ARSIP BULANAN : March 2017

(KOMUNIKASI LINTAS BUDAUYA NAMA SEBAGAI SIMBOL )

15 March 2017 17:13:59 Dibaca : 177

NAMA SEBAGAI SIMBOL

Fungsi pertama bahasa adalah penamaan. Nama diri sendiri adalah simbol petama dan utama bagi seseorang. Nama juga dapat melambangkan status, cita rasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan kesan) atau sebagai nama hoki.nama pribadi adalah unsur penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut lainnya.

Nama yang diterima sejak lahir pun tidak hanya mempenaruhi kita dalam kehidupan, tetapi juga mempengaruhi orang lain untuk bagaimana memperlakukan kita, dan yang paling penting yaitu dapat mempengaruhi kita dalam mempersepsi diri sendiri. Misal julukan “murahan” yang dilontarkan kepada wanita mempengaruhi bagaimana orang itu diperlakukan oleh lawan jenisnya. Atau bisa dibilang nama itu dapat mempengaruhi hidup seseorang.

Nama adalah sebagian dari konsep diri yang sangat penting. Bahkan nama menunjukkan kesadaran seseorang. Perubahan nama seseorang yang tadinya non-muslim menjadi muslim adalah suatu pertanda perubahan jati diri nya dan hubunngannya dengan alam semesta. Contohnya Margaret Marcus berubah menjadi Maryam Jamilah, Cat Stevens menjadi Yusuf Islam, dan Mary vanderdrift menjadi Aminah Abdullah.

Nama jelas bersifat simbolik, nama yang dianggap bagus atau keren menimbulkan kesan yang positif pada pendengar atau pembaca nama itu. Shakespeare, lewat tokoh juliette-nya mengatakan apalah arti sebuah nama, bunga ros akan tetap harum juga meski diberi nama lain. Akan tetapi, menurut penelitian psikologi, pendapat juliette itu keliru. Menurut mereka yang berhubungan dengan anda, nam anda itu memberi suatu makna. Nama anda mempengaruhi cara mereka mempersepsi anda, pengharapan mereka akan anda, dan cara mereka memperlakukan anda.

Terdapat bukti bahwa nama-nama yang lazim memberikan kesan lebih baik daripada nama-nama kurang lazim. Suatu penelitian menemukan bahwa penyandang nama seperti David, James, John, Joseph, Michael, dan Paul dipandang lebih kuat dan lebih aktif daripada penyandang nama seperti Bernard, Edmond, dan Raymond. Bahkan anak-anak pun punya stereotip mengenai nama, dan streotip ini mempengaruhi interaksi mereka dengan teman sebaya. Nama-nama yang agak lazim cenderung lebih populer daripada nama yang kurang lazim.

Sekarang barulah kita mengerti mengapa banyak sekali seniman-seniman atau pekerja layar televisi mengubah namanya hanya untuk kepopuleran atau sebagai nama hoki. Misal yuni shara yang nama aslinya wahyu setyaning budi, ayu azhari dengan nama aslinya siti khadijah, iwan fals dengan nama aslinya virgiawan lisgianto, dan masih banyak lagi. Alasan perubahan nama seperti diatas nampaknya bukan semata-mata masalah hoki, melainkan masalah persepsi masyarakat yang mungkin berkaitan dengan masalah hoki juga.

Nama hewan pun dapat berfungsi sebagai simbol. Anjing misalnya, punya konotasi yang paling buruk diantara nama-nama binatang, setidaknya di indonesia. buktinya, semburan kata Anjing kepada seseorang begitu menyakitkan dan bisa membuat orang naik darah. Efeknya akan berbeda jika dalam bentakan itu kata anjing diganti dengan binatang lain seperti, ayam, kelinci, angsa atau lainnya yang mempunyai konotasi yang jauh lebih baik ketimbang Anjing.

Sumber : https://ikombuinsuka13.wordpress.com/2013/12/12/tugas-pengantar-ilmu-komunikasi/comment-page-1/#comment-5

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong