tugas gender
NAMA : ARIF KARIM
NIM : 291414013
KELAS : ILMU KOMUNKASI B
TILAMUTA_ Foto ini diambil saat waria ini bekerja untuk mencari uank untuk menanggung hidup meraka. Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, waria merupakan penyakit seks atau kondisi yang patologis sehingga harus diperangi sering dengan cara membabi buta. Waria distereotifkan negatif sama halnya dengan kaum gay, lesbian dan penjajah seks komersial. Titik tolak penilaian yang sangat ditentutan oleh orientasi seksual ini yang menjadi sebab, sehingga apapun aktivitasnya, selalu waria terlihat aneh bahkan terkadang seolah sangat menjijikkan.
Pada dasarnya untuk menjadi kaum seorang waria tidak diinginkan oleh mereka namun apa boleh buat nasib berkata lain. Berikut faktor-faktor menjadi seorang waria :
1. sejak kecil sudah mempunyai jiwa keperempuanan;
2. terpengaruh oleh lingkungan;
3. desakan ekonomi ;
tidak memungkinkan bahwa terdpat faktor-faktor yang lain yang menyebabkan mereka menjadi seorang waria.
Transgender adalah perilaku yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan yang diluar kodratnya. Mereka merasa bahwa dirinya bukan merupakan gender yang sekarang membentuk dirinya, sehingga mereka berperilaku dan berpenampilan seperti gender yang mereka inginkan. Contoh sederhana dari para pelaku transgender adalah seorang laki-laki yang berperilaku lemah lembut dan gemulai. Hal itu tentu berlawanan dari kodratnya sebagai sosok laki-laki yang seharusnya kuat dan tegas.
Perilaku yang seperti itu, sebagian besar karena terpengaruh oleh faktor lingkungan disekitarnya. Seorang laki-laki, seperti pekerja salon, lama-kelamaan akan turut berperilaku seperti perempuan karena faktor bawaan pekerjaan yang mengakibatkan dia bersifat melambai seperti lawan jenisnya. Karena kebiasaan itu pula, dia susah untuk mengubahnya dan terperangkap pada gender tersebut yang akhirnya ia nyaman berperilaku seperti itu.
Transgender dan transeksual tidaklah sama. Seorang transeksual sudah pasti merupakan seorang transgender. Para pelaku transgender biasanya hanya berdandan, berpenampilan, dan bertranformasi sesuai dengan gender yang mereka inginkan. Sedangkan transeksual, mereka tidak akan pernah puas dengan hanya terlihat sesuai dengan gender yang mereka inginkan. Perubahan ekstrem pun tentu mereka lakukan, termasuk mengubah fungsi seksual mereka agar identitas mereka berganti secara seutuhnya.
Tidak dapat dipungkiri, masyarakat masih sulit menemukan para pelaku transgender dan transeksual, mereka adalah sosok yang berbeda dan cenderung ekslusif karena hanya bisa ditemui di tempat-tempat tertentu saja. Hanya sebagian orang saja dari mereka yang percaya diri memproklamirkan diri mereka sebagai seorang transgender ataupun transeksual. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih belum bisa menerima keberadaan mereka di lingkungan sekitarnya. Ada standarisasi sosial yang mengakibatkan mereka terdiskriminasi dari pergaulan sosial. Padahal mereka juga butuh berkomunikasi dan memiliki hubungan sosial dengan masyarakat lainnya. Sebab, komunikasi berperan penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup seseorang. Dengan berkomunikasi, seseorang bisa mengeluarkan aspirasi, menerima, dan menyampaikan pesan kepada yang lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menerima orang lain dengan apa adanya selama itu itu tidak merugikan diri dan lingkungan sekitar kita :)
“Nasib Pemulung Pencari Sampah Plastik”
Nasib kurang beruntung dialami oleh seorang ibu yang bernama Nurbaiti berumur 53 tahun. Setiap hari Nurbaiti mengelilingi gorontalo H. Agus Salim untuk mencari sampah plastik. Tak kenal lelah ibu Nurbaiti untuk mencari sampah plastik demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ketiga anaknya.
Sudah dua tahun ibu Nur menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya sudah meninggal, semenjak itulah ibu Nur bekerja sebagai pemulung mencari sampah plastik. Suami Nurbaiti meninggal karena sakit kanker paru-paru yang dideritanya. Setiap hari minggu dan ketika anaknya libur sekolah, ia selalu membawa ketiga anaknya untuk membantunya mencari sampah plastik.
Meskipun menjadi pemulung mencari sampah plastik, Nurbaiti tetap semangat dan ia tidak pernah malu demi mencukupi kehidupan keluarganya. Selama Nurbaiti menjadi pemulung banyak suka duka yang dialami, tetapi lebih banyak duka yang didapati oleh Nurbaiti. Misalnya, tak mengenal lelah, hujan panas ia tetap bekerja meskipun hujan badai sekalipun.
Penghasilan yang didapat oleh Nurbaiti tidak seberapa, kadang-kadang penghasilanya pun tidak menentu, misalnya dalam sehari Rp 30.000 atau bahkan bisa mencapai Rp 80.000 itupun jika di Gorontalo diadakan acara. Tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakoni oleh Nurbaiti selain memulung. Ibu tiga orang anak ini hanya menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Hal tersebut karena terhalang biaya, maka Nurbaiti hanya bisa menjadi seorang pemulung.
tugas uts etika dan filsafat
Nama : Arif Karim
Nim : 291414013
Jurusan : ilmu komunikasi (B)
Mk : ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI
ï¶ “Pengantar filsafat”Filsafat merupakan sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tentang yang dapat dicapai oleh akal manusia, filsafat berkembang melalui dua jalur yaitu , jalur yang pertama ialah filsafat alam yang mempelajari benda dan peristiwa alamiah, dan kedua adalah yang menyangkut tujuan dan kewajiban manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral. Filsafat dalam garis besarnya dibedakan menjadi dua ragam yaitu, filsafat kritis dan filsafat spekulatif. Filsafat kritis sebagian besar itu disebut filsafat analitik yaitu memusatkan perhatiannya pada analisis secara cermat terhadap makna berbagai pengertian yang diperbincangkan dalam filsafat seperti misalnya yaitu substansi, eksistensi, moral, realita, sebab, nilai, kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kemestian, adapun filsafat spekulatif yaitu usaha yang menyusun sebuah sistem ide-ide umum yang berpautan, logis, dan perlu yang dalam kerangka sistem itu setiap unsure dari pengalaman kita dapat di tafsirkan.
Filsafat itu mempelajari sebuah ilmu atau pengetahuan rasional yang mencakup filsafat maupun ilmu, terjadinya perkembangan baru tokoh-toko h memperkenalkan metode matematik dan metode eksperimental untuk mempelajari alam. Pengetian filsafat alam memperoleh arti khusus sebagai penelaahan yang sistematis terhadap alam melalui pemakain metode-metode yang diperkenalkan oleh para pembaharu dari zaman dahulu, perkembangan ilmu mencapai puncak kejayaan ditangan Newton. Cabang-cabang ilmu lainnya yang tercakup dalam pengertian ilmu modern juga berkembang pesat berkat penerapan metode metode empiris yang makin cermat, pemakaian alat keilmuan, yang lebih lengkap dan komunikasi antara ilmuwan yang senantiasa meningkat. Pada zaman modern timbul kebutuhan untuk memisahkan secara nyata kelompok ilmu-ilmu modern dari filsafat karena perbedaan ciri-cirinya yang sangat mencolok. Filsafat kebanyakan masih bercorak spekulatif, sedangkan ilmu-ilmu modern telah menerapkan metode-metode empiris, eksperimental, dan induktif .
Pengetahuan filsafat dan ilmu berkembang sejak zaman yunani “philosophia” yang berarti cinta kearifan, katanya philos adalah cinta dan shopia kearifan, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis. Orang yang pertama –tama yang memperkenalkan istilah philosophia ialah Pythagoras , Pythagoras mendirikan aliran filsafat Pythagoreanisme yang mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda. Filsafat Pythagoras dan mazbah Pythagoreanisme didapatkan menjadi sebuah dalil yang berbunyi bilangan memerintah.
Ada beberapa menurut pendapat keahlian yaitu: Pendapat SocratesYaitu filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupanyang adil dan bahagia
 Pendapat PlatoFilsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran.
 Pendapat AristotelesDefinisi terhadap prote philosophia itu, yakni sebagai ilmu tentang asas-asas pertama dan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki peradaan sebagai peradaan dan ciri-ciri yang tergolong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya sendiri. Merupakan suatu istilah tehnis untuk pengertian filsafat spekulatif.
 Pendapat Marcus Tullius CiceroYaitu filsafat sebagai ibu dari semua pengetahuan dan menulis buku De Natura Deorum, definisinya yang sangat singkat tentang filsafat ialah yang dapat diartikan pengetahuan kehidupan.
 Pendapat John DeweyFilsafat sebagai suatu sarana untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian antara hal-hal yang lama dan baru dalam suatu kebudayaan menyebut aliran filsafatnya instrumentalisme yang dasarnya ialah pengalaman. Pendapat Henry SidgwickFilsafat sebagai memeriksa pengertian-pengertian khusus, asas-asas pokok, metode khas, dan kesimpulan-kesimpulan utama dari suatu ilmu apapun dengan maksud untuk mengkoordinasikan semuanya dengan hal-hal yang serupa dari ilmu-ilmu lainnya.
“ Pendapat “Menurut saya filsafat merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia, karena waktu bisa terjadi karena ada perubahan pola fikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris yaitu pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Seperti gempah bumi. Gempah bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak dianggap lagi sebagai aktifitas dewa, tetapi aktifitas alam yang terjadi secara kausalitas.
Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif. Sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian, dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang pada akhirnya kita dinikmati dalam bentuk teknologi. Dalam periode perkembangan filsafat yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru untuk manusia.
Oleh karena itu, manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui tentang ala mini, lalu timbul pertanyaan dalam pikirannya dari mana datangnya ala mini, bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya, dan kemana tujuannya. Dan filosof alam yang pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah ia digelari bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan dipertanyakan. Pertanyaan itu ada jawabannya yaitu menjelaskan bahwa subtansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya.
Adapun permasalahan filsafat disebut dengan problematika filsafat karena dibahas menurut susunan tertentu dan dibahas filsafat sistematis, seperti telah diutarakan sebelumnya, bahwa sistematika filsafat adalah suatu uraian yang memuat seluruh bagian permasalahan sehingga disebut problematika filsafat. Meskipun tampak sederhana, banyak pandangan berbeda mengenai apa yang dibahas dalam filsafat, dan bagaimana masalah-masalah itu saling berhubungan. Diantaranya bahwa sistematika yang diajukan langeveld merupakan sistematika yang dinilai cukup lengkap, tetapi tidak terlalu banyak dan kompleks sehingga mudah dipahami. Sistematika juga lebih mudah disebut pembagian atau klasifikasi filsafat, atau kandungan masalah-masalah filsafat.Pandangan filsafat manusia filsafat Modern yang menempatkan manusia dengan segala kemampuan rasionalnya sebagai subject yang sentral dalam pemecahan masalah dunia. Rasionalitas menjadi ukuran tunggal kebenaran, tolak ukur dari segala sesuatu. Jadi pandangan descartes terhadap manusia adalah Humanisme atau antroposenterisme. Ia memandang berpikir positif kepada diri dan rasio manusia dalam membangun dunia kearah yang lebih baik. Descartes mewakili semangat zamannya yakni Modernisme yang memandang cerah masa depan umat manusia seiring dengan bergulirnya renaissance. Manusia adalah mahluk yang berakal dan bertanggung jawab dengan akalnya. Pandangan descartes terhadap manusia adalah positif ia memandang jiwa manusia pada dasarnya baik karena didominasi oleh fungsi akal atau intelek.
Adapun pendapat dari Arthur Scopenheouria adalah seorang filosof pesimistis. Berlawanan dengan filosof-filosof sebelumnya seperti Descartes yang menyatakan bahwa hakikat jiwa manusia adalah intelek atau rasio. Scopenheour mengkritik pandangan tersebut yang dianggapnya terlalu menyembunyikan sisi gelap dari diri manusia. Ia beranggapan bahwa rasio dan kesadaran pada hakikatnya hanyalah permukaan dari jiwa kita. Dibawah intelek/rasio terdapat kehendak(nafsu) yang tidak sadar. Suatu Daya atau kekuatan hidup yang abadi, suatu kehendak dari keinginan yang kuat. Rasio kadang-kadang memang mengendalikan kehendak namun hanya sebagai pembantu yang mendorong tuannya. “kehendak adalah orang kuat yang buta yang menggendong orang lumpuh yang melek (rasio). Intinya kehendak (nafsu) merupakan pusat dari organ fikiran. Artinya hati dan bukan kepala yang berkuasa. Ia memandang bahwa terjadinya perang dalam setiap episode sejarah dan banyaknya pembunuhan dan kejahatan merupakan bukti bahwa rasio manusia merupakan alat dari kehendak buta (nafsu). Sehingga ia berpandangan pesimis terhadap masa depan umat manusia yang akan cerah dan baik. Ia lebih cenderung melihat masa depan umat manusia suram dan gelap dengan banyak pertumpahan darah dan kekerasan. Filsafat Scopenheour merupakan filsafat yang kelam dan pesimis yang menafikan dan meniadakan unsur dan potensi kebaikan yang besar dalam diri manusia. Pandangannya terlalu berat sebelah kepada sisi negatif manusia.
Dan adapun pendapat dari Friedrich Nietzsche yaitu ada yang disebut-sebut telah menutup proyek modernisme, dan sekaligus membuka wawasan baru yang disebut postmodernisme. Ia bergerak lebih jauh dari Scopenheour dengan mendekonstruksi oposisi biner (yakni kategorisasi benar/salah, rasional/irasional, baik/buruk) dan membiarkannya tercerai berai dalam kondisi nihil. Proses Nihilisme mempresentasikan suatu kondisi, kematian tuhan sebagai sumber absolut nilai-nilai atau makna. Dan proses Devaluasi nilai tertinggi tesebut (tuhan) telah membiarkan manusia hidup dalam dunia tanpa nilai dan makna yang disebabkan hilangnya oposisi biner. Sehingga nietzche memandang bahwa subjek (manusia) bukanlah sesuatu yang dapat menentukan landasan diskursusnya sendiri, akan tetapi selamanya subjek berada dalam bayang-bayang ada. Hal ini menandakan kehadiran kembali mitos, sebagai bahasa simbolik pusat dunia.
Ada pun menurut Heideiger memandang dengan perkembangan teknologi informasi (TV, Internet, Game) yang semakin maju di zaman sekarang memungkinkan manusia untuk hidup didalam satu ruang., dimana mitos atau ada telah melebur didalam dunia citraan. Dalam ruang postmodern representasi media massa, dalam televisi merupakan sebuah ajang bagi subjek untuk mencari dan menyatakan eksistensinya didunia…”jadi wajar orang sekarang berebut masuk TV hingga rela mengerjakan segala perbuatan konyol sampai menjual dirinya sekalipun”. Dengan didevaluasinya nilai tertinggi yakni tuhan maka satu-satunya nilai yang mendominasi dalah NILAI TUKAR,..Alias UANG Jadi eksistensi manusia hanya sekedar citraan dengan nilai yang dikejar adalah nilai tukarnya yakni rupiah atau dollar semakin gelap SAJA akhirnya perkembangan eksistensi manusia dalam filsafat.
Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah 'natura' telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan atau ada (wujud) di atas atau di luar alam.
Terhadap nilai atau martabat dan tindakan manusia. Tidak hanya itu, filsafat juga menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak, mendalam tapi tidak berubah. Karena begitu luasnya kajian filsafat, maka banyak filosof yang berbeda dalam mengertikan filsafat.
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan. Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa di kuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni : Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Sedangkan Ismaun mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
ï¶ Filsafat dan KomunikasiFilsafat adalah ibunya para ilmu. Intinya ketika ilmu menemukan masalah, maka harus kembali kepada filsafat untuk memecahkan masalah. Filsafat bertanya dari berbagai macam sudut, sebagai keseluruhan, memperhatikan inti/pokok-nya, dan mencari apa sebab-sebab terdalamnya.Adapun pemikiran beberapa unsur dalam penyelidikan :1. Metafisika; adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sbb :Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta;2. Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;3. Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Jujun S Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.
Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :• Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.• Ada sebagai yang iLLahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (iLLahi berarti yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera).Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi.Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis. Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi :• Kerangka pemikiran yang logis;• Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran.• Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional.Lanigan, mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran.
Dikenal empat teori kebenaran, sebagai berikut :1. Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.2. Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu.3. Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.Aksiologi yaitu asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama. Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya. Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.Logika; berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis.“Pendapat”Pendapar dari filsafat dan komunikasi berbagai definisi mengenai filsafat, komunikasi dan filsafat komunikasi dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat komunikasi adalah para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu berhubungan dengan manusia lain melalui komunikasi. Retrokira sebagai ilmu mengenai pernyataan antar manusia diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles. Gagasan awal mengenai pernyataan antarmanusia dinyatakan dalam model sederhana, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Perkembangan selanjutnya menjadi ilmu komunikasi dengan model yang lebih rumit, ada komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek.
Istilah komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti maknanya. Berkomunikasi berarti mempunyai tujuan untuk punya arti yang sama. Kajian komunikasi dari sudut pandang filsafat ilmu komunikasi dimaksudkan agar pemahaman terhadap proses komunikasi bersifat radikal atau mendalam, sistematis dan menyeluruh. Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan esensi atau hakikat komunikasi. Pernyataan ini adalah pesan. Sebelum pesan sampai pada khalayak atau penerima pesan, haruslah dilakukan pertimbangan.
Mempelajari komunikasi sebagai ilmu akan menjadi dasar bagi seseorang untuk memahami komunikasi dari tinjauan filsafati. Mengerti filsafat ilmu komunikasi akan mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi. Isi pesan yang tersusun secara logis, etis dan estetis merupakan usaha agar proses komunikasi efektif.
filsafat mengenai komunikasi mengatakan bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi suatu bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan yaitu Filfafat adalah sumber dari ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan adalah sumber atau dasar dari sebuah kebenaran. Masalah kebenaran sangat dasariah karena menyangkut segala pengetahuan yang menuju kebenaran. Masalahnya adalah hubungan antara pengetahuan dan kenyataan. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang dimaksud sesuai dengan kenyataan. Kebenaran yang dibahas dalam filsafat pengetahuan adalah kebenaran sebagai sifat pengetahuan. Yang dimaksud dengan pengetahuan yang benar dan “hasrat untuk menuju kebenaran” adalah bermacam-macam menurut konteks kebudayaan. Menuju pengetahuan yang benar untuk filsafat timur bersifat steriologis. Pengetahuan yang benar membawa keselamatan. Pandangan timur ini senada dengan perkataan Yesus “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32). Pandangan barat, kebenaran itu bersifat riil dan objektif. Namun dalam kenyataannya kebenaran objektif bisa bersifat sementara karena bisa berhadapan dengan kebenaran objektif lain secara berlawanan. Menurut Prof. Dr. Mujamil Qomar, kebenaran kebenaran yang ditunjukan oleh wahyu. Kebenaran yang digariskan Al-qur’an itu sifatnya kokoh, pasti dan mutlak, sehingga tidak bisa ditandingi oleh kebenaran lainya.
Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa kebenaran itu sudah ada, tinggal menulusuri bukti-buktinya. Bukti kebenaran itu dapat dicapai melalui percobaan-percobaan atau penelitian-penelitian ilmiah terhadap petunjuk-pertunjuk yang ada. Maka ada perbedaan mekanisme kerja dalam mencapai kebenaran dikalangan ilmuan barat dan ilmuan muslim. Jika metode keilmuan barat dipakai untuk mendapatkan kebenaran objektif yang sifatnya masih sementara, maka kebenaran wahyu telah ditunjukan lebih dahulu secara pasti, baru dicari bukti-bukti kebenarannya melalui metode-metode tertentu. Dengan kata lain, kebenaran yang dicapai melalui metode keilmuan barat berada di belakang sebagai jawaban terhadap upaya-upaya penggalian ilmu pengetahuan, sedangkan kebenaran wahyu berada di muka (telah ditentukan) baru kemudian dicari bukti-buktinya melalui pendekatan atau metode tertentu.
Ada pun rasionalitas komunikatif, khususnya terhadap implikasi kemampuan manusia untuk berwacana sudah memperlihatkan sesuatu yang sangat mendasar. Berbahsa selalu merupakan tindakan komunikatif, bahkan kalau hanya berbahasa dalam pikiran dan batin. Oleh karena itu, tidaklah memadai kalau kesadaran moral individu dijadikan tolok ukur pembenaran keharusan moral. Yang menentukan keberlakuan universal keharusan moral bukan apa yang dapat dikehendaki oleh orang perorangan, melainkan apa yang dapat disepakati sebagai normative dalam sebuah pembicaraan bersama. Habermas melakukan suatu perubahan paradigm radikal dari filsafat subjek ke filsafat komunikasi dan dari filsafat keasadaran yang khas bagi seluruh filsafat modern sejak Descartes ke filsafat bahasa, dari pemusatan perhatian pada subjek ke komunikasi.
Ada perbedaan pandangan dalam filsafat komunikasi. Komunikasi bisa terjadi secara monolog. Seperti pendapat karl marx bahwa manusia menciptakan diri dalam pekerjaan, artinya manusia dapat menciptakan komunikasi sendiri yakni apa yg ada dalam pikiran dan perasaanya. Hal ini seperti yang terjadi pada media penyiaran. Namun hal ini dibantah oleh Habermas bahwa pekerjaan adalah sikap manusia terhadap alam, ada subjek yang aktif, manusia dan objek yang pasif, alam. Komunikasi bukan monologis, melainkan dialogis, bukan individualistic, melainkan social. Dalam komunikasi bukanya masing-masing partisipan memakai partisipan lain untuk mencapai tujuan mereka masing-masing itu adalah tindakan strategis melainkan para partispan mengkoordnasikan rencana tindakan mereka. Dalam komunikasi terjadi apa yang oleh G.H Mead disebut sebagai “ideal role-talking”. Masing-masing partisipan mengambil alih peran partisipan yang lain. Dengan mengambil alih peran orang lain kita dapat merefleksikan diri kita sendiri dan dengan demikian mengarah proses komunikasi. Sebuah komunikasi itu rasional apabila saling pengertian tercapai. Itu rasionalitas komunikasi.
Filsafat tentang Manusia harus menyadari dirinya sebagai seorang filsuf. Sokrates menegaskan bahwa seorang filsuf adalah seorang yang sungguh menyadari dirinya sebagai yang tidak tahu apa-apa, dan justru di sinilah terletak kebijaksanaan. seseorang disebut bijaksana bila dia memiliki pengetahuan dan pengalaman, mampu menyatukan segala sesuatu dengan dunia dan manusia, terbuka, jujur, pandai berdialog dengan dunia dan manusia, mendengarkan orang lain, pandai menguasai diri dalam pelbagai kecenderungan, memiliki kebebasan batiniah, berpikir cermat, kritis, dan kreatif, pandai menyatukan pengetahuan teoretis dengan kehidupan praktis
Filsafat sebagai suatu metode Artinya sebagai cara berpikir secara reflektif (mendalam),penyelidikan yg menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. Metode berpikir semacam ini bersifat inclusive (mencakup secara luas) dan synoptic (secara garis besar) dan berbeda dengan metode pemikiran yg dianut oleh ilmu-ilmu khusus.
ï¶ KebenaranManusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam.
Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas. “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan.
Adapun suatu kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya.
Dua kesukaran utama yang didapatkan dari teori korespondensi adalah :Pertama teori korespondensi memberikan gambaran yang menyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing.
Kedua, teori korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.” Lalu bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit untuk dilakukan.Ketiga, Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi. Di samping itu teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek. Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi.
Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika. Teori Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of Truth) memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
“pendapat”jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring kearah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Peningkatan tempo kehidupan di dalam skema globalisasi informasi telah menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam dorongan kecepatan yang tak kuasa dikendalikan, komunikasi dan informasi menjadi sebuah terror (terror of speed), yang menghasilkan kecemasan (anxiety) dan kondisi panik (panic). Kecepatan pergantian citra televise yang tak sanggup dicerna: sebuah pesan-pesan email, blog, atau spam internet yang tak mampu dimaknai; gelombang pegantian gaya dan gaya hidup yang menjadikan orang selalu merasa kurang dan ketinggalan jaman.Media komunikasi di abad informasi digital berkembang kearah sebuah titik, yang di dalamnya terjadi pelencengan fungsi komunikasi, kesimpangsiuran tanda, pengaburan makna, pengdistorsian realitas, dan penisbian kebenaran. Komunikasi tak lagi punya tujuan pasti; informasi tak lagi punya makna yang jelas. Informasi berkembang kearah sifat superlative, yang diproduksi berlebihan.
Realitas komunikasi menciptakan pula kondisi kemustahilan iterpretasi karena apa yang ditampilkan sebagai sebuah kebenaran (truth) boleh jadi tak lebih dari sebuah kebohongan (misalnya, citra teroris). Kini tak ada lagi batas pasti antara kebenaran dan kepalsuan. Orang dihadapkan pada kesulitan besar dalam memisahkan antara kebenaran dan kepalsuan. Kepalsuan yang dikemas dalam teknik imagologi yang cerdas melalui manipulasi computer grafik, kini dapat tampil sebagai kebenaran yang meyakinkan.
Karenanya, kebenaran dalam media massa menjadi hal yang krusial karena kebenaran versi media kadangkala berbeda dengan kebenaran versi masyarakat. Hal ini karena aplikasi kebenaran dalam media dipengaruhi oleh lingkungan yang melingkupi media, seperti pemilik modal dan pengiklan.
Namun demikian, dalam jurnalistik sendiri terdapat standar minimum sebagai konsep dari kebenaran dalam me-report kebenaran. Pertama, report harus akurat, dengan cara melakukan verifikasi fakta sehingga diperoleh bukti yang valid. Jika ada yang meragukan, maka audiens harus diberitahu bahwa informasi yang disampaikan belum didukung oleh bukti yang bisa divalidasi. Kedua, untuk mendukung kebenaran dalam media seorang jurnalis perlu melakukan upaya pencerdasan dengan cara mendorong pemahaman audiensi. Pemahaman audiensi kadang kalaa dibatasi oleh waktu dan space yang diberikan terhadap suatu liputan. Dengan demikian, maka suatu laporan mesti berisi sejumlah informasi yang memberi pemahaman bagi audiensi. Dengan demikian seorang jurnalis mesti bisa memosisikan diri antara, membuka semua hal atau samasekali tidak me-report tentang hal tersebut. Kondisi tersebut menjadi lebih rumit bila seorang jurnalis kemudian mendapat tekanan dari kekuatan politik dan kekuatan ekonomi. Ketiga, suatu laporan mesti bersifat fair dan seimbang. Prinsip ini menghindari bias yang sangat mungkin timbul dalam suatu laporan. Seorang reporter haruslah menguasai materi yang dilaporkan sehingga ia akan tau ketika laporannya bias. Alvin day mengatakan bahwa, reportase yang bias sangat berpotensi muncul dalam situasi krisis, seperti pada peristiwa 9/11 di New York, dimana jurnalis sendiri tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi ketika itu.
Dikotomi lain pada media adalah kebenaran dalam iklan. Kebenaran dalam iklan, maka sejatinya tidak lebih dari logika ekonomi liberal, yang berujung pada akumulasi keuntungan. Iklan mengkonstruksi kebenarannya sendiri untuk kemundian digandakan secara massal. Dan terus-menerus, sehingga pada akhirnya masyarakat melihat konstruksi kebenaran yang ditawarkan oleh iklan merupakan kebenaran itu sendiri. Iklan menjungkirbalikkan apa yang sebelumnya merupakan kebutuhan (need) bagi masyarakat untuk kemudian diubah menjadi keingingan atau (want), begitu juga sebaliknya. Contoh kecil misalnya, persoalan makan daging ayam yang sejatinya merupakan kebutuhan (need) tapi oleh iklan dicitrakan sedemikian rupa bahwa makan yang sehat, nyaman dan mengembirakan, dan karenanya merupakan makan yang benar, justru ada pada KFC atau McDonald misalnya. Public tidak lagi melihat makan daging ayam sebagai sebuah kebutuhan, tapi menjadi keinginan.
Etika periklanan sendiri mengatakan bahwa pengiklan memiliki tanggung jawab atas kebenaran informasi tentang produk yang diiklankan. Termasuk ikut memberikan arah, batasan, dan masukan pada iklan agar tidak terjadi janji yang berlebihan atas kemampuan nyata suatu produk. Partai Demokrat menghadapai sanksi social ketika tidak konsisten dengan iklannya “Katakan Tidak pada Korupsi.”
Etika komunikasi dalam kehidupan manusia yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia hidup dalam pilihan antara baik dan tidak baik serta beraturan. Etika tidak terlepas dari persoalan moral dan hukum. Banyak orang percaya bahwa merangkul etika akan membatasi berbagai pilihan, kesempatan serta kemampauan mereka untuk berhasil dalam bisnis. Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa orang baik akan mencapai garis finis paling akhir. Mereka sependapat dengan profesor sejarah Henry Adams dari Harvard yang mengatakan “Moralitas adalah kemewahan pribadi yang mahal.” Menurut John C. Maxwell bahwa pilihannya hanya dua: (1) berhasil dengan menghalalkan segala cara, bahkan tidak etis; atau (2) menjalankan etika dan kalah. Hanya sedikit orang yang pada dasarnya punya keinginan untuk berlaku tidak juju, tetapi tidak ada orang yang ingin kalah, (2003;5).
Etika sering dihadapkan pada kondisi dan situasi benar dan tidak benar, senang dan tidak senang, serta menang dan tidak menang saat itu. Kadang setiap orang memiliki standar etika masing-masing, yang berubah dari suatu keadan ke keadaan lainnya. Hal ini dapat menghasilkan kekacauan etika.
Dalam dunia komunikasi, etika komunikasi selalu dikaitkan dengan budaya komunikasi. Seseorang mungkin akan mengubah kesadaran dirinya (konsep diri, harga diri dan persepsi) karena berkomunikasi dengan seseorang dar kebudayaan lain Seperti penjelasan sebelumnya, setiap individu memilki standar etika masing dan bersandar pada situasi dan kondisi saat itu maka sering terjadi permasalahan antara kelompok atau individu tertentu dengan pers atau media dan bahkan wartawan. Contoh kasus sering terjadi kasus hokum pencemaran nama baik. Atau baru-baru ini ada beberapa kader Partai Demokrat melaporkan dua media penyiaran ke KPI. Persepsi kader Partai Demokrat bahwa pemberitaan media tentang kasus korupsi yang menimpa beberapa kader partai democrat adalah tidak etis karena pemberitaan yang tidak seimbang, sedangkan persepsi sebagian adalah wajar dan sudah sesuai dengan keterbukaan informasi public (KPI) karena sesuai dengan kondisi dan situasi sekarang menyangkut dengan program pemberantasan korupsi oleh pemerintah,
Ada perbedaan pandangan dalam filsafat komunikasi. Komunikasi bisa terjadi secara monolog. Seperti pendapat karl marx bahwa manusia menciptakan diri dalam pekerjaan, artinya manusia dapat menciptakan komunikasi sendiri yakni apa yg ada dalam pikiran dan perasaanya. Hal ini seperti yang terjadi pada media penyiaran. Namun hal ini dibantah oleh Habermas bahwa pekerjaan adalah sikap manusia terhadap alam, ada subjek yang aktif, manusia dan objek yang pasif, alam. Komunikasi bukan monologis, melainkan dialogis, bukan individualistic, melainkan social. Dalam komunikasi bukanya masing-masing partisipan memakai partisipan lain untuk mencapai tujuan mereka masing-masing itu adalah tindakan strategis melainkan para partispan mengkoordnasikan rencana tindakan mereka.
ï¶ Hakikat filsafatilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya. segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.
Filsafat merupakan ilmu yang dasarnya adalah pemikiran manusia yang menyeluruh. Bisa dikatakan filsafat adalah sumber dari segala cabang ilmu. Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi: filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan. Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah “cara berfilsafat”, maka filsafat adalah renungan yang mendalam (radikal) dan menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan metodis dan sudah tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya.
Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang.
Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan “dunia” memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis.
Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup.
Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.Pengertian filsafat juga berarti ilmu yang memperlajari akan fakta-fakta dari kenyataan yang ada dengan menggunakan logika, etika, estetika dan teori ilu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran.Filsafat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Sehingga keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan ini sangat diakui keberadaannya. Karena sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang berdasarkan empiric yang dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan teori mereka masing-masing dalam kehidupan yang nyata.
Dalam filsafat sains dibahas alam dan segala fenomenanya dan dilanjutkan dengan pencarian akan makna fundamental dari gejala alam tersebut. Relevansi filsafat ilmu pengetahuan terhadap perkembangan ilmu sangat tinggi dalam membantu menyadari tiap langkah yng diambil. Hal ini disebabkan karena filsafat masih mempunyai persamaan-persamaan mendasar dan dekat dengan ilmu lainnya, serta sifatnya selalu menumbuhkan sikap reflektif.
“Pendapat”Dalam sebuah filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat, Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya. Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenis, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka. Dalam sub bab ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik, dan dapat mengemban tugas dari Alloh swt. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan memperkosa kodrat manusia. Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri.
Hakekat manusia haruslah diambil secara integral dari seluruh bagiannya, yaitu bagian esensial manusia, baik yang metafisis (animalitas dan rasionalitas) maupun fisik (badan dan jiwa). Manusia wajib menguasai hakikatnya yang kompleks dan mengendalikan bagian-bagian tersebut agar bekerja secara harmonis. Karena manusia pada hakikatnya adalah hewan, maka ia harus hidup seperti hewan, ia wajib menjaga badannya dan memenuhi kebutuhannya. Namun, sebagai hewan yang berakal budi, manusia harus hidup seperti makhluk yang berakal budi.
Hakikat manusia harus diambil dari seluruh nisbahnya, tidak hanya keselarasan batin antara bagian-bagian dan kemampuan-kemampuan yang membuat manusia itu sendiri, tetapi juga keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.
Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain. Meski demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang menganugerahi keunggulan pada diri manusia. Kenyataan inilah yang terkadang membuat manusia mempunyai pandangan yang berbeda. Suatu saat manusia akan berfikir bahwa mereka merupakan salah satu anggota margasatwa (animal kingdom), di saat lain dia juga akan merasa warga dunia idea dan nilai. Pandangan seperti itulah yang pada akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka adalah pencari kebenaran.
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad lamanya menghuni bumi. Sebelum terjadi proses pendidikan di luar dirinya, pada awalnya manusia cenderung berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sendiri, dimana manusia berusaha mengerti dan mencari hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka yang sebenarnya. Dalam ilmu mantiq, manusia disebut sebagai hayawan al-nathiq (hewan yang berfikir). Berfikir disini maksudnya adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapat serta fikiran
Dalam prosesnya, peran efektif pendidikan terhadap pembinaan kepribadian manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan didukung oleh faktor pembawaan manusia sejak lahir. Dalam kaitan ini, perlu ditinjau kembali tentang teori nativisme, empirisme dan konvergensi. Pada dasarnya, tujuan pendidikan secara umum adalah untuk membina kepribadian manusia secara sempurna. Kriteria sempurna ini ditentukan oleh masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa, tempat dan waktu. Pendidikan yang terutama dianggap sebagai transfer kebudayaan, pengembangan ilmu pengetauan akan membawa manusia mengerti dan memahami lebih luas tentang masalah seperti itu. Dengan demikian, ilmu pengetahuan memiliki nilai-nilai praktis di dalam kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.
Maka, tidak heran kalau sejak dulu manusia tiada henti-hentinya berusaha membedakan antara unsur manusia yang bersifat lahiriah dan maknawiah. Kebanyakan ahli filsafat Yunani bependapat bahwa roh itu merupakan satu unsur yang harus yang dapat meninggalkan badan. Jika pergi dari badan, dia kembali ke alamnya yang tinggi , meluncur ke angkasa luar dan tidak mati, sebagaimana ungkapan Phytagoras kepada Diasgenes,
Ada hubungan antara filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat adalah sebagai filsafat digunakan untuk mencari hakikat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia. Sehingga dihasilkan manusia yang sejati, Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguhsungguh tentang hakekat kebenaran sesuatu. Dalam filsafat, pemahaman manusia dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu masalah rohani dan jasman. manusia sebagai makhluk individu manusia sebagai makhluk sosial sosial being dan manusia sebagai makhluk susila,pandangan tentang struktur jiwa kepribadian bagian dasar atau das Es, bagian tengah atau das Ich dan bagian atas atau das Uber Ich (superego).,sudut pandang asal-mula dan tujuan hidup manusia kehidupan ini berawal dari causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula. Hubungan antara manusia, filsafat dan pendidikan terletak pada filsafat digunakan untuk mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat) dan akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya, jika manusia dapat mengatur ketiganya dan dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititahkan,
Dengan adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun. Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan. Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut.
Filsafat merupakan cabang ilmu pengetahuan yang selalu menggunakan pemikiran mendalam, luas, radikal (sampai keakar-akarnya), dan berpegang pada kebijakansanaan dalam melihat suatu problem. Dengan kata lain, filsafat selalu mencoba mencari hakikat atau maksud dibalik adanya sesuatu tersebut.
Dalam makalah ini, kami mencoba membahas sedikit tentang hakekat manusia dilihat dari segi filsafat (menyeluruh). Sebenarnya untuk apa manusia hidup, bagaiman ia harus hidup, dan lain-lain. Yang nantinya, dengan melihat hakekat manusia tersebut, apa kaitanya dengan proses pendidikan.
ï¶ Tema topik“Pengantar filsafat”Filsafat merupakan sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tentang yang dapat dicapai oleh akal manusia, filsafat berkembang melalui dua jalur yaitu , jalur yang pertama ialah filsafat alam yang mempelajari benda dan peristiwa alamiah, dan kedua adalah yang menyangkut tujuan dan kewajiban manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral. Filsafat dalam garis besarnya dibedakan menjadi dua ragam yaitu, filsafat kritis dan filsafat spekulatif. Filsafat kritis sebagian besar itu disebut filsafat analitik yaitu memusatkan perhatiannya pada analisis secara cermat terhadap makna berbagai pengertian yang diperbincangkan dalam filsafat seperti misalnya yaitu substansi, eksistensi, moral, realita, sebab, nilai, kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kemestian, adapun filsafat spekulatif yaitu usaha yang menyusun sebuah sistem ide-ide umum yang berpautan, logis, dan perlu yang dalam kerangka sistem itu setiap unsure dari pengalaman kita dapat di tafsirkan“ Pendapat “Menurut saya filsafat merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia, karena waktu bisa terjadi karena ada perubahan pola fikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris yaitu pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Seperti gempah bumi. Gempah bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak dianggap lagi sebagai aktifitas dewa, tetapi aktifitas alam yang terjadi secara kausalitas.
Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif. Sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian, dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang pada akhirnya kita dinikmati dalam bentuk teknologi. Dalam periode perkembangan filsafat yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru untuk manusia.
Filsafat dan KomunikasiFilsafat adalah ibunya para ilmu. Intinya ketika ilmu menemukan masalah, maka harus kembali kepada filsafat untuk memecahkan masalah. Filsafat bertanya dari berbagai macam sudut, sebagai keseluruhan, memperhatikan inti/pokok-nya, dan mencari apa sebab-sebab terdalamnya. Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi.“Pendapat”Pendapar dari filsafat dan komunikasi berbagai definisi mengenai filsafat, komunikasi dan filsafat komunikasi dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat komunikasi adalah para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu berhubungan dengan manusia lain melalui komunikasi. Retrokira sebagai ilmu mengenai pernyataan antar manusia diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles. Gagasan awal mengenai pernyataan antarmanusia dinyatakan dalam model sederhana, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Perkembangan selanjutnya menjadi ilmu komunikasi dengan model yang lebih rumit, ada komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek.
KebenaranManusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam.“pendapat”jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring kearah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Peningkatan tempo kehidupan di dalam skema globalisasi informasi telah menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam dorongan kecepatan yang tak kuasa dikendalikan, komunikasi dan informasi menjadi sebuah terror (terror of speed), yang menghasilkan kecemasan (anxiety) dan kondisi panik (panic). Kecepatan pergantian citra televise yang tak sanggup dicerna: sebuah pesan-pesan email, blog, atau spam internet yang tak mampu dimaknai; gelombang pegantian gaya dan gaya hidup yang menjadikan orang selalu merasa kurang dan ketinggalan jaman.Media komunikasi di abad informasi digital berkembang kearah sebuah titik, yang di dalamnya terjadi pelencengan fungsi komunikasi, kesimpangsiuran tanda, pengaburan makna, pengdistorsian realitas, dan penisbian kebenaran. Komunikasi tak lagi punya tujuan pasti; informasi tak lagi punya makna yang jelas. Informasi berkembang kearah sifat superlative, yang diproduksi berlebihan.
Realitas komunikasi menciptakan pula kondisi kemustahilan iterpretasi karena apa yang ditampilkan sebagai sebuah kebenaran (truth) boleh jadi tak lebih dari sebuah kebohongan (misalnya, citra teroris). Kini tak ada lagi batas pasti antara kebenaran dan kepalsuan. Orang dihadapkan pada kesulitan besar dalam memisahkan antara kebenaran dan kepalsuan. Kepalsuan yang dikemas dalam teknik imagologi yang cerdas melalui manipulasi computer grafik, kini dapat tampil sebagai kebenaran yang meyakinkan.Manusia sebagai makhluk simbolikSimbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman,Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami.“Pendapat”Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol. Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimaksud disini bukan sekedar simbol-simbol tak bermakna, tetapi hal-hal tersebut memiliki makna masing-masing dan tidak satupun simbol yang tercipta tanpa memiliki makna tersendiri. Misalnya, warna merah dan warna putih pada bendera Indonesia, warna merah pada bendera tersebut dianggap sebagai simbol keberanian dan warna putih dianggap sebagai simbol kesucian.
Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu. Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan. Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari. Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar.
bahwa manusia dalam menggunakan atau menciptakan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka berasal dari pengalaman hidup mereka. Seperti Garrett Augustus Morgan yang menciptakan lampu lalu lintas setelah melihat kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik.
ï¶ Manusia sebagai makhluk simbolikSimbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.
Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami.
Manusia dalam keberadaannya memang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya (super rational), manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih (super sophisticated system of communication), sehingga dalam berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. Manusia mampu menciptakan simbol – simbol dan memberi arti pada gejala-gejala alam yang ada disekitarnya, sementara hewan hanya dapat mengandalkan bunyi dan bau secara terbatas.
Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol yang sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahaya, seperti radio, TV, telegram, telex, dan satelit.
Di dalam kehidupan sehari-sari, seringkali kita tidak dapat membedakan pengertian antara simbol dan kode. Bahkan banyak orang menyamakan kedua konsep itu. Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek, sedangkan kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode.
Pemberian arti pada simbol adalah suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu masyarakat. Karena itu dapat disimpulkan bahwa : Semua kode memiliki unsur nyata Semua kode memiliki arti Semua kode tergantung pada persetujuan para pemakainya Semua kode memiliki fungsi Semua kode dapat dipindahkan, apakah melalui media atau saluran-saluran komunikasi lainnya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum.
Dalam komunikasi dikenal sebuah teori tentang interaksi manusia, yaitu teori interaksi simbolik. Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas manusia, yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksi simbolik berasal dari pemikiran
Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini mengatakan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Teori interaksi simbolik ini memiliki tujuh prinsip yaitu :
1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir. Manusia dan hewan adalah makhluk hidup, tetapi manusia diberkahi dengan kemampuan berpikir, sedangkan hewan tidak. Oleh sebab itu, setiap manusia dapat berinteraksi dengan hal-hal di sekelilingnya dengan menggunakan aturan seperti saat seseorang melakukan kesalahan kepada orang lain, dia harus meminta maaf kepada orang tersebut.2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang memang sudah diberikan oleh sang pencipta, tetapi kemampuan berpikir manusia tersebut dapat terbentuk dan semakin berkembang melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi, manusia menggunakan akal mereka untuk memahami hal-hal yang ada di sekeliling mereka dan melalui pemahaman tersebut kemampuan berpikir manusia terbentuk dan semakin berkembang.3. Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yaitu berpikir. Manusia berpikir untuk menginterpretasi makna dari simbol-simbol yang mereka temukan dalam kehidupan mereka.4. Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas manusia. Makna dan simbol yang telah diinterpretasi melalui berpikir oleh manusia kemudian dilanjutkan dengan tindakan dan interaksi-interaksi selanjutnya yang kemudian menjadi kebiasaan manusia dalam sehari-harinya.5. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi. Dengan berpikir pula, manusia kemudian tidak hanya menginterpretasi makna dan simbol dalam kehidupan mereka, tetapi juga memodifikasi atau mengubah makna dan simbol tersebut, atau bahkan menciptakan simbol-simbol mengenai hal-hal yang ada di sekeliling mereka.6. Manusia mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang berkelanjutan ini membentuk kelompok dan masyarakat. Kelompok masyarakat ini lalu membuat kesepakatan atas hal-hal yang ada di sekeliling mereka mengenai simbol-simbol dan maknanya yang kemudian mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk simbolik.
“Pendapat”Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol. Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimana bisa menandakan sebuah benda atau barang.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong