RESUME KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL

30 January 2014 14:53:06 Dibaca : 279

 

Nama: Bianca Kirana Umar

Nim: 291413008

Jurusan: Ilmu Komunikasi

Tugas Pengantar Ilmu Komunikasi

 

BAB 6

“KOMUNIKASI VERBAL”

Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.

 ASAL-USUL BAHASA

Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal . Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial. Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kemampuan manusia lebih awal untuk mengartikulasikan isyarat-isyarat jari-jemari dan tangan yang memudahkan komunikasi nonverbal.

 FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial. Orang juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainan, termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi.

 KETERBATASAN BAHASA

Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat persial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu, ada kalanya kita sulit menamai suatu objek.

Kata-kata bersifat ambigu atau kontekstual.

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpertasi orang-orang, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata tersebut.

Kata-kata mengandung bias budaya.

Bahasa terikat oleh konteks budaya. Dengan ungkapan lain, bahasa dapat dipandang perluasan budaya. Jadi bahasa yang berbeda sebenarnya mempengaruhi pemakainya untuk berfikir, melihat lingkungan, dan alam semesta disekitarnya dengan cara yang berbeda, dan karenanya berperilaku secara yang berbeda pula.

Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian.

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan persepsi. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan kemungkinan.

 KERUMITAN MAKNA KATA

Bahasa daerah vs Bahasa daerah.

Di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.

Bahasa daerah vs Bahasa indonesia.

Sejumlah kata dari bahasa daerah juga digunakan dalam bahasa indonesia, atau sebaliknya, kata-kata indonesia terdengar seperti diselipkan dalam bahasa daerah, namun artinya sangat jauh berbeda.

Bahasa indonesia vs Bahasa malaysia.

Suatu bangsa atau suku biasanya menganggap bahasanya sendiri sebagai yang terbaik, dan menganggap bahasa yang digunakan bangsa atau suku lain sebagai “tidak alamiah” , baik cara bicara ataupun kata-kata yang mereka ucapkan.

Bahasa daerah/Bahasa indonesia vs Bahasa asing lainnya.

Terkadang kita menemukan juga kata-kata dalam bahasa daerah atau bahasa indonesia yang sama atau mirip dengan kata-kata dalam bahasa asing, tetapi dengan makna yang berbeda. Mungkin kita akan tersenyum geli membaca atau mendengar kata-kata tersebut.

 NAMA SEBAGAI SIMBOL

Nama diri sendiri adalah simbol pertama dan utama bagi seseorang. Nama dapat melambangkan status, cita-cita budaya, untuk memperoleh citra tertentu atau sebagai nama hoki. Nama pribadi adalah unsur penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut lainnya.

 BAHASA GAUL

Orang-orang yang punya latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara berbeda. Perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan, volume, dan yang pasti adalah kosakatanya.

Bahasa kaum selebritis.

Bahasa gaul ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Ada kebutuhan di antara para pemakainya untuk berkomunikasi dengan bahasa yang tidak diketahui banyak orang terutama bila menyangkut hal-hal yang pribadi.

Bahasa gay dan bahasa waria.

Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci.

Bahasa kaum waria.

Berikut adalah sebagian dari bahasa gaul yang dianut sebuah komunitas banci di pekanbaru, seperti yang diperoleh sekelompok mahasiswa saya di jurusan komunikasi fakultas dakwah IAIN (kini Universitas Islam Negeri = UIN) Sulthan Syarif Qasim, berdasarkan wawancara dengan seorang waria.

 BAHASA WANITA VS BAHASA PRIA

Wanita menggunakan lebih banyak pertanyaan daripada pria dan mereka menggunakannya sebagai strategi pemeliharaan percakapan. Wanita lebih cenderung memulai giliran berbicara dengan secara langsung mengakui andil pembicara sebelumnya Pria cenderung tidak mengakui apa yang dikatakan sebelumnya, melainkan menyatakan pendapatnya.

 RAGAM BAHASA INGGRIS

Bahasa inggris yang lebih universal pun ternyata tidak konsisten dalam ejaannya, pengucapannya, pilihan kata dan juga maknanya. Bahasa inggris telah berkembang menjadi beberapa ragam, antara lain: Inggris-inggris, inggris-amerika, inggris-australia, inggris-filipina, dan inggris-singapura.

 PENGALIHAN BAHASA

Komunikasi dalam bahasa yang sama dapat menimbulkan salah pengertian, apalagi bila kita tidak menguasai bahasa lawan bicara kita. Untuk melakukan komunikasi yang efektif , kita harus menguasai mitra komunikasi kita.

 KOMUNIKASI KONTEKS-TINGGI VS KOMUNIKASI KONTEKS-RENDAH

Budaya konteks tinggi dengan budaya konteks rendah yang mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandaian pesannya. Budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang, sebaliknya budaya konteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks tinggi: kebanyakan pesan bersifat implisit, tidak langsung, dan tidak terus terang.

BAB 7

“KOMUNIKASI NONVERBAL”

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan.

 FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Meskipun secara teoretis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin dalam komunikasi tatap-muka sehari-hari. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.

 KLASIFIKASI PESAN NONVERBAL

Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan nonverbal ini dengan berbagai cara. Jurgen ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian. Pertama, bahasa tanda, acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya, berjalan; dan ketiga, bahasa objek pertunjukan benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik lainnya.

 BAHASA TUBUH

Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika, suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal. Setiap anggota tubuh seperti wajah termasuk senyuman dan pandangan mata, tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.

Isyarat tangan.

Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Perhatikanlah orang yang sedang menelpon. Meskipun lawan bicara tidak terlihat, ia menggerak-gerakkan tangannya. Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur.

Gerakan kepala.

Di beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “tidak”, seperti di bulgaria, sementara isyarat untuk “ya” di negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang inggris, seperti orang indonesia, menganggukan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar, dan tidak berarti menyetujui .

Postur tubuh dan posisi kaki.

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu.

Ekspresi wajah dan tatapan mata.

Kontak mata punya dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk memberi tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang lain itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya.

 SENTUHAN

Studi tentang sentuh menyentuh disebut haptika. Sentuhan, seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan, rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas.

 PARABAHASA

Parabahasa, atau vokalika, merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada, intensitas suara, intonasi, kualitas vokal, warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya.

 PENAMPILAN FISIK

Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busananya, dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya.

Busana.

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntunan lingkungan, nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadian.

Karakteristik fisik.

Banyak orang, khususnya kaum wanita, mendambakan rambut lurus. Ini tampaknya merupakan implikasi dari iklan-iklan produk kecantikan yang menayangkan bintang-bintang iklan berambut lurus. Wajah wanita kebarat-baratan dengan hidung mancung, dagu lancip, dan kulit putih, kini menjadi banyak dambaan wanita indonesia.

 BAU-BAUAN

Bau-bauan, terutama yang menyenangkan seperti deodoran, dan parfum telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan.

 ORIENTASI RUANG DAN JARAK PRIBADI

Pencahayaan dapat juga mendorong atau menyurutkan seseorang untuk berkomunikasi. Dalam ruang kuliah dan ruang baca, cahaya terang diharapakan karena hal itu diperlukan oleh mahasiswa untuk menulis dan membaca. Berbagai eksperimen memang menunjukan bahwa lingkungan yang estetis mempengaruhi pikiran kenyamanan manusia, dan karenanya juga mempengaruhi interaksinya dengan orang lain.

Ruang pribadi vs ruang publik.

Ruang pribadi kita identik dengan “wilayah tubuh”, satu dari tempat kategori wilayah yang digunakan manusia. Dalam interaksi sehari-hari di dalam dan di luar rumah, kita mengklaim wilayahb pribadi kita.

Posisi duduk dan pengaturan ruangan.

Penataan ruang ini, baik ruang tertutup atau ruang terbuka, boleh jadi berkaitan dengan kepribadian. Penataan ruang atau gedung mempengaruhi cara berkomunikasi, secara umum dapat dikatakan, semakin formal penataan ruangan, semakin formal pulalah komunikasi yang dikehendaki.

 KONSEP WAKTU

Waktu menentukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia.

 DIAM

Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga dapat diberi makna. Tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu untuk dilihat, sesuatu untuk didengar. Sebenarnya, bagaimanapun kita berusaha diam, kita tidak dapat melakukannya.

 WARNA

Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita, seperti ditunjukkan kalimat atau frase berikut: wajahnya merah, koran kuning, matanya hijau kalau melihat duit, dan sebagainya.

 ARTEFAK

Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong