tugas gender

18 June 2015 03:48:05 Dibaca : 199

NAMA : ARIF KARIM

NIM : 291414013

KELAS : ILMU KOMUNKASI B

 

TILAMUTA_ Foto ini diambil saat waria ini bekerja untuk mencari uank untuk menanggung hidup meraka. Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, waria merupakan penyakit seks atau kondisi yang patologis sehingga harus diperangi sering dengan cara membabi buta. Waria distereotifkan negatif sama halnya dengan kaum gay, lesbian dan penjajah seks komersial. Titik tolak penilaian yang sangat ditentutan oleh orientasi seksual ini yang menjadi sebab, sehingga apapun aktivitasnya, selalu waria terlihat aneh bahkan terkadang seolah sangat menjijikkan.
Pada dasarnya untuk menjadi kaum seorang waria tidak diinginkan oleh mereka namun apa boleh buat nasib berkata lain. Berikut faktor-faktor menjadi seorang waria :
1. sejak kecil sudah mempunyai jiwa keperempuanan;
2. terpengaruh oleh lingkungan;
3. desakan ekonomi ;
tidak memungkinkan bahwa terdpat faktor-faktor yang lain yang menyebabkan mereka menjadi seorang waria.
Transgender adalah perilaku yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan yang diluar kodratnya. Mereka merasa bahwa dirinya bukan merupakan gender yang sekarang membentuk dirinya, sehingga mereka berperilaku dan berpenampilan seperti gender yang mereka inginkan. Contoh sederhana dari para pelaku transgender adalah seorang laki-laki yang berperilaku lemah lembut dan gemulai. Hal itu tentu berlawanan dari kodratnya sebagai sosok laki-laki yang seharusnya kuat dan tegas.
Perilaku yang seperti itu, sebagian besar karena terpengaruh oleh faktor lingkungan disekitarnya. Seorang laki-laki, seperti pekerja salon, lama-kelamaan akan turut berperilaku seperti perempuan karena faktor bawaan pekerjaan yang mengakibatkan dia bersifat melambai seperti lawan jenisnya. Karena kebiasaan itu pula, dia susah untuk mengubahnya dan terperangkap pada gender tersebut yang akhirnya ia nyaman berperilaku seperti itu.
Transgender dan transeksual tidaklah sama. Seorang transeksual sudah pasti merupakan seorang transgender. Para pelaku transgender biasanya hanya berdandan, berpenampilan, dan bertranformasi sesuai dengan gender yang mereka inginkan. Sedangkan transeksual, mereka tidak akan pernah puas dengan hanya terlihat sesuai dengan gender yang mereka inginkan. Perubahan ekstrem pun tentu mereka lakukan, termasuk mengubah fungsi seksual mereka agar identitas mereka berganti secara seutuhnya.
Tidak dapat dipungkiri, masyarakat masih sulit menemukan para pelaku transgender dan transeksual, mereka adalah sosok yang berbeda dan cenderung ekslusif karena hanya bisa ditemui di tempat-tempat tertentu saja. Hanya sebagian orang saja dari mereka yang percaya diri memproklamirkan diri mereka sebagai seorang transgender ataupun transeksual. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih belum bisa menerima keberadaan mereka di lingkungan sekitarnya. Ada standarisasi sosial yang mengakibatkan mereka terdiskriminasi dari pergaulan sosial. Padahal mereka juga butuh berkomunikasi dan memiliki hubungan sosial dengan masyarakat lainnya. Sebab, komunikasi berperan penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup seseorang. Dengan berkomunikasi, seseorang bisa mengeluarkan aspirasi, menerima, dan menyampaikan pesan kepada yang lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menerima orang lain dengan apa adanya selama itu itu tidak merugikan diri dan lingkungan sekitar kita :)

“Nasib Pemulung Pencari Sampah Plastik”

Nasib kurang beruntung dialami oleh seorang ibu yang bernama Nurbaiti berumur 53 tahun. Setiap hari Nurbaiti mengelilingi gorontalo H. Agus Salim untuk mencari sampah plastik. Tak kenal lelah ibu Nurbaiti untuk mencari sampah plastik demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ketiga anaknya.
Sudah dua tahun ibu Nur menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya sudah meninggal, semenjak itulah ibu Nur bekerja sebagai pemulung mencari sampah plastik. Suami Nurbaiti meninggal karena sakit kanker paru-paru yang dideritanya. Setiap hari minggu dan ketika anaknya libur sekolah, ia selalu membawa ketiga anaknya untuk membantunya mencari sampah plastik.
Meskipun menjadi pemulung mencari sampah plastik, Nurbaiti tetap semangat dan ia tidak pernah malu demi mencukupi kehidupan keluarganya. Selama Nurbaiti menjadi pemulung banyak suka duka yang dialami, tetapi lebih banyak duka yang didapati oleh Nurbaiti. Misalnya, tak mengenal lelah, hujan panas ia tetap bekerja meskipun hujan badai sekalipun.
Penghasilan yang didapat oleh Nurbaiti tidak seberapa, kadang-kadang penghasilanya pun tidak menentu, misalnya dalam sehari Rp 30.000 atau bahkan bisa mencapai Rp 80.000 itupun jika di Gorontalo diadakan acara. Tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakoni oleh Nurbaiti selain memulung. Ibu tiga orang anak ini hanya menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Hal tersebut karena terhalang biaya, maka Nurbaiti hanya bisa menjadi seorang pemulung.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong