Gedung Rektorat Diminati Para Wisudawan
Foto: Nazarudin Syamsi, wisudawan Fakultas Olahraga dan Kesehatan berpose di depan tulisan "REKTORAT" bersama keluarganya. (Dok. VoC)
VoC-UNG. Kamis (4/1) kampus UNG akan mewisuda 1005 wisudawan yang terdiri dari Diploma, Sarjana, Pascasarjana dan Profesi Ners (sumber: ung.ac.id). Kebiasaan yang tak akan ketinggalan saat wisuda adalah mengambil foto-foto untuk mengabadikan momen berharga itu. Gedung Rektorat UNG menjadi salah satu objek yang diminati oleh para wisudawan.
Gedung Rektorat UNG masih terhitung baru dan masih dalam keadaan renovasi, namun kesan mencolok tidak bisa lepas dari gedung 3 lantai ini. Gedung ini terletak di tengah bekas lapangan Damhil yang sudah dijadikan taman. Di sisi kanan-kiri dan depan-belakangnya tidak ada gedung maupun pepohonan yang mengganggu pemandangan. Sekitar 50 meter depan Gedung di ujung taman, ada tulisan “REKTORAT” berwarna orange yang setinggi ukuran orang dewasa.
Tak heran beberapa wisudawan memilih berfoto ria bersama keluarga dan kerabatnya di depan gedung “mewah” ini. Contohnya Nazarudin Syamsi, wisudawan dari Fakultas Olahraga dan Kesehatan ini berinisiatif untuk berpose dengan menggunakan toga bersama keluarganya.
Beberapa menit dia berdiri di depan tulisan “REKTORAT” yang terik dengan panasnya sinar matahari di siang itu sambil menunggu keluarganya bergantian untuk berfoto dengannya.
Dia memilih tempat itu untuk mengambil latar belakang tulisan “REKTORAT”, “mungkin sebuah kebanggaan kalau diperlihatkan di kampung” aku Nazarudin. Wisudawan yang berasal dari Tapa itu berencana untuk memajang foto tersebut di rumahnya agar dilihat temannya “kan kalau ada teman-teman yang datang ke rumah bisa dilihat” katanya. #DF
Catatan:
- Tugas Berita 3 Jurnalistik Online
- Diambil dan diedit dari website Pers Mahasiswa bulletinvoc.wordpress.com
Diskusi Meja Bundar
Foto: diskusi baru akan dimulai. (Dok. VoC)
VoC-UNG. (6/10/2015) “mahasiswa co jangan cuma kuliah!” celetuk salah seorang diantara mereka. Perkataan ini yang membuka diskusi di gazebo cafe Humaniora, sudut lapangan basket Universitas Negeri Gorontalo, sore jam 3 lewat.
Cukup mengagetkan kesannya, jika yang duduk berdiskusi di tempat nongkrongnya mahasiswa ini adalah orang-orang “berpengaruh” di daerah Gorontalo. Orang-orang ini biasanya menghadiri kegiatan akan disambut dengan spanduk dan banner, justru hanya duduk di bawah payung bundar gazebo.
Mahasiswa pun melihatnya hanya melirik kemudian berlalu begitu saja. Entahlah, diskusi ini memang sengaja di-setting informal atau hanya agenda dadakan.
Ba’da Ashar menjelang Magrib tempat ini justru semakin didatangi oleh orang-orang bermobil. Setelah cukup ramai barulah diskusi diarahkan oleh seorang moderator pada pembahasan tentang listrik. Tentu pembahasan ini cukup mengundang perhatian orang-orang disekitar mereka.
Permasalahan listrik di Gorontalo dan kredibilitas orang-orang yang hadir saat itu layak disimak dan diketahui oleh semua masyarakat Gorontalo, khususnya mahasiswa.
Permasalahan listrik ini pastilah dialami oleh semua elemen masyarakat Gorontalo, sudah sekitar empat bulan pemadaman bergilir di Gorontalo dilakukan.
Mungkin dua faktor ini yang mengundang: Ketua KNPI DPD II Kota Gorontalo, Ketua KNPI DPD I Provinsi Gorontalo, Wakil Rektor 2 Universitas Negri Gorontalo, Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, aktivis Yayasan Lembaga Hukum Indonesia, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Gorontalo, Badan Eksekutif Mahasiswa UNG, Femmy Udoki (Gorontalo Post), beberapa dosen, mahasiswa dan awak media lainnya.
Mereka diminta memberikan pendapat oleh moderator terkait pemadaman listrik di Gorontalo. “saya minta pendapat dengan waktu lima belas menit saja” kata Funco Tanipu selaku moderator, di sampingnya Wakil Rektor II UNG langsung meminta izin “UNG adalah salah satu pembayar listrik terbesar di Gorontalo, tapi sekarang kita justru rugi. Apakah kita harus membeli lagi genset untuk UNG? Lalu apa fungsinya PLN?” katanya dengan sedikit bergurau.
Kemudian disambung oleh ketua KNPI Provinsi “PLN kita masih cakupan dari wilayah Sulawesi Utara-Sulawesi Tengah-Gorontalo, jangan sampai kita (Gorontalo) hanya mendapat pasokan listrik terkecil”. Salah seorang dari mereka kemudian menerangkan “perlu diketahui bahwa listrik itu diporsikan berdasarkan tiga: untuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Kita harus mengidentifikasi mana yang mendapat porsi lebih banyak”.
Mereka juga berasumsi bahwa pemadaman listrik yang tidak wajar ini adalah pengaruh dari penimbunan bahan bakar solar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. “coba diaudit dulu ini PLN!” kata ini yang beberapa kali keluar.
Kesimpulannya ada dua jalur yang harus mereka tempuh: jalur hukum dan demonstrasi pendapat.
Mereka juga rencana akan merutinkan diskusi ini, tujuannya adalah mencari solusi terbaik “kita jangan hanya sekedar menggugat tapi kita hrus mencari solusi bersama. Yah, kalau jalan satu-satunya adalah membeli genset baru untuk PLN, kenapa tidak kita (masyarakat Gorontalo) kumpul uang untuk membelinya” pungkas Wakil Rektor II saat detik-detik terakhir diskusi. #DF
Catatan:
- Tugas Berita 2 Jurnalistik Online
- Diambil dan diedit dari Website Pers Mahasiswa bulletinvoc.wordpress.com
Kategori
- Masih Kosong