RESENSI Buku "Filsafat Ilmu Komunikasi" (Mata Kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi)

14 April 2014 22:17:16 Dibaca : 2706

TUGAS : ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

RESENSI BUKU ILMU KOMUNIKASI

Penulis : Adianto Elvinaro dan Anees Q. Bambang.2007.

Penerbit : Simbiosa Rekatama Media,Bandung

NAMA : Bianca Kirana Umar

NIM : 291413008

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Gorontalo

 

PENDAHULUAN

Buku FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI ini mencoba menyajikan Filsafat Illmu Komunikasi secara lebih memadai ketimbang buku-buku sejenis yang telah ada. dimulai dari pemahaman mengenai filsafat dan filsafat ilmu, sampai kepada penjelajahan sejumlah perspektif ilmu komunikasi: Positivisme, Post Positivisme, Interpretatif, Teori kritis, dan pengaruhnya dalam pembentukan ilmu komunikasi.

Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku,novel,majalah,komik,film,kaset,CD,VCD,maupun DVD.

Tujuan dari resensi menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. dan dalam penyajian buku ini bermanfaat untuk kita dalam mengetahui bagaimana filsafat ilmu komunikasi.

Filsafat Ilmu Komunikasi sangat penting bagi mahasiswa atau sarjana komunikasi yang hendak melakukan pengembangan teori komunikasi melalui penelitian.dalam Praktik penelitian.

 

 

PEMBAHASAN

 

A. Perspektif teori-teori komunikasi.

Perspektif adalah suatu sudut pandang dan cara pandang terhadap sesuatu. Cara memandang atau pendekatan yang gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang diperoleh. Selain itu perspektif yang digunakan dalam menghampiri suatu peristiwa komunikasi akan menghasilkan perbedaan yang besar dalam jawaban dan makna yang deduksi. Perspektif juga selalu mendahului observasi manusia. Manusia bisa mengamati suatu persitiwa dengan pikiran yang terbuka dan netral, namun begitu harus mengobservasi suatu hal dan dapat melakukannya dengan cara tertentu.

Nilai perspektif tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia mencerminkan realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh adalah benar dan mencerminkan realitas. Istilah dari perspektif tidak dipilih asal saja. melainkan menggunakan istilah teori dan sudah tentu merupakan istilah yang tidak memadai dalam hal ini. teutama karena adanya perkembangan mutakhir di bidang komunikasi manusia begitu pesat

Penggunaan perspektif mewajibkan untuk toleran pada perbedaan cara pandang juga arif dalam menggunakan berbagai metode singkatnya, memilih suatu perspektif sama artinya dengan memilih mengerjakan hal-hal menurut suatu cara pandang tertentu, tidak menurut satu cara yang lain, yang tidak sera merta berlaku universal.

Perspektif-perspektif ilmu komunikasi ontologi dan epistemologi terdiri dari Realisme, Nominalis, Konstruksionis.

 

B. Perspektif positivisme.

Model komunikasi linear atau komunikasi satu arah merupakan salah satu model yang paling banyak dikenal dan mudah dipahami. model ini adalah model komunikasi yang menggunakan perspektif mekanistis, sehingga metodologi ilmu-ilmu alam digunakan dalan merumuskan data,meneliti,dan menyimpullkan kebenaran tindakan komunikasi. model ini dapat dilihat dari pengaruh metode ilmu alam pada ilmu komunikasi.

Sejarah positivisme, positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Henry merupakan penggagas utama, sedang comte adalah penerus dan pengembang gagasan ini. Auguste comte membangun suatu studi ilmiah terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu alam.

Gagasan positivisme, positif berarti “apa yang berdasarkan fakta objektif” . secara tegas, yang “positif” berarti yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna, serta mengklaim memiliki kesahihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal (chimrique) , yang meragukan (indecision), yang kabur (vague), yang sia-sia (oiseux), dan yang mengklaim memiliki kesahihan relatif. Perbedaan ini harus dibaca dalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benar dan yang lainnya adalah salah.

Prinsip positivisme bersifat empiris-objektif, deduktif-nomologis, instrumental-bebas nilai, ketiga asumsi ini oleh Antony Gidden (F . Budi Hardiman, 2003:57) dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Prosedur-prosedur metodologis ilmu-imu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial.

- Hasil-hasil riset dapat dirumuskan dalam bentuk “hukum-hukum” seperti dalam ilmu-ilmu alam.

- Ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni.

Setelah pengenalan prinsip positivisme, adapun beberapa ciri positivisme (Gahral Adian, 2002:68), yaitu bebas nilai, fenomenalisme, nominalisme reduksionisme, naturalisme, dan mekanisme.

Norma-norma metodologi positivisme adalah sebagai berikut :

- Semua pengetahuan harus terbukti lewat rasa-kepastian (sense of certainly) pengamatan sistematis yang terjamin secara intersubjektif.

- Kepastian metodis sama pentingnya dengan rasa kepastian. Kesahihan pengetahuan ilmiah dijamin oleh kestauan metode.

- Ketepatan pengetahuan dijamin hanya oleh bangunan teori-teori yang secara formal kokoh yang mengikuti deduksi hipotesis-hipotesis yang menyerupai hukum.

- Pengetahuan ilmiah harus dapat dipergunakan secara teknis.

- Pengetahuan pada prinsipnya tak pernah selesai dan relatif, sesuai dengan sifat relatif dan semangat positif. (F. Budi Hardiman, 2003:55).

Positivisme logis, ada beberapa prinsip dasar positivisme logis :

- Menolak perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.

- Menganggap pernyataan-pernyataan yang ridak dapat diverifikasikan secara empiris (seperti etika, agama, metafisika) sebagai nonsense.

- Berusaha menyatukan semua ilmu pengetahuan di dalam satu bahasa ilmiah yang universal.

- Memandang tugas filsafat sebagai analisis atas kata-kata atau pernyataan-pernyataan (F. Budi Hardiman, 2003:56).

 

C. Perspektif post positivisme: kritik terhadap positivisme.

Post-positivisme, pada tahun 1970/1980-ana muncullah gugatan-gugatan mengenai kebenaran positivisme, pemikirannya dinamai post-positivisme. post-positivisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran positivisme.

Berikut ini dikemukakan beberapa asumsi dasar post-positivisme, pertama, fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Kedua, falibiltas teori.

Post-positivisme dalam penelitian sosial dan komunikasi, bila positivisme dalam bentuk dan logika klasiknya ditolak oleh post-positivisme, fondasi filosofis apakah yang akan digunakan post-positivisme sebagai kerangka kerja penilitian sosialnya. beberapa penilitian sosial berargumen bahwa kekurangan-kekurangan dari pemikiran positivisme pada dasarnya membutuhkan dasar filsafat ilmu yang berbeda, salah satunya adalah menolak dan mengganti prinsip-prinsip positivisme (seperti ontologi realisme,epistemologis objektif,dan aksiologi bebas-nilai) dengan bentuk pemikiran yang menghargai prinsip nominalisme, subjektivisme, dan nilai-nilai yang hadir dengan sendirinya (omnipresent).

Ontologi post-positivisme, perspektif post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. secara ontologis post-positivisme bersifat crittical realism. Crittival realism memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alama, tetapi suatu hal yang mustahil bila manusia (peneliti) dapat melihar realitas tersebut secara benar (apa adanya, sebagaimana, keyakinan positivisme).

Epistemolgi dan aksiologi, post-positivisme bagaimanapun terlihat sama dengan positivisme, walaupun ada beberapa perbedaan yang khas. seperti pada basis ontologi, semenatara positivisme menekankan realisme mutlak, post-positivisme memelih realisme kritis.

Struktur dan fungsi teori dalam perspektif post-positivisme terdiri dari :

- Struktur teori perspektif post-positivisme.

- Fungsi teori perspektif post-positivisme.

- Kriteria evaluasi dan perbandingan teori.

- Proses perkembangan teori.

 

D. Perspektif interpretif

Sejarah perspektif interpretif , pemetaan akar sejarah dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan. khususnya posisi filosofis Rene Descrates (1596-1650) . pada 1644 , descrates mempublikasikan buku The Principles of Philosophy. Ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat didasarkan pada observasi terhadap benda dan gerak (Descrates 1963).

Pandangan dasar perspektif interpretif terdiri dari : fenomenologi, hermeuneutika.interaksionisme simbolik.

Dan ada teori interpretif dalam komunikasi terdapat : ontologi teori interpretif, epistemologi teori interpretif, aksiologi teori interpretif.

Struktur dan fungsi teori interpretif terbagi menjadi : teori interpretif umum (general interpretiv theories) , grounded theory, kriteria untuk evaluasi.

Komunikasi dalam perspektif interpretif terdiri dari : etnografi komunikasi , dramatisme dan narasi.

 

E. Perspektif konstruktivisme.

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistemologi merupakan hasil konstruksi sosial. pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. pengalaman manusia terdiri dari interprestasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan.

Sejarah perspektif konstruktivisme, bila dirunut ke belakang konstruktivisme yang meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran dapat dirunut pada teori Popper (1973).

Konstruktivisme dalam ilmu komunikasi, teori konstruktivis atau konstrukvisme adalah pendekatan secara teoretis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh jesse della dan rekan-rekan sejawatnya (Miller, 2002) . konstrukvisme ini lebih berkaitan dengan program penelitian dalam komunikasi antarpersona.

Komunikasi berbasis “Diri” , fokus perspektif post-positivisme adalah proses produksi suatu pesan. Fokus ini dapat ditemukan pada komunikasi antarpersona. untuk dapat meninjau komunikasi antarpersona dapat merujuk pada teori sosiolinguistik bernstein. teori bernstein menyatakan bahwa individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi kehidupannya sendiri, dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam hidupnya.

Konstruk hubungan dalam komunikasi, faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri adalah konsep tentang tujuan, setiap individu dalam interaksinya selalu berusaha untuk memanajen tujuan.

Model desain pesan, konsep tentang tujuan ini berimplikasi pada adanya desain pesan dalam peristiwa komunikasi berbasis diri. desain pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajamen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya.

 

F. Perspektif teori kritis.

Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. teori kritis dapat dianggap sama dengan paradigma konstruktivisme dengan alasan sebagai berikut: (1). Teori kritis meyakini bahwa ilmu pengetahuan itu dikonstruksi atas dasar kepentingan manusiawi. (2). Dalam praksis penelitian (dari pemilihan masalah untuk penelitian, instrumen, dan metode analisis yang digunakan, interterprestasi, kesimpulan dan rekomendasi). Dibuat sangat bergantung pada pada nilai-nilai peneliti. (3). Standar penilaian ilmiah bukan ditentukan oleh prinsip verifikasi atau falsifikasi melainkan didasarkan konteks sosial historis serta kerangka pemikiran yang digunakan ilmuwan.

Sejarah perspektif kritis, teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. konsep kritik yang dipergunakan Mazhab Frankfurt memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa setelah Renaissance.

Pengaruh Marxisme, Karl Marx (1818-1883) merupakan filsuf yang memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Marx memandang bahwa teori kritik Hegel masih kabur dan membingungkan, karena Hegel memahami sejarah secara abstrak. Marx menegaskan bahwa yang dimaksud sejarah adalah sejarah perkembangan alat-alat produksi dan sejarah hubungan-hubungan produksi.

Mazhab Frankfurt, teori kritis dipengaruhi oleh Marxisme, namun dalam beberapa hal dinggap berbeda dengan Marxisme. Teori ini disebut juga Mazhab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan pada lembaga pertama yang mengembangkan teori kritis, yaitu institute fur sozialfarchung di frankfurt, Main di Jerman.

Pendekatan teori kritis pada komunikasi, kajian komunikasi mulanya mencakup retorika saja, lalu muncullah publisistik (ilmu persuratkabaran), maka berita terutama bagaimana cara menyampaikan gagasan atau pesan melalui tulisan menjadi objek komunikasi.

Cultural studies (studi-studi budaya), istilah cultural studies berasal dari centre for contemporary cultural studies (CCCS) di Universitas Birmingham, yang didirikan pada tahun 1964.

Studi-studi feminis, pencarian muatan ideologi di balik apa yang dianggap biasa atau wajar adalah pola utama perspektif kritis. Kehidupan ini dipenuhi oleh apa yang dianggap wajar atau lazim, bahkan kebenaran pun bertumpu pada kelaziman.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong