GORONTALO, – Setelah melewati tahapan seleksi yang cukup ketat di ajang pemilihan Nou-Uti Provinsi Gorontalo.

Dewi Safitri perwakilan Kabupaten Gorontalo dan Rifaldi Abdullah perwakilan Kota Gorontalo berhasil menyabet tongkat estafet Nou-Uti 2016.
Keduanya berhasil menyingkirkan 11 pasang Nou/Uti atau 22 finalis yang ikut dalam perhelatan cukup bergensi tersebut.

Dewi Safitri dan Rifaldi Abdullah kini telah menggantikan posisi Nurfitri Zaleha Amma (Nou) dan Eka Vickraien Dangkua (Uti)2015.

Pasangan tersebut selanjutnya akan menjadi duta Gorontalo di ajang tingkat Nasional yakni Duta Wisata Indonesia 2016 yang akan berlangsung di Papua.
Bukan hanya itu, pasangan ini diwajibkan menjadi promotor pariwisata Gorontalo selama setahun. Tugas yang memang tidak mudah.
Namun itulah yang bakal dilakukan keduanya. Ajang tahunan pemilihan Nou-Uti berlangsung cukup meriah.

Digelar di Ballroom, Hotel Damhil, Kota Gorontalo, Jumat (4/11) semalam, suasana begitu gemuruh karena masing-masing Nou-Uti berjalan diatas panggung.
Histeris para penonton yang memberikan mendapat dukungan penuh membuat suasana semakin tegang. Dari 11 pasang Nou/Uti atau 22 finalis, Agus Lahinta yang menjadi MC pada malam puncak tersebut membacakan delapan pasangan nominasi atau 16 finalis yang masuk ke babak berikutnya.

Mereka yakni Rahmih Yuasrah Mawwaddah, Gita Mentari Naldi, Indah Puspita Sari Undingan, Dewi Safitri, Ajeng Mawwaddah Puyo, Rizka Puji Lestari D. Habibie, Adelia Suryani Yusuf, dan Rezka Yuningsi Sau untuk Nou.

Sementara untuk Uti yang berhasil masuk 8 besar yakni Rifaldi Abdullah, Owin Perdana Putra Soeli, Ismet Luawo, Putra Taufik Panto, Romin Pou, Moh Iqbal Djafar, Firhan Kadulah dan Moh Ridho Desei.

Dari hasil delapan besar ini, masing-masing mereka dimintakan untuk menjawab pertanyaan yang telah disiapkan.

Dari pertanyaan tersebut kemudian dinilai oleh juri diantaranya Moh Sirham, Sukma Nurilawati Botutihe, Juwita Rahmawati, Melinda L Modjo dan Alim Niode.

Hasil penjurian tersebut mengerucut menjadi tiga besar. Untuk Nou adalah Dewi Safitri, Rezka Yuningsi Sau dan Ajeng Mawwaddah Puyo.

Sementara untuk Uti yaitu Moh Iqbal Djafar, Moh Ridho Desei dan Rifaldi Abdullah. dari hasil tersebut, tiga besar kemudian diberikan pertanyaan yang sama untuk menyakinkan juri, siapa sosok yang menjadi duta Wisata Indonesia 2016.

Suasana semakin tegang ketika hasil penilaian juri sudah diberikan kepada MC Agus Lahinta.
Secara hati-hati Agus pun membacakan siapa yang menjadi pemenang Nou-Uti Gorontalo 2016.

Dan akhirnya Dewi Safitri dan Rifaldi Nugraha Abdullah dinobatkan sebagai Nou-Uti 2016.
Diposisi runner Up 1 ditempati Rezka Yuningsi Sau dan Moh. Ridho Rifky Desri serta Ajeng Mawaddah dan Moh. Bill Iqbal Djafar menempati Runner Up 2.

Usai terpilih, Nou Provinsi Gorontalo Dewi mengaku bakal serius mempromosikan destinasi unggulan daerah, sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya.

“Saya tetap berkomitmen dengan tujuan dari menjadi Nou itu sendiri. Kedepan saya ingin berperan aktif untuk setiap kegiatan pemerintah dalam mempromosikan wisata Gorontalo, tapi tidak dengan melupakan pendidikan saya. Mudah-mudahan dengan kepercayaan yang diberikan ini menjadi berkah serta modal untuk ajang yang lebih besar lagi,” kata Nou yang bergelar Sarjana Ekonomi tersebut.

Sementara Rifaldi Nugraha Abdullah Uti Provinsi Gorontalo 2016 mengungkapkan hal yang sama.
“Saya akan menjalankan program-program yang belum dijalankan oleh Nou & Uti Provinsi Gorontalo sebelumnya. Banyak keinginan saya untuk mempromosikan serta menjadikan Gorontalo sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia. Insyaallah semua impian itu bisa terwujud selama setahun ini,” ucap Uti yang kini berusia 18 tahun itu.

Manajemen perusahaan media Massa

22 March 2017 10:57:16 Dibaca : 951


PERENCANAAN MEDIA
(Urgensi Perencanaan Media Sebagai Langkah Awal Pengelolaan Media Massa)

Perencanaan media merupakan kegiatan yang sangat penting dalam periklanan dan promosi media massa yang akan dibuat. Sering kali terjadi iklan dan promosi menjadi kegiatan pemborosan dana namun tidak memberikan hasil yang diharapkan. Perencanaan Media yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan komunikasi yang efektif sehingga pesan yang disampaikan akan mendapat perhatian lebih besar dari target audiensi atau khalayak.

TUJUAN PERENCANAAN MEDIA
Tujuan perencanaan media adalah untuk menentukan sasaran media, karena tidak ada satu media khusus yang dapat memenuhi semua sasaran dalam perencanaanya.

LANGKAH AWAL DALAM PERENCANAN MEDIA MASSA
Delapan hal pokok saat mulainya produk media massa menurut Suwidi Tono seorang praktisi dalam dunia media massa dalam bukunya: “Generasi Baru Wartawan & Dunia Pers Indonesia“, terbitan Vision, Jakarta tahun 2003, menyatakan proses awal dalam manajemen media massa yang paling menentukan adalah saat perencanaan (planning) antara lain:
1. Latar belakang, pada bagian ini perlu diperhatikan dengan memulai dari perkembangan lingkungan global, selanjutnya sampai ke perkembangan tingkat nasional, perkembangan wilayah regional dan bahkan bila produk media massa tersebut adalah media komunitas, maka sampai ke tingkat kepentingan yang lebih kecil yakni perkembangan komunitas lokal.
2. Konsep produk, pada bagian ini karakteristik dasar sebuah produk sangat diperhatikan, yakni apa yang akan diutamakan, bagaimana pembagian rubrikasinya atau bagian-bagiannya, dan apa yang menjadi utama dalam media massa tersebut.
3. Posisi produk, perlu diperhatikan juga dengan jelas publik yang akan dituju, menyangkut demografi penduduk. Siapa yang menjadi sasaran publiknya, berapa tingkat pendapatannya, tingkat pendidikan, gender, hobi dan lain-lain aspek yang menunjang pada posisi atau level mana produk akan bermain di pasar, yang dimaksud pasar di sini adalah publik dan iklan.
4. Strategi pemasaran, srategi pemasaran disini mencakup penyebaran media tersebut, iklan yang akan ditargetkan dan kemampuan redaksi. Karena dengan kekuatan redaksi yang bagus maka produk yang dihasilkan oleh media tersebut bisa menjual dan laku di pasaran.
5. Manajemen kepemilikan, mencakup sistem dan kekuasaan pemegang saham, siapa saja yang menjadi pemiliknya. Dan sistem apa yang dibuat oleh pemilikanya, apakah kepemilikan tunggal, atau peseroan, firma, atau perusahaan terbuka yang karyawannya pun dapat memiliki sahamnya atau full ownership.
6. Aspek keuangan dan asumsi dasar biaya, menguraikan secara terperinci dengan lengkap berupa penyusunan anggarannya, asumsi dasar mulai dari aspek biaya produksi, perhitungan harga pokok, dan pendapat-pendapat untuk bagian-bagian biaya lainnya.
7. Area resiko dan upaya antisipasinya, gagasan atau ide media se-kreatif apapun haruslah tetap memperhitungkan faktor-faktor resikonya. Sebisa mungkin resiko haruslah dapat diperhitungkan (calculated risk).
8. Jadwal dan pembiayaan pra-operasi dan pasca-operasi, salah satu tahap penting yang dilaksanakan agar produk dari media massa siap diluncurkan ke pasar dalam hal ini adalah tahap pra-operasinya. Tahap ini mencakup (time table) jadwal kerja setiap kegiatan yang disusun untuk membuat produk masa pra-operasi juga membutuhkan biaya besar terutama menyangkut penanaman modal awal berupa infrastruktur perlengkapan kantor, biaya recruitment, gaji karyawan bulan pertama, dan biaya promosi awal.
Begitulah tahap planning atau perencanaan media massa memegang peranan penting dalam memulai sebuah produk media massa.

PERENCANAAN DAN STRATEGI MEDIA
Perencanaan media meliputi proses penyusunan rencana dan penjadwalan. Perencanaan media meliputi koordinasi tiga tingkat perumusan strategi: strategi pemasaran, strategi periklanan, dan strategi media. Strategi media itu sendiri terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan , yakni:
a) Memilih audiens sasaran
b) Menspesifikasi tujuan media
c) Memilih kategori media dan sarana
d) Membeli media

1. Menentukan Audiensi Sasaran
Tugas perencana media adalah memilih media dan menentukan pasar dengan konsumen yang memilki sifat atau karakteristik paling sesuai dengan konsumen sasaran. Semakin besar persamaanya, maka akan semakin baik. Dalam hal ini harus diperhatikan bagaimana audiens suatu media berbeda dengan audiens umum lainnya. Jumlah target audiens juga mempengaruhi perencanaan media. Secara umum, semakin kecil target audiens, maka pesan yang disampaikan dapat dilakukan secara individu dan lebih interaktif. Beberapa faktor utama yang digunakan untuk mengetahui sasaran audiens adalah: goegrafis, demografis, pemakaian produk (misalnya produk ringan sedang atau berat), dan gaya hidup/psikografis.

2. Menentukan Tujuan Media
Tujuan media menggambarkan apa yang ingin dicapai suatu perusahaan media dengan penyampaian pesan suatu merek produk dari media tersebut, Tujuan media menjelaskan bagaimana bagian pemasaran menyampaikan pesannya kepada konsumen sedemikian rupa sehingga pesan menghasilkan efek yang baik berupa pikiran, perasaan, dan tindakan dari konsumen.

ï‚§ Cakupan Target Pasar
Setiap orang yang terlibat dalam perencanaan media harus berusaha untuk menjaugkau sebanyak mungkin target audiens yang menjadi konsumen potensial (langganan) produk dan sebanyak mungkin mengurangi jumlah audiens yang bukan menjadi target konsumen. Yang bukan menjadi target konsumen masih dapat dibenarkan jika jumlahya tidak lebih banyak dari jumlah audiens yang menjadi target konsumen seluruhnya.

ï‚§ Jangkauan
Jangkauan dapat didefinisikan sebagai jumlah audiens yang melihat, mendengar atau membaca suatu media massa tersebut dalam periode waktu tertentu dan dalam satu jumlah atau angka absolut (absolute number) atau sebagai suatu dari populasi.

ï‚§ Target Jangkauan
Target jangkauan merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam perencanaan media karena dapat menunjukan apa yang diterima oleh khalayak. Seperti contohnya apa yang diterima pemasang iklan atas uang yang telah dikeluarkannya untuk memasang iklan di media massa.

ï‚§ Frekuensi
Frekuensi atau the member of times one adalah exposed to the media vehcle, not necessary to the ad it self (berapa banyak orang yang terekspos oleh media. Belum termasuk ekspos dan iklan). Frekuensi merupakan jumlah waktu secara rata-rata dalam periode empat minggu di mana para anggota audiens sasaran diekspos oleh media (melihat. membaca, atau mendengar) yang termasuk dalam jadwal media tertentu disebut sebagai frekuensi rata-rata (atau hanya frekuensi).

3. Menetapkan Strategi Media
Tahap selanjutnya adalah menentukan bagaimana cara mencapai tujuan dari media massa tersebut yang dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan strategi media. Duncan mengemukakan pengertian strategi media sebagai : ide atau gagasan mengenai bagaimana tujuan media akan dicapai melalui seleksi berbagai kombinasi dari media. Menurutnya setiap tujuan media dapat memiliki lebih dari satu strategi media. Strategi media menjelaskan antara lain bauran media yang membahas mengenai media apa yang akan digunakan dan seberapa banyak. Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah:
a) Media apa yang harus digunakan dan berapa banyak?
b) Bagaimana pembagian antara penggunaan media satu arah dan media dua arah?
c) Bagaimana proses pembelian oleh target konsumen?
d) Kapan waktu terbaik menjangkau konsumen?
e) Bagaimana konsentrasi media diperlukan dalam bauran media?
f) Bagaimana melakukan penjadwalan media?
g) Media apa yang paling tepat dari aspek kreatif?
h) Lingkungan media seperti apa yang paling sesuai dengan citra produk?
i) Bagaimana dengan perhitungan biaya iklan?

4. Menentukan Jadwal Media
Perencanaan media harus dapat melakukan penjadwalan atau scheduling yang tepat kapan suatu produk media massa harus muncul di media tersebut. Ini berarti perencanaan media harus memilih kapan waktu yang paling tepat agar produk media massa itu dapat diterima oleh sebanyak mungkin target konsumen atau sasaran publik.

ANGGARAN IKLAN
Salah satu keputusan penting dalam perencanaan dalam strategi media adalah soal anggaran. Biaya iklan dan biaya promosi dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu :
a) Biaya absolut. yaitu biaya yang diperlukan untuk menempatkan iklan pada suatu media massa. Misalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menempatkan iklan satu halaman penuh berwarna (full color) di suatu majalah.
b) Biaya relative, adalah biaya yang mengacu pada hubungan antara biaya yang harus dibayar untuk waktu atau tempat yang disediakan media dengan jumlah audiensi yang diperkirakan akan menerima pesan iklan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dunia Digital Marketing. (n.d.). Dialetika Aku dan Fikiran. Retrieved February 17, 2017, 15:15:20, from wordpress.com: https://veldaardia.wordpress.com/2014/09/23/media-planner/
Mahasiswa, M. (n.d.). Kaidah Manajemen Untuk Mengelola Media. Retrieved February 17, 2017, 13:40:20 from Jurnal Pertekom: http://jurnalpertekkom.blogspot.co.id/2013/02/kaidah-manajemen-untuk-mengelola-media.html
Star Purnama. (2016, April 13). Nyeruit Kom. Retrieved February 17, 2017, 16:54:03 from blogspot.com: http://komunikasiutblampung.blogspot.nl/2016/04/makalah-perencanaan-media.html

Kerumitan Makna Kata

20 March 2017 13:33:01 Dibaca : 49
NAMA : FAJAR ADIPUTRA ABDULLAH
KELAS : “A” ILMU KOMUNIKASI

Setiap orang yang berkomunikasi pasti ada makna yang diutarakan dalam kata-kata tersebut. dan setiap orang yang terlibat dalam komunikasi itu mempunyai tafsiran sendiri untuk memaknai kata-kata tersebut, disinilah terjadi kerumitan dan kesalah pahaman tentang pemaknaan kata-kata tersebut. disini saya mengangkat makna kata, pelanggran seksualitas menurut agama budha dan hukum pidana di Indoneisa. Agama pasti mempunyai pemahman sendiri dalam memaknai kata-kata yang tertuang dalam kitab-kitab mereka. Dalam buku “Seksualitas dalam Buddhisme” ditulis oleh M. o’c Walshe, umat buddhis Awam, disila ke Tiga dalam pancasila umat buddhis mereka berpandangan bahwa “ tidak ada yang jahat secara khusus mengenai pelanggaran seksual “ sedangkan dalam Undang-undang Hukum pidana indonesia tentang pelecehan seksual, pasal 287 ayat KUHP berbunyi “barang siapa yang bersetubuh dengan seorang perempuan diluar pernikahan, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun”. Berdasarkan dari data diatas bahwa makna kata tentang pelanggaran seksualitas mempunyai persepsi masing-masing, dilihat dari dua sudut aturan yang beda yaitu : Umat buddhis awam dan hukum yang berlaku di indonesia. banyak teoritikus bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata mempunyai makna yang majemuk.

Perkembangan Teknologi Mahasiswa

24 January 2016 17:50:54 Dibaca : 100

Nama : Fajar A. Abdullah
Nim : 291414033
Kelas : “A” Ilmu komunikasi

 Artikel tentang jenis komunikasi baru

A. Satelit Komunikasi
Satelit komunikasi adalah sebuah satelit buatan yang ditempatkan di angkasa dengan tujuan telekomunikasi. Satelit komunikasi modern menggunakan orbit geosynchronous, orbit Molniya atau orbit Bumi rendah. Untuk pelayanan tetap, satelit komunikasi menyediakan sebuah teknologi tambahan bagi kabel komunikasi kapal selam optik fiber. Untuk aplikasi bergerak, seperti komunikasi ke kapal laut dan pesawat terbang, di mana aplikasi teknologi lain, seperti kabel, tidak praktis atau tidak mungkin.
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Terdapat 2 (dua) jenis satelit yaitu satelit alam dan satelit buatan. Atau definisi satelit yang lainnya yaitu suatu benda di ruang angkasa yang mengitari benda lain dan tetap berada dalam gaya tarik benda lain yang ukurannya lebih besar. Satelit debedakan menjadi dua macam yaitu satelit alami dan buatan.
 Inilah definisi atau pengertian satelit alami dan buatan
Satelit alami adalah benda-benda di luar angkasa yang bukan buatan manusia yang mengorbit suatu planet atau benda lain yang berukuran lebih besar daripada dirinya, contohnya seperti Bulan. Bulan adalah satelit alami planet bumi. Sebenarnya terminologi ini berlaku juga bagi bagi planet-planet yang mengelilingi sebuah bintang, ataupun sebuah bintang yang mengelilingi pusat galaksi, Akan tetapi jarang sekali digunakan. Bumi sendiri sebenarnya merupakan satelit alami untuk matahari.
Sedangkan satelit buatan adalah benda-benda buatan manusia yang beredar di ruang angkasa yang mengelilingi benda lain. Seperti misalnya satelit palapa yang mengelilingi bumi. Berikut di bawah ini beberapa contoh satelit buatan, diantaranya yaitu:
• Satelit komunikasi adalah suatu satelit buatan manusia yang dipasang di ruang angkasa, bertujuan untuk telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Umumnya satelit ini menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe yang terbaru menggunakan satelit pengorbit bumi rendah.
• Satelit astronimi adalah suatu jenis satelit buatan yang digunakan untuk mengamati galaksi, planet, dan benda luar angkasa yang lainnya.
• Satelit pengamat Bumi adalah jenis satelit buatan yang dirancang khusus untuk mengamati bumi dari orbit, misalnya seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dan yang lainnya.
• Satelit mata-mata adalah jenis satelit buatan pengamat bumi atau satelit komunikasi yang digunakan untuk tujuan militer atau untuk mata-mata.
• Satelit cuaca adalah jenis satelit buatan yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan iklim di bumi.
• Satelit tenaga surya adalah jenis satelit buatan yang diusulkan dibuat di orbit bumi tinggi yang memakai transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya kepada antena sangat besar di bumi yang dapat dipakai untuk menggantikan sumber tenaga konvensional.
• Satelit navigasi adalah jenis satelit yang menggunakan sinyal radio disalurkan ke penerima di permukaan tanah, yang bertujuan untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi.
 Inilah beberapa Fungsi satelit, diantaranya:
• Sebagai transmisi sinyal jarak jauh. Seperti contohnya pada sistem jaringan WAN (World Area Network), yang dimana sinyal internet secara global.
• Sepagai repeater di langit. Yaitu sebagai penguat sinyal, Seperti misalnya jarak sinyal yang akan dikirimkan sangat jauh, maka diperlukan yang namnya repeater atau pembantu sinyal istilah lainnya adalah penambah daya sinyal ataupengeuat sinyal.
• Untuk mengkaji benda-benda yang ada dilangit. Maksudnya yaitu fungsi satelit sebagai alat yang digunakan untuk meneliti benda yang terdapat di alam ini, baik itu benda yang ada dibumi maupun diluar angkasa.
• Untuk melihat keadaan cuaca dan iklim. Biasanya digunakan pada BMKG yaitu untuk memantau keadaan alamat seperti angin, air laut, tanah, gunung merapi, gempa bumi dan yang lainnya, yang dapat dipantau melalui satelit.
• Dan masih banyak lagi fungsi satelit yang lainnya.
B. Video tech
Layanan informasi interaktif yang memungkinkan individu untuk meminta frames informasi dari sebuah computer pusat untuk melihat pada layar video.
C. Teletech
Layanan informasi interaktif yang memungkinkan individu untuk meminta frame informasi untuk melihat pada layar televisi rumah.
D. Interactive Cable Television
Televisi interaktif (juga dikenal sebagai ITV atau iTV) adalah bentuk konvergensi media, menambahkan layanan data dengan tradisional teknologi televisi. Sepanjang sejarahnya, ini telah termasuk pengiriman on-demand konten, serta penggunaan baru seperti belanja online, perbankan, dan sebagainya. TV interaktif adalah contoh konkret bagaimana baru teknologi informasi dapat diintegrasikan secara vertikal (ke dalam teknologi yang didirikan dan struktur komersial) daripada lateral (menciptakan peluang produksi baru di luar struktur komersial yang ada, misalnya world wide web).

E. Teleconverencing
Teleconference atau telekonferensi atau teleseminar adalah komunikasi langsung di antara beberapa orang yang biasanya dalam jarak jauh atau tidak dalam satu ruangan dan dihubungkan oleh suatu sistem telekomunikasi.
teleconference adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan melewati telefon atau koneksi jaringan. Pertemuan tersebut bisa menggunakan suara (audio conference) atau menggunakan audio-video (video conference) yang memungkinkan peserta konferensi saling melihat dan mendengar apa yang dibicarakan, sebagaimana pertemuan biasa. Dalam telekonferensi juga dimungkinkan menggunakan whiteboard yang sama dan setiap peserta mempunyai kontrol terhadapnya Jadi, juga berbagi aplikasi.
Sistem telekomunikasi dapat mendukung teleconference karena menyediakan satu atau lebih dari berikut ini: audio, video, dan / atau layanan data oleh satu atau lebih berarti, seperti telepon, komputer , telegraf, teletip, radio, dan televisi.
Di Indonesia, terdapat beragai layanan teleconference melalui telepon baik fixed maupun mobile (Audio Conference) yang mempunyai kemampuan untuk melayani percakapan sampai 30 pemanggil dalam satu konferensi. Jumlah peserta dapat diatur sesuai dengan keinginan penyelenggara konferensi. Sistem conferenceatau konferensi juga bisa dilengkapi dengan PIN (Personal Identification Number) sehingga menjamin kerahasiaan suatu konferensi dari pemanggil yang tidak diundang dalam telekonferensi atau teleconference tersebut.
 Berikan contoh Implikasi dalam penggunaan teknologi komunikasi baru dalam kehidupan sosial, ekonomi, budya dan politik masyarakat.
a) Dalam kehidupan sosial
sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan.

b) Dalam ekonomi
Dalam perekonomian suatu negara, teknologi informasi mulai dirasa mempunyai peran yang penting dalam perekonomian suatu negara karena dengan berkembangnya teknologi informasi, perekonomian suatu negara mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Saat sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, berbagai aplikasi tercipta untuk memfasilitasinya.
c) Dalam budaya
Era globalisasi dan informasi yang sedang berkembang banyak mempengaruhi sikap dan mental masyarakat. Pesatnya perkembangan teknologi informasi selain berdampak positif bagi masyarakat, dampak negatif pun berkembang dengan pesatnya.
Media-media informasi baik cetak, elektronik maupun internet ikut berperan dalam merubah cara berpikir dan perilaku masyarakat. Tayangan-tayangan yang disuguhkan sudah melenceng jauh dari kaida-kaidah agama dan moral. Sudah banyak berita di media yang memberitakan tentang penguruh buruk masyarakat akibat pesatnya perkembangan globalisasi.
d) Dalam politik
Kegiatan politik yang menggunakan teknologi informasi memiliki keuntungan yang sangat besar. Salah satu tujuan utama dalam penggunaan politik dibantu dengan teknologi informasi adalah adanya peranan besar masyarakat dalam pengembangan pemerintah. Dengan e-government maka hal ini bisa tercapai. Bayangkan saja jika ada anggota DPR yang dapat berinteraksi dengan rakyat yang telah memilihnya, kegiatan tanya jawab, melakukan voting, saran dan kritik akan dapat tersalurkan dengan cepat, langsung, dan nyaman. Ini membuat masyarakat lebih tanggap dan mendapatkan kemungkinan suaranya didengar secara mudah. Masyarakat yang dapat bercakap-cakap langsung dengan anggota DPR itu juga dapat melakukan review kenapa mereka memilih perwakilan mereka tersebut dan dapat menentukan pilihan untuk wakil mereka di masa depan.
 Artikel tentang penggunaan teknologi baru dalam jurnalisme
Jurnanalisme berasal dari kata journal yang artinya catatan harian. Jurnalisme adalah kegiatan yang meliputi pembuatan berita setiap. Jurnalisme mencatat, memproses, dan menyajikan informasi yang terjadi dalam kehidupan setiap harinya. Jika diperhatikan, kegiatan jurnalisme sudah ada sejak lama, contohnya saja seperti jejak ilmu oleh orang-orang hebat seperti Aristoteles, Plato, dan penemu lainnya yang ilmu nya dapat kita pelajari sampai sekarang, para kerabat ataupun orang-orang hebat menuliskan apa yang mereka dapatkan pada saat itu untuk disebarluaskan kedalam masyarakat. hal ini membuktikan bahwa kegiatan jurnalisme sudah berlangsung lama.

Jurnalistik bisa dikatakan sebagai penyiapan, penelusuran, penulisan dan penyebaran berita atau informasi kepada khalayak. Perkembangan teknologi sangat berpengaruh pada dunia jurnalistik. Pada zaman sebelum teknologi berkembnag pesat seperti sekarang ini, jurnalistik hanya dikenal sebagai kegiatan publikasi secara cetak seperti Koran, surat, majalah dan lain sebaginya. Hal ini dikarenakan karena minimnya teknologi yang dapat digunakan dalam bidang jurnalistik, teknologi yang berkembang pada masa itu masih manual dan konvensional. Namun seiring berkembangnya teknologi yang merujuk kepada teknologi elektronik, dunia jurnalistik mulai merambah dan meluas ke media elektronik seperti tv dan radio.

Kemajuan teknologi mendorong para jurnalis untuk belajar dan mempelajari teknologi tersebut, karena hal ini berkaitan dengan bagaimana konsumsi masyarakat terhadap media yang akna berpengaruh pada penyampaian berita yang akan disebarkan oleh para junalisme. Setiap harinya masyarakat membutuhkan informasi yang terjadi di dunia ini, mulai dari lingkungan rumah, kota, negeri, hinggan keadaan dunia. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan berita, dunia jurnalisme melakukan konvergensi media yang akan digunakan dalam kegiatan jurnalisme. Hal ini dilakukan agar jurnalisme dapat lebih dimaksimalkan dalam hal kerjanya. Para jurnalisme harus mampu menguasai teknologi yang sedang berkembang di masyarakat.

Selain media cetak dan media elektronik, saat ini media online (internet) juga berperan penting dalam dunia jurnalisme. Pada saat media cetak menjadi satu-satunya saluran penyebaran informasi yang diberikan oleh jurnalis, banyak hambatan yang didapatkan oleh para jurnalis. Pada masa teknologi media cetak, informasi yang diberikan tidak bersifat realtime, karena dari pencarian informasi sampai dengan penyebaran informasi ke masyarakat, membutuhkan waktu yang lumayan lama, dikarenakan semua kegiatan jurnalisme masih dan teknologi yang digunakan masih minim. Sering juga masyarakat sulit memahami atau bahkan salah mengartikan informasi yang disampaikan oleh jurnalisatau sulit untuk menciptakan pemahaman yang sama untuk masyarakat dikarenakan media cetak hanya menyajikan ratusan kata diatas kertas. Dengan teknologi yang masih minim dan kebutuhan masyarakat yang tinggi akan informasi, maka jurnalisme segera mencari cara agar informasi yang diberikan bisa cepat sampai ke masyarakat dan masyarakat dapat memahami apa yang diberitakan oleh jurnalis, maka masuklah media elektronik yang menjawab keluhan para jurnalis di masa media cetak.

Mulai bermucunculan media seperti perekam suara, kamera, komputer, dan sebagainya, memudahkan pekerjaan para jurnalisme. Kini dengan adanya media elektronik, informasi yang disampaikan kepada masyarakat bisa lebih dimengerti dan diakses dengan mudah. Dalam media radio, informasi yang disiarkan bisa dapat lebih dipahami dengan intonasi pembacaan berita dan bisa live time antara informasi tersebut dengan kejadian yang diinformasikan. Dalam media televisi, pesan disampaikan dengan cara audio visual, dimana mayarakat bisa lebih memahami dan mengerti informasi apa yang disampaikan. Dengan menggunakan media elektronik, masyarakat yang tun aksara pun bisa mnegerti informasi yang disampaikan.

Dengan berkembangnya teknologi, era ini sangat erat kaitannya dengan internet. internet menjadi media yang tidak bisa dilepaskan dari kegiaatan industry. Dalam kegiatan jurnalisme, saat jurnalisme masih mengandalkan media cetak dan media elektronik, hanya jurnalisme profesionalah yangbisa menyebarkan informasi kepada masyarakat, karenamereka dianggap telah memiliki kaedah-kaedah jurnalisme dalam mencari, memproses, dan menyebarkan informasi. Namun di zaman ini, apalagi dengan didorong kemajuan teknologi internet, setiap orang bisa membuat informasi atau menyebarkan informasi kepada masarakat tanpa memperhatikan latarbelakang atau pendidikan orang yang menyebarkan informasi tersebut. Internet juga membuat aliran informasi menjadi lebih cepat dan luas karena internet diakses di hampir seluruh dunia dan informasi yang masuk dan keluar dari internet berjalan begitu cepat setiap harinya. Internet menghapuskan batasan jarak dan waktu dalam penyebaran informasi.

Masyarakat yang melakukan “jurnalisme” online atau menyebarkan informasi melalui online disebut citizen journalism. Setiap orang bisa menjadi “jurnalis” di era ini seperti membuat, menyiarkan dan mempublikasi berita atau informasi yang terjad di sekitak kita. Namun rata-rata diantara mereka tidak memperhatikan kaedah jurnalisme. Para jurnalisme harus mampu beradaptasi pada era modern dan era teknologi serba canggih ini. Apabila mereka mampu beradaptasi dengan tenologi modern, kegiatan jurnalisme bisa termaksimalkan. Namun tidak sedikit para jurnalis yang tidak mampu memahami dan beradaptasi dengan era ini. karena sangat kompleksnya media dan juga sangat banyak citizen jurnalisme yang lebih mampu bersaing dalam menyediakan dan menyajikan informasi untuk masyarakat.

Dalam kaitan antara jurnalisme dan internet, ada dua sisi positive dan sisi negative. Sisi positive dari penggunaan internet dalam jurnalisme adalah berita atau informasi yang disampaikan bisa begitu cepat di siarkan dalam masyarakat, karena hampir semua masyarakat menggunakan internet sebagai tempat mencari informasi. Internet juga mampu memberikan kecepatan informasi dan bebas biaya, membuat akses untuk mencari informasi. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa peningkatan pengaksesan informasi melalui internet akan terjadi. Sisi negative dari jurnalisme online ialah berita yang diunduk ke dalam internet kesempatan untuk di duplikasi oleh pihak lain sangatlah mungkin. Duplikasi informasi dari situs aslinya dipindahkan ke situs lain ialah salah satu plagiarism, dan membuat informasi yang ditampilkan bisa diragukan kebenarannya. Media konvensional dituntut untuk berkonvergensi dengan media baru agar dapat memuaskan pelanggan atau masyarakat. contoh media konvensional berkonvergensi yaitu salam satu perusahaan Koran cetak, Kompas, sudah membuat media onlinenya berbentuk kompas online yang bisa diakses dimanapun dan kapanpun.
Kecanggihan yang ditimbulkan oleh teknologi masa kini telah merubah berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang jurnalistik, teknologi yang merubah mengubah cara kerja para jurnalis. Dengan kecanggihan teknologi yang bergelimpangan pada saat ini memberikan kemudahan kepada para jurnalis dalam menyiarkan informasi kepada khalayak umum. pada era ini semua orang bisa menjadi jurnalis tanpa memandang latar belakang orang tersebut. setiap orang berhak memberikan informasi dan menyebarkan informasi kepada khalayak, dengan begitu kejadian yang terjadi sangat mungkin diketahui dengan cepat oleh khalayak yang tidak ada di tempat tersebut. namun tidak jarang para citizen jurnalisme yang menyebarkan informasi tanpa menggunakan akidah berjurnalistik. Mereka yang dapat beradaptaptasi dengan teknologi modern dan yang tetap memegang kaidah jurnalisme dalam menyebarkan berita, akan lama bertahan dalam dunia jurnalisme.
• Dampak positif
mempermudah proses pengumpulan berita dan penyajian berita melalui internet, handphone, televisi dan radio sehingga mengurangi waktu yang harus diluangkan secara khusus untuk mengakses berita. Masyarakat dilibatkan secara aktif dan merasa dibutuhkan dalam proses pembuatan dan penyajian berita. Penyajian berita lebih menarik karena disertai dengan video tidak hanya berupa tulisan dan gambar yang tidak bergerak. Berita dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
• Dampak negatif
kebenaran berita yang disebarkan perlu diperiksa dengan seksama dan sumber informasinya seringkali tidak akurat sehingga berita tersebut menjadi simpang siur. Berita yang disampaikan khalayak tidak lagi netral karena seringkali dilatarbelakangi oleh kepentingan tertentu. Bahkan berita mengandung konten yang memojokkan dan menyinggung salah satu pihak.

Sumber :
http://www.onestopenglish.com/methodology/methodology/teaching-technologies/teaching-
http://www.finanznachrichten.de/nachrichten-aktien/teletech-holdings-inc.htm
http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2014454-satelit-komunikasi/#ixzz1svAIaB2M
https://unindrax1eione.wordpress.com/jaringan-dan-telekomunikasi-3/teleconference/
https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_komunikasi_baru
http://personal.fmipa.itb.ac.id/suryadi/files/2010/11/satelit-komunikasi-_orasi-ilmiah_denpasar30oktober2010.pdf
http://indahfatmiutari.blogspot.co.id/2013/04/karya-tulis-ilmiah-pengaruh-teknologi_8237.html
https://kharismapramundari.wordpress.com/2014/09/28/perkembangan-teknologi-komunikasi-terhadap-4-aspek-ekonomi-politik-budaya-sosial/

 

etika dan filsafat komunikasi part 2

15 April 2015 10:32:08 Dibaca : 612

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya. Individusatu dapat mempengaruhi yang lain dan begitu juga sebaliknya “definisi secara psikologisosial “. Pada kenyataannya interaksi yang terjadi sesungguhnya tidak sesederhanakelihatannya melainkan merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Interaksi terjadikarena ditentukan oleh banyak faktor termasuk manusia lain yang ada di sekitar yangmemiliki juga perilaku spesifik.

Jadi sudah kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.

Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut para ahli. pendapat dari berbagai para ahli pun bermacam-macam dan variatif seperti dijelaskan di bawah ini.
menurut para ahli

Menurut H. Booner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial bahwa: “Interaksi sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok.Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.”Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social.”Siagian (2004) “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung.”

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok dalam kehidupan sosial.

Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:

Dorongan untuk makanDorongan untuk mempertahankan diriDorongan untuk melangsungkan jenis

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni : Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup adabersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

Pendapat Saya

Dalam manusia sebagai makhluk social ini saya memiliki pendapat dimana manusia memang pada dasar nya adalah makhluk social dan butuh hidup berdampingan dengan orang lain. Karena manusia tidak bisa hidup tanpa ada oranglain. Dan manusia memang sangat membutuhkan bantuan orang lain baik dari segi kebutuhan untuk memenuhi keseharian, untuk memenuhi kebutuhan jasmanai, dan juga baik bagi kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan rohani.

Manusia yang tidak membutuhkan bantuan orang lain adalah manusia yang tidak ingin menjadi manusia yang sesungguhnya karena di mana manusia dalam memenuhi kehidupannya sebagai manusia mereka pastry membutuhkan yang namnay orang lain da itu sudah menjadi interdependensi bagi kehidupan manusia.

Banyak hal – hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia itu sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Manusia pasti membutuhkan bantuan diaman agar mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka yang sudah di jelaskan di atas tadi. Dan pada akhirnya manusia adalah pada dasarnya manusia itu adalah manusia sebagai makhluk social dan saling membutuhkan bantuan orang lain tanpa kita sadari dan tanpa kita rencanakan sebelumnya.

Dan manusia membuhkan orang lain untuk bersosialisasi dan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka karena mereka tidak bisa menilai diri mereka sendiri dengan tepat dan adil karena mereka akan berfikir hal – hal yang baik saja maka mereka membutuhkan orang lain untuk menilai atau untuk meningkatkan potensi maupun hal – hal yang ada pada diri mereka sendiri

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SIMBOLIK MENURUT GEORGE MEAD DAN GEORGE BLUMER

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK MENURUT GEORGE MEAD

Sejarah sistematisasi teori interaksionisme simbolik tak dapat dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863- 1931). Semasa hidupnya, Mead memainkan peranan penting dalam membangun perspektif dari Mazhab Chicago, sebuah mazhab yang memfokuskan dalam memahami suatu interaksi perilaku sosial.

Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat non- verbal dan makna dari suatu pesan verbal akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non- verbal (seperti body language, gerak fisik, pakaian, status, dsb.) dan pesan verbal memiliki makna yang disepakati secara bersama- sama oleh semua pihak yang terlibat interaksi.

Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, dimana individu- individu berpotensi mengeluarkan simbol. Perilaku seseorang dipengaruho oleh simbol yang diberikan oleh orang lain. Melalui pemberian isyarat berupa simbol maka kita dapat mengutarakan perasaan,pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.

Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, yang mana ketika itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua mazhab yang berbeda dalam hal metodologi. Kedua mazhab itu ialah Mazhab Chicago(1969) yang dipelopori oleh Herbert Blumer dan Mazhab Iowa yang dipelopori oleh Manfred Kuhn bersama dengan Kimball Young.

Menurut Mead, manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.

Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan symbol -simbol yang bermakna. Melaui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.

Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi mempunyai makna-makna tertentu , sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini, habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.

Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena ditampilkan lewat symbol dan maknanya. Mencari makna dibalik yang sensual menjadi penting didalam interaksi simbolis. Secara umum, ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik, yaitu;

Perilaku manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala;Pemaknaan manusia perlu dicari sumber pada ineraksi social manusia; Masyarakat merupakan proses yang berkembang holistic, tak terpisah, tidak linear, tidak terduga;Perilaku manusia itu berlaku berdasarkan berdasar penafsiran fenomenlogik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatis.Konsep mental manusia itu berkembang dialektik; danPrilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif.

Pemikiran Mead lahir pada awal abad 20, yaitu sekitar tahun 1900-an dan baru dibukukan tahun 1937. Saat itu Amerika Serikat sedang gencar melakukan industrialisasi, tetapi saat itu juga dunia sedang dilanda Perang Dunia Pertama (1914- 1918). Pengalaman dan pengamatan Mead selama di Amerika Serikat maupun sewaktu sekolah di Leipzig dan Berlin Jerman banyak mempengaruhi pemikirannya. Munculnya konsepsi tentang Mind, self dan Society tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial pada saat itu.

Sebagaimana kita ketahui konsep itu muncul tatkala Mead mengajar psikologi sosial di Chicago sekitar tahun 1916-1928. Waktu itu dunia sedang dilanda perang besar antara Jerman bersama Austria melawan Perancis, Inggris dan negara-negara sekutu, termasuk Amerika Serikat. Setelah selesai Perang Dunia Pertama, Amerika Serikat mengalami depresi ekonomi yang sangat berat. Pada saat itu di Amerika Serikat banyak terjadi persoalan sosial. Dari masalah pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi, munculnya kasus-kasus perceraian di masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan persoalan sosial lain yang mengidab masyarakat urban yang sekulair. Itulah problema masyarakat modern yang menjadi perhatian ilmuwan social pada masa itu.

Keadaan itu nampaknya mendorong Mead mengamati everyday life kehidupan manusia, terutama mengenai bagaimana individu melakukan interaksi. Kemudian mengembangkan teori Psikologi sosial. Pada dasarnya dia percaya bahwa ilmu pengetahuan bisa memberikan solusi terhadap berbagai persoalan sosial (Ritzer & Goodman, 2005: 273). Untuk itu selain dia memformulasikan pemikirannya dalam teori interaksi simbolik, keseharian Mead juga aktif dalam kegiatan reformasi sosial. Dia terlibat kegiatan pengumpulan dana yang berkenaan dengan kebijakan di bidang pemukiman sosial di Universitas Chicago. Kondisi eksternal semacam itulah yang menjadi setting sosial ketika Mead menghasilkan pemikiran- pemikirannya.

Karena itu tidaklah mengherankan jika kajian tentang Mind, Mead melihat mind secara pragmatis. Yakni mind atau pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Saat itu Mead berasumsi, dunia nyata penuh dengan masalah (sesuai dengan keadaan saat itu), dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan memungkinkan orang lebih efektif dalam kehidupan (Ritzer dan Goodman, 2005: 280).

Begitu pula dalam membahas konsep The Self, George Herbert Mead senantiasa memperhitungkan faktor struktural, yaitu society. Karena pada dasarnya menurut pengamatan Mead konsep diri (the self) yang dia sebut sebagai “I” menentukan kehendak, keinginan, termasuk ambisi-ambisi dari mahkluk yang namanya manusia. Namun disisi lain diri manusia juga memiliki konsepsi “Me”, yang sangat memperhitungkan keadaan sekelilingnya. “Me” senantiasa dipengaruhi oleh interaksi internal yang dikaitkan dengan keadaan masyarakat. Itulah struktur sosial yang berpengaruh terhadap konsepsi the self.

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK MENURUT GEORGE BLUMER

Teori interaksi simbolik disebut juga sebagai teori sosiologi interpretatif. Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh blumer guna mencapai tujuan tertentu.Interaksi simbolik merupakan salah satu persepektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action teory), yang dipelopori dan dikembangkan olehMax Weber. Max Weber mengemukakan 5 ciri pokok yang berkaitab dengan teori aksi (action teory) :

Tindakan manusia, yang menurut aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi tindakan nyata.Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

Menurut blumer istilah interaksionisme simbolik ini menunjuk kepada sifat khasdari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dansaling mendefinisikan tindakannya. Bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain,tapi didasarkan atas “makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain. Interaksi antar individu,diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasiatau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing.

Interaksionisme simbolik

Pada teori ini dijelaskan bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh“kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (sebagaimana yang dimaksud oleh kaumreduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinyalewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diriindividu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, danmemutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut.

Lebih jauh Blumer menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan symbol -simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons.Interaksionisme simbolis cenderung sependapat dengan perihal kausal prosesinteraksi social. Dalam artian, makna tersebut tidak tumbuh dengan sendirinya namunmucul berkat proses dan kesadaran manusia. Kecenderungan interaksionime simbolis inimuncul dari gagasan dasar dari Mead yang mengatakan bahwa

interaksionis symbol

memusatkan perhatian pada tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses mental yang terisolasi

Jadi sebuah symbol tidak dibentuk melalui paksaan mental merupakantimbul berkat ekspresionis dan kapasitas berpikir manusia.Pada tahapan selanjutnya, pokok perhatian interaksionisme simbolis mengacu pada dampak makna dan symbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Dalam tahapanini Mead memberikan gagasan mengenai perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilakutertutup adalah proses berpikir yang melibatkan makna dan symbol. Perilaku terbukaadalah perilaku actual yang dilakukan oleh actor. Di lain sisi, seorang actor juga akanmemikirkan bagaimana dampak yang akan terjadi sesuai dengan tindakan. Tindakan yangdihasilkan dari pemaknaan symbol dan makna yang merupakan karakteristik khususdalam tindakan social itu sendiri dan proses sosialisasi.Dalam interaksionisme simbolis, seseorang memberikan informasi hasil dari pemaknaan symbol dari perspektifnya kepada orang lain. Dan orang-orang penerimainformasi tersebut akan memiliki perspektif lain dalam memaknai informasi yangdisampaikan actor pertama. Dengan kata lain actor akan terlibat dalam proses salingmempengaruhi sebuah tindakan social.Untuk dapat melihat adanya interaksi sosial yaitu dengan melihat individu berkomunikasi dengan komunitasnya dan akan mengeluarkan bahasa-bahasa , kebiasaanatau simbol-simbol baru yang menjadi objek penelitian para peneliti budaya .

Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis bahwa (1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”, dan (3) makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” – alih-alih disebut “objek” – ini tidak mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis.

Bagi H. Blumer, “sesuatu” itu – biasa diistilahkan “realitas sosial” – bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut “dimaknakan”.

Sebagai realitas sosial, hubungan “sesuatu” dan “makna” ini tidak inheren, tetapi volunteristrik. Sebab, kata Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya.

Dengan demikian, pemberian makna ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut. Dari sini jelas bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.
Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication ini terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia memaknakan tindakan itu.
Lebih jauh Blumer dalam buku yang sama di halaman 78 menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons. Selain menggunakan Interaksionis Simbolik, kasus Sampit bisa didekati dengan metode Hermeneutik. Hermeneutik dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau falsafah yang menginterpretasi makna. Pada dasawarsa ini, Hermeneutik muncul sebagai topik utama dalam falsafah ilmu sosial, seni dan bahasa dan dalam wacana kritikan sastera yang mempamerkan hasil interpretasi teks sastera.
Perkataan Hermeneutik berasal dari dua perkataan Greek: hermeneuein, dalam bentuk kata kerja bermakna ”to interpret” dan hermeneia, dalam bentuk kata nama bermakna ”interpretation”. Kaedah ini mengutamakan penginterpretasian teks dalam konteks sosiobudaya dan sejarah dengan mendedahkan makna yang tersirat dalam sesebuah teks atau karya yang diselidiki. Dokumen awal menjelaskan bahawa seorang ahli falsafah, iaitu Martin Heidegger menggunakan kaedah Hermeneutik pada tahun 1889-1976. Walau bagaimanapun, Hermeneutik telah mula dipelopori oleh Schleimarcher dan Dilthey sejak abad ke-17 dan diteruskan oleh Habermas, Gadamer, Heidegger, Ricoeur dan lain-lain pada abad ke-20.

Blumer lebih banyak dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan “gurunya”, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi. Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci. Teori interaksionisme simbolis yang dimaksud blumer bertumpu pada tiga premis utama:

ï‚· Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

ï‚· Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain.

ï‚· Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.[24]

Teori interaksionisme simbolis merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Aktor tidak semata-mata beraksi terhadap tindakan yang lain, tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor secara langsung maupun tidak, selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karena itu, interaksi manusia di jembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau dengan menamukan makna tindakan orang lain.

Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi dimana dan kemana arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasi harus tidak di anggap hanya sebagai penerapan makna-makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. Blumer mengatakan bahwa individu bukan di kelilingi oleh lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkannya dan memebentuk perilakunya. Gambaran yang benar ialah ia membentuk obyek-obyek itu.

Dalam pada itu, maka individu sebenarnya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Inilah yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol.

Dengan begitu, manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif, yang menyatukan obyek-obyek yang di ketahuinya melalui apa yang disebut Blumer sebagi self indication. Self indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Proses self indication ini terjadi dalam konteks sosial dimana individu mencoba “mengantisipasi” tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu.

Pendapat Saya

Pendapat saya tentang manusia sebagai makhluk simbolik menurut mead dan blumer yaitu seperti yang dikatana oleh mead dimana ”Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna” dalam kalimat tersebut mead berasumsi bahwa manusia selalu berinteraksi dengan dirinya sendiri pada saat memilih atau menggunakan simbol – simbol yang mereka temukan atau yangmereka lihat dan dalam simbol – simbol tersebut memiliki suatu makna yang berbeda maka mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri untuk membedekan simbol – simbol dengan makna yang ada agar mereka tidak salah saat menggunakan simbol tersebut.

Karena jia mereka salah menggunakan simbol – simbol yang sesuai dengan maknanya tersebut maka simbol – simbol tersebut akan berubah makna lagi dan makna yang sesungguhnya akan berganti dengan sesuai penempatan simbol – simbol yang telah mereka gunakan. Namun pada awalnya simbol – simbol tersebut akan terlihat seperti aneh karena simbol – simbol tersebut tidak sesuai dengan penempatan simbol – simbol tersebut. Contoh : Lampu lalu lintas di pasang pada sudut – sudut lapangan sepak bola. Lampu lalu lintas tersebut adalah simbol di mana simbol tersebut haru di pasang pada jalan yang memiliki beberapa jalan yang melewati 2 atau 3 jalur. Namun di sini simbol tersebut di tempatkan pada sudut – sudut lapangan sepak bola yang seharunya dipasang bendera – bendera yang melambangkan bahwa itu adalah batas lapangan yang akan digunakan utuk pada saat tendangan sudut terjadi atau bola yang sudah melewati garis atau bendera yang sudah ada.

Berikutnya menurut blumer, blumer mengatakan bahwa ”manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.” Dalam beberapa kalimat tersebut blumer mengatakan bahwa manusia sebelum memilih atau menggunakan symbol – symbol yang akan ia gunakan ia terlebuh dahulu akan memikirkannya dengan penuh pertimbangan yang sangat besar dan sangat teliti.

Namun pada dasarnya teori yang di sampaikan oleh blumer tidak terlalu berbedah jauh dengan apa yang di katakana oleh mead. Karena pada dasarnya blumer adalah seorang murid dari mead jadi tidak heran banya teori – teori darinya sangat atau mirip dengan teori yang di sampaikan oleh mead.

Namun hal tersebut sempat dibentangkan dengan beberapa katak yang saya kutip dari beberapa referensi di mana ”Blumer lebih banyak dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan “gurunya”, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi. Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci.” Dalam kata – kata tersebut blumer berhasul membuat suatu riser atau suatu teori yang berbeda dari yang di sampaikan oleh mead

Jadi pada intinya manusia sebagai makhluk simbolik adalah manusia yang selalu mempertimbangkan atau memikirkan hal – hal yang berhungungan dengan symbol, tanda dan hal tersebut yang membuat manusua menjadi makhluk yang simbolik di karenakan manusia selalu mengguakan atau memikirkan symbol – silmbol yang akan mereka gunakan atau yang akan mereka pakai pada saat mereka membtuhkan symbol – symbol tersebut.

Dan manusia sebagai makhluk yang simboik adalah manusia yang selalu menggunakan symbol – symbol atau selalu bergantung pada symbol – symbol yang ada seperti rambu – rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, dan berbagai symbol – symbol yang ada atau yang diciptakan atau yang dubuat untuk digunakan yang ada didunia ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://elmasterquin.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://donaheli.blogspot.com/2013/09/filsafat-komunikasi.html

http://kebenaran.org/

http://filsafat.kompasiana.com/2009/11/09/ada-tiga-macam-kebenaran-23239.html

http://mbenxxcaem.blogspot.com/2011/09/hakekat-filsafat.html

http://ronikurosaky.blogspot.com/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html

http://lauraerawardani.blogspot.com/2014/04/interaksionisme-simbolik.html

http://henrysubiakto.blogspot.com/2012/02/anatomi-teoretik-george-herbertmead.html

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong