ARSIP BULANAN : January 2014

Resume buku Pengantar Ilmu Komunikasi

29 January 2014 12:11:12 Dibaca : 10756

RESUME BUKU PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Prof. DEDDY MULYANA, M.A., Ph.D.

BAB 6

Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu. Misalnya, kata rumah. Banyak ragam rumah. Ada rumah bertingkat, rumah mewah, rumah sederhana dan rumah sangat sederhana.

Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk mempresentasikan pengalaman anda jauh lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang bernagi sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang yang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda, dan konsekuensinya, proses abstraksi juga menyulitkan.

ASAL-USUL BAHASA

Hingga kini belum ada teori yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi. Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial. Konon makhluk-makhluk yang mirip manusia (hominid) dan menggunakan alat pemotong dari batu ini berkomunikasi secara naluriah, dengan bertukar tanda alamiah berupa suara, postur dan gerakan tubuh, sedikit lebih maju dari komunikasi hewan primata masa kini.

Dulu, ketika nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon belum mampu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi lewat gambar-gambar yang mereka buat pada tulang, tanduk, cadas, dan dinding gua yang banyak ditemukan di Spanyol, dan Prancis Selatan. Antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan.

Sekitar 5000 tahun lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Penyebaran sistem tulisan akhirnya sampai juga ke Yunani. Bangsa Yunani-lah yang kemudian menyempurnakan dan menyederhanakan sistem tulisan ini. Sistem tulisan dan bahasa lisan it uterus berkembang hingga kini.

FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk indentifikasi sosial. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka yang lalu menjadi konvensi.

Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: penamaan, merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi; interkasi, menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan; transmisi informasi, melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Bahasa dapat menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan.

Book mengemukakan, agar komunikasi berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungs, yaitu: untuk mengenal dunia sekitar; berhubungan dengan orang lain; dan untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.

KETERBATASAN BAHASA

Keterbatan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek

Kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu kita sulit menamai suatu objek.

Kualitas seseorang atau sesuatu yang ingin kita ungkapkan sebenarnya tidak sesederhana itu. Baik orang, benda atau peristiwa sebenarnya sulit untuk kita kategorikan sebagai baik atau buruk. Kesulitan menggunakan kata yang tepat juga dialami ketika ingin mengungkapkan perasaan. Pesan verbal biasanya lebih lazim kita gunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat factual-deskriptif-rasional.

Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang, yang menganut latar-belakang sosial budaya yang berbeda-beda. Kata-kata selalu, sering, setiap orang, semua orang dan dengan teratur, sebenarnya bersifat ambigu.

Kata-kata bersifat kontekstual sebenarnya mengisyaratkan bahwa aturan-aturan baku dalam berbahasa tidaklah mutlak. Misalnya, kata-kata sifat seperti adil menjadi keadilan; cantik menjadi kecantikan. Namun prinsip ini tidak berlaku untuk kata sifat malu; malu menjadi rasa malu bukan kemaluan.

Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat oleh konteks budaya. Menurut Hipotesis Sapir-Whorf, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan pemakainya. Jadi bahasa yang berbeda sebenarnya mempengaruhi pemakainya untuk berpikir, melihat lingkungan dan alam semestadi sekitarnya dengan cara berbeda dan perilaku secara berbeda pula. Hipotesis yang dikemukakan Benjamin Lee Whorf menegaskan bahwa (1) tanpa bahasa kita tidak dapat berpikir; (2) bahasa mempengaruhi persepsi; dan (3) bahasa mempengaruhi pola berpikir.

Ketika kita menggunakan bahasa daerah, sifat bahasa daerah yang berlapis-lapis itu memaksa kita-sadar atau tidak- untuk memandang orang di hadapan kita dengan kategori tertentu.

Percampuradukan fakta, penafsiran dan penilaian

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta(uraian), penafsiran (dugaan) dan penilaian. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mencampuradukkan fakta dan dugaan. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan kemungkinan.

KERUMITAN MAKNA KATA

Kita keliru bila kita menganggap bahwa kata-kata itu mempunyai makna. Kitalah yang member makna pada kata. Dan makna yang kita berikan kepada kata yang sama bisa berbeda-beda. Tergantung pada konteks ruang dan waktu. Makna muncul dari hubungan khusus antara kata dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang.

Bahasa daerah vs bahasa daerah

Di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda. Tidak mengherankan bila terdpat kata-kata yang kebetulan sama atau hamper sama tetapi dimaknai secara berbeda atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.

Bahasa daerah vs bahasa Indonesia

Sejumlah kata dari bahasa daerah juga digunakan dalam bahasa Indonesia, atau sebaliknya, kata-kata Indonesia terdengar seperti diselipkan dalam bahasa daerah, namun artinya sangat jauh berbeda.

NAMA SEBAGAI SIMBOL

Nama diri-sendiri adalah symbol pertama dan utama bagi seorang. Nama dapat melambangkan status, citarasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu atau sebagai nama hoki. Nama pribadi adalah unsure penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut lainnya. Penamaan seseorang, suatu objek atau suatu peristiwa ternyata tidak sederhana.

BAHASA GAUL

Orang-orang punya latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara berbeda. Perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan, volume dan yang pasti kosakatanya. Cara bicara dan pilihan kata ilmuwan berbeda dengan cara bicara dan pilihan kata pedagang. Sejumlah kata atau istilah punya arti khusus, unik, menyimpang atau bertentangan dengan arti yang lazim digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu.

Bahasa kaum selebritits

Kalangan selebritis pun memiliki bahasa gaul. Baronang = baru; pinergini = pergi dan sebagainya. Bahasa gaul ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Ada kebutuhan di antara pemakainya untuk berkomunikasi dengan bahasa yang tidak diketahui banyak orang, terutama bila menyangkut hal-hal yang sangat pribadi.

Bahasa gay dan bahasa waria

Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci. Misalnya, binaginus (bagus), cinakinep (cakep) dan sebagainya.

BAHASA WANITA VS BAHASA PRIA

Wanita dan pria mempunyai kosakata berlainan. Sebabnya adalah sosialisasi mereka yang berbeda., khususnya minat mereka yang berlainan terhadap aspek kehidupan. Deborah Tannen (1991) mengatakan bahwa wanita cenderung menata pembicaraan secara kooperatif, sedangkan pria cenderung menatanya secara kompetitif.

RAGAM BAHASA INGGRIS

Bahasa Inggris yang lebih universal ternyata tidak konsisten dalam ejaannya, pengucapannya, pilihan kata juga maknanya. Bahasa Inggris berkembang menjadi beberapa ragam, antara lain; Inggris-Inggris (British English), Inggris-Amerika, Inggris-Australia, Inggris-Filipina, dan Inggris-Singapura.

PENGALIHAN BAHASA

Untuk melakukan komunikasi yang efektif, kita harus menguasai bahasa mitra komunikasi kita. Dalam konteks inilah kita setidaknya perlu menguasai bahasa Inggris untuk menjadi komunikator yang efektif. Komunikasi dalam bahasa dapat menimbulkan salah pengertian, bila kita tidak menguasai bahasa lawan bicara kita.

KOMUNIKASI KONTEKS TINGGI VS KOMUNIKASI KONTEKS RENDAH

Budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, terus terang. Contoh: komunikasi (program) komputer. Budaya Konteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan bersifat implisit, tidak langsung, tidak terus terang. Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara. Pernyataan verbal bisa berbeda dengan pernyataan non verbalnya. Contoh: suku sunda-jawa yang berbicara berputar-putar tidak langsung pada inti masalah. Orang indonesia cenderung berbicara tidak langsung atau menggunakan komunikasi konteks tinggi demi untuk menjaga harmoni.

 

RESUME BUKU PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Prof. DEDDY MULYANA, M.A., Ph.D.

BAB 7

Komunikasi Nonverbal

Pesan nonverbal adalaha semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh invidu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Definisi ini juga mnecakup perilaku yang disengaja atau tidak disengaja sebagia bagian dari peristiwa secara keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

Pada dasarnya suatu kelompok yang punya bahasa verbal khas juga dilengkapi dengan bahasa nonverbal khas yang sejajar dengan bahasa verbal tersebut. Contohnya, seorang Sunda akan membungkukkan badan –terkadang disertai dengan anggukan kepala- ketika lewat dihadapan orang lain, seraya mengucapkan “Punten”

FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Menurut Paul Ekhman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, yakni:

Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.

Illustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.

Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan.Affect Display. Pembesaran manic-mata menunjukkan peningkatan emosi.

KLASIFIKASI PESAN NONVERBAL

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian. Pertama, bahasa tanda, acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan, semua gerakan tubuh yang digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan; dan ketiga, bahasa objek, pertunjukkan benda, pakaian, lambing nonverbal bersifat publik lainnya sepertik ukuran ruangan, bendera, gambar, music dan sebagainya, baik disengaja maupun tidak.

BAHASA TUBUH

Setiap anggota tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna aladah kematian.

Isyarat tangan

Isyarat tangan atau “berbica dengan tangan” termasuk apa yang disebuut emblem. Meski[un isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda; atau isyarat fisiknya berbeda, namun maksud sama.

Gerakan kepala

Di beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “tidak” seperti di Bulgaria, sementara isyarat “ya” di negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang Inggris sama seperti orang Indonesia, menganggukkan kepala berarti mereka mendegar dan tidak berarti menyetujui. Di Yunani, orang mengatakan “tidak” dengan menyentakkan kepala ke belakang dan menengadahkan wajahnya. Gelengan kepala yang berarti “tidak” di Indonesia malah berarti “ya” di India Selatan.

Postur tubuh dan posisi kaki

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu. Postur tubuh memang mempengaruhi citra-diri. Cara berjalan pun tampaknya dikategorikan menjadi cara berjalan yang maskuli atau feminim. Misalnya, di Indonesia, mahasiswi yang sering membawa buku dengan tangan di depan dada dikategorikan sebagai perilaku yang feminism. Sebaliknya, mahasiswi yang melipat buku catatannya dan memasukkannya dibelakang celananya akan dianggap maskulin.

Ekspresi wajah dan tatapan mata

Banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata. Kontak mata punya dua fungsi dalma komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk member tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif, member tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.

SENTUHAN

Sentuhan seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multi-makna, dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tampara, pukulan, cubitan, senggolan, belaian, pelukan, hingga sentuhan lembut sekilas. Sentuhan tidak bersifat acak. Melainkan suatu strategi komunikasi yang penting. Makna sentuhan itu sangat kompleks. Judee Burgoon menyimpulkan bahwa sentuhan adalah perilaku nonverbal yang provokatif, tapi paling sedikit dipahami.

PARABAHASA

Parabahasa atau vokalia merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dpat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada, intensitas suara, tawa, erangan, tangis, gerutuan, desahan dan sebagainya. Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang, bukan karena isi pembicaraan tapi karena cara menyampaikan yang lamban dan monoton.

PENAMPILAN FISIK

Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik busananya dan juga ornamen lain yang dipakainya.

Busana

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan, nilai kenyamanan dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai simbol keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Orang mengenakan jubah atau jilbab sebagai tanda keagamaan dan keyakinan mereka.

Karakteristik fisik

Karakteristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot dan lipstik, jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu. Daya tarik fisik merupakan cirri penting dalam teori kepribadian, meskipun bersifat implisit.

BAU-BAUAN

Bau-bauan, terutama yang menyenangkan telah berabad-abad digunakan orang untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang digunakan oleh hewan. Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, dan menarik lawan jenis. Suku primitive di pedalaman telah menggunakan tumbuhan sebagai bahan wewangian.

Setiap orang memiliki bau tubuh yang khas, berkat zat khas yang keluar dari tubuhnya, emskipun ia tidak memakai minyak wangi apapun.

ORIENTASI RUANG DAN JARAK PRIBADI

Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasi ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah, ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall, mengungkapkan cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi.

Ruang pribasi vs ruang publik

Setiap orang, baik ia sadar ataupun tidak, memiliki ruang pribadi, imajiner yang bila dilanggar, akan membuatnya tidak nyaman. Misalnya, anda tiba-tiba duduk kursi yang disampingnya di duduki seseorang padahal ruang yang ada cukup lapang. Ia pasti akan memberikan reaksi, seperti bergeser ke samping atau meletakkan buku atau tas sebagai pembatas antara dia dan anda.

Posisi duduk dan pengaturan ruangan

Secara umum dapat dikatakan, semakin formal penataan ruangan, semakin formal pula komunikasi yang dikehendaki. Penataan ruang, baik ruang tertutup atau ruang terbuka, boleh jadi berkaitan dengan kepribadian, kebiasaan atau dilandasi oleh kepercayaan atau ideologi tertentu.

KONSEP WAKTU

Waktu menentukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia. Edward T. Hall membagi konsep waktu menjadi dua yaitu: waktu polikronik, memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi; waktu monokronik, cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam ke mada depan dan memperlakukannya sebagai identitas yang nyata dan bisa dipilih-pilih, dibuang, dihabiskan, dibagi, dihilang bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan dan kesengsaraan waktu.

DIAM

Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga diberi makna. John Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu yang dilihat, sesuatu yang didengar. Sebenarnya, bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita tidak dapat melakukannya.

WARNA

Kita sering menggunakan warna untuk menggambarkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita. Karena bersifat simbolik, warna bisa menimbulkan pertikaian.

ARTEFAK

Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu.

Tanpa memperhatikan sungguh-sungguh bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi, termasuk komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal tersebut, kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Bila perilaku nonverbal orang lain berbeda dengan perilaku nonverbal kita, sebenarnya itu bukan berarti salah, tapi secara kultural orang itu sedikit berbeda dengan kita.