusaha meyakinkan bahwa berbagai perilaku dan objek yang terbentuk dalam kehidupan sosial dapat dimaknai sebagai sebuah teks. Ketiga, hermenueutika menunjukkan para ilmuan pada pentingnya teks-teks dalam dunia sosial dan pada metode analisis yang menekankan keterhubungan pengaruh antara teks, pengarang, konteks dan kalangan teorisi.

Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa orang-orang merespons makna yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrument penting dalam produksi budaya, masyarakat, dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi mereka (miller.2002:51).

C. Teori Interpretif dalam Komunikasi

Prinsip-prinsip dasar teori ini adalah pengalaman subjektif, kreasi intersubjektif dalam makna pemahaman, pemahaman sebagai tujuan akhir dari riset sosial dan ketidakterpisahan anatara “yang tahu” dan “yang diketahui”.

Ontology Teori Interpretif

Pandangan ontologis dari kebanyakan teoretisis interpretif dalam ilmu komunikasi menganggap “realitas sosial hadir dalam beragam bentuk kontruksi mental, berdasar pada situasi sosial dan pengalamannya, bersifat local dan spesifik, kemudian bentuk dan formatnya bergantung pada orang yang menjalaninya.(Guba, 1990a:27).

Epistemologi Teori Interpretif

Dasar epistemologis dari riset interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas (ontology kalangan nominalis dan konstruksionis sosial) dan pada kekurangan yang dirasa pada metode riset yang sudah mendominasi riset sosial pada abad ke-20.

Teoretisi interpretif menolak pendapat post-positivisme ini, dengan alas an bahwa sifat dasar observasi membuat investigasi yang objektif tidak akan mungkin. Hasilnya teoretisi interpretif mengajukan epistemology yang subjektif.

Aksiologi Teori Interpretif

Dalam pembahasan kita tentang fenomenologi, kita telah mempertimbangkan konsep bracketing suatu gagasan bahwa seorang peneliti sosial mesti mengesampingkan prasangka dari nilai – nilai ketika meneliti sebuah kehidupan sosial (epoche). Konsep ini menyatakan bahwa para pakar interpretif harus mencoba memperkecil pengaruh nilai – nilai dalam proses penelitian. Pendekatan mengenai peran nilai dalam pengembangan teori ini bahwa nilai – nilai ini harus ditangguhkan dahulu demi kajian yang lebih objektif, tidak dipakai oleh kebanyakan teoretisi intrpretif konteporer.

D. Struktur dan Fungsi Teori InterpretifTeori interpretif umum ( General interpretive theories )

Inti dari ontology interpretif adalah kepercayaan bahwa kita mengontruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif ( yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbale balik ).

Ground Theory

Penafsiran ilmiah menolak keunggulan dari struktur sosal yang terdahulu dan percaya bahwa makna yang sebenarnya muncul dari interaksi.

kriteria Untuk Evaluasi

Pendekatan pada teori ini sangat memperhatikan proses atau cara-cara penelitian dan perkembangannya.

E. Komunikasi dalam Perspektif InterpretifEtnografi Komunikasi

Garry Philipsen berpendapat bahwa ada empat asumsi komunikasi etnografi. Pertama, parstisipan dalam sebuah komunikasi, budaya local menciptakan pengertian bersama dengan yang dipahaminya. Kedua, para komunikator dalam kelompok budaya haru berada dalam suatu sitem komunikasi. Ketiga, penegertian dan tindakan sifatnya khusus bagi masing-masing kelompok budaya. Keempat, setiap kelompok dianggap memiliki cara-cara sendiri untuk memahami kode dan tindakan tertentu.

Dramatisme dan Narasi

Teori ini memusatkan diri pada peristiwa penggunaan symbol komunikasi. Dramatisme dan narasi tak dapat dipisahkan karena memainkan adegan berarti menceritak kisah secara berurut, sebaliknya menceritakan kisah secara berut berarti sedang menampilkan adegan dari actor tertentu.

BAB 8

PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME

KONSTRUKTIVISME menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan.

A. Sejarah prespektif konstruktivisme

Positivisme menyakini bahwa pengetahuan harus merupakan representasi (gambaran atau ungkapan)dari kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pengetahuan dianggap sebagai kumpulan fakta. Konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glaserfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthwes, 1994).

B. Konstruktivisme dalam Ilmu Komunikasi

Teori kontruktivis atau kontruktivisme adalah pendekatan secara teoretis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan sejawatnya 9 Miller, 2002). Kontrutivisme ini lebih berkaitan dengan program penelitian dalam komunikasi antarpersonal.

Komunikasi berbasis “Diri”

Prinsip dasar kontruktivisme adalah bahwa tindakan ditentukan oleh kontruk diri sekaligus juga konstruk lingkungan luar dari diri. Pada tindakan komunikasi, diri seperti sedang menawarkan siapa dirinya dan apa kepentingannya pada orang lain

Konstruk hubungan dalam komunikasi

Secara khusus, individu dengan konstruk sistem yang berbeda akan membuat definisi yang kompleks tentang situasi antarpersona dan akan, sebagai hasil, memproduksi hasil, memproduksi pesan yang lebih bersifat kompleks serta lebih terpusat pada diri.

Model desain pesan

Logika desain pesan ini menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alur fikiran berbeda yang digunakan dalam mengurus tujuan-tujuan yang saling bertentangan.

BAB 9

PERSPEKTIF TEORI KRITIS

Aliran teori kritis disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai orientasi ideology terhadap paham tertentu.

A. Sejarah Perspektif Kritis

Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. Konsep yang dipergunakannya memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang dikembangkan pada masa-masa setelah Renaissance

Pengaruh Marxisme

Karl Marx (1818-1883) merupakan filsuf yang memiliki pengaru yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Secara keilmuan, Marx menjadi dasar bagi ilmu yang meyakini bahwa sruktur sosial yang timpang dan menciptakan alienasi tidak dapat dipertahankan dan membutuhkan kritik sehingga struktur tersebut menampakkan kebenaran-kebenaran dasar kondisi kemanusiaan sebagai dasar pengembangan masyarakat.

Majhab Frankfurt

Tujuan majhab ini adalah pembebasan manusia dari perbudakan, membangun masyarakat atas dasar hubungan antarpribadi yang mereka, dan pemulihan kedudukan manusia sebagai subjek yang mengelola sendiri kenyataan sosialnya. (Hardiman, 1990: 58).

B. Pendekatan Teori Kritis pada KomunikasiCultural studies ( studi-studi budaya )

Istilah Cultural Studies berasal dari Center for Contemporary Cultural Studies (CCCS)di Universitas Birmingham, yang didirikan pada tahun 1964. Awal kemunculannya didasari oleh beberapa karya tulis para penggas pertama, yaitu Richard Hoggart, Raymond Williams, EP Thompson, dan Stuart Hall. Pada tahun 1972, dengan tujuan meletakkan Cultural Studies dalam wacana intelektual Inggris, CCCS menerbitkan edisi perdana Working Papers in Cultura Studies.

Secara lebih jelas Cultural Studies mengemukakan definisi budaya sebagai berikut : pertama, budaya adalah “pemikiran – pemikiran yang sama yang menjadi sandaran atau rujukan masyarakat, atau cara – cara kolektif dalam memahami pengalaman kehidupannya”. Kedua, budaya adalah “prektik – praktik cara hidup dari satu kelompok, atau apa yang dilakukan secara materil oleh individu dari hari ke hari”.

Studi – studi Feminis

Feminism berasal dari kata latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Menurut Aida Fitalaya S. Hubies “feminisme diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan disbanding dengan laki – laki di masyarakat “ (dalam Anshori, 1998:5). Akibat persepsi ini, timbul berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut dalam mengeliminasi dan menemukan formula penyetaraan hak perempuan dan laki – laki dalam segala bidang, sesuai dengan potensi mereka sebagai human being.

Sejauh ini, ada sejumlah aliran besar feminisme yaitu : pertama, Feminisme liberal. Kedua, Feminisme radikal. Ketiga, Feminisme marxis. Keempat, Feminisme sosialis. Perbedaan antara feminisme marxis dengan feminisme sosialis menurut Manshor Fakih (1997:86-88), terletak pada kesadaran bahwa letak kesalahan yang deskriminatif ini ada pada sistem yang jelas – jelas menguntungkan laki – laki. Yang oleh feminisme sosialis ditekankan pada kesadaran masing – masing perempuan untuk melakukan restrukturasi sosial kemasyarakatan.

PENUTUP

Dalam resensi buku ini banyak hal yang perlu kita pahami, karena dari uraian perspektif pada bab-bab diatas sebenarnya saling berhubungan. Penggunaan perspektif menuntut kita untuk toleran pada perbedaan cara pandang, juga arif dalam menggunakan berbagai metode.

Semoga resensi buku ini bisa bermanfaat. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, pengutipan ataupun pengetikan, penulis memohonkan maaf. Kritik dan saran anda sangat kami harapkan. Terimakasih.

Makalah Dasar-Dasar Fotografi

“Tekhnik-Tekhnik Pemotretan Berdasarkan Jenis-Jenis Foto”

Nama : Rahmat A. Kaharu
Nim : 291413009

Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Negeri Gorotalo
Fakultas Ilmu sosial

BAB I
PENDAHULUAN
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Dalam fotografi ada yang kita kenal dengan memotret. Kegiatan memotret adalah suatu kegiatan dimana kita melakukan suatu proses krearifitas yang tidak hanya sekedar mengambil gambar yang akan kita rekam dan kemudian menekan tombol shutter pada kamera, tetapi bagaimana kita dapat membuat foto yang kita hasilkan tersebut terlihat menarik. Dalam menciptakan itu semua, kita harus memiliki idea tau konsep yang kreatif dan matang agar kita tidak mengalami kesulitan pada saat turun ke lapangan.
Dalam fotografi ada beberapa jenis foto, diantaranya foto manusia dan foto alam. Dalam foto manusia terdapat di dalamnya; foto Portrait, Human Interst, Fotografi Panggung dan Sport. Sedangkan foto alam meliputi; foto Lansekap, poto Flora, Fauna, Arsitektur, Foto Still Life dan Foto Jurnalistik. Saat melakukan kegiatan Fotografi ada banyak tekhnik-tekhnik yang harus di perhatikan seperti, pengaturan cahaya, diagfrahma, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kamera.
Kita perlu banyak belajar tentang teknik-teknik memotret berdasarkan jenis poto yang kita jadikan objek. Di dalam makalah akan diulas secara rinci teknik-teknik tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
TEKHNIK PEMOTRETAN BERDASARKAN JENIS-JENIS FOTO
A. FOTO MANUSIA
Foto manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, baik anak-anak sampai orang tua, muda maupun tua. Unsur utama dalam foto ini adalah manusia, yang dapat menawarkan nilai dan daya tarik untuk divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1. PORTRAIT
Portrait adalah foto yang menampilkan ekspresi dan karakter manusia dalam kesehariannya. Tantangan dalam membuat foto portrait adalah dapat menangkap ekspresi obyek;mimic,tatapan yang mampu menampilkan karakter.

Sumber : http://tipsfotografi.net/5-kunci-menemukan-lokasi-foto-portrait-yang-sempurna.html

 Tekhnik pemotretan Portrait
Dalam fotografi portrait ada beberapa tekhnik untuk mendapatkan hasil yang baik seperti; mendekatlah dan berinteraksi dengan model, perhatikan komposisinya yaitu Cobalah untuk menempatkan model pada berbagai posisi sudut pengambilan gambar. Anda bisa menggunakan prinsip “Rule of Third” atau menempatkan subyek pada 1/3 bagian dari frame. Beranilah bereksperimen dengan komposisi dan jangan takut melanggar prinsip “Rule of Third”, pengaturan lensa Lensa dan Depth Of Field (DoF) yaitu bisa mengandalkan beberapa lensa non-zoom jarak pendek seperti 50mm atau lensa zoom dengan jarak rentang zoom menengah seperti 18-55mm. Besaran diafragma lensa juga mempengaruhi foto portrait. Jika lensa yang digunakan memiliki diafragma hingga f/2.0 atau lebih besar, gunakan lensa tersebut pada bukaan diafragma terbesar, perhatikan bahasa tubuh model, perhatikan cahaya, dan yang terakhir mengolah foto unutk hasil yang sempurna.
2. HUMAN INTEREST
Human Interest dalam karya fotografi adalah menggambarkan kehidupan manusia atau interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari serta ekspresi emosional yang memperlihatkan manusia dengan masalah kehidupannya, yang mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan rasa simpati bagi para orang yang menikmati foto tersebut.

 Tekhnik Pemotretan Human Interest
 Jangan lewatkan moment
Moment adalah hal penting dalam sebuah karya foto. Dengan jeli melihat moment maka hasil karya kita akan menjadi sesuatu yang berharga.
 Kuatkan konsep
Sudah jadi rahasia umum dengan adanya konsep maka foto yang kita hasilkan akan membuat karya kita lebih berisi
 Perhatikan komposisi
Hal yang tidak bisa disepelekan dalam sebuah karya photograpy adalah pengaturan komposisi yang tepat. Sering berlatih akan membuat kita tanggap dalam membuat komposisi dalam karya photography yang kita buat.
 Gunakan lighting alami.
Bagian ini tidaklah harus wajib, namun menggunakan lighthing alami lebih di sarankan dari pada menggunakan flash karena warna yang dihasilkan akan lebih baik.
 Setting
Adakalanya kita mempunyai konsep, dan konsep itu menuntut kita untuk mengatur objek yang akan kita tuangkan dalam sebuah karya. Karena objek kita adalah manusia kita masih bisa untuk mengatur mereka dengan catatan objek yang aka kita setting bersedia dan usahakan ekspresi yang didapatkan se natural mungkin.
 Tangkaplah ekspresi.
Karena yang kita inginkan adalah sebuah interaksi manusia maka ekspresi akan sangat penting dalam aliran photography ini

3. FOTOGRAFI PANGGUNG
Fotografi panggung adalah fotografi yang bertujuan untuk merekam acara pertunjukan, apa pun pertunjukannya. Fotografi panggung secara umum terbagi menjadi dua kegiatan yaitu dokumentasi dan liputan.

Sumber : http://mishbahulmunir.wordpress.com/fotografer-panggung-concert-stage-photographer-photography-jogja-yogyakarta/
 Tekhnik Pemotretan Fotografi Panggung
Secara umum, fotografi panggung membutuhkan ISO minimal 400, dan lensa yang cepat fokus. Sebaiknya bukaan terbesar (f, diafragma) minimal f2,8. Diafragma 2,8 bukan berarti harus memakai 2,8. Namu n bukaan yang besar memudahkan kita membidik dalam suasana remang. Just for your info, saat kita melihat di jendela bidik (view finder), itu kita melihat dengan lensa yang terbuka pada bukaan terbesarnya. Metoda pengukuran pencahayaan (lighting) pada fotografi panggung bisa M (Manual) bisa pula A (Aperture priority). Metoda metering pada M sebaiknya spot, sedangkan pada A sebaiknya Matrix. Kompensasi minus dilakukan bila latar belakang panggung lebih gelap daripada latar depan. Jika terjadi sebaliknya, kompensasi diubah menjadi plus. Kompensasi minus adalah 80 persen dari fotografi panggung.

4. SPORT
Foto olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi menarik dan spektakuler dalam event dan pertandingan olah raga. Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang fotografer dalam menangkap momen terbaik.

Sumber : http://oursportt.blogspot.com/p/mteri-sepak-takraw.html
 Tekhnik Pemotretan Sport
Tekhnik pemoteran sport yakni; . Gunakan shutter speed yang cepat untuk mendapatkan gerakan cepat karena jika shutter speed lambat akan ketinggalan moment penting di atas. Atur kamera ke mode shutter priority dan pilih 1/500 atau lebih, Atur settingan aperture selebar mungkin untuk mendapatkan shutter speed yang cepat. Jika punya lensa berdiafragma f/2.8 atau f/4 maka bisa dengan mudah mengatur kecepatan rana tinggi. Namun, jika tak memiliki lensa seperti itu dan hanya berdiafragma f/5.6 atau lebih kecil jangan lupa membawa flash atau cari tempat di mana kamu mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak, Gerakan yang cepat mungkin banyak kehilangan moment kita bisa gunakan continuos shoot agar bisa mengambil gambar secara banyak dan terus menerus,gunakan lensa tele dan Mode Auto Focus Continuous AF-C.

B. FOTO ALAM
1. FLORA
Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan dikenal dengan jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan segala keanekaragamannya menawarkan nilai keindahan dan daya tarik untuk direkam dengan kamera.

Sumber : http://amynote.wordpress.com/my-picture/
 Tekhnik Pemotretan Flora
Tekhnik pemotretan flora yakni; jangan memaksakan harus ke taman kalau yang tinggal di daerah dataran tinggi atau pedesaan banyak koleksi tanaman bunga dimana-mana,jangan memotret dari atas,basahi bunga atau potretlah setelah hujan,aturlah agar background nyambung dan seirama,potretlah secara close-up,Untuk foto super close-up lakukan di dalam ruangan, Gunakan manual fokus dan gunakan aperture sekecil-kecilnya (f/x; dimana x diset di angka yang terbesar misal f/22 atau f/16) – baca lebih jauh tentang aperture, serta gunakan tripod untuk membantu mengkomposisi foto.
2. FAUNA
Foto fauna adalah jenis foto dengan berbagai jenis binatang sebagai obyek utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia binatang dalam aktifitas dan interaksinya.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Fauna_of_the_United_States
 Tekhnik Pemotretan Fauna
Tekhnik pemotretan fauna yakni; menyederhanakan komposisi jika latar belakang mengganggu gunakan aperture yang lebar atau Mode Portrait kabur itu, Isi Frame Gunakan zoom (optik untuk kualitas terbaik) atau lensa tele untuk mendapatkan menutup, Gunakan Olahraga Mode Gunakan mode olahraga atau prioritas mengatur kecepatan rana untuk sekitar 1 / 250 untuk membekukan gerakan, Gunakan Light dan Cuaca untuk Efek Terbaik jika mendung tidak terlalu terang, itu akan mencegah silau dari latar belakang berwarna atau berair cahaya. Jika mendung itu terlalu gelap dan Anda memiliki SLR, menaikkan ISO,dan Capture Ekspresi

3. LANSEKAP
Foto lanskap adalah jenis foto yang begitu popular seperti halnya foto manusia. Foto lanskap merupakan foto bentangan alam yang terdiri dari unsur langit, daratan dan air, sedangkan manusia, hewan, dan tumbuhan hanya sebagai unsur pendukung dalam foto ini. Ekspresi alam serta cuaca menjadi moment utama dalam menilai keberhasilan membuat foto lanskap.

Sumber : http://sv.wallpapersus.com/solnedgangar-landskap-natur-djur-fotografi-zebror-afrika/
 Tekhnik Pemotretan Lansekap
Tekhnik pemotretan lansekap yaitu, dengan menggunakan Slow Speed sehingga kita dapat mencapai depth of field atau ruang yang lebih besar sehinnga foto kita akan lebih tajam, selain itu gunakan air sebagai refleksi, dan untuk mendapatkan foto yang indah jadwalkan foto pada saat sunset, gantilah sudut pandang saat memotret, tambahkan foreground yang menarik dan terakhir jadikan format panorama.
4. FOTO ARSITEKTUR
Foto Arsitektur adalah jenis foto ini menampilkan keindahan suatu bangunan baik dari segi sejarah, budaya, desain dan konstruksinya.

sumber:http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/12/24/teknik-kamera-fotografi-7-fotografi-desain/fotografi-arsitektur-9/
 Tekhnik Pemotretan Arsitektur
Tekhnik pemotretan arsitektur yakni; pada kamera compact gunakan mode landscape jangan mode auto/P, pada kamera LSR gunakan bukaan kecil seperti f/8-36, pemilihan object yang mudah dikenali dan jangan terlalu abstract, Perhatikan distorsi perspektif, Luangkan waktu untuk mengitari gedung dari berbagai sisi, Lakukan teknik bracketting, Bermainlah dengan orientasi gambar, Gunakan speed rendah untuk menimbulkan pergerakan objek lain dalam frame, Gunakan filter CPL untuk membirukan langit dan mengurangi refleksi, Barmainlah dengan angle selain eye-level lakukan juga dengan low angle dan hi-angle sehingga dapat menciptakan foto yang indah.
5. FOTO LIFE STILL
Foto still life adalah menciptakan sebuah gambar dari benda atau obyek mati. Membuat gambar dari benda mati menjadi hal yang menarik dan tampak “hidup”, komunikatif, ekspresif dan mengandung pesan yang akan disampaikan merupakan bagian yang paling penting dalam penciptaan karya foto ini. Jenis foto ini menantang dalam berimajinasi.

Sumber: http://lulugination.blogspot.com/2013/09/blog-post_4627.html

 Tekhnik Pemotretan Life Still
Dalam tekhnik pemotretan Life still memiliki 3 unsur yang saling berkaiatan karena dapat memberikan kesan dan pesan yang mengidupkan sebuah karya foto still life. Penerapan teknik pencahayan dan komposisi yang menarik menambah nilai aristik dalam foto still life. Properti yang digunakan bertujuan menghidupkan point-of-interests. Dalam fotografi still life Konsep atau rancang bangun atau story board sangat penting. Dalam still life, kita berhadapan dengan benda mati dan bagai mana mem-visualisasikan benda mati tersebut agar tampak lebih hidup. Dengan konsep kita merancang pemotretan dengan mempertimbangkan 3 unsur; pencahayaan, komposisi dan properti agar dapat menuangkan semua rasa yang kita presentasikan kepada benda.
6. FOTO JURNALISTIK
Foto jurnalistik adalah foto yang digunakan untuk kepentingan pers atau kepentingan informasi. Dalam penyampaian pesannya, harus terdapat caption (tulisan yang menerangkan isi foto) sebagai bagian dari penyajian jenis foto ini.

Sumber : http://arrumtamsq.blogspot.com/2010/11/tips-caption-keterangan-foto-foto.html

 Tekhnik Pemotretan Jurnalistik
Tekhnik yang dilakukan pada saat pemotretan fotografi selain proses persiapan, juga pada penguasaan kamera dan cahaya dan detil gambar yang di dalmnya terdapat entire,detil,frame,angle dan time.

BAB III
PENUTUP
Seperti pembahasan di atas, kita sudah mengetahui teknik-teknik dal mengambil atau menghasilkan poto dengan baik. Tapi pada dasarnya dalam menciptakan poto yang menarik, kita harus memiliki imajinasi atau idea serta konsep yang kreatif agar kita tidak mengalami kesulitan dalam memilih obyek yang kita potret. Sekarang tinggal bagaimana cara kita mempraktekan teknik-teknik di atas. Makalah ini disusun demi kepentingan bersama. Semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
 http://fotografiyuda.wordpress.com/seputar-fotografi/pengenalan-jenis-jenis-foto-dan-teknis-dasar-pemotretan/
 http://yangcanggih.com/2012/05/30/tips-memotret-foto-potrait/
 http://urbandito.blogspot.com/2013/03/tips-membuat-foto-human-interest.html
 http://www.idseducation.com/2014/03/15/teknik-fotografi-untuk-mengabadikan-moment-olahraga/
 http://www.aziscs1.com/2012/06/tips-memotret-bunga-dan-tanaman.html
 http://kerockan.blogspot.com/2011/02/cara-jitu-mengembil-foto-hewan-yang.html
 http://fotografi.asia/5-teknik-simpel-untuk-foto-landscape/
 http://aan-oonphotography.blogspot.com/2012/03/teknik-foto-arsitektur.html
 http://fotografi-digital.blogspot.com/2011/04/still-life-photography.html
 http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/16/teknik-foto-jurnalistik/

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong