FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI (PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASI)

14 April 2014 05:37:55 Dibaca : 10294

Makalah

RESENSI BUKU FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI

(PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASI)

RATRIE NUR RAHMAH

291413030

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

 

PENDAHULUAN

Filsafat Ilmu Komunikasi diartikan sebagai “kegiatan berpikir dan mengkaji secara lebih mendalam, cermat, dan kritis terhadap proses komunikasi yang meliputi ontologinya, epistemologinya maupun aksiologinya dan mencoba memperoleh jawaban yang tepat dengan terus menanyakan jawaban-jawaban untuk memecahkan masalah-masalah dalam proses komunikasi tersebut.” (Kriyantono 2012: 47)

Dalam hal ini, filsafat komunikasi berarti menggali secara mendalam baik segala hal maupun fenomena komunikasi itu sendiri. Hal ini dapat bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru atau bahkan memperbarui dan menyempurnakan teori yang sudah ada. Kegiatan berfilsafat ini berdasarkan keingintahuan dan keragu-raguan manusia akan segala sesuatu yang berada di sekitarnya secara khusus fenomena komunikasi yang didalamnya meneliti hasil hubungan dan interaksi antarmanusia yang mana interaksi tersebut merupakan objek material ilmu komunikasi. Sedangkan objek formal dalam “ilmu komunikasi adalah segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan manusia.” (Kriyantono 2012: 48)

 

PEMBAHASAN

Pemahaman atau komunikasi manusia merupakan masalah perspektif yang di pakai untuk memahaminya. Perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Cara seseorang memandang atau pendekatan yang digunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang diperoleh.

Pada ilmu komunikasi ada beberapa metateori tentang realitas (ontologi), tentang bagaimana mencapainya (epistimologi), dan tentang nilai dari komunikasi (aksiologi). Berikut beberapa perspektif ontologi dan epistimologi:

Realisme, benda-benda atau objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri secara benar, tanpa campur tangan ide dari si-pengamat.Nominalis, dunia sosial adalah wilayah luar pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas.Konstruksionis, kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis.

Perspektif-perspektif tersebut menurunkan sejumlah teori komunikasi. Misalnya perspektif positivisme dan post-positivisme menurunkan teori strukturalisme-fungsionalisme. Teori ini merupakan turunan dari perspektif positivisme dan post-positivisme awal. Kedua aliran ini meyakini bahwa struktur sosial bersifat nyata dan berfungsi dengan cara-cara yang dapat diobservasi secara objektif.

A. Perspektif Positivisme

APA itu komunikasi? Paradigma positivisme mendefiniskan komunikasi sebagi suatu proses sebab-akibat, yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator/encoder) untuk mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan/decoder) yang pasif. Komunikasi terjadi secara sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan rangsangan dalam membangkitkan respon orang lain. Model komunikasi linier atau komunikasi satu arah merupakan salah satu model yang paling banyak dikenal dan mudah dipahami.

B. Perspektif Post-Positivisme

Post-positivisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi kebenaran-kebenaran positivisme. Beberapa peneliti sosial beragumen bahwa kekurangan-kekurangan dari pemikiran positivisme pada dasarnya membutuhkan dasar filsafat ilmu yang berbeda. Namun, beberapa orang beranggapan bahwa postivisme sebenarnya tidak perlu ditolak secara total karena mereka lebih meletakkan penolakannya pada gagasan tentang keyakinan positivisme mengenai kebenaran absolut, landasan mutlak sebuah observasi dan asumsi tentang akumulasi pengetahuan yang tak berubah.

Perspektif Post-positivisme membawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial termasuk ilmu komunikasi. Melalui kritik yang mendasar terhadap positivisme yang realis, bebas nilai dan memisahkan subjek dan objek penelitian.

C. Perspektif Interpretif

Menurut Wilbur Schramm, manusia itu tidak mungkin tidak berkomunikasi. Kehidupan sosial seseorang dipenuhi dengan berbagai komunikasi. Teori ini menggambarkan proses munculnya pemahaman dari kehidupan sosial. Terori ini tidak mencoba menemukan struktur hukum dalam kehidupan sosial, melainkan berupaya membuka cara-cara orang memahami pengalaman mereka di tengah kehidupan sosial. Teori Interpretif ini diturunkan dalam teori komunikasi seperti teori interpretasi kultural, teori kultur organisasional dan teori interpretasi tekstual.

D. Perspektif Konstruktivisme

Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan objek dan subjek komunikasi. Konstruktivisme menganggap subjek sebagi faktor sentral dalam kegiatan komunikasi. Konstruktivisme lebih berkaitan dengan program penelitian dalam komunikasi antarpersonal.

Ilmu komunikasi dalam perspektif konstruktivisme tidak hanya mempertimbangkan konstruksi namun juga menyediakan cara-cara penelitian yang lebih khas. Namun wilayah komunikasi masih terus berkembang, karena itu perspektif ini mendapatkan kritik dan ilmu komunikasi berkembang lagi.

E. Perspektif Teori Kritis

Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. Teori ini mencoba membongkar kepentingan atau ideologi yang berdiri di balik fenomena sosial. Karena teori ini tidak sekedar observasi, melainkan juga memberikan kritik terhadap fenomena sosial. Teori kritis meyakini pentingnya konstruksi kultur dan cara-cara praktik sosial dalam menentukan, menghilangkan atau membangun suatu kultur.

Perspektif ini adalah upaya membongkar ideologi dominan yang menindas. Ideologi dalam hal ini dipahami sebagai relasi kekuasaan yang ada di luar suatu kelas. Melalui perspektif ini, ilmu komunikasi lebih berwarna lagi. Ilmu komunikasi terus berkembang ke segala arah kehidupan dan ini berarti memiliki peran penting di masyarakat.

Kelebihan dan Kekurangan

Dalam buku ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya yaitu :

Kelebihan: buku ini menjelaskan secara rinci pengertian perspektif, perspektif-perspektif ilmu komunikasi dan penggunaan perspektif untuk membantu pembuatan skripsi.

Kekurangan: penggunaan bahasanya terlalu tinggi, sehingga membuat pembaca agak sulit memahami maksud dari si penulis.

 

PENUTUP

Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi komunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan. Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.

Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri. Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro., Bambang Q. Anees. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya Offset

http://fgreisye.blogspot.com/2013/09/etika-dan-filsafat-komunikasi-analisis.html