Resume Pengantar Ilmu Komunikasi
BAB 6
KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan . Simbil atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Suatu system kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat symbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan symbol-simbol tersebut , yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa tertulis Thai misalnya terdiri dari 44 konsonan dan 32 vokal. Suaranya dikombinasikan dengan lima nada yang berbeda untuk menghasilkan bahasa yang bermelodi. Kelas-kelas orang yang berbeda menggunakan kata ganti orang, kata benda , dan kata kerja yang berbeda pula untuk menunjukkan status social dan keintiman.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu.
v FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa , dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi.
Menurut Larry L.Barker, bahasa memiliki tiga fungsi yaitu :
Penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujukpada usaha mengidentifikasi objek,tindakan, atau orang yang menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut Barker, menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi, kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.
Fungsi pertama bahasa ini jelas tidak terelakkan. Melalui bahasa anda mempelajari apa saja yang menarik minat anda, mulai dari sajarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu yang tidak pernah anda temui, seperti bangsa mesoir kuno atau bangsa Yunani. Melalui bahasa pula anda memperkirakan apa yang akan dikatakan atau dilakukan seorang kawan anda.
Fungasi kedua bahasa , yakni sebagai saran untuk berhubungan dengan orang lain, sebenarnya banyak berkaitan dengan fungsi-fungsi komunikasi yang kita bahas dalam Bab 1, khususnya fungsi social dan fungsi instrumental. Ringkasannya, bahasa memungkinkan kita bergauk dengan orang lain untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita.
Sedangkan fungsi ketiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
v KETERBATASAN BAHASA
Keterbatasan bahasa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu : orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek . Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas sendiri.
Ilmu pengetahuan menyatakan bahwa mata kita, sebenarnya bias membedakan tujuh juta warna yang berlainan. Bila kita harus menyediakan satu nama untuk setiap warna, kita memerlukan tujuh juta kata yang berbeda untuk merujuk pada semua warna tersebut. Pesan verbal biasanya lebih lazim kita gunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat factual – deskriptif – rasional .
b. Kata-kata Bersifat Ambigu dan Kontekstual
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata mempresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang, yang menganut latar belakang social budaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata tersebut.
Kata kebudayaan sangat ambiggu, bias diartikan cendekiawan (yang juga masih ambigu) atau seniman. Kosakata yang berbeda, termasuk panggilan buat lawan bicara, dapat menandai tahap-tahap hubungan antara dua manusia, misalnya perubahan kata ganti orang pertama, dari saya menjadi aku atau gue, dan perubahan kata ganti orang kedua, dari Anda menjadi kamu, kau atau elu.
Ruang dan waktu mengubah makna kata. Menurut Hubert Alexander, makna harus dianggap sebagai proses ketimbang sesuatu yang statis. Kata-kata baru muncul, sementara kata-kata lama pelan-pelan menghilang, satu demi satu.
c. Kata-kata Mengandung Bias Budaya
Bahasa terikat oleh konteks budaya, dengan demikian ungkapan lain, bahasa dapat dipandang sebagai perluasan budaya. Menurut Hipotesis Sapair Whorf, sering juga disebut Teori Relativitas Linguistik, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatui dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakainya. Hipotesis yang dikemukakan Benjamin Lee Whorf dan mempopulerkan serta menegaskan pandangan gurunya Edward Sapir ini menyatakan bahwa :
- Tanpa bahasa kita tidak dapat berpikir
- Bahasa mempengaruhi persepsi
- Dan bahasa mempengaruhi pola berpikir .
d. Percampuradukkan Fakta, Penafsiran, dan Penilaian
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan persepsi seperti yang kita bahas dalam bab terdahulu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mencampuradukkan fakta dan dugaan. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan kemungkinan. Komunikasi kita akan lebih efektif kalau kita memisahkan pernyataan fakta dengan dugaan .
v KERUMITAN MAKNA KATA
Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai symbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan symbol yang digunakan untuk mempresentasikannya.
Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat kebahasaan (linguistic), yang punya banyak dimensi : simbol merujuk pada objek di dunia nyata ; pemahaman adalah perasaan subjektif kita mengenai simbol itu ; dan refern adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata. Makna dapat pula digolangkan kedalam : makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotative adalah makna yang sebenarnya (faktual), sedangkan makna konotatif lebih bersifat publik.
Kata-kata dengan sendirinya tidak bermakna apa-apa, kecuali bila kita sendiri yang kata-kata itu mungkin telah mengalami perubahan dalam rentang waktu yang sulit kita ukur. Kata-kata boleh jadi terus berevolusi, dengan makna yang terus juga berubah, sebagian kata menghilang, sejumlah kata yang baru muncul.situasi-situasi baru menciptakan makna-makna baru. Seperti dicatat S.I. Hayakawn, salah satu makna hood lima ratus tahun ynag lalu berkaitan dengan kependetaan.
Kata-kata untuk merujuk pada objek, tindakan, atau peristiwa, ternyata tidak dapat dimaknai secara sederhana.
a. Bahasa Daerah vs Bahasa Daerah
Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hamper sama tetapi dimaknai secara berbeda-beda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.
a. Bahasa Daerah vs Bahasa Indonesia
Sejumlah kata dari bahasa daerah juga digunakan dalam bahasa Indonesia (atau bahasa Indonesia dalam dialek Betawi). Atau sebaliknya, kata-kata Indonesia terdengar seperti diselipkan dalam bahasa daerah , namun artinya sangat jauh berbeda. Misalnya, kata sok dalam bahasa sunda sering disalahtafsirkan oleh orang non-sunda. Dalam bahasa Betawi atau bahasa Indonesia sok itu berarti sombong, seperti dalam kalimat “ orangnya paling sok “.
Setiap suku tampaknya punya ragam ucapan yang khas. Setiap orang mempunyai gagasan pribadi mengenai suatu konsep. Kondisi emosional dan motivasional individu juga mempengaruhi makna yang ia berikan pada konsep tersebut.
b. Bahasa Indonesia vs Bahasa Malaysia
Suatu bangsa atau suku biasanya menganggap bahasanya sendiri sebagai yang terbaik, dan menganggap bahasa yang digunakan bangsa atau suku lain sebagai “tidak alamiah”, baik cara bicara ataupun kata-kata yang mereka ucapkan. Berikut adalah sejumlah kata Malaysia lain bersama sinonimnya dalam bahasa Indonesia, yang dapat menimbulkan kesalahpahaman:
Bahasa Malaysia Bahasa Indonesia
Budak Anak
Dikacau Diaduk
Pejabat Gedung, Kantor
Tewas Kalah
Percuma Gratis
Mangga Kunci gembok
Beberapa kata , frase atau kalimat Malaysia yang terdengar lucu sebenarnya lelucon, sekadar main-main, artinya memang tidak digunakan di Negara itu.
c. Bahasa Daerah/Bahasa Indonesia vs. Bahasa Asing Lainnya
Terkadang kita menemukan juga kata-kata dalam bahasa daerah atau bahasa indonesiaa yang sama atau mirip dengan kata-kata dalam bahasa asing, tetapi dengan makna yang berebeda. Mungkin kita akan tersenyum geli membaca atau mendengar kata-kata tersebut.
v NAMA SEBAGAI SIMBOL
Fungsi pertama bahasa adalah penamaan. Namun diri sendiri adalah symbol pertama dan utama bagi seseorang Nama dapat melambangkan status, cita rasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan kesan) atau sebagai nama hoki. Nama pribadiadalah unsure penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut lainnya. Nama yang kita terima sejak lahir tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita, tetapi juga mempengaruhi orang lain untuk memperlakukan kita, dan terpenting , mempengaruhi kita dalam mempersepsi diri-sendiri.
Nama hewan pun dapat berfungsi sebagai symbol. Anjing, punya konotasi paling buruk diantara nama-nama binatang, setidaknya di Indonesia . Penamaan seseorang , suatu objek atau suatu oeristiwa ternyata tidak sederhana. Nama dapat juga menyusahkan penyandangannya.
v BAHASA GAUL
Orang-orang yang punya latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara berbeda. Perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan, volume (keras ataupun lemahnya), dan yang pasti adalah kosakatanya. Sejumlah kata atau istilah punya arti khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu. Bahasa subkultur ini disebut bahasa khusus (spesial language), bahasa gaul atau argot.
Penciptaan bahasa khusus ini memeiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunaannya. Pertama, sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yang hidup dilingkungan yang memusuhi mereka. Mereka berkomunikasi dengan bahasa gaul mereka yang tiodak dapat dipahami kelompok luar. Kedua, argot berfungsi sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan, tanpa diketahui kelompok dominan dan dihukum oleh meraka. Ketiga, argot berfungsi sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Argot memungkinkan mereka mengenal orang dalam dan membedakan mereka dengan orang luar. Ada tiga bahasa gaul dalam komunikasi verbal , yaitu :
Bahasa Kaum SelebritisBahasa gay dan Bahasa WariaBahasa Kaum Wanita
v BAHASA WANITA VS BAHASA PRIA
Tampaknya wanita dan pria pun mempunyai kosakata berlainan, sebagaimana ditunjukkan berrbagai penelitian. Salah satu sebabnya adalah sosialisasi mereka yang berbeda, khususnya minat mereka yang berlainan terhadap berbagai aspek kehidupan. Wanita menggunakan lebih banyak pertanyaan daripada pria dan mereka menggunakan sebagai strategi pemeliharaan percakapan. Wanita lebih cenderung memulai giliran berbicara dengan secara langsung mengakui andil pembicara sebelumnya.
Sebagaimana dikemukakan Barbara dan Gene Eakins, kerugian muncul ketika wanita dan pria tidak terampil mengubah suatu gaya ke gaya yang lain yang sesuai dengan tuntutan situasi. Yang kita perlukan saat ini adalah keluwesan menggunakan bahasa.
v RAGAM BAHASA INGGRIS
Bahasa Inggris yang lebih universal pun ternyata tidak konsisten dalam ejaannya,pengucapannya, pilihan kata dan juga maknanya. Bahasa Inggris telah berkembang menjadi beberapa ragam , antara lain : Inggris-Inggris (British English), Inggris-Amerika, Inggris-Australia, Inggris-Filipina, dan Inggris-Singapura).
v PENGALIHAN BAHASA
Komunikasi dalam bahasa yang sama dapat menimbulkan salah pengertian, apalagi bila kita tidak menguasai bahasa lawan bicara kita. Untuk melakukan komunikasi yang efektif, kita harus menguasai bahasa mitra komunikasi kita. Dalam konteks inilah kita setidaknya perlu menguasai bahasa Inggris (sebagai bahasa Internasional) untuk menjadi seorang komunikator yang efektif.
Perbedaan bahasa dapatmenimbulkan kesulitan lebih jauh daripada sekadar kekeliruan penerjemahan. Kelemahan dalam penguasaan tata bahasa, struktur, dan kosakata (termasuk idiom, slang, dan jargon khusus) sering menghasilkan terjemahan yang membingungkan, menggelikkan, dan terkadang bertentangan dengan apa yang dimaksudkan tulisan aslinya. Sejumlah kata dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, namun bahasa Indonesia mengalami perluadan makna. Berdasarkan asumsi bahwa bahasa adalah cermin suatu alam pikkiran, dapat dimengerti bila istilah-istilah yang berkaitan dengan tekhnologi canggih dari Negara asing seperti computer, misalnya : drive, monitor, keyboard, mouse, file, dan printer, tetap dibiarkan dalam bahasa aslinya, karena sulit dicarikan padanannya, dan kalaupun ada padanannya, terkesan ganjil.
Kesalahan dalam memahami bahasa Inggris juga bias timbul bila kita tidak menguasai tata bahasa (grammar) atau mengucapkan kata-kata secara salah.
v KOMUNIKASI KONTEKS-TINGGI VS KOMUNIKASI KONTEKS-RENDAH
Edward T. Hall (1973) membedakan budaya konteks-tinggi (high-context culture), dengan budaya konteks-rendah (low context culture), yang mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Budaya konteks-rendah ditandai dengan komunikasi konteks-rendah : pesan verbal dan ekspilisit, gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang. Para penganut budaya konteks-rendah ini mengatakan apa yang mereka katakana (they mean what they say). Sifat komunikasi konteks-rendah adalah cepat dan mudah berubah, karena itu tidak menyatukan kelompok.
Sebaliknya, budaya konteks-tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-tinggi : kebanyakan pesan bersifat implicit, tidak langsung, dan tidak terus terang. Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara : intonasi suara, gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajaha, tatapan mata, atau bahkan konteks fisik (dandanan, penataan ruangan, benda-benda, dan sebagainya) . sifat komunikasi konteks-tinggi adalah : tahan lama, lamban berubah, dan mengikat kelompok yang menggunakannya.
BAB 7
KOMUNIKASI NONVERBAL
Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima ; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan ; kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan.
Beberapa subkultur tari dan musik menunjukkan kekhasan perilaku nonverbal penari atau penyanyinya ketika mereka sedang menari atau menyanyi. Symbol-simbol nonverbal lebih sulit ditafsirkan dari pada symbol-simbol verbal. Tidak ada satupun kamus andal yang dapat membantu penerjemahan symbol nonverbal.
Perbedaan antara berbagai budaya atau subkultur dalam perilaku nonverbal yang kita bahas dalam bab ini menandai banyak orang dari budaya atau subkultur tersebut, namun tidak semuanya.
FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis.peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal. Ada tiga perbedaan pokok antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pertama, sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku nonverbal bersifat multisaluran. Kedua, pesan verbal terpisah-pisah, sedangkan pesan nonverbal sinambuung. Artinya, orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapan pun ia menghendakinya, sedangkan pesan nonverbalnya tetap “mengalir”, sepanjang ada orang yang hadir didekatnya. Ketiga, komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak muatan emosional daripada komunikasi verbal. Sementara kata-kata umumnya digunakan untuk menyampaikan fakta, pengetahuan, atau keadaan, pesan nonverbal lebih potensial untuk menyatakan seseorang, yang terdalam sekalipun, seperti rasa saying atau rasa sedih.
Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :
a. Emblem b. Illustratorc. Regulatord. Penyesuaie. Affect Display
KLASIFIKASI PESAN NONVERBAL
Menurut Ray L. Birdwhestell, 65% dan komunikasi tatap muka adalah nonverbal. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian . pertama, bahasa tanda (sign language). Kedua, bahasa tindakan (action language) semua gerakan tubuh yang tidakndigunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan . dan ketiga, bahasa objek (objek language) pertunjukan benda,pakaian, dan lambing nonverbal bersifat public lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik (misalnya marcing band), dan sebagainya, baik secara sengaja ataupun tidak. Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni :
… pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa;
… kedua, ruang, waktu dan diam.
BAHASA TUBUH
Bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhestell. Lebih dari dua abad yang lalu Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak : istirahat sempurna adalah kematian .
a. Isyarat tangan
Isyarat tangan atau “ berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya.
b. Gerakan kepala c. Postur tubuh dan posisi kaki
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan dengan status social dan agama tertentu. Postur tubuh memang mempengaruhi citra-diri. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William Sheldon misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan temperamen. Ia menghubungkan tubuh yang gemuk (endomorph) dengan sifat malas dan tenang ; tubuh atletik (mesomorph) dengan sifat asertif dan kepercayaan diri ; dan tubuh kurus (ectomorph) dengan sifat introvert yang lebih menyenangi aktivitas mental daripada akktivitas fisik.
d. Ekspresi wajah dan mata
Kontak mata punya dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk membri tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya. Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal,melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.
SENTUHAN
Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan , seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multimakna, dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan,(jabatan tangann), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas. Sentuhan mungkin jeuh lebih bermakna daripada kata-kata.
Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu retang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut :
Fungsional-profesionalSocial-sopanPersahabatan-kehangatanCinta-keintimanRangsangan seksual
Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal, termasuk sentuhan, bukan hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks. Walhasil, makna sentuhan itu sangat kompleks. Tak salah bila Judee Burgoon menyimpulkan bahwa sentuhan adalah perilaku nonverbal yang paling provokatif, tetapi paling sedikit dipahami.
PARABAHASA
Parabahasa, atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vocal (kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya.
Dengan mempertimbangkan parabahasa, kita harus mengantisipasi bahwa kata yang sama dapat dimaknai secara berbeda bila diucapkan dengan cara yang berbeda.
PENAMPILAN FISIK
Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. Sekitar 40.000 tahun lalu orang-orang purba menggunakan tulang untuk dijadikan kalung dan hiasan tubuh lainnya. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa sejak saat itu orang-orang sangat peduli dengan tubuh mereka.
a. Busana
Nilai-nilai agama, kabiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Bangsa-bangsa yang mengalami empat musim yang berbeda menandai perubahan musim itu dengan perubahan cara mereka berpakaian.
b. Karakteristik fisik
Karakteristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot, dan lipstick, jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu. Suatu studi menunjukkan bahwa daya tarik fisik merupakan cirri penting dalam banyak teori kepribadian, meskipun bersifat implicit. Orang yang menarik secara fisik secara ajeg dinilai lebih pandai bergaul, luwes, tenang, mebarik, hangat secara seksual, responsive, persuasive, dan berhasil dalam karier daripada orang yang tidak menarik.
BAU - BAUAN
Bau-bauan , terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodoran, eau de toilette, eau de colegne, dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, miripdengan cara yang juga dilakukan hewan. Perbedaan persepsi atas bau-bauan dapat menimbulkan kesalahpahaman ketika orang-orang berbeda budaya berkomunikasi.
ORIENTASI RUANG DAN JARAK PRIBADI
Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik didalam rumah, diluar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi.
a. Ruang Pribadi vs Ruang publik
Ruang pribadi kita identik dengan “wilayah tubuh” (body territory), satu dari empat kategori wilayah yang digunakan manusia berdasarkan perspektif Lyman dan Scott.
b. Posisi Duduk dan Pengaturan Ruangan
Setiap budaya mengkonsepsikan pola kumunikasi diadik (dua orang) yang berlainan. Secara umum dapat dikatakan , semakin formal penataan ruangan, semakin formal pulalah komunikasi yang dikehendaki. Penataan ruang ini, baik ruang tertutup atau ruang terbuka, boleh jadi berkaitan dengan kepribadian, kebiasaan atau dilandasi oleh kepercayaan atau ideology tertentu. Penataan ruang atau gedung mempengaruhi cara berkomunikasi .
KONSEP WAKTU
Waktu menentukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia .kronemika (chronemics) adalah studi dan interprestasi atas waktu sebagai pesan.
Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua yaitu : waktu monokronik (M) dan waktu polikronik (P). Penganutt waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam ke masa depan dan memperlakukannya sabagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan dan kesegaran waktu.
DIAM
Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga dapat diberi makna. John Cage menyatakan tidak ada ssesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu untuk dilihat, sesuatu untuk didengar. Dalam beberapa budaya, diam itu kurang disukai daripada berbicara. Dalam banyak situasi sosial kita mengharagai pembicaraan, seberapa kosong pun pembicaraan itu. Tujuannya adalah untuk melepaskan ketegangan dan mengatasi keterasingan.
WARNA
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita. Seperti ditunjukkan kalimat atau frase berikut : wajahnya merah, Koran kuning, feeling blue, matanya hijau kalau melihat duit, kabinet ijo royo-royo, dan sebagainya. Oleh karena bersifat simbolik, warna bisa menimbulkan pertikaian. Warna hijau, kuning, dan merah adalah warna yang maknanya universal sebagai pengatur lalu lintas.
ARTEFAK
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan yang telah kita bahas sebelumnya . bidang studi mengenai hal ini disebut objektifa (objectics). Kain timur (bo) adalah suatu artefak yang digunakan di daerah kepala burung (Kabupaten Sorong) Papua. Dikalangan orang Maibrat, Moi, Kebar, Afiat dan Tehit, jenis kain ini tidak hanya bernilai ekonomis, namun juga penting dalam kegiatan politik dan kegiatan ritual setempat. Di wilayah Maibrat, bo merupakan sarana utama dalam menjalin hubungan antaretnik, lebih tepatnya sebagai alat pembayaran, maskawin, harta pusaka, juga dapat menunjukkan status social serta benda sacral dalam upacara suku.