PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI BARU

23 January 2016 08:11:53 Dibaca : 700

Nama : Dzumriati Musa
Nim : 291414041

1. Artikel tentang jenis teknologi komunikasi baru
a. Satelit Komunikasi
Satelit komunikasi adalah suatu satelit buatan manusia yang dipasang di ruang angkasa, bertujuan untuk telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Umumnya satelit ini menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe yang terbaru menggunakan satelit pengorbit bumi rendah.
Satelit komunikasi dapat menerima, memperkuat dan memancarkan sinyal suara, musik, TV, telepon, telegraf dan data dari suatu titik ke titik lain di bumi.Pemanfaatan satelit untuk lapangan pendidikan, Menurut Polcyn (1973), satelit komunikasi telah menimbulkan kemungkinan-kemungkinan luar biasa bagi penyebaran dan pengayaan dalam pembelajaran manusia sedunia. Dimana jutaan pemirsa TV di beberapa benua telah menyaksikan langsung kejadian-kejadian historis yang hebat di tempat-tempat terpencil, dan bahkan di bulan.
Pemanfaatan satelit komunikasi untuk pelayanan kesehatan misalnya adalah Proyek Medis Alaska (The Alaskan Medical Project) yang berlangsung tahun 1971 dan 1974-1975 (dengan ATS-6) merupakan pemanfaatan satelit untuk pelayanan kesehatan masyarakat Eskimo di pedesaan yang umumnya terpencil, sukar dihubungi, dan terletak di daerah yang secara alamiah rawan. Sistem komunikasi ini selain untuk keperluan hubungan perawatan darurat, diagnostic, dan pemberian advis, dimanfaatkan pula untuk komunikasi social antara pasien yang diungsikan ke rumah sakit yang jauh dari keluarganya.
Kelebihan satelit komunikasi dalam memenuhi kebutuhan manusia berinteraksi terutama dikarenakan beberapa keunggulannya dalam mengatasi masalah jarak, waktu, keluwesannyauntuk keperkuan tertentu yang spesifik. Secara teknis satelit komunikais memiliki dua karakteristik fundamental yang membuatnya menarik perhatian, yaitu membuat lebar gelombang band-width yang luas, dan sebagai konsekuensinya mempunyai kapasitas komunikasi yang luas biasa, dan berkemampuan untuk melayani titik-titik tujuan yang tidak ditentukan lebih dahulu.
Dewasa ini teknologi telekomunikasi di Indonesia berkembang ke arah broadband internet. Sistem komunikasi satelit ada karena bentuk bumi bulat. Satelit membentuk bagian penting teknologi yang ada dewasa ini, seperti komunikasi suara, video dan transmisi radio, satelit TV/DBS, navigasi (GPS), remote sensing untuk pemetaan dan satelit cuaca, dan internet. Teknologi broadband menjadi kekuatan di tengah tingginya kebutuhan akan kecepatan data karena akses internet.

b. Video Tech
Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satufps.
Video tech merupakan Layanan informasi interaktif yang memungkinkan individu untuk meminta frames informasi dari sebuah computer pusat untuk melihat pada layar tampilan video. Vediotech juga dapat diartikan sebagai teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak.
Video tech adalah proyek yang bertujuan untuk mengembangkan kegiatan multimedia menggunakan video digital otentik yang terkandung dalam konteks bahasa kedua Prancis di Kanada . proyek ini bertujuan untuk menciptakan tidak hanya isi pendidikan dan pembelajaran, tetapi juga komunitas praktek dimana pengguna dapat berkontribusi konten dan menyarankan jalur pembangunan alternatif.
c. Teletech
Layanan informasi interaktif yang memungkinkan individu untuk meminta frame informasi untuk melihat pada layar televise rumah. Dibawah teletext (di Jerman: teletext dipahami sebagai bentuk komunikasi untuk penyebaran berita,teks dan representasi bergambar, kasus transmisi analog dalam selang blanking dari sinyal televisi dari televisi yang akan disiarkan.
d. Interactive Cable Television
Interactive Cable Television atau biasa disebut juga sebagai TV Interaktif (iTV) adalah televisi yang dapat menerima program siaran (downlink) dan dapat pula mengembalikan informasi ke penyiar televisi (uplink). Sehingga ada interaktif antara penyiar ke penonton dan penonton ke penyiar. Mungkin dapat kita katakan bahwa TV interaktif adalah suatu teknologi yang sudah mempersatukan semua teknologi yang ada diera digital ini karena TV interaktif dapat mempersatukan (convergance) antara data, voice dan video didalam satu kanal sehingga memudahkan pemakainya untuk melakukan komunikasi dan interaksi langsung baik ke seseorang ataupun kebanyak orang. Sehingga kita dapat melakukan banyak hal didalamnya untuk semua bisnis ataupun sampai melakukan politik.
e. Teleconference
Teleconference atau telekonferensi atau teleseminar adalah komunikasi langsung di antara beberapa orang yang biasanya dalam jarak jauh atau tidak dalam satu ruangan dan dihubungkan oleh suatu sistem telekomunikasi.Teleconference adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan melewati telefon atau koneksi jaringan. Pertemuan tersebut bisa menggunakan suara (audio conference) atau menggunakan audio-video (video conference) yang memungkinkan peserta konferensi saling melihat dan mendengar apa yang dibicarakan, sebagaimana pertemuan biasa. Dalam telekonferensi juga dimungkinkan menggunakan whiteboard yang sama dan setiap peserta mempunyai kontrol terhadapnya Jadi, juga berbagi aplikasi.Sistem telekomunikasi dapat mendukung teleconference karena menyediakan satu atau lebih dari berikut ini: audio, video, dan / atau layanan data oleh satu atau lebih berarti, seperti telepon, komputer , telegraf, teletip, radio, dan televisi.Di Indonesia, terdapat beragai layanan teleconference melalui telepon baik fixed maupun mobile (Audio Conference) yang mempunyai kemampuan untuk melayani percakapan sampai 30 pemanggil dalam satu konferensi. Jumlah peserta dapat diatur sesuai dengan keinginan penyelenggara konferensi. Sistem conferenceatau konferensi juga bisa dilengkapi dengan PIN (Personal Identification Number) sehingga menjamin kerahasiaan suatu konferensi dari pemanggil yang tidak diundang dalam telekonferensi atau teleconference tersebut.

f. Computerized Network
Jaringan komputerisasi/Computerized Network adalah jaringan telekomunikasi yang memungkinkan antar komputer untuk saling bertukardata. Tujuan dari jaringan komputer adalah agar dapat mencapai tujuannya, setiap bagian dari jaringan komputer dapat meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta/menerima layanan disebut klien (client) dan yang memberikan/mengirim layanan disebut peladen (server). Desain ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir

seluruh aplikasi jaringan komputer.Dua buah komputer yang masing-masing memiliki sebuah kartu jaringan, kemudian dihubungkan melalui kabel maupun nirkabel sebagai medium transmisi data, dan terdapat perangkat lunak system operasi jaringan akan membentuk sebuah jaringan komputer yang sederhana. Apabila ingin membuat jaringan komputer yang lebih luas lagi jangkauannya, maka diperlukan peralatan tambahan seperti Hub, Bridge, Switch, Router, Gateway sebagai peralatan interkoneksinya.
Implikasi satelit komunikasi pada kehidupan sosial
Berkembangnya satelit komunikasi sebagai suatu produk kemajuan teknologi pada hakikatnya telah menandai bermulanya suatu era yang benar-benar baru dalam bidang komunikasi. Satelit sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan skunder di bidang komunikasi. dengan ada nya satelit manusia bisa bersosialisai, berhubungan, berinteraksi, meskipun jarak nya yang sangat jauh. dengan ada nya satelit ini, banyak perusahaan - perusahaan di bidang komunikasi dan informasi yang berkembang semakin maju. dengan banyak nya industri komunikasi, maka lapangan pekerjaan semakin bertambah dan angka pengangguran pun menjadi berkurang.
Manfaat utama dari teknologi satelit adalah untuk keperluan penyiaran baik radio maupun TV. Dengan potensi satelit untuk menerima dan memancarkan kembali sinyal siaran radio dan TV dapat diterima dimana saja sepanjang dapat ditangkap oleh antena stasiun bumi setempat.
Implikasi satelit komunikasi pada kehidupan ekonomi
Dengan adanya perkembangan industri satelit, di dalam suatu negara bisa mendapatkan penghasilan dari biaya pajak pembuatan satelit. sebagai penopang negara. dengan adanya satelit, di bidang komunikasi industri. satelit sangat berguna untuk mengetahui segala informasi yang ada di dunia ini. dengan itu pembuatan satelit sangat menguntungkan bagi prusahaan - perusahaan yang menjual dari hasil pembuatan ekonomi. karena satelit sebagai perantara komunikasi yang menjadi kebutuhan sekunder dalam masyarakat.
Contoh : Mobile banking, e-banking
Implikasi satelit komunikasi pada kehidupan politik
Teknologi satelit telah membuat media penyiaran sangat mudah. Dengan Teknologi satelit, kegiatan komersial, kegiatan perusahaan dan kegiatan tingkat swasta semuanya telah mendorong sangat tinggi. Implikasi satelit komunikasi pada kehidupan politik adalah untuk Pertahanan dan keamanan. Teknologi satelit digunakan untuk keadaan darurat keamanan nasional untuk melindungi rakyat dari invasi.
Implikasi satelit komunikasi pada kehidupan budaya
Teknologi komunikasi baru dapat mempermudah pendistribusian karya-karya anak bangsa seperti musik, film, fashion maupun furniture ke Negara-negara tetangga maupun Negara-negara berbeda benua yang mana akan memperkuat identitas Negara serta membuat Negara semakin dikenal oleh dunia melaui aplikasi videotech yang kemudian di salurkan pada interactive television cable.

2. Artikel ilmiah tentang perkembangan teknologi komunikasi
Perkembangan yang terjadi dengan cepat di bidang komunikasi membuat para ahli menyebutnya sebagai revolusi komunikasi. Perubahan yang cepat ini didorong oleh adanya berbagai penemuan di bidang teknologi sehingga apa yang dulu merupakan kendala dalam kegiatan komunikasi, sekarang sudah terbuka lebar. Seseorang dapat berhubungan dengan seseorang atau sekelompok orang tanpa dibatasi oleh faktor waktu, jarak, jumlah, kapasitas dan kecepatan. Contohny penggunaan satelit dalam komunikasi.
Di sisi lain ada beberapa ahli yang menerima revolusi komunikasi ini dengan hati-hati. Hal ini terutama pada dampak negatifhya. Menurut Tehranian dalam 25 tahun terakhir ada tiga kekuatan, yaitu teknologis, sosio-ekonomi, dan politik yang telah mengubah sistem-sistem internasional ke tingkalt tertentu.
Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Dampaknya lerhadap Kehidupan Dengan munculnya berbagai inovasi maka pengembangan komunikasi semakin pesat terutama yang dikembangkan oleh para ahli dan kaum industrialis. Revolusi yang terjadi dalarn bidang komunikasi bukan hanya terjadi pada teori ilmu komunikasi, tetapi juga terjadi pada teknologi komunikasi. Tekonologi komunikasi yang dimaksud disini adalah penggunaan teknologi sebagai media dalam komunikasi manusia. Penggunaan teknologi sebagai komunikasi manusia ini banyak dipengaruhi oleh perkenmbanganperkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan yang lainnya.
Perkembangan teknologi komunikasi itu dapat dipahami dari berbagai sudut. Menurut Onong Uchyana Efendy,3 dalakn sejarah ilmu pengetahuan terjadi empat kali revolusi. Revolusi Pertama membuka era bagi penelitian mengenai gaya grafitasi dan penelitian tentang dinamika gerakan benda-benda. Era ini dirintis oleh Isac Newton yang dilanjutkan dengan Bernouljs, Euler, Lagrange dan Laplace. Revolusi Kedua lebih memusalikan pada sifat-sifat kelistrikan dan kemagnitan benda sebagai keseluruhan. Juga mengenai sifat-sifat radiasi. Revolusi kedua ini dipelopori oleh Farady dan Maxwell. Revolusi Ketiga dimulai pada awal abad ini dengan diketemukannya sifat kuantum cahaya oleh Max Plane. Pemikiran ketiga ini dipelopori oleh Einstien dengan teori relativitasnya. Tokoh-tokoh lainnya pada revolusi ketiga ini adalah Rutherford yang menemukan atom, Bohr penemu kuantum, dan Iain-lain.
Revolusi Keempat sering disebut dengan revolusi fisika, dimulai pada tahun 1938 dengan ditemukannya suatu tipe materi baru yang oleh Anderson disebut partikel, karena pada jaman dahulu atom diperkirakan sebagai benda paling kecil yang tidak mungkin dipecah lagi.4 Era ini membawa revolusi secara menyeluruh dalam manusia tentang zat, jga tentang jagad raya. Revolusi
Menurut Onong, empat revolusi pengetahuan khususnya revolusi fisika ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia yang membawa banyak perubahan yangh luar biasa dalam kehidupan. Revolusi ini membawa dampak pada empat bidang, yaitu:
1. Bidang intelektual, dengan meninggalkan kebiasaan atau
kepercayaan tradisional dan mengambil kebiasaan bam.
2. Bidang industri dan kemampuan di medan perang
3. Tumbuhnya organisasi sosial dan kehidupan politik
4. Tata lingkungan.
Selain empat bidang tersebut di atas, revolusi pengetahuan terutama revolusi fisika juga membawa dampak yang sangat besar terhadap revolusi teknologi komunikasi. Everett M. Rogers dalam bukunya 'Communication technology' membagi revolusi komunikasi ini menjadi empat era yaitu
• Era Komunikasi Tulisan (The Writing Era of Communication).
• Era Percetakan (The Printing Bra of Communication)
• Era Telekomunikasi (Telecomunication Era)
• Era. Komunikasi Interaktif (Interactive Communication Era)
Implikasi Perkembangan Teknologi Komunikasi terhadap dunia Jurnalistik
Pada industri jurnalisme, teknologi informasi dan komunikasi sangat berkaitan dalam mendapatkan berita. Proses pencarian berita, jurnalis membutuhkan alat rekam seperti tape recorder dan kamera untuk merekam suara, gambar maupun suara dan gambar sekaligus. Setelah mendapatkan sumber berita, dilanjutkan dengan proses pembuatan berita. Pada proses ini membutuhkan perangkat hardware seperti komputer, laptop atau smartphone dan perangat software untuk mengedit berita sebelum disebarkan ke khalayak. Setelah melewati proses pengeditan data, berita siap disajikan ke khalayak. Sebelum teknologi canggih seperti saat ini, penyajian berita masih menggunakan media konvensional seperti koran, mading, selebaran-selebaran yang ditempelkan pada dinding-dinding pinggir jalan. Namun saat ini, dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, orang-orang dapat mengakses informasi lebih mudah melalui telepon genggam, televisi dan radio tanpa harus meluangkan waktu secara khusus untuk membaca atau mndengarkan berita. Bahkan saat ini ibu yang sambil memasak, seseorang yang sedang mengemudikan mobil bisa mendengarkan berita melalui radio. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi, dalam kegiatan jurnalisme, saat jurnalisme masih mengandalkan media cetak dan media elektronik, hanya jurnalisme profesionalah yang bisa menyebarkan informasi kepada masyarakat, karena mereka dianggap telah memiliki kaedah-kaedah jurnalisme dalam mencari, memproses, dan menyebarkan informasi. Namun di zaman ini, apalagi dengan didorong kemajuan teknologi komunikasi, setiap orang bisa membuat informasi atau menyebarkan informasi kepada masarakat tanpa memperhatikan latarbelakang atau pendidikan orang yang menyebarkan informasi tersebut.
Internet dalam bidang jurnalisme membatu para jurnalis untuk mendapatkan fakta. Informasi dapat diakses dengan sangat mudah di internet tetapi jurnalis harus tetap memeriksa kebenarannya karena banyak dari informasi tersebut bersumber yang tidak jelas. Internet merupakan sebuah perpustkaan raksasa yang mana setiap setengah jam buku-buku ditumpuk di pintunya dan setiap hari posisi buku-buku tersebut selalu berubah (Luciano Floridi, 1995).Setelah mengetahui teknologi dapat memberikan kemudahan kita dalam mengakses informasi. Manfaat teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang jurnalisme adalah mempermudah proses pengumpulan berita dan penyajian berita melalui internet, handphone, televisi dan radio sehingga mengurangi waktu yang harus diluangkan secara khusus untuk mengakses berita. Masyarakat dilibatkan secara aktif dan merasa dibutuhkan dalam proses pembuatan dan penyajian berita. Penyajian berita lebih menarik karena disertai dengan video tidak hanya berupa tulisan dan gambar yang tidak bergerak. Berita dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya telah dijabarkan manfaat yang didapatkan dari teknologi informasi dan komunikasi bidang jurnalisme. Kemudahan yang kita dapatkan juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang diakibatkan adalah kebenaran berita yang disebarkan perlu diperiksa dengan seksama dan sumber informasinya seringkali tidak akurat sehingga berita tersebut menjadi simpang siur. Berita yang disampaikan khalayak tidak lagi netral karena seringkali dilatarbelakangi oleh kepentingan tertentu. Bahkan berita mengandung konten yang memojokkan dan menyinggung salah satu pihak.
Teknologi informasi komunikasi membantu para jurnalis untuk membuat berita dan masyarakat mendapatkan berita yang akurat, faktual dan cepat. Industri ini sangat berkaitan dengan alat-alat komunikasi karena dalam proses pembuatan, pengeditan dan penyebarannya berhubungan dengan internet. Masyarakat tidak lagi sebagai pihak yang pasif hanya menerima informasi saja namun juga dapat ambil bagian dalam pembuatan dan penyajian berita.

• Dampak positif serta contohnya
a. Perkembangan media komunikasi memudahkan kegiatan jurnalistik yang sedang berlangsung. Informasi yang didapat akan segera disampaikan serta lebih cepat didapatkan daripada waktu ketika teknologi komunikasi belum berkembang pesat seperti saat ini.
b. Dapat melaporkan suatu kejadian penting di daerahnya dan berita tersebut disiarkan di stasiun televisi. Fenomena ini dinamakan citizen journalism.
Contohnya : Beberapa stasiun televisi telah memberikan ruang untuk citizen journalism seperti Net TV dalam program beritanya yaitu Net 12 dan Metro TV dalam acara 8 - 11 show. Teknologi tidak hanya memberikan ruang bagi masyarakat awam menjadi jurnalis namun juga dapat secara langsung berpartisipasi dalam mengomentari, mengkritisi atau memberikan pendapat terhadap berita tertentu. Beberapa stasiun televisi speerti TV One dalam acaranya Apa Kabar Indonesia, Metro Tv melalui acara Top 9 News dan lain-lain. Acara yang disiarkan secara live ini memberikan kesempatan pada warga untuk berpartisipasi dalam memberikan komentar, kritik atau saran kepada narasumber. Sehingga terjadi komunikasi yang terjalin antara narasumber dan masyarakat secara langsung.
• Dampak negative serta contohnya
Jurnalistik dalam perkembangan teknologi komunikasi ini, memberikan banyak peluang bagi anggota masyarakat untuk membuat berita, mengakses informasi, serta menyebarkan informasi lebih akurat dan lebih cepat dari pada para jurnalis profesional, dimana perlu diketahui, bahwa kesadaran masyarakat akan prinsip-prisip jurnalistik tidak sepenuhnya dapat diterapkan.
Sehingga pertanggungjawaban atas informasi yang diberitakan itu belum tentu dapat dipertanggungjawabkan, apalagi mengingat prinsip-prinsip jurnalisme tetap harus dipegang ketika sedang melakukan kegiatan jurnalistik. Prinsip-prinsip jurnalisme tersebut antara lain kebenaran, akurasi, objektivitas (cover both side), berimbang, verifikasi, dan lain-lain. Prinsip-prinsip tersebut harus dilaksanakan karena informasi yang disajikan adalah untuk dibaca dan diketahui oleh publik. Jangan sampai publik menerima informasi yang salah setelah membaca artikel atau tulisan produk yang dibuat oleh anggota masyarakat lainnya.
Contohnya : penyebaran informasi di media social yang dilakukan oleh masyarakat yang awam atau tidak memiliki basic pada bidang jurnalistik. Akibatnya informasi yang di sebarkan itu menjadi informasi yang bersifat fitnah, mencemarkan nama baik, ataupun sejenisnya ditambah lagi informasi yang dia sebarkan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sumber :
http://satriaypkp.blogspot.co.id/2014/04/tugas-makalah-tentang-satelit.html https://dimasanugrah1015.wordpress.com/2011/01/10/pemanfaatan-teknologi-satelit-komunikasi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Humanizing_satellite
http://personal.fmipa.itb.ac.id/suryadi/files/2010/11/satelit-komunikasi-_orasi-ilmiah_denpasar30oktober2010.pdf
http://lucky.news.pemanfaatan-teknologi-satelit-komunikasi.html
https://kharismapramundari.wordpress.com/2014/09/28/perkembangan-teknologi-komunikasi-terhadap-4-aspek-ekonomi-politik-budaya-sosial/

 

manusia manjadi sangat menarik. Banyak sudah sarjana dari dulu hingga sekarang yang mencoba untuk memberikan definisi yang tepat tentang manusia. E. Cassirer menyatakan: “Manusia adalah makhluk simbolis”, dan plato merumuskan: “ Manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan kehidupan politiknya”, sedangkan menurut paham filsafat eksistensialisme: “ Manusia adalah eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini, tetapi ia secara aktif “ mengada”. Manusia tidak semat-mata tunduk pada kodratnya dan secara pasif menerima keadaannya, tetapi ia selalu secara sadar dan aktif manjadikan dirinya sesuatu. Proses perkembangan manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang sepenuhnya tergantung kepada alam. Kebutuhan untuk terus-menerus menjadi inilah yang khas manusiawi dan karenanya pulalah manusia bisa berkarya, bisa mengatur dunia untuk kepentingannya sehingga timbulah kebudayaan dalam segala bentuknya itu, yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Bentuk-bentuk kebudayaaan ini antara lain adalah sistem perekonomian, kehidupan sosial dengan norma-normanya dan kehidupan politik. Di sinilah Psikologi berinteraksi dengan ilmu-ilmu lain seperti; Antropologi dan Sosiologi.
Sudah merupakan pendapat para filsuf sejak sebelum Sokrates, sampai zaman sarjana-sarjana psikologi modern saat ini, bahwa manusia, selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk lainnya adalah juga merupakan makhluk yang memiliki sifat-sifat tersendiri yang khas. Oleh karena itu, dalam mempelajari manusia kita harus memiliki sudut pandang yang khusus pula. Pandangan psikologi modern adalah bahwa kita tidak dapat menjadikan manusia hanya sebagai objek seperti pandangan kaum materialis, [1] tetapi kita juga tidak dapat mempelajari manusia hanya dari kesadarannya saja seperti pandangan kaum idealis. [2] Manusia adalah objek yang sekaligus juga subjek
D. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SIMBOLIS MENURUT GEORGE H. MEAD DAN
HERBERT BLUMMER.
Manusia adalah mahluk yang berkemampuan memanipulasi simbol dalam berhubungan dengan sesamanya. Proses kelahiran simbol-simbol melalui interaksi di dunia sosial, yang saling terhubungan satu sama lain secara kompleks. Individu selalu terkait dengan dunia sekitarnya khususnya individu lain dalam mengembangkan kepribadian dan penafsiran simbolik. Interaksi antar individu menjadi bagian penting dalam menciptakan dunia sosial masyarakat, karena memungkin proses sosial terus berlangsung. Diskusi bersama sebagai satu bentuk interaksi antar individu. Diskusi hanya bisa berhasil apabila masing-masing memiliki kesepahaman yang dimiliki bersama, disini dimediasi oleh bahasa.
Interaksionisme Simbolik adalah suatu teori tentang pribadi atau individu, tindakan sosial, yang dalam bentuknya yang paling distingtif tidak berusaha untuk menjadi suatu teori makro dalam masyarkat. Penjelasan-penjelasan mengenai tindakan – komponen teoritis – tetap sederhana, tetapi ini bisa dilihat sebagai suatu pilihanyang sadar dalam rangka menangkap beberapa kerumitan situasi nyata.
Tugas teoritis yang ditunjukannya ialah pengembangan dari penjelasan teoritis canggih yang berlangsung lebih dalam pada aspek-aspek tindakan individu, tanpa kehilangan kerumitan dari dunia nyata. Posisi teori interaksionisme simbolik adalah bahwa dunia- dunia yang ada untuk manusia dan kelompok mereka merupakan kumpulan dari obyek sebagai hasil dari interaksi simbolis. Obyek adalah sesuatu hal[3] (yang dapat diindikasikan atau ditunjukkan). Obyek yang sama mempunyai arti yang berbeda untuk tiap individu. Dari proses indikasi timbal balik, obyek- obyek umum bermunculan. Obyek- obyek umum inilah yang akan dipandang secara universal. Blumer menyebutkan bahwa sesuatu obyek memiliki tiga macam bentuk yaitu benda fisik (things), benda sosial (social things), dan ide (abstract things).
Teori interaksionisme simbolis memandang manusia sebagai makhluk sosial dalam pengertian yang mendalam. Maksudnya ialah manusia merupakan makhluk yang ikut serta dalam interaksi sosial dengan dirinya sendiri dengan membuat sejumlah indikasi sendiri, serta memberikan respon pada indikasi. Manusia bukanlah makhluk yang sekedar berinteraksi lalu merespon, tetapi juga makhluk yang melakukan serangkaian aksi yang didasarkan pada perhitungan yang matang.
Simbol

 Setiap mahluk mengembangkan sistem komunikasi tertentu untuk saling berhubungan dengan sesamanya
 Mahluk tingkat bawah mengembangkan ‘isyarat’ atau ‘gestures’ sebagai media komunikasi mereka yang terbatas
 Manusia juga mengembangkan model komunikasi semacam ini
 Namun nilai penting manusia, adalah kemampuannya memanipulasi simbol, yang bentuk akhirnya adalah bahasa.
 Bahasa memungkinkan manusia berkomunikasi dan mengembangkan peradabannya lebih tinggi dibandingka nmahluk lainnya. Sebagai contoh yaitu rambu-rambu lalu lintas memiliki makna sendiri-sendiri.
Sejarah sistematisasi teori interaksionisme simbolik tak dapat dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863- 1931). Semasa hidupnya, Mead memainkan peranan penting dalam membangun perspektif dari Mazhab Chicago, sebuah mazhab yang memfokuskan dalam memahami suatu interaksi perilaku sosial.
Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat non- verbal dan makna dari suatu pesan verbal akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non- verbal (seperti body language, gerak fisik, pakaian, status, dsb.) dan pesan verbal memiliki makna yang disepakati secara bersama- sama oleh semua pihak yang terlibat interaksi.
Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, dimana individu- individu berpotensi mengeluarkan simbol. Perilaku seseorang dipengaruho oleh simbol yang diberikan oleh orang lain. Melalui pemberian isyarat berupa simbol maka kita dapat mengutarakan perasaan,pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, yang mana ketika itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua mazhab yang berbeda dalam hal metodologi. Kedua mazhab itu ialah Mazhab Chicago(1969) yang dipelopori oleh Herbert Blumer dan Mazhab Iowa yang dipelopori oleh Manfred Kuhn bersama dengan Kimball Young.
George Herbert Mead menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengajar di Universitas Chicago. Bukunya yang berjudul “Mind, Self, and Society” merupakan kumpulan bahan kuliah yang ia berikan di Universitas Chicago. Dalam buku tersebut, Mead mendiskusikan tentang mind, self, dan society.

1) Mind (akal budi)
Bagi Mead,akal budi bukanlah sebuah benda, akan tetapi merupakan suatu proses sosial. Secara kualitas, akal budi manusia jauh berbeda dengan binatang. Seumpama kita temui dua ekor kucing yang terlibat perkelahian. Dalam perkelahian tersebut, sebenarnya, kucing tersebut hanya melakukan tukar menukar isyarat tanpa bermaksud memberikan pesan. Tidak dapat ditemui adanya keterlibatan kegiatan mental di dalamnya. Kucing pertama tak pernah berfikir bahwa ketika kucing kedua mengeramkan giginya, itu merupakan sebuah pesan kemarahan yang tengah disampaikan oleh kucing kedua. Manusia pun juga melakukan aksi dan reaksi yang serupa. Bedanya dalam kegiatan aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau mental.
Kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan bahasa merupakan hal pembeda antara manusia dengan binatang. Bahasa memberikan kita kemampuan untuk menanggapi, bukan hanya simbol- simbol yang berbentuk gerak- gerik tubuh, melainkan juga simbol dalam bentuk kata- kata.
Untuk melanggengkan suatu kehidupan sosial, maka para pelaku sosial harus menghayati simbol- simbol dengan arti yang sama. Simbol yang seragam menjadi pendukung utama dalam proses berpikir, beraksi dan berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.
Perbuatan bisa memiliki arti jika kita menggunakan akal budi untuk menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, sehingga kita bisa menafsirkan arti dari suatu pikiran dengan tepat. Disinilah letak penting dari suatu arti bagi Mead (Bernard Raho, 2007: 101)

2) Self (diri)
Bagi Mead, kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaiman ia memberi jawaban terhadap orang lain, merupakan kondisi penting dalam rangka perkembangan akal budi itu sendiri.
Self, sebagaimana juga mind, bukanlah suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang memiliki beberapa kemampuan. Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi. Dalam proses sosialsisasi ini terdapat tiga tahap.
a. Tahap bermain
Ketika berada pada tahap ini, seorang anak bermain dengan peran- peran dari orang- orang yang dianggap penting olehnya. Meski sekedar permainan, tahap ini menjadi penting bagi perkembangan anak karena melalui permainan ini anak akan belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain dalam status tertentu.
b. Tahap pertandingan
Pada tahap ini, seorang anak terlibat dalam suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi. Para peserta dalam suatu pertandingan mampu menjalankan peran orang- orang yang berbeda secara serentak dan mengorganisirnya dalam satu keutuhan. Dalam tahap ini, anak dituntut untuk memperhitungkan peranan- peranan lain dalam kelompok ketika bertingkah laku.
c. Tahap generalized other
Dalam tahap ini, seorang anak akan mengarahkan tingkah lakunya berdasaran pada standar- standar umum atau harapan atau norma masyarakat. Dalam tahap terakhir ini, anak akan mendasarkan tindakannya berdasarkan norma- norma yang bersifat universal.
Dalam hubungannya dengan Self ini, Charles Horton Cooley mengembangkan satu konsep baru yang ia sebut dengan looking- glass self. Dengan looking- glass self ini, Cooley bermaksud mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melihat dirinya sebagaimana ia melihat obyek yang berada di luar dirinya. Hal ini berarti bahwa pertama, kita bisa membayangkan bagaimana kita tampil di hadapan orang lain; kedua, kita dapat membayangkan bagaimana penilaian orang lain terhadap penampilan kita; ketiga, kita dapat mengembangkan perasaan- perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita terhadap perasaan oran lain. (Bernard Raho, 2007: 105)
3) Society (masyarakat)
Konsep Mead tentang masyarakt tidak terlalu cemerlang. Ketika Mead berbicara tentang masyarakat dalam skala makro sebagaiman yang dipikirkan oleh Durkheim atau Marx, maka yang terlintas dalam benak Mead ialah bahwa masyarakat tak lebih daripada semacam organisasi sosial dimana akalbudi dan diri dapat tumbuh disitu. Mead menganggap masyarakat sebagai pola- pola tertentu dari interaksi. Sedangkan mengenai institusi sosial, ia beranggapan bahwa institusi sosial tidak lebih dari seperangkat respon atas kebutuhan masyarakat yang biasa.

 

 

Syarif Ismail_291414002_UTS Etika Filsafat dan Komunikasi

16 June 2015 14:59:19 Dibaca : 1659

Nama : Syarif Ismail
Nim : 291414002
Jurusan : A (Ilmu Komunikasi)
UTS : Etika dan Filsafat Komunikasi

A. Pengertian Filsafat
Filsafat Ilmu Komunikasi diartikan sebagai “kegiatan berpikir dan mengkaji secara lebih mendalam, cermat, dan kritis terhadap proses komunikasi yang meliputi ontologinya, epistemologinya maupun aksiologinya dan mencoba memperoleh jawaban yang tepat dengan terus menanyakan jawaban-jawaban untuk memecahkan masalah-masalah dalam proses komunikasi tersebut.
Dalam hal ini, filsafat komunikasi berarti menggali secara mendalam baik segala hal maupun fenomena komunikasi itu sendiri. Hal ini dapat bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru atau bahkan memperbarui dan menyempurnakan teori yang sudah ada. Kegiatan berfilsafat ini berdasarkan keingintahuan dan keragu-raguan manusia akan segala sesuatu yang berada di sekitarnya secara khusus fenomena komunikasi yang didalamnya meneliti hasil hubungan dan interaksi antarmanusia yang mana interaksi tersebut merupakan objek material ilmu komunikasi. Sedangkan objek formal dalam “ilmu komunikasi adalah segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan manusia.
Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi komunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan. Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.
Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri. Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment.
Pengertian Filsafat Ilmu
Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pengertian Filsafat Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The creek word Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the ‘love of wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu. Berdasarkan kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau untuk menjadi bijak. Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut : • Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
Jan Hendrik Rappar membagi kegunaan filsafat ke dalam dua hal, yakni bagi ilmu pengetahuan dan bagi kehidupan sehari-hari.
1. Kegunaan Filsafat Bagi Ilmu Pengetahuan Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat. Pada masa itu, para pemikir yang terkenal sebagai filsuf adalah juga ilmuwan. Para filsuf pada masa itu adalah ahli-ahli matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Bagi mereka, ilmu pengetahuan itu adalah filsafat, dan filsafat adlh ilmu pengetahuan. Dengan demikian jelas terlihat bahw pad mulanya filsafat mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan. Berkat ilmu pengetahuanlah manusia dapat meraih kemajuan yang sangat menakjubkan dalam segal bidang kehidupan. Teknologi canggih yang semakin mencengangkan dan fantastis adalah salah satu produk dari ilmu pengetahuan. Bahkan pada abad-abad terakhir ini dalam peradapan dan kebudayaan barat, ilmu pengetahuan telah berperan sedemikian rupa sehingga telah menjadi tumpuan harapan banyak orang.
2. Kegunaan Filsafat Bagi Kehidupan Sehari-Hari Meskipun filsafat itu abstrak, bukan berarti ia sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tidak memiliki hubungan apa pun dengan kehidupan nyata sehari-hari. Kendati tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistik dan elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistik dan elok dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut. Dengan demikian, filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan pemahaman ayang jelas. Tak hanya aaitu, ia pun menuntun manusia ke dalam tindakan dan perbuataaaan yang kongret. Berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
Jenis Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki umat manusia dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri, dan yang berasal dari luar manusia. Jenis pengetahuan yang kedua inilah yang dianggap atau dipercaya berasal dari Pencipta Manusia dan Alam (yang oleh orang beragama disebut Tuhan) diistilahkn wahyu. Golongan materialisme tidak mempercayai adanya jenis pengetahuan kedua ini karena mereka tidak mempercayai adanya Tuhan. Al-Kindi menyebut pengetahuan jenis pertama itu pengetahuan Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua: pengetahuan, yang dasarnya pemikiran.

Tiga kategori pengetahuan
Pengetahuan manusia itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
•Pengetahuan indera
•Pengetahuan Ilmu
1. Sidi Gazalba,
Sistematika Filsafat,

• Pengetahuan Filsafat Pengetahuan adalah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu ini. Dapat disimpulkan, semua milik atau isi pikiran ialah pengetahuan.
a. Pengetahuan indra yaitu apa yang kita lihat, rasakan, sentuh, cium. Pengalaman pancar indra ini melalui proses pemikiran langsung menjadi pengetahuan.
b. Pengetahuan ilmu ialah hasil berfikir secara sistematis dan mendalam, disertai riset dan eksperimen. Hasil berikir dan berbuat dengan metode ini membentuk suatu pengetahuan.
c. Pengetahuan filsafat ialah pemikiran secara sistematik, radikal, dan universal. Ketiganya dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Batas-batas pengetahuan
Pengetahuan indera: lapangannya segala sesuatu yang dapat disentuh oleh pancaindera secara langsung; batasnya sampai kepada segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindera.
Pengetahuan ilmu: lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian;
Pengetahuan filsafat; segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi (relative, terbatas); batasnya ialah batas alam, namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh agama Tuhan.
Filsafat di berbagai masyarakat
Sebagai seorang yang beragama, kita harus mengatur perbuatan kita agar sesuai dengan perintah agama, serta menjauhi larangan-Nya. Nilai baik dan buruk itu diajarkan oleh agama kepada kita semua. Agama itu kita warisi dari Rasul. Rasul memberikan pengertian, tafsiran, dan ulasan tentang ajaran agama. Maka bagi jamaah agama, Rasul itu sesungguhnya berfungsi sebagai filsuf. Dalam masyarakat modern, filsufnya adalah ahlipikir yang mengajarkan aliran faham, yang membentuk pandangan hidup dan sikap hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu mengendalikan laku-perbuatan kita. Dengan demikian jelaslah, bahwa filosof itu tidak harus menurut gambaran tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada ditengah-tengah kita, dalam laku-perbuatan dan tindakan sehari-hari. Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat.
Filsafat dalam Islam
Akhirnya dalam memperkatakan kedudukan filsafat dalam pengetahuan, timbul pula pertanyaan: Bagaimana kedudukan filsafat dalam ajaran dan pengetahuan Islam. Pengetahuan Islam terbagi dalam tiga kategori:
Pengetahuan murni dari Tuhan, diistilahkan dengan wahyu, dikodifikasikan dalam bentuk Kitab Qur’an.
Pengetahuan Nabi/Rasul Tuhan yang berasaskan atau lanjutan wahyu, diistilahkan Sunnah-Hadits Nabi.
Pengetahuan ulama, ilmuwan yang berasaskan, berpedoman, berkaitan, dengan atau digerakkan oleh wahyu dan Hadits Rasul, merupakan hasil ijtihad. Dengan membahas kedudukan filsafat dalam pengetahuan, mulailah kita berkenalan dengan dia. Tetapi perkenalan itu tidak akan mantap, apabila kita tidak mengaji pengertiannya dan merumuskan definisinya. Seperti pula perkenalan kita dengan seseorang baru akan mantap, manakala kita tahu namanya dan mengerti tentang Dia.
Filsafat komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi.
Berikut penjabarannya:
1. Bidang komunikasi: Bidang ini meliputi komunikasi sosial, komunikasi organiasi, komunikasi bisnis, komunikasi politik, komunikasi internasional, komunikasi antarbudaya, komunikasi pembangunan, dan komunikasi tradisional
2. Sifat komunikasi: Komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal
3. Tatanan komunikasi: komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi media
4. Tujuan komunikasi: mengubah sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, mengubah masyarakat, dan lain-lain
5. Fungsi komunikasi: mendidik, menginformasikan, menghibur, dan memengaruhi
6. Teknik komunikasi: komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi pervasif, komunikasi koersif, komunikasi instruktif, dan hubungan manusiawi
7. Metode komunikasi: jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat syaraf, perpustakaan, dan sebagainya
Selain itu, filsafat komunikasi mencoba menelaah secara mendalam pemahaman seseorang atau kelompok dalam berkomunikasi, baik berkaitan denga metodologi, sistematika, analisis, tingkat kekritisannya, dan keuniversalannya.
Filsafat Sebagai Ilmu Untuk Bertanya Filsafat pada dasarnya adalah perbuatan manusia 1 dan tiap-tiap manusia akan berlaku sebagai filsuf pada waktu ia dalam kehidupan sehari-harinya menginsyafi (menyadari) akan tujuan hidupnya dan makna semua perbuatannya. Filsafat bukanlah suatu hikmah tersembunyi ataupun suatu ilmu yang sangat sukar. Andaikata seseorang belum mengenal istilah filsafat, orang itu dapat mewujudkan perilaku filsafati ataupun mempunyai watak filsafati. Namun ada perbedaan diantara suatu ilmu yang sulit dan filsafat yang dilaksanakan setiap manusia. Ilmu- ilmu mencoba merumuskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memerlukan keahlian tertentu.
bermaksud membentuk keahlian, melainkan untuk memperluas cakrawala pandangan manusia. Dalam filsafat terdapat dua aspek, yaitu ilmu sebagai jawaban terhadap pertanyaan, dan filsafat sebagai pertanyaan pada jawaban Filsafat, Karena filsafat bersifat pertanyaan pada jawaban, maka pertama- tama filsafat mendekatkan kembali manusia pada kenyataan yang lengkap. Contoh: apakah jatuh cinta boleh hanya dijelaskan sebagai proses kelenjar saja dalam ilmu kedokteran, atau sebagai kelakuan lahiriah saja dalam bidang Psikologi? Disini filsafat bertanya apakah ilmu spesialisasi menjauhkan kita dari kenyataan jika kita lupa bahwa pandangan sebuah ilmu adalah khusus dan sempit. Kedua, filsafat mengintegrasikan ilmu, dimana ilmu- ilmu yang terpisah seperti: Ilmu Alam memandang sinar-sinar yang dipancarkan elektro-magnetik. Ilmu Hayat berkata bahwa matahari terdiri atas tenaga cahaya yang dapat dipergunakan oleh sel-sel hijau untuk fotosintesis.
Antropologi kebudayaan memandang matahari sebagai symbol atau arti yang menguasai beberapa agama yang primitif. Dan filsafat bertanya: apakah ada beberapa matahari? Hanaya satu saja. Maka pertanyaan filsafati menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah itu tidak terpisah. Ini berarti filsafat memberikan integrasi, layaknya sebuah universitas, dibandingkan dengan multiversitas.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu- ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi kedalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup.
pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu- ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Ilmu sendiri berasal dari bahasa Arab “Ilm” yang berarti yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui Persyaratan ilmiah ilmu Pengetahuan ilmu atau ilmu pengetahuan (lazim disebut ilmu saja) bertujuan untuk “tahu secara mendalam”. Terdapat sejumlah persyaratan agar suatu pengetahuan layak disebut ilmu, dan persyaratan ini disebut ilmiah
Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigm ilmu- ilmu alam yang lahir terlebih dahulu.
Satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
a. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
b. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga. d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu- ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda demgan ilmu- ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu- ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula. Dengan demikian apabila pengetahuan hendak disebut ilmu, ia harus memenuhi sifat ilmiah sebagai syarat ilmu, yaitu: obyektif, metodis, sistematis, dan universal.
a. Ontologi. Berada dalam wilayah ada. Berasal dari bahasa Yunani onto (ada) dan logos (teori) sehingga ontology dapat diartikan sebagai ilmu tentang ada. Dalam wilayah ini pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan adalah: apakah obyek yang ditelaah ilmu? Bagaimanakan hakikat dari obyek itu? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, mengindra) yang membuahkan pengetahuan dan ilmu?
b. Epistemologi. Berada dalam wilayah pengetahuan. Berasal dari kata Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (teori) yang berarti teori tentang pengetahuan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: bagaimanakah proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya? Hal- hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang benar? (Filsafat Metodologi), apa yang dimaksudkan dengan kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? (logika).
c. Aksiologis. Berada dalam wilayah nilai. Berasal dari kata Yunani axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai. Pertanyaan di wilayah ini menyangkut antara lain: untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan- pilihan moral? Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika). Dari sini kita bisa melihat bahwa filsafat ilmu diartikan sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan dari segi cara-cara perolehan dan pemanfaatannya,
 Filsafat Ilmu Komunikasi.
 Ontologi Komunikasi dan Ilmu Komunikasi Berdasarkan sejarahnya, semenjak ada kehidupan di muka bumi komunikasi antar organisme yang hidup dilakukan untuk mengungkapkan kebutuhan organis melalui sinyal-sinyal. kimiawi. Seiring dengan kehidupan berevolusi, maka komunikasi juga. Sinyal-sinyal kimiawi primitif membuka perluang terjadinya perilaku yang lebih rumit, contohnya seperti tarian kawin pada ikan. Selain untuk seks, binatang berkomunikasi demi menunjukkan keunggulan. Sekitar 250 juta tahun yang lalu terjadi tahap penting dalam evolusi, yaitu adanya “otak reptil”. Otak ini bereaksi terhadap dunia luar hanya dengan memicu reaksi-reaksi fisiologis yang kita kenal sebagai “emosi”. Pada mamalia awal dan kemudian manusia otak lalu berkembang secara cemerlang, dimana otak reptil pemicu emosi ini dilapisi dengan segundukan sel otak tingkat “tinggi”. Otak reptil ini kemudian dinamakan system limbik, yang menentukan reaksi emosional dasar kita. Sistem ini dapat dipicu oleh panca indera seperti: penglihatan, bunyi, bau, kata , atau ingatan pada manusia, emosi ini kemudian diungkapkan dalam bentuk bahasa untuk berkomunikasi. emosional – ungkapan yang meluap-luap, yang menggugah hati para pendengarnya. Sehingga komunikasi dapat dikatakan sebagai jalinan yang menghubungkan manusia. Ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia. Hal ini disesuaikan oleh dua hal dimana ) sesuai dengan obyek materianya yang berada dalam rumpun ilmu sosial maka ilmu komunikasi harus terjadi antar manusia ) Ilmu komunikasi menggunakan paradigm dimana pesan disampaikan dengan sengaja, dilatarbelakangi oleh motif komunikasi dan usaha untuk mewujudkannya. Obyek material ilmu komunikasi adalah manusia dan tindakannya dalam konteks sosial, sementara obyek formanya adalah komunikasi itu sendiri sebagai usaha penyampaian Langer.
Pesan antar manusia, Epistemologi Ilmu Komunikasi Ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial yang berada dalam rumpun empiris (paham yang menekankan pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan) dapat dikembangkan berdasarkan paradigm positivist (menyatakan bahwa ilmu dibangun berdasarkan fakta empirik sensual: teramati, terukur, teruji, terulang, dan teramalkan karenanya sangat kuantitatif) dan anti- positivist (ilmu menggunakan pendekatan kualitatif dan mencoba menyatukan obyek-subyek). Ilmu komunikasi berlatar positivist cenderung objektif, kebenaran ada pada objeknya. Sedangkan ilmu komunikasi berlatar antipositivist bersifat intersubjektif. Postivisme dan antipositivisme menurunkan jenis penelitian yang berbeda – penelitian komunikasi kuantitatif berlatar positivist yang obyektif, sedangkan penelitian komunikasi kualitatif lebih berlatar antipositivist Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi yang intersubyektif dimana kebenaran merupakan kesepakatan antar subyek menyangkut interpretasi atas obyek. Empat strategi pengumpulan dan pengolahan data penelitian yang utama:
 Eksperimen: lazim digunakan pada penelitian kuantitatif dimana diciptakan situasi laboratories untuk mengontrol variabel secara ketat dalam melihat pengaruh antar- variabel yang diteliti.
 Survey: dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survey lazim dilakukan untuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survey lebih merupa pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.
 Analisis teks: penelitian dimana obyek yang dikaji adalah teks dalam pengertian luas. Analisis teks lazim dilakukan untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif Partisipasi-observasi: lazim dilakukan pada penelitan kualitatif. Dalam strategi penelitian ini, subyek peneliti menyatukan diri dengan subyek penelitain berikut obyek penelitiannya dalam kurun tertentu. Aksiologi dalam ilmu komunikasi Aksiologis mempertanyakan nilai: bagaimana dan untuk tujuan apa ilmu komunikasi itu digunakan. Penilaian ini menjadi terkait oleh nilai etis atau moral. Hanya tindakan manusia yang sengaja yang dapat dikenakan penilaian etis. Akar tindakan manusia adalah falsafah hidup: kesatuan nilai- nilai yang menurut manusia yang memilikinya memiliki derajat teragung yang jika terwujud ia yakin akan bahagia. Dalam aksiologi ilmu komunikasi pertanyaan utama adalah untuk tujuan apa praktisi komunikasi menggunakan ilmunya tergantung pada pokok jawaban atas pertanyaan pokok falsafah hidup individu.

B. HAKIKAT FILSAFAT
Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yang paling mendasar. Berbicara mengenai hakikat tidak terlepas dari apa yang menjadi dasar dari sesuatu tersebut. filsafat tidak saja bicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan tetapi juga berbicara makna yang terdapat di belakangnya (some thing beyond). Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berpikir radikal. Filsafat adalah kebebasan berpikir terhadap sesuatu tanpa batas, dia mengacu pada hukum keraguan atas segala hal . perkembangan filsafat tidak hanya menjadi induk dan sumber ilmu, tetapi pada tataran berikutnya, dia berkembang menjadi ilmu itu sendiri. Dalam perkembangan ini filsafat bukan lagi menyeluruh atau komprehensif, tapi, menjadi sektoral sesuai sektor ilmu masing-masing contoh ilmu yang dilahirkan dari filsat: filsafat agama, filsafat hukum, filsafat ilmu, dll.
Filsafat mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Sehingga keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan ini sangat diakui keberadaannya. Karena sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang berdasarkan empiric yang dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan teori mereka masing-masing dalam kehidupan yang nyata.
Filsafat merupakan ilmu yang dasarnya adalah pemikiran manusia yang menyeluruh. Bisa dikatakan filsafat adalah sumber dari segala cabang ilmu. Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi: filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan.
Pengertian filsafat juga berarti ilmu yang memperlajari akan fakta-fakta dari kenyataan yang ada dengan menggunakan logika, etika, estetika dan teori ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Filasafat philoshopia (Yunani) berarti cinta pada ilmu pengetahuan / hikmat . Cinta dalm kebijaksanaan orang yang cinta pada ilmu pengetahuan disebut “philosophos” atau failasuf dalam ucapan bahasa Arabnya.
Banyak definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filosof diantaranya :
1. Plato (427 SM – 348 SM) , filsafat adalah ilu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (382 SM – 322 SM ) ,filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan etestika.
3. Descartes (2590 – 1650 ),filsafat ialah kumpulan segala ilmu pengetahuan dimana Tuhan, Alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
4. Immanuel Kant (1724 – 1804 ), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya metafisika, etika, agama dan anthropologi.
Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang.
Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan “dunia” memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis.
Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup.
Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.
Biasanya, hanya ada sedikit orang yang mengajukan pertanyaan :
Ø Adakah alam semesta ini suatu alam semesta dari pikiran atau hanya dari benda mati?
Ø Dapatkah ia masih menganut suatu pandangan keagamaan mengenai manusia?
Ø Adakah Tuhan itu?
Ø Dari apa benda tersebut?
Ø Apakah akal kita yang kini terpukau-pukau dan keheranan merupakan salah satu dari benda?
Ø Saya hidup. Apa itu hidup?
Ø Ada apa sesudah mati?
Ø Apa itu benar dan apa itu salah?
Ø Apakah pertanyaan ini bisa terjawab?
Ø Apa yang mejadi batas sebuah pengetahuan?
Ø Kita lihat bulan yang indah, mentari yang terbenam amat memukau, dan segala keindahan lain. Lalu, apakah tanpa mata keindahan ada? Apakah tanpa organ lain keindahan itu ada? Lalu, apa itu keindahan?
Ø Apa pula pertanyaan itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang menjijikan, ngeri, mengapa begitu bodoh terlintas di dalam kepala kita. Tetapi, justru itulah masalah-masalah Filsafat. Karena itulah Filsafat ada. Filsafat ada karena manusia bertanya tentang hidup, Filsafat ada karena adanya masalah-masalah tersebut. Manfaat filsafat itu sendiri yaitu 1. Sebagai dasar dalam bertindak. 2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan. 3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik. 4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut: Sangat umum atau universal, Tidak faktual, Bersangkutan dengan nilai, Berkaitan dengan arti, dan Implikatif.
Pada sisi lain, Plato mengatakan bahwa yang berfilsafat itu bukannya orang yang sudah menjadi sophos (bijaksana) dan bukan pula orang yang tidak tahu apa-apa, melainkan orang yang berdiri di tengahtengah antara yang sudah tahu banyak dengan yang tidak tahu apa-apa. Seorang filsuf tidak saja menjadi orang terpelajar (terdidik) melainkan juga adalah orang bijaksana.
Jika kita berpijak terhadap apa yang dikatakan oleh kedua ahli tersebut , dapat dikatakan bahwa hakikat filsafat tersebut tidak lain untuk mencari jati diri kita yang sebenarnya. Seberapa jauh kita mencari tau apa yang telah terjadi dalam kehidupan manusia itu sendiri. Segala problema-problema yang telah terjadi dimuka bumi dikaji oleh seorang filusuf. Ia mencari tau hingga mencapai tingkat pengetahuan yang tinggi. Maka, tidak heran mengapa seorang filusuf dikatakan menjadi orang yang bijaksana, sebab berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang ia miliki selama ia berfilsafat ia akan lebih berhati-hati dalam bertindak. Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak pernah berhenti hanya pada suatu fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan.
Bagi seorang filsuf, hanya apabila akar atau radix realitas telah ditemukan, segala sesuatu yang bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya bila akar suatu permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.Hakikat filsafat sebenarnya yaitu bagaimana kita menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut. munculnya pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikiran manusia, hal tersebut dibutuhkan jawaban dari seorang filusuf. Ada beberapa aliran filsafat yang merupakan pemikiran-pemikiran para pilosof dan berkembang dalam masyarakat dan mempraktekkannya, seperti:
• Empirisme yaitu menekankan pada pengalaman dan penghayatannya terhadap dunia dan kehidupan.
• Rasionalisme yaitu pemikiran dan pertimbangan terhadap akal sehat.
• Idealisme yaitu pemikiran yang berdasarkan ide, materi, dan perkembangan pada pemikiran jiwa dan raga.
Objek Pokok Formal Filsafat (Dalam Konteks Pertanyaan Kant)
1. kenyataan manusia yang hidup (filsafat manusia)
2. yang hidup di dunianya (filsafat alam, kosmologi)
3. mengembara menuju akhirat/allah (filsafat ketuhanan)
4. susunan dasar terdalam dari segala yang ada (metafisika)
5. disadari atau diketahui (filsafat ilmu)
6. keterarahan atau penujuan (etika)

A. FILSAFAT DAN ILMU KOMUNIKASI
Menurut Onong Ucahana Efendy, Suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis,kritis, dan holistik tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensinya. Menurut Richard Lanigan, Filsafat komunikasi adalah upaya menjawab pertanyaan:Apa yang aku ketahui Bagaimana aku mengetahuinya , Apakah aku yakin, Apakah aku benar.
objek formal ilmu komunikasi
• segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan manusia.atau
• fenomena komunikasiatau
• pernyataan antarmanusia
Ilmu yang mempelajari penyampaian pesan antar manusia. Filsafat ilmu komunikasi mengkaji ilmu komunikasi dari ciri-ciri, cara perolehan dan pemanfaatannya Sebagai bagian filsafat yang mengkaji hakekat ilmu, berkaitan dengan 3 ranah : ada pengetahuan yang bertumpu pada 3 pilar.
• .ONTOLOGI
o Masuk di ranah ada. Berasal dari kata Yunani onto = ada logos = ilmu teori tentang ada Pernyataan kunci :
o Apa objek yang ditelaah ilmu
o Bagaimana hakikat dari objek itu
o Bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia (berfikir, merasa, dan mengindra) yang akan melahirkan ilmu pengetahuan
ONTOLOGI
o Apakah ilmu komunikasi
o Apa yang ditelaah oleh ilmu komunikasi
o Apa objek kajiannya
o Bagaimana hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya

• Epistemologi Epistemologi
o Bagaimana proses yang memungkinkan pengetahuan dikembangkan menjadi ilmu
o Bagaimana prosedur metodologinya
o Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar bisa mendapat pengetahuan & ilmu komunikasi yang benar
o Apa yang dimksud dengan kebenaran
o Apa kriteria kebenaran & logika kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi
o Berada di ranah pengetahuan
o Merupakan teori tentang pengetahuan
o Pertayaan kunci :
o Bagaimana proses pengembangan pengetahuan menjadi ilmu
o Bagaimana metodenya (cabang filsafat, metodologi)
o Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar diperoleh pengethuan yang benar
o Apa yang dimaksud dengan kebenaran
o Apa kriteria kebenaran (cab filsafat logika)
• Aksiologi Aksiologi
o Untuk apa ilmu komunikasi digunakan
o Bagaimana kriteria dengan penggunaan pengetahuan & ilmu tersebut dengan kaidah moral
o Bagaimana pelaksanaan ilmu komunikasi berdasarkan pilihan kaidah-kaidah moral
o Bagaimana kaitan antara operasional metode ilmiah dalam upaya melahirkan teori-teori baru & aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma moral & profesional
o Berada di wilayah nilai
o Merupakan teori tentang nilai
o Pertayaan kunci :
o Untuk apa ilmu digunakan
o Bagaimana kaitan, cara penggunaan ilmu dgn kaidah” moral
o Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional (cabang filsafat etika)
Definisi komunikasi yang diklasifikasikan ke dalam 3 dimensi konsepsi, yaitu : Obyek material : tindakan manusia dalam konteks sosial (=sosiologi & antropologi rumpun ilmu sosial).Obyek formal : adalah komunikasi itu sendiri.
• Apa yg dikaji Filsafat Ilmu Komunikasi ?
• Filsafat Komunikasi selalu menanyakan apakah
• penyebaran ide atau tanda yang menggunakan
• suatu proses komunikasi akan mengganggu
• proses sosial menuju keharmonisan atau apakah
• akan menjauhkan masyarakat dari tujuannya
• untuk mencapai kondisi harmoni.
• Filsafat Ilmu akan mengawal agar proses
• komunikasi dapat menjadi dan atau membentuk
• norma-norma kepada masyarakat
• • Pancasila adalah norma yg ideal, sbg hasil filsafat
• tertinggi dari masyarakat kita
Definisi yang bersifat umum : ” Komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan” (Reushch,1957) Definisi yang terlalu khusus : komunikasi alat untuk mengirimkan pesa militer, pemerintah dan sebagainya melalui telp, radio dan sebagainya 2. Tingkat kesengajaan: definisi yang mengsyaratkan kesengajaan. ” komunikasi adalah situasi yang memungkinkan suatu sumber mentranmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan di sadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Definisi yang mengabaikan kesengajaan: komunikasi sebagai suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki seseorang/monopoli, menjadi dimiliki 2 orang atau lebih. Contoh definisi: ”komunikasi adalah proses pertukara informasi untuk mendapatkan saling pengertian” Definisi yang tidak menekankan keberhasilan : ”Komunikasi adalah proses transmisi informasi”.
Tiga karakteristik Ilmu Komuikasi
o (Berger & Chafle, 1987; Littlejohn, 2002; Graffin, 2003;
o Deetz & Putnam, 2001)
Ilmu komunikasi Sebagai ilmu Pengetahuan Sosial yang Multidisiplin dan luas Ilmu komunikasi Merupakan ilmu Pengetahuan terapan Ilmu komunikasi Meliputi teknologi komunikasi. lmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat multidisiplin dan bidang kajiannya amat luas, sebab feenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengruh dari sistem-sistem tanda dan lambang konteksnya amat luas, mencakup berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik dari kehidupan manusia. Tataran analisnya luas juga dari tataran individu, kelompok/organisasi, masyarakat luas sampai ketataran internasional dan global, oleh karena itu pendekatan yang diterapkan dalam ilmu komunikasi bersifat mltidisiplin. Pemikiran-pemikiran teoritis ilmu komunikasi dikembankan dari berbagai akar ilmu pohon komunikasi.
Hubungan Ilmu dengan Filsafat Filsafat disebut sebagai “ibu” dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) karena ilmu yangg pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu2 khusus menjadi bagian dari filsafat. Tugas filfasat adalah mengantisipasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yg didasarkan atas pengalaman manusia yang luas. Oleh karena itu filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari makhluk yg berpikir, termasuk dalam proses komunikasi antara manusia.
Komunikasi didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. Artinya, objek ilmu komunikasi adalah tentang penyampaian pesan antar manusia yang disampaikan dengan usaha, secara sengaja, dilatari motif komunikasi. Guna memahami motif komunikasi, dikupas terlebih dahulu tentang hakikat manusia, utamanya peralatan rohaniah yang dimiliki. Manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Namun, tidak semua tindakan manusia adalah tindak komunikasi. Karenanya, tindak komunikasi dalam menyampaikan pesan dicirikan dengan adanya motif komunikasi. Dengan kata lain, seluruh pemikiran tentang hakikat komunikasi yang menjadi objek kajian ilmu komunikasi dicirikan oleh adanya motif komnikasi. Motif komunikasi, dengan demikian pula, menentukan apakah sesuatu layak disebut pesan atau tidak, apakah seseorang bertindak selaku komunikator, medium atau komunikan, atau medium bergeser menjadi komunikator, atau juga komunikan yang bergeser menjadi komunikator. Sikap dewasa dalam konteks filsafat adalah menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandangan. (Bagaimana anda kaitkan dengan aktivitas komunikasi?)
PERAN FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
• Filsafat Ilmu Komunikasi selalu menjadi landasan dan pendorong pecinta ilmu untuk terus menyelidiki:
- bagaimana peserta komunikasi menggunakan proses komunikasi (Produksi, proses, dan
pengaruh system tanda/ objek formal),
- faktor-faktor apa saja dalam masyarakat yang harus diperhatikan oleh mereka, dan bagaimana faktor-faktor itu memengaruhi dan dipengaruhi proses komunikasi, agar harmoni tidak terganggu atau agar dapat mendekati kondisi ideal.
Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.
Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).
B. KEBENARAN
Kebenaran didefinisikan dalam kamus sebagai “kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.” Saat sekarang ini sebagian orang mengatakan bahwa tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada hanyalah persepsi dan opini. Di sisi lain, yang lain berargumentasi bahwa pasti ada realita yang absolut atau kebenaran absolut. Karena itu ketika mempertimbangkan pertanyaan apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut, kita menemukan dua pendapat yang bertolak belakang.
Usaha untuk mendefinisikan atau memberi batasan kebenaran mengalami banyak kesulitan. Misalnya sukar untuk menghindari proyeksi posisi seorang filsuf ke dalam suatu definisi. Prasangka seorang filsuf tak bisa dielak pencerminannya. Seorang eksistensialis seperti Martin Heidegger akan menyamakan kebenaran dan kebebasan; William James dalam hubungannya dari segi konsekuensi; Hegel dengan hasil yang secara penuh disadari; Alfred Tarski dengan konsep semantiknya atau berdasarkan arti kata; George E. Moore dengan persemaian antara penampilan dan realitas; dan Aristoteles dengan hubungan yang memadai antara konsep dan objek.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari metodologi serta hakekat kebenaran dan nilai dari ihwal terutama tentang manusia dan segala cita-citanya, dengan lingkungannya, agamanya, kehidupannya, ideologinya, hakekat dirinya dan lain-lain.
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indra, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran.
.Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
1. Teori Corespondence : menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2. Teori Consistency : Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori Pragmatisme : Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
4. Kebenaran Religius : Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

KONSEPSI MENGENAI KEBENARAN
Teori tentang kebenaran sebagai suatu kepercayaan bahwa kebenaran itu memadai dalam hal cara berfikir tentang sesuatu yang dalam bahasa Latin disebut adaequatio intellectus et rei. Kecerdasan manusia menemukan fakta-fakta, dan melalui itu ia memperoleh kebenaran; maka oleh karena itu, apabila pendapat manusia sejajar dengan benda-benda seperti yang tampak, dapatlah diungkapkan adanya kebenaran. Kebenaran merupakan tindakan dalam cara berfikir kita yang selalu tetap memadai. Sesungguhnya kebenaran terdapat pada orang intelek, namun tidak hanya sampai disitu, juga terdapat pada semua makhluk. Akibatnya teori adekuasi (teori memadai) ini bisa dianggap sebagai etori persesuaian tentang kebenaran yang sedang berkembang.
Konsepsi-konsepsi tentang kebenaran ini, mengingat sifatnya yang menghormati keserasian dan hal-hal memadai, pada gilirannya akan membantu penentuan tolak ukur kebenaran yang akan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, karena langkah tersebut berusaha menuntun tata fikir yang dapat menerima keserasian itu. Dengan upaya-upaya seperti pembentukan dan penyusunan tata fikir yang serasi, niscaya orang yang telah memiliki dasar berfikir tentang kebenaran akan memahami ungkapan kebenaran tersebut.

George E. Moore secara cemerlang telah menjelaskan teori persesuaian mengenai kebenaran yang didefinisikannya bahwa kebenaran sebagai persesuaian aneka buah pikiran mengenai realitas menjadi suatu rumusan yang serasi, rasional, dan logis. Apabila suatu ide sesuai dengan “rekannya” di dunia realitas, maka itu adalah ide yang benar. Fakta-fakta itu sendiri tidak benar atau salah, tetapi kepercayaan atau keyakinan adalah benar. Kebenaran adalah kepalsuan merupakan predikat ide-ide, pernyataan-pernyataan, serta kepercayaan-kepercayaan yang harus memiliki hubungan yang sejajar dengan fakta-fakta yang mereka cerminkan. Dengan demikian sifat umum dari kebenaran adalah persesuaiannya dengan kenyataan, sedangkan kepalsuan kurang atau tidak memiliki sifat ini. Kebenaran terdiri dari kepercayaan-kepercayaan yang dikenal melalui unsure-unsur dan struktur dunia, yang senantiasa diteliti oleh para ahli.
Teori persesuaian tentang kebenaran ini memandang bahwa sesuatu yang benar adalah yang diliputi kesesuaian antara berbagai unsure yang terdapat pada keseluruhan kebenaran itu. Kesesuaian adalah landasan untuk menetapkan kebenaran sebagai sifat umum dari kebenaran itu sendiri.

Jenis-jenis Kebenaran :
1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)
2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)
3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)
. Apa ciri-ciri ilmu yang dianggap benar oleh orang-orang?
Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena
yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan
metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.
3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.
Tiga penafsiran utama menganai kebenaran;
a. Kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak.
Kebenaran yang mutlak dituntut untuk dapat diterima secara dan oleh umum dengan dukungan data dan argumentasi ilmiah yang kuat.
b. Kebenaran sebagai sesuatu yang subjektif, sebagai masalah pendapat pribadi.
Kebenaran subjektif agak dibatasi oleh pengalaman subjek tertentu dalam lingkungan pergaulannya, dan kebenaran kebenaran yang tidak bisa dicapai adalah pencapaian kebenaran atau kenyataan bahwa sesuatu tidak mungkin terjadi.
c. Kebenaran sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa dicapai, sesuatu yang tidak mungkin (ketidak mungkinan).
Kebenaran pada hakikatnya adalah tujuan dari aktivitas ilmu pengetahuan yang berkembang. Jadi, mencari kebenaran adalah tujuan ilmu pengetahuan.
Menurut saya kebenaran itu sendiri adalah sesuatu yang harus dibutuhkan pertimbangan agar hal tersebut diyakini benar adanya. Kebenaran seringkali dikatakan dengan kesesuaian antara realitas dan apa yang ada dalam pikiran kita. Mengingat bahwa kebenaran itu adalah pendapat atau opini, apa yang benar bagi saya adalah benar hanya bagi saya, dan apa yang benar bagi anda adalah benar hanya bagi anda. Keterbatasan manusia yang antara lain dibatasi oleh ruang dan waktu dan watak-watak individual yang khas dan aneka macam sebagaimana terurai di atas menyebabkan warna kebenaran menjadi relative dan tidak ada yang mutlak. Hal ini tentunya kembali pada watak alami si pencari kebenaran berada dalam keterbatasan dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing secara berbeda, namun dalam keadaan tak sempurna, baik individual maupun kodrat manusia yang umum. Ada yang mengatakan bahwa kebenaran itu ada yang absolut dan ada juga yang universal. Tetapi kedua-duanya ini banyak menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa tidak ada apapun yang absolut yang mendefinisikan realita. Mereka yang berpegang pada pandangan ini percaya bahwa segala sesuatu adalah relatif dan karena itu tidak ada realitas yang sejati. Karena itu pada hakekatnya tidak ada sebuah otoritas apapun yang menentukan suatu tindakan positif atau negatif, benar atau salah. Pandangan lain percaya bahwa benar-benar ada realita-realita atau standar absolut yang menentukan apa yang benar dan tidak benar. Karena itu suatu tindakan dapat dikatakan benar atau salah dengan membandingkannya dengan standar-standar yang absolut itu. Ada beberapa masalah logis yang harus diatasi untuk menerima atau percaya bahwa tidak ada kebenaran absolut/kebenaran universal. Masalah pertama adalah kontradiksi dengan diri sendiri. Masalah kedua dengan penolakan akan kebenaran absolut/kebenaran universal ini adalah fakta bahwa semua orang memiliki pengetahuan yang terbatas. Masalah ketiga dengan penolakan atas kebenaran absolut/kebenaran universal adalah fakta bahwa hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita ketahui dalam hati nurani kita, pengalaman kita, dan apa yang kita lihat dalam “dunia yang nyata.” Pada dasarnya yang terjadi adalah setiap orang menentukan peraturannya sendiri dan melakukan apa yang mereka anggap benar. Ini menimbulkan masalah saat apa yang dipandang benar oleh seseorang bertentangan dengan apa yang dipandang benar oleh orang lain. Contohnya: bagaimana kalau apa yang dianggap “benar bagi saya” adalah mengabaikan lampu lalulintas sekalipun sementara lampu merah? Dengan cara demikian, saya membahayakan hidup orang-orang lain. Atau saya beranggapan bahwa mencuri dari Anda itu baik dan Anda beranggapan bahwa itu tidak baik. Demikian pula seseorang mungkin saja memutuskan bahwa membunuh orang itu OK dan mulai berusaha membunuh semua orang yang mereka temui. Jikalau tidak ada standar yang absolut, tidak ada kebenaran dan segalanya relatif, maka membunuh semua orang adalah sama benarnya dengan tidak membunuh semua orang. Mencuri sama benarnya dengan tidak mencuri. Kejam sama dengan tidak kejam. Betapa bahayanya akibat dari penolakan terhadap kebenaran absolut. Karena kalau tidak ada kebenaran absolut, tidak ada orang yang boleh mengatakan, “Kamu harus melakukan ini” atau “Kamu tidak boleh melakukan itu.” Kalau tidak ada kebenaran absolut, bahkan pemerintah sendiri tidak dapat atau tidak boleh memaksakan peraturan pada masyarakat.
C. Manusia sebagai mahluk simbolis
Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan masyarakat umum tentang definisi manusia. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum.
Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol. Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimaksud disini bukan sekedar simbol-simbol tak bermakna, tetapi hal-hal tersebut memiliki makna masing-masing dan tidak satupun simbol yang tercipta tanpa memiliki makna tersendiri. Misalnya, warna merah dan warna putih pada bendera Indonesia, warna merah pada bendera tersebut dianggap sebagai simbol keberanian dan warna putih dianggap sebagai simbol kesucian.
Simbol merupakan salah satu bagian dari semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika ini pertama kali diprkenalkan oleh dua filsuf bahasa yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Pierce. Menurut Saussure, setiap tanda itu terbagi atas dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut pendapatnya, tanda merupakankesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Sedangkan menurut Pierce, semiotika terbagi atas tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon merupakan hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa hubungan kemiripan, seperti sebuah foto dan orangnya. Indeks merupakan hubungan antara tanda dengan acuannya yang timbul karena adanya kedekatan eksistensi, seperti sebuah tiang penunjuk jalan dan sebuah gambar panah penunjuk arah. Indeks juga dapat menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yanf bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya adanya asap karena ada api. Simbol merupakan hubungan yang berbentuk konvensional, yaitu suatu tanda merupakan suatu hasil kesepakatan masyarakat.
Manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik karena dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering menggunakan simbol-simbol. Salah satu contoh penggunaan simbol dalam kehidupan sehari-hari adalah simbol-simbol pada peraturan lalu lintas, misalnya lampu lalu lintas atau lebih sering disebut lampu merah oleh masyarakat luas yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan hijau. Warna-warna tersebut masing-masing memiliki makna tersendiri yakni warna merah yang memerintahkan para pengguna jalan untuk berhenti, warna kuning yang memerintahkan untuk berhati-hati, dan lampu hijau yang memerintahkan untuk kendaraan jalan.
Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu. Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan. Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari. Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar.
Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat dikatakan bahwa manusia dalam menggunakan atau menciptakan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka berasal dari pengalaman hidup mereka. Seperti Garrett Augustus Morgan yang menciptakan lampu lalu lintas setelah melihat kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik.
Dalam kehidupan sehari - hari kita sebagai manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya agar tetap eksis di dunia. Dengan berhubungan tersebut kita menggunakan berbagai bentuk komunikasi baik verbal ataupun non verbal.
Sebagai contoh para politisi yang memenangkan pemilu mereka terlihat wajahnya sumringah dan segar berseri - seri dapat di artikan kalau mereka bahagia, lain lagi bagi mereka yang kalah menjadi depresi dan seperti salah satu kader partai GERINDRA di bali yang langsung meninggal terkena serangan jantung tatkala mengetahui pereolehan suaranya jeblok. Itu semua merupakan simbol atau lambang bahwa dari raut wajah mereka kita bisa mengetahui bagaimana suasana hati dan kondisi mereka.
Dalam keseharian kita menggunkan seragam yang menjadi identitas kita mahasiswa menggunakan celana jeans dan kaos T-shirt yang bisa di artikan sebagai jiwa muda sporty dan fresh, sebagai pengguna internet memiliki account facebook merupakan trend terkini yang bisa di artikan menjadi tidak ketinggalan jaman. Di sini simbol - simbol dipergunakan dalam kehidupan kita sebagai manusia. Dan salah satu kelebihan manusia dari hewan adalah kemampuan kita menggunakan simbol - simbol tersebut dalam kehidupan sehari – hari. Jadi manusia adalah makhluk yang selalu menggunakan simbol dan simbol untuk menjaga eksistensinya, dari masa - ke masa siimbol selalu berubah sesuai budaya lingkungan dan daerah dimana simbol itu terdapat.
Jujur atau tidak jujur. Sadar atau tidak di sadari. Dari kita bangun tidur; membuka mata, sampai kita tertidur lagi. Tak sedikit kita menemui, memakai dan memaknai begitu banyak jumlah “simbol-simbol” dan “tanda”___entah itu dalam bentuk gambar___tulisan, ucapan, ungkapan ataupun perbuatan___tingkah laku.
Orang biasanya menyampaikan cinta dengan bunga, mengikat tali kasih dengan cincin, warna merah artinya marah, warna hitam bersedih dan masih banyak yang lainnya. Ada simbul yang ada semenjak kita lahira (simbol bawaan) ada; semisal kita menggelengkan kepala artinya tidak mau atau mengedipkan mata sebelah artinya oke tapi secara diam-diam saja. Juga ada simbul yang kita buat karena kebutuhan (simbol terapan). Seperti sandi dan lambang-lambang tertentu yang hanya di mengerti orang-orang tertentu saja.
Simbol bawaan, akan senantiasa melekat di ruang kesadaran dan dalam sekejap dengan mudah dapat ditangkap oleh lawan komunikasi kita. Akan tetapi simbol terapan harus ada pembelajaran atau kesepakatan “makna” terhadap lawannya yang akan kita ajak menggunakan simbul atau tanda tersebut. maka simbolisme itu boleh dibilang ciri khas “manusia” yang tentu “beda” dari hewan. atau bisa dikatakan atas dasar pembedaan tersebut___dengan menyebut “manusia adalah hewan yang bersimbol” (ernst cassirer) pernahkah anda bertanya apa sesungguhnya simbol itu? Dan berkedudukan apa di kehidupan?
Jika Rene Discartes mengatakan “Cogito ergo sum” dengan saya sadar atau saya berpikir maka saya ada. Meskipun pendapat itu populer dan banyak di jadikan titik pangkal bagi filsafat di seluruh ilmu pengetahuan. Betapa, karena pendapat itu pula___justru pandangan filosofis tentang manusia banyak mengalami jalan buntu karena dalam usaha memperinci kepastian hidup jadi tak ada titik pangkalnya. Atau pendapat Edmund Huserl yang menyanggah Descartes dengan menyatakan pendapat tersebut tidak lengkap kecuali “Cogito Cogitata,” atau “Cogito cogitatum” saya berpikir memikirkan hal-hal yang dipikirkan. Tapi saya tidak akan mengulas hal diatas lebih lanjut___karena sudah tentu banyak sekali tulisan yang telah mengulas hal tersebut.
Justru saya akan lebih memberatkan pada tindakan nyata dari pada masalah “berpikir” karena menurut hemat saya segala yang dipikirkan ataupun memikirkan yang dipikirkan tidaklah banyak berguna kecuali disertai “tindakan” sebab berpikir belum berarti sama sekali atau absurt dan baru berarti setelah saya bertindak melakukan. Saya berencana liburan ke Bali, itu belum berarti dan akan benar mendapat arti setelah saya benar berlibur ke Bali. Manusiapun begitu___jelas belum bisa dikatakan sebagai keadaan yang “ada” kecuali ia telah bertindak sepenuhnya sebagai manusia penuh.
Berkaitan dengan Tindakan maka manusia bisa menjadi manusia penuh, seperti tiap kita menyikapi permasalahan pasti orang lain akan dapat menyimpulkan siapa kita. Seperti apa bobotnya dan bagai mana mutunya. Makanya ada ungkapan “mata adalah jendela hati” dengan memandang sorot mata orang dapat langsung menerka isi hatinya. Akan tetapi manusia banyak keterbatasan dalam bidang “komunikasi” seperti besarnya rasa cinta hanya dapat dicurahkan sedemikian sempit dengan ciuman. Atau ketika kita marah dan membanting apa saja yang ada di samping kita. Namun kita tidak akan hanya bisa pasrah, dari tiap waktu ke waktu yang terus melaju. Manusia makin hari makin maju dalam kesempitan bahasa, dalam exspresi yang terbatas, dalam menebak, menerka segala sesuatu.
Disini kita mulai mengendus, bahwa setiap tindakan manusia bersifat simbolis. Setidaknya “setiap tindakan menampakkan apa dan siapa dia” dan lainnya.Maka bisa dikatakan tindakan dan tingkah laku itu adalah tanda. Yaitu tanda siapa dia yang bertindak dan yang berlaku. Jika dia begitu pasti dia orangnya begitu, adalah simbol. Tapi saya tidak setuju jika bentuk tubuh adalah tanda, seperti umpamanya kulitnya agak merah___orangnya suka marah dan lain sebagainya.
Manusia sebagai mahkhluk hidup memiliki keistimewaan –keistimewaan yang tidak di miliki oleh makhlu lainnya, itulah yang menyebabkan pembahasan mengenai m

Etika dan Filsafat Komunikasi part 2

15 April 2015 09:07:08 Dibaca : 885

Obyek- obyek umum inilah yang akan dipandang secara universal. Blumer menyebutkan bahwa sesuatu obyek memiliki tiga macam bentuk yaitu benda fisik (things), benda sosial (social things), dan ide (abstract things).
Teori interaksionisme simbolis memandang manusia sebagai makhluk sosial dalam pengertian yang mendalam. Maksudnya ialah manusia merupakan makhluk yang ikut serta dalam interaksi sosial dengan dirinya sendiri dengan membuat sejumlah indikasi sendiri, serta memberikan respon pada indikasi. Manusia bukanlah makhluk yang sekedar berinteraksi lalu merespon, tetapi juga makhluk yang melakukan serangkaian aksi yang didasarkan pada perhitungan yang matang.

MEAD : Simbol

 Setiap mahluk mengembangkan sistem komunikasi tertentu untuk saling berhubungan dengan sesamanya
 Mahluk tingkat bawah mengembangkan ‘isyarat’ atau ‘gestures’ sebagai media komunikasi mereka yang terbatas
 Manusia juga mengembangkan model komunikasi semacam ini
 Namun nilai penting manusia, adalah kemampuannya memanipulasi simbol, yang bentuk akhirnya adalah bahasa.
 Bahasa memungkinkan manusia berkomunikasi dan mengembangkan peradabannya lebih tinggi dibandingka nmahluk lainnya. Sebagai contoh yaitu rambu-rambu lalu lintas memiliki makna sendiri-sendiri.
Sejarah sistematisasi teori interaksionisme simbolik tak dapat dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863- 1931). Semasa hidupnya, Mead memainkan peranan penting dalam membangun perspektif dari Mazhab Chicago, sebuah mazhab yang memfokuskan dalam memahami suatu interaksi perilaku sosial.
Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat non- verbal dan makna dari suatu pesan verbal akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non- verbal (seperti body language, gerak fisik, pakaian, status, dsb.) dan pesan verbal memiliki makna yang disepakati secara bersama- sama oleh semua pihak yang terlibat interaksi.
Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, dimana individu- individu berpotensi mengeluarkan simbol. Perilaku seseorang dipengaruho oleh simbol yang diberikan oleh orang lain. Melalui pemberian isyarat berupa simbol maka kita dapat mengutarakan perasaan,pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, yang mana ketika itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua mazhab yang berbeda dalam hal metodologi. Kedua mazhab itu ialah Mazhab Chicago(1969) yang dipelopori oleh Herbert Blumer dan Mazhab Iowa yang dipelopori oleh Manfred Kuhn bersama dengan Kimball Young.
George Herbert Mead menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengajar di Universitas Chicago. Bukunya yang berjudul “Mind, Self, and Society” merupakan kumpulan bahan kuliah yang ia berikan di Universitas Chicago. Dalam buku tersebut, Mead mendiskusikan tentang mind, self, dan society.

1) Mind (akal budi)
Bagi Mead,akal budi bukanlah sebuah benda, akan tetapi merupakan suatu proses sosial. Secara kualitas, akal budi manusia jauh berbeda dengan binatang. Seumpama kita temui dua ekor kucing yang terlibat perkelahian. Dalam perkelahian tersebut, sebenarnya, kucing tersebut hanya melakukan tukar menukar isyarat tanpa bermaksud memberikan pesan. Tidak dapat ditemui adanya keterlibatan kegiatan mental di dalamnya. Kucing pertama tak pernah berfikir bahwa ketika kucing kedua mengeramkan giginya, itu merupakan sebuah pesan kemarahan yang tengah disampaikan oleh kucing kedua. Manusia pun juga melakukan aksi dan reaksi yang serupa. Bedanya dalam kegiatan aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau mental.
Kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan bahasa merupakan hal pembeda antara manusia dengan binatang. Bahasa memberikan kita kemampuan untuk menanggapi, bukan hanya simbol- simbol yang berbentuk gerak- gerik tubuh, melainkan juga simbol dalam bentuk kata- kata.
Untuk melanggengkan suatu kehidupan sosial, maka para pelaku sosial harus menghayati simbol- simbol dengan arti yang sama. Simbol yang seragam menjadi pendukung utama dalam proses berpikir, beraksi dan berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.
Perbuatan bisa memiliki arti jika kita menggunakan akal budi untuk menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, sehingga kita bisa menafsirkan arti dari suatu pikiran dengan tepat. Disinilah letak penting dari suatu arti bagi Mead (Bernard Raho, 2007: 101)

2) Self (diri)
Bagi Mead, kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaiman ia memberi jawaban terhadap orang lain, merupakan kondisi penting dalam rangka perkembangan akal budi itu sendiri.
Self, sebagaimana juga mind, bukanlah suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang memiliki beberapa kemampuan. Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi. Dalam proses sosialsisasi ini terdapat tiga tahap.
a. Tahap bermain
Ketika berada pada tahap ini, seorang anak bermain dengan peran- peran dari orang- orang yang dianggap penting olehnya. Meski sekedar permainan, tahap ini menjadi penting bagi perkembangan anak karena melalui permainan ini anak akan belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain dalam status tertentu.
b. Tahap pertandingan
Pada tahap ini, seorang anak terlibat dalam suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi. Para peserta dalam suatu pertandingan mampu menjalankan peran orang- orang yang berbeda secara serentak dan mengorganisirnya dalam satu keutuhan. Dalam tahap ini, anak dituntut untuk memperhitungkan peranan- peranan lain dalam kelompok ketika bertingkah laku.
c. Tahap generalized other
Dalam tahap ini, seorang anak akan mengarahkan tingkah lakunya berdasaran pada standar- standar umum atau harapan atau norma masyarakat. Dalam tahap terakhir ini, anak akan mendasarkan tindakannya berdasarkan norma- norma yang bersifat universal.
Dalam hubungannya dengan Self ini, Charles Horton Cooley mengembangkan satu konsep baru yang ia sebut dengan looking- glass self. Dengan looking- glass self ini, Cooley bermaksud mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melihat dirinya sebagaimana ia melihat obyek yang berada di luar dirinya. Hal ini berarti bahwa pertama, kita bisa membayangkan bagaimana kita tampil di hadapan orang lain; kedua, kita dapat membayangkan bagaimana penilaian orang lain terhadap penampilan kita; ketiga, kita dapat mengembangkan perasaan- perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita terhadap perasaan oran lain. (Bernard Raho, 2007: 105)
3) Society (masyarakat)
Konsep Mead tentang masyarakt tidak terlalu cemerlang. Ketika Mead berbicara tentang masyarakat dalam skala makro sebagaiman yang dipikirkan oleh Durkheim atau Marx, maka yang terlintas dalam benak Mead ialah bahwa masyarakat tak lebih daripada semacam organisasi sosial dimana akalbudi dan diri dapat tumbuh disitu. Mead menganggap masyarakat sebagai pola- pola tertentu dari interaksi. Sedangkan mengenai institusi sosial, ia beranggapan bahwa institusi sosial tidak lebih dari seperangkat respon atas kebutuhan masyarakat yang biasa.

3) Mazhab Chicago
George Herbert Mead pada umumnya dipandang sebagai pemula utama dari pergerakan, dan pekerjaan nya [yang] pasti membentuk inti dari Aliran Chicago.
Herbert Blumer, Mead merupakan pemikir terkemuka, menemukan istilah interaksionlisme simbolik, suatu ungkapan Mead sendiri tidak pernah menggunakan. Blumer mengacu pada label ini sebagai “ suatu sedikit banyaknya pembentukan kata baru liar yang di dalam suatu jalan tanpa persiapan. Ketiga konsep utama di dalam Teori Mead, menangkap di dalam jabatan pekerjaan terbaik yang dikenalnya, adalah masyarakat, diri, dan pikiran. Kategori ini adalah aspek yang berbeda menyangkut proses umum yang sama, sosial anda bertindak. Tindakan sosial adalah suatu sumbu konsep payung yang mana hampir semua psikologis lain dan proses sosial jatuh. Tindakan adalah suatu unit yang lengkap melakukan itu tidak bisa dianalisa ke dalam spesifik sub bagian. Suatu tindakan andangkin sederhana dan singkat, seperti ikatan suatu sepatu, atau andangkin saja merindukan dan mempersulit, seperti pemenuhan suatu rencana hidup. Tindakan berhubungan dengan satu sama lain dan dibangun ujung sepanjang umur hidup. Tindakan andalai dengan suatu dorongan hati; mereka melibatkan tugas dan persepsi maksud, latihan mental, dengan alternatif berat, dan penyempurnaan.
Dalam format paling dasarnya, suatu tindakan sosial melibatkan tiga satuan hubungan bagian: suatu awal mengisyaratkan dari seseorang, suatu tanggapan untuk isyarat itu oleh yang lain dan suatu hasil. Hasil menjadi maksud komunikator untuk tindakan. Maksud berada di dalam hubungan yang triadic dari semuanya.
Hubungan umur dapat meresap, memperluas dan menghubungkan sampai jaringan diperumit. Para aktor jauh diperhubungkan akhirnya di dalam jalan berbeda, tetapi kontroversi ke pemikiran populer, “ suatu jaringan atau suatu institusi tidak berfungsi secara otomatis oleh karena beberapa kebutuhan sistem atau dinamika bagian dalam: berfungsi sebab orang-orang pada poin-poin berbeda lakukan sesuatu yang, dan apa yang mereka lakukan adalah suatu hasil bagaimana mereka menggambarkan situasi di mana mereka disebut ke atas tindakan." Dengan ini gagasan untuk sosial bertindak dalam pikiran, kemudian, mari kita lihat lebih lekat di segi yang pertama dari analisa masyarakat Meadian.
Pertimbangkan sistem hukum di Amerika Serikat sebagai suatu contoh. Hukum tak lain hanya interaksi antar hakim, dewan juri, pengacara, para saksi, juru tulis, wartawan, dan orang yang lain menggunakan bahasa untuk saling berhubungan dengan satu dengan yang lain. Hukum tidak punya maksud terlepas dari penafsiran dari tindakan dilibatkan itu semua di dalamnya. kaleng Yang sama dikatakan untuk aliran / mahzab, gereja, pemerintah, industri, dan masyarakat lain.
Diri mempunyai dua segi, masing-masing melayani suatu fungsi penting. Menjadi bagian dari yang menuruti kata hati, tak tersusun, tidak diarahkan, tak dapat diramalkan anda.
Bagi Blumer, obyek terdiri dari tiga fisik yaitu tipe(barang), sosial ( orang-orang), dan abstrak ( gagasan). Orang-Orang menggambarkan obyek yang dengan cara yang berbeda, tergantung pada bagaimana mereka biarkan ke arah obyek itu. Suatu polisi boleh berarti satu hal kepada penduduk dari suatu bagian tertua suatu kota tempat tinggal minoritas dan kepada hal lain. habitat suatu wilayah hunian indah; interaksi yang berbeda di antara penduduk dua masyarakat yang berbeda ini akan menentukan maksud yang berbeda pula.

Blummer :
Kemampuan manusia untuk memanipulasi simbol dan makna-maknanya, memungkinkan dia memilih dalam membuat keputusan.
Tindakan manusia adalah hasil dari serangkaian interpretasi dan pilihannya dalam suatu setting sosial tertentu.
Bagian ini menegaskan sisi vita analisis individu dalam sosiologi: yang disebut Sosiologi Mikro.
Menurut Blumer teori interaksionisme simbolik telah diamati dengan menggunakan dua pendekatan utama yaitu eksplorasi dan inspeksi . Berangkat dari kedua pemikiran diatas, muncul beberapa implikasi metodologis para ahli interaksi simbolik terhadap kehidupan kelompok dan aksi sosial yang dapat kita amati pada empat hal, yaitu individu, kolektivitas manusia, tindakan- tindakan sosial, serta tindakan yang memiliki pertalian kompleks.
Menurut Blumer, masyarakat tidak terbuat dari struktur- struktur yang bersifat makro. Esensi dari masyarakat ahrus ditemukan dalam aktor dan tindakan- tindakannya. Blummer ,dalam Bernard Raho, menyatakan bahwa masyarakat manusia harus dilihat sebagai orang- orang yang sedang bertindak dan kehidupan masyarakat dilihat sebagai bagian dari tindakan mereka. Kehidupan kelompok adalah keseluruhan tindakan yang sedang berlangsung. Kendati demikian, masyarakat tidak dibuat dari tindakan yang terisolasi. Didalamnya terdapat tindakan kolektif yang melibatkan individu- individu yang menyesuaikan tindakan mereka terhadap satu sama lain. Dengan kata lain, mereka saling mempengaruhi dalam tindakan. Mead menyebut ini sebagai social act (perbuatan sosial) dan Blumer menyebutnya sebagai joint action (tindakan bersama).
Blumer tetap mengakui eksistensi dari struktur- struktur sosial yang bersifat makro. Tetapi dalam pandangannya struktur- struktur itu memiliki pengaruh yang sangat terbatas di dalam interaksionisme simbolik. Blumer sering berpendapat bahwa struktur yang bersifat makro tidak lebih penting daripada semacam kerangka kerja, yang didalamnya aski- aksi kerja kehidupan social beserta interaksinya terjadi. Struktur- struktur makro memang menetapkan kondisi dan batasan terhadap tingkah laku manusia, tetapi itu tidak menentukan tingkah laku itu. Struktur- struktur makro menjadi penting sejauh mereka menyiapkan simbol- symbol yang berguna bagi aktor untuk bertindak. Struktur- struktur itu tidak punya arti kalau aktor tidak melekatkan suatu arti. Sebuah organisasi tidak secara otomatis berfungsi karena dia memiliki struktur atau aturan- aturan melainkan karena aktor di dalamnya berbuat sesuatu dan perbuatan itu merupakan hasil dari definisi situasi yang mereka buat.

Masyarakat sebagai Interaksi Simbolis
Bagi Blumer, masyarakat harus merupakan studi dari tindakan bersama daripada prasangka terhadap apa yang dirasanya sebagai sistem yang kabur dan berbagai prasayarat fungsional yang sulit difahami. Masyarakat merupakan hasil interaksi simbolis dan aspek inilah yang merupakan masalah bagi sosiolog. Bagi Blumer keistimewaan pendekatan kaum interaksionis simbolik ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing- masing tindakan mereka dan bukan hanysa saling bereaksi kepada setiap tindakan itu menurut metode stimulus- respon. Seseorang tidak langsung memberi respon pada tindakan orang lain, tetapi didasarkan oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan tersebut.
Blumer menyatakan bahwa dengan demikian berarti interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol- simbol,oleh penafsiran, oleh kepastian makna dari tindakan oran lain disekitarnya. Dalam kasus perilaku manusia, mediasi ini sama dengan penyisipan suatu proses penafsiran diantara stimulus dan respon.

DAFTAR PUSTAKA
http://hendymanajaerpendidikan.blogspot.com/2013/05/hakikat-pengetahuan-filsafat.html
http://ronikurosaky.blogspot.com/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html
https://defickry.wordpress.com/2007/08/23/filsafat-dan-komunikasi/
http://bangdodz.blogspot.com/2012/10/filsafat-komunikasi.html
https://www.academia.edu/6667264/RESUME_Pengantar_Filsafat
http://elmasterquin.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
http://arinnjunaid.blogspot.com/2014/01/manusia-sebagai-makhluk-simbolik-homo.html

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

14 April 2015 20:37:40 Dibaca : 17160

Nama : Dzumriati Musa
Nim : 291414041
Kelas : A
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Mata Kuliah : Etika dan Filsafat Komunikasi

FILSAFAT KOMUNIKASI
A. Pengantar Filsafat
Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif. Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The creek word Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the ‘love of wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu. Berdasarkan kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau untuk menjadi bijak. Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi tersebut : • Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli. • Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. • Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya. • Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:
• Apakah yang dapat kita ketahui ? pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.
• Apakah yang boleh kita kerjakan ? pertanyaan ini dijawab oleh Etika.
• Sampai di manakah pengharapan kita ? pertanyaan ini dijawab oleh Agama.
• Apakah manusia itu ? pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Kata philosophia digunakan pertama kali oleh Pythagoras ketika ditanya apakah dia adalah seorang yang bijaksana. Pythagoras dengan rendah hati menjawab bahwa dia adalah pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Karena kebijaksanaan tidak mungkin terdapat pada manusia melainkan hanya dalam Allah.
Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll. Cabang ilmu filsafat terdiri dari ;
• Ontologi adalah ilmu tentang keberadaan sesuatu secara nyata, faktual, dan konkret.
• Epistemologi adalah ilmu tentang nilai dan norma yang berkenaan dalam Kehidupan manusia.
• Aksiologi adalah ilmu yang membahas tentang sumber, batas, dan kebenaran dari pengetahuan.
Cabang-cabang Filsafat Ada tiga jenis persoalan utama filsafat yakni: persoalan keberadaan (being), pengetahuan (knowledge) dan nilai-nilai (values). Bicara tentang nilai berarti menyangkut nilai kebaikan tingkah laku dan nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai kebaikan tingkah laku berkaitan dengan cabang filsafat etika. Berikut adalah cabang filsafat: 1. Metafisika: mengenai sesuatu yg ada di balik atau di belakang benda2 fisik.Melalui studi metafisika kita diajak untuk membuak diri kepada realitas yang jauh lebih luas darpi pada dunia sempit yang melingkupi kita .
Ada tiga metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema Filsafat yaitu: metode deduksi, induksi dan metode dialektik . Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Ada dua objek dalam filsafat diantaranya: Objek Material Objek material filsafat yaitu segala yang ada dan mungkin ada, jadi luas sekali dan tidak terbatas
Manfaat mempelajar filsafat diantaranya adalah manfaat dari sisi pengetahuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dari sisi pengetahuan filsafat disebuat sebagai induk dari setiap disiplian ilmu pengetahuan, maka untuk memahami ilmu pengetahuan dan mampu me-interdisipliner-kan kita butuh filsafat. Filsafat dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan patokan utama dalam mengembangan kebutuhan-kebutuhan manusia serta piranti dalam memahami proses keseharian secara mendalam dan jelas.
Berdasarakan teori filsafat yang ada, saya dapat mengambil sedikit pemahaman mengenai filsafat. Filsafat pada dasarnya adalah sebuah kajian yang membahas mengenai cara berpikir manusia untuk memperolah jawaban yang pasti mengenai suatu persoalan yang suasd it dijangkau oleh indra atau pengetahuan manusia. Namun, bukan berarti semua persoalan dapat dikatakan filsafat. Filsafat selalu dikaitkan dengan cinta kebijaksanaan. Seseorang dikatakan bijaksana apabila ia mampu menyatukan kehidupan duniawi dengan kehidupan manusia. Mengapa manusia berfilsafat karena takjub akan hal-hal yang tidak mereka ketahui. Berfilsafat sendiri adalah berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang disebut berfilsafat. Kemudian, berfilsafat juga berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau. Dengan kita berfilsafat maka kita akan lebih menggunakan akal dan fikiran kita untuk mencari suatu hakikat dari kebenaran yang ada dan yang sudah kita ketahui.
Tiga macam pertanyaan mendasar dalam diri manusia yaitu mereka akan bertanya dari mana mereka ?, untuk apa hidup didunia? Dan mau kemana mereka ? pertanyaan inilah yang selalu muncul dalam benak manusia. Mengkaji filsafat bagaimana cara kita menyikapi dan mempercayai mengenai kehidupan dan alam secara kritis. Ketika seseorang mendapatkan problem maka kepadanya ditanyakan bagaimana anda menanggapi keadaan seperti itu?. Jawaban atas pertanyaan itu butuh jawaban secara filosofis. Tanggapan atas pertanyaan itu menumbuhkan sikap ketenangan, keseimbangan pribadi, mengendalikan diri dan tidak emosional. Sikap dewasa dalam konteks filsafat adalah menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandangan. (Bagaimana anda kaitkan dengan aktivitas komunikasi?)
Dalam mempelajari filsafat selalu berhubungan dengan alam, manusia dan tuhan. Yang menjadi kajian dalam filsafat adalah ontologi (untuk apa) , epistemologi (bagaimana) dan aksiologi (nilai kegunaan). Filsafat didapatkan melalui proses berpikir yaitu : otak, panca indra, fakta serta informasi awal. Banyak yang beranggapan bahwa filsafat adalah “dunia baru” tetapi bukan “dunia lain”. Filsafat cenderung membicarakan mengenai suatu objek yang keberadaannya tidak jauh dengan manusia. Filsafat muncul ketika manusia ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai sesuatu yang belum diketahui secara jelas asal-usulnya. Mempelajari filsafat tidaklah mudah , bagi pemula mungkin pelajaran ini banyak membingungkan. Sebab, terdapat begitu banyak definisi dari para ahli yang mengakibatkan orang-orang sulit menetapkan suatu definisi mengenai filsafat hingga akhirnya filsafat tersebut terkadang membuat orang sulit untuk mengerti ataupun menerimanya. Tidak hanya itu ada juga yang bertanya-tanya untuk apa kita mempelajari filsafat ? menurut mereka filsafat tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan Sehari-Hari Meskipun filsafat itu abstrak, bukan berarti ia sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tidak memiliki hubungan apa pun dengan kehidupan nyata sehari-hari. Kendati tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistik dan elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistik dan elok dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut. Dengan demikian, filsafat menggiring manusia ke pengertian 'yang terang dan pemahaman yang jelas. Tak hanya itu, ia pun menuntun manusia ke dalam tindakan dan perbuatan yang kongret. Mengapa filsafat dinamakan “ibu” dari segala ilmu ,karena ilmu yg pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek hidup manusia. Karakteristik berfikir filsafat sendiri adalah meliputi karakteristik yang bersifat menyeluruh, bersifat mendasar, dan bahkan bersifat spekulatif. Maksudnya adalah bahwa seseorang dalam mereka berfilsafat itu tidak hanya ingin tahu pada satu objek saja namun ingin mengetahui seluruh objek yang belum mereka ketahui secara filsafati. Lalu seseorang yang berfikir filsafat itu tidak mau hanya sekedar menerima pendapat dari satu objek, namun ia ingin mengkaji dengan sendirinya tentang hakikat kebenaran dari suatu objek kajian. Dan dalam mereka menemukan hakikat kebenaran yang sesungguhnya, mereka membutuhkan landasan atau patokan yang menguatkan mereka dan menjadi dasar bagi mereka atas kebenaran yang mereka peroleh dari suatu objek kajian.
Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu: ontoligi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan:
• a. Ontologi, membicarakan hakikat ( segala sesuatu ) ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu
• b. Epistemologi cara memperoleh pengetahuan itu
• c. Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Antologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja yang disebut Epistemologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi setiap cabang filsafat yaitu Aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi semua cabang filsafat. Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, dan kesadaran atas keterbatasan.
Terdapat empat tipe manusia berdasarkan tahu yang dimilikinya. Pertama, manusia yang tahu bahwa ia tahu dan karenanya dikatakan bahwa ia berpengetahuan. Kedua, manusia yang tahu bahwa ia tidak tahu. Ketiga, manusia yang tidak tahu bahwa ia tahu. Keempat, manusia yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Manusia yang tahu dikatakan berpengetahuan. Sebagaimana diutarakan, pengetahuan adalah hasil dari tahu. Sedangkan orang yang tidak tahu tidak dapat membuat putusan, tidak dapat mengakui apapun, tidak dapat memberi pernyataan, mengakui sesuatu atas sesuatu. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat membuat putusan dikatakan tidak tahu. Karenanya untuk dikatakan tahu, orang harus sadar bahwa ia tahu, dibuktikan dengan kemampuan memberi putusan.

B. HAKIKAT FILSAFAT
Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yang paling mendasar. Berbicara mengenai hakikat tidak terlepas dari apa yang menjadi dasar dari sesuatu tersebut. filsafat tidak saja bicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan tetapi juga berbicara makna yang terdapat di belakangnya (some thing beyond). Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berpikir radikal. Filsafat adalah kebebasan berpikir terhadap sesuatu tanpa batas, dia mengacu pada hukum keraguan atas segala hal . perkembangan filsafat tidak hanya menjadi induk dan sumber ilmu, tetapi pada tataran berikutnya, dia berkembang menjadi ilmu itu sendiri. Dalam perkembangan ini filsafat bukan lagi menyeluruh atau komprehensif, tapi, menjadi sektoral sesuai sektor ilmu masing-masing contoh ilmu yang dilahirkan dari filsat: filsafat agama, filsafat hukum, filsafat ilmu, dll.
Filsafat mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Sehingga keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan ini sangat diakui keberadaannya. Karena sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang berdasarkan empiric yang dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan teori mereka masing-masing dalam kehidupan yang nyata.
Filsafat merupakan ilmu yang dasarnya adalah pemikiran manusia yang menyeluruh. Bisa dikatakan filsafat adalah sumber dari segala cabang ilmu. Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi: filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan.
Pengertian filsafat juga berarti ilmu yang memperlajari akan fakta-fakta dari kenyataan yang ada dengan menggunakan logika, etika, estetika dan teori ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Filasafat philoshopia (Yunani) berarti cinta pada ilmu pengetahuan / hikmat . Cinta dalm kebijaksanaan orang yang cinta pada ilmu pengetahuan disebut “philosophos” atau failasuf dalam ucapan bahasa Arabnya.
Banyak definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filosof diantaranya :
1. Plato (427 SM – 348 SM) , filsafat adalah ilu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (382 SM – 322 SM ) ,filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan etestika.
3. Descartes (2590 – 1650 ),filsafat ialah kumpulan segala ilmu pengetahuan dimana Tuhan, Alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
4. Immanuel Kant (1724 – 1804 ), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya metafisika, etika, agama dan anthropologi.
Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang.
Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan “dunia” memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis.
Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup.
Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.
Biasanya, hanya ada sedikit orang yang mengajukan pertanyaan :
Ø Adakah alam semesta ini suatu alam semesta dari pikiran atau hanya dari benda mati?
Ø Dapatkah ia masih menganut suatu pandangan keagamaan mengenai manusia?
Ø Adakah Tuhan itu?
Ø Dari apa benda tersebut?
Ø Apakah akal kita yang kini terpukau-pukau dan keheranan merupakan salah satu dari benda?
Ø Saya hidup. Apa itu hidup?
Ø Ada apa sesudah mati?
Ø Apa itu benar dan apa itu salah?
Ø Apakah pertanyaan ini bisa terjawab?
Ø Apa yang mejadi batas sebuah pengetahuan?
Ø Kita lihat bulan yang indah, mentari yang terbenam amat memukau, dan segala keindahan lain. Lalu, apakah tanpa mata keindahan ada? Apakah tanpa organ lain keindahan itu ada? Lalu, apa itu keindahan?
Ø Apa pula pertanyaan itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang menjijikan, ngeri, mengapa begitu bodoh terlintas di dalam kepala kita. Tetapi, justru itulah masalah-masalah Filsafat. Karena itulah Filsafat ada. Filsafat ada karena manusia bertanya tentang hidup, Filsafat ada karena adanya masalah-masalah tersebut. Manfaat filsafat itu sendiri yaitu 1. Sebagai dasar dalam bertindak. 2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan. 3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik. 4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut: Sangat umum atau universal, Tidak faktual, Bersangkutan dengan nilai, Berkaitan dengan arti, dan Implikatif.
Pada sisi lain, Plato mengatakan bahwa yang berfilsafat itu bukannya orang yang sudah menjadi sophos (bijaksana) dan bukan pula orang yang tidak tahu apa-apa, melainkan orang yang berdiri di tengahtengah antara yang sudah tahu banyak dengan yang tidak tahu apa-apa. Seorang filsuf tidak saja menjadi orang terpelajar (terdidik) melainkan juga adalah orang bijaksana.
Jika kita berpijak terhadap apa yang dikatakan oleh kedua ahli tersebut , dapat dikatakan bahwa hakikat filsafat tersebut tidak lain untuk mencari jati diri kita yang sebenarnya. Seberapa jauh kita mencari tau apa yang telah terjadi dalam kehidupan manusia itu sendiri. Segala problema-problema yang telah terjadi dimuka bumi dikaji oleh seorang filusuf. Ia mencari tau hingga mencapai tingkat pengetahuan yang tinggi. Maka, tidak heran mengapa seorang filusuf dikatakan menjadi orang yang bijaksana, sebab berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang ia miliki selama ia berfilsafat ia akan lebih berhati-hati dalam bertindak. Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak pernah berhenti hanya pada suatu fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan.
Bagi seorang filsuf, hanya apabila akar atau radix realitas telah ditemukan, segala sesuatu yang bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya bila akar suatu permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.Hakikat filsafat sebenarnya yaitu bagaimana kita menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut. munculnya pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikiran manusia, hal tersebut dibutuhkan jawaban dari seorang filusuf. Ada beberapa aliran filsafat yang merupakan pemikiran-pemikiran para pilosof dan berkembang dalam masyarakat dan mempraktekkannya, seperti:
• Empirisme yaitu menekankan pada pengalaman dan penghayatannya terhadap dunia dan kehidupan.
• Rasionalisme yaitu pemikiran dan pertimbangan terhadap akal sehat.
• Idealisme yaitu pemikiran yang berdasarkan ide, materi, dan perkembangan pada pemikiran jiwa dan raga.
Objek Pokok Formal Filsafat (Dalam Konteks Pertanyaan Kant)
1. kenyataan manusia yang hidup (filsafat manusia)
2. yang hidup di dunianya (filsafat alam, kosmologi)
3. mengembara menuju akhirat/allah (filsafat ketuhanan)
4. susunan dasar terdalam dari segala yang ada (metafisika)
5. disadari atau diketahui (filsafat ilmu)
6. keterarahan atau penujuan (etika)

C. FILSAFAT DAN ILMU KOMUNIKASI
Menurut Onong Ucahana Efendy, Suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis,kritis, dan holistik tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensinya. Menurut Richard Lanigan, Filsafat komunikasi adalah upaya menjawab pertanyaan:Apa yang aku ketahui Bagaimana aku mengetahuinya , Apakah aku yakin, Apakah aku benar.
objek formal ilmu komunikasi
• segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan manusia.atau
• fenomena komunikasiatau
• pernyataan antarmanusia
Ilmu yang mempelajari penyampaian pesan antar manusia. Filsafat ilmu komunikasi mengkaji ilmu komunikasi dari ciri-ciri, cara perolehan dan pemanfaatannya Sebagai bagian filsafat yang mengkaji hakekat ilmu, berkaitan dengan 3 ranah : ada pengetahuan yang bertumpu pada 3 pilar.
• .ONTOLOGI
o Masuk di ranah ada. Berasal dari kata Yunani onto = ada logos = ilmu teori tentang ada Pernyataan kunci :
o Apa objek yang ditelaah ilmu
o Bagaimana hakikat dari objek itu
o Bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia (berfikir, merasa, dan mengindra) yang akan melahirkan ilmu pengetahuan
ONTOLOGI
o Apakah ilmu komunikasi
o Apa yang ditelaah oleh ilmu komunikasi
o Apa objek kajiannya
o Bagaimana hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya

• Epistemologi Epistemologi
o Bagaimana proses yang memungkinkan pengetahuan dikembangkan menjadi ilmu
o Bagaimana prosedur metodologinya
o Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar bisa mendapat pengetahuan & ilmu komunikasi yang benar
o Apa yang dimksud dengan kebenaran
o Apa kriteria kebenaran & logika kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi
o Berada di ranah pengetahuan
o Merupakan teori tentang pengetahuan
o Pertayaan kunci :
o Bagaimana proses pengembangan pengetahuan menjadi ilmu
o Bagaimana metodenya (cabang filsafat, metodologi)
o Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar diperoleh pengethuan yang benar
o Apa yang dimaksud dengan kebenaran
o Apa kriteria kebenaran (cab filsafat logika)
• Aksiologi Aksiologi
o Untuk apa ilmu komunikasi digunakan
o Bagaimana kriteria dengan penggunaan pengetahuan & ilmu tersebut dengan kaidah moral
o Bagaimana pelaksanaan ilmu komunikasi berdasarkan pilihan kaidah-kaidah moral
o Bagaimana kaitan antara operasional metode ilmiah dalam upaya melahirkan teori-teori baru & aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma moral & profesional
o Berada di wilayah nilai
o Merupakan teori tentang nilai
o Pertayaan kunci :
o Untuk apa ilmu digunakan
o Bagaimana kaitan, cara penggunaan ilmu dgn kaidah” moral
o Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional (cabang filsafat etika)
Definisi komunikasi yang diklasifikasikan ke dalam 3 dimensi konsepsi, yaitu : Obyek material : tindakan manusia dalam konteks sosial (=sosiologi & antropologi rumpun ilmu sosial).Obyek formal : adalah komunikasi itu sendiri.
• Apa yg dikaji Filsafat Ilmu Komunikasi ?
• • Filsafat Komunikasi selalu menanyakan apakah
• penyebaran ide atau tanda yang menggunakan
• suatu proses komunikasi akan mengganggu
• proses sosial menuju keharmonisan atau apakah
• akan menjauhkan masyarakat dari tujuannya
• untuk mencapai kondisi harmoni.
• • Filsafat Ilmu akan mengawal agar proses
• komunikasi dapat menjadi dan atau membentuk
• norma-norma kepada masyarakat
• • Pancasila adalah norma yg ideal, sbg hasil filsafat
• tertinggi dari masyarakat kita
Definisi yang bersifat umum : ” Komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan” (Reushch,1957) Definisi yang terlalu khusus : komunikasi alat untuk mengirimkan pesa militer, pemerintah dan sebagainya melalui telp, radio dan sebagainya 2. Tingkat kesengajaan: definisi yang mengsyaratkan kesengajaan. ” komunikasi adalah situasi yang memungkinkan suatu sumber mentranmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan di sadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Definisi yang mengabaikan kesengajaan: komunikasi sebagai suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki seseorang/monopoli, menjadi dimiliki 2 orang atau lebih. Contoh definisi: ”komunikasi adalah proses pertukara informasi untuk mendapatkan saling pengertian” Definisi yang tidak menekankan keberhasilan : ”Komunikasi adalah proses transmisi informasi”.
Tiga karakteristik Ilmu Komuikasi
o (Berger & Chafle, 1987; Littlejohn, 2002; Graffin, 2003;
o Deetz & Putnam, 2001)
Ilmu komunikasi Sebagai ilmu Pengetahuan Sosial yang Multidisiplin dan luas Ilmu komunikasi Merupakan ilmu Pengetahuan terapan Ilmu komunikasi Meliputi teknologi komunikasi. lmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat multidisiplin dan bidang kajiannya amat luas, sebab feenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengruh dari sistem-sistem tanda dan lambang konteksnya amat luas, mencakup berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik dari kehidupan manusia. Tataran analisnya luas juga dari tataran individu, kelompok/organisasi, masyarakat luas sampai ketataran internasional dan global, oleh karena itu pendekatan yang diterapkan dalam ilmu komunikasi bersifat mltidisiplin. Pemikiran-pemikiran teoritis ilmu komunikasi dikembankan dari berbagai akar ilmu pohon komunikasi.
Hubungan Ilmu dengan Filsafat Filsafat disebut sebagai “ibu” dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) karena ilmu yangg pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu2 khusus menjadi bagian dari filsafat. Tugas filfasat adalah mengantisipasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yg didasarkan atas pengalaman manusia yang luas. Oleh karena itu filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari makhluk yg berpikir, termasuk dalam proses komunikasi antara manusia.
Komunikasi didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. Artinya, objek ilmu komunikasi adalah tentang penyampaian pesan antar manusia yang disampaikan dengan usaha, secara sengaja, dilatari motif komunikasi. Guna memahami motif komunikasi, dikupas terlebih dahulu tentang hakikat manusia, utamanya peralatan rohaniah yang dimiliki. Manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Namun, tidak semua tindakan manusia adalah tindak komunikasi. Karenanya, tindak komunikasi dalam menyampaikan pesan dicirikan dengan adanya motif komunikasi. Dengan kata lain, seluruh pemikiran tentang hakikat komunikasi yang menjadi objek kajian ilmu komunikasi dicirikan oleh adanya motif komnikasi. Motif komunikasi, dengan demikian pula, menentukan apakah sesuatu layak disebut pesan atau tidak, apakah seseorang bertindak selaku komunikator, medium atau komunikan, atau medium bergeser menjadi komunikator, atau juga komunikan yang bergeser menjadi komunikator. Sikap dewasa dalam konteks filsafat adalah menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandangan. (Bagaimana anda kaitkan dengan aktivitas komunikasi?)
PERAN FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
• Filsafat Ilmu Komunikasi selalu menjadi landasan dan pendorong pecinta ilmu untuk terus menyelidiki:
- bagaimana peserta komunikasi menggunakan proses komunikasi (Produksi, proses, dan
pengaruh system tanda/ objek formal),
- faktor-faktor apa saja dalam masyarakat yang harus diperhatikan oleh mereka, dan bagaimana faktor-faktor itu memengaruhi dan dipengaruhi proses komunikasi, agar harmoni tidak terganggu atau agar dapat mendekati kondisi ideal.
Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.
Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).
Pada dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu Komunikasi dari perspektif epistemology:
1. Ontologis:
Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.
Ontologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Apakah ilmu komunikasi? Apakah yang ditelaah oleh ilmu komunikasi? Apakah objek kajiannya? Bagaimanakah hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya?
Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.
Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia, dll.
2. Epistemologis:
Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?” (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting”.
Epistemologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya, metodologinya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar bisa mendapat pengetahuan dan ilmu yang benar dalam hal komunikasi? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Apakah kriteria kebenaran dan logika kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi?
Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.
Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi menjadi sebuah ilmu.
3. Aksiologis:
Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.
Aksiologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Untuk apa ilmu komunikasi itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan dan ilmu tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimanakah kaitan ilmu komunikasi berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara operasionalisasi metode ilmiah dalam upaya melahirkan dan menemukan teori-teori dan aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma moral dan profesional?
Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.
Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir pada pertanyaan. Hakikat filsafat adalah bertanya terus-menerus, karenanya dikatakan bahwa filsafat adalah sikap bertanya itu sendiri. Dengan bertanya, filsafat mencari kebenaran. Namun, filsafat tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatu yang sudah selesai. Yang muncul adalah sikap kritis, meragukan terus kebenaran yang ditemukan. Dengan bertanya, orang menghadapi realitas kehidupan sebagai suatu masalah, sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari tahu jawabannya.
Tidak sebagaimana dengan ilmu-ilmu alam yang objeknya eksak, misalnya dalam biologi akan mudah untuk membedakan kucing dengan anjing, mana jantung dan mana hati, sehingga tidak memerlukan pendefinisian secara ketat. Tidak demikian halnya dengan ilmu-ilmu sosial yang objeknya abstrak. Ilmu komunikasi berada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang berobjek abstrak, yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial. Komunikasi sebagai kata yang abstrak sulit untuk didefinisikan. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi. Ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu sosial mutlak memberikan definisi tajam dan jernih guna menjelaskan objeknya yang abstrak itu.
Tidak semua peristiwa merupakan objek kajian ilmu komunikasi. Sebagaimana diutarakan, objek suatu ilmu harus terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya. Karena objeknya yang abstrak, syarat objek ilmu komunikasinya adalah memiliki objek yang sama, yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial. Artinya, peristiwa yang terjadi antarmanusia. Contoh, Anda berkata kepada seorang teman, ”Wah, maaf, kemarin saya lupa menelepon.” Peristiwa ini memenuhi syarat objek ilmu komunikasi , yaitu bahwa yang dikaji adalah komunikasi antarmanusia, bukan dengan yang lain selain makhluk manusia.
Telah diketahui ilmu komunikasi memiliki sejumlah ilmu praktika, yaitu Hubungan Masyarakat, Periklanan, dan Jurnalistik. Misalnya, jika ilmu komunikasi juga mempelajari penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia, bagaimanakah agar pesan kehumasan yang ditujukan kepada bebatuan serta tumbuhan yang tercemar limbah perusahaan sehingga memberi respon positif mereka? Dengan kata lain, penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia akan mencederai kriteria objek keilmuannya.
Terdapat beraneka ragam definisi komunikasi, hingga pada tahun 1976 saja Dance dan Larson berhasil mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Mereka mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya. Yaitu
Dengan beragamnya definisi komunikasi, sementara definisi itu diperlukan untuk menggambarkan objek ilmu komunikasi secara jelas dan jernih, maka pada tahun 1990-an para teoritisi komunikasi berdebat dan mempertanyakan apakah komunikasi harus disengaja? dan Apakah komunikasi harus diterima (received)? Setelah beradu argumentasi, para ahli sepakat untuk tidak sepakat dan menyatakan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga perspektif (sudut pandang) / paradigma yang dapat diakomodir.
Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhi dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Karenanya, paradigma sangat menentukan bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang menjadi objek ilmunya. Berikut ini adalah uraian atas ketiga paradigma sebagai hasil ”kesepakatan untuk tidak sepakat” dari para teoritisi komunikasi:
Seluruh ilmu hakikatnya berasal dari filsafat. Darinyalah seluruh ilmu berasal, darinya pula seluruh ilmu dan pengetahuan manusia dilahirkan. Sikap dasar selalu bertanya menjadi ciri filsafat, menurun pada berbagai cabang ilmu yang semula berinduk padanya. Karenanya, dalam semua ilmu terdapat kecenderungan dasar itu. Manakala ilmu mengalami masalah yang sulit dipecahkan, ia akan kembali pada filsafat dan memulainya dengan sikap dasar untuk bertanya. Dalam filsafat, manusia mempertanyakan apa saja dari berbagai sudut, secara totalitas menyeluruh, menyangkut hakikat inti, sebab dari segala sebab, mancari jauh ke akar, hingga ke dasar. Ilmu komunikasi pada awal perkembangannya tidak lepas dari sejarah awal perkembangannya dari munculnya teknologi, sehingga pengaruhnya menciptakan cara berkomunikasi efektif yangberkembang saat ini yang tentunya memberikan perspektif pada kemunculan komunikasi dan ilmu komunikasi tersebut.


D. KEBENARAN

Kebenaran didefinisikan dalam kamus sebagai “kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.” Saat sekarang ini sebagian orang mengatakan bahwa tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada hanyalah persepsi dan opini. Di sisi lain, yang lain berargumentasi bahwa pasti ada realita yang absolut atau kebenaran absolut. Karena itu ketika mempertimbangkan pertanyaan apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut, kita menemukan dua pendapat yang bertolak belakang.
Usaha untuk mendefinisikan atau memberi batasan kebenaran mengalami banyak kesulitan. Misalnya sukar untuk menghindari proyeksi posisi seorang filsuf ke dalam suatu definisi. Prasangka seorang filsuf tak bisa dielak pencerminannya. Seorang eksistensialis seperti Martin Heidegger akan menyamakan kebenaran dan kebebasan; William James dalam hubungannya dari segi konsekuensi; Hegel dengan hasil yang secara penuh disadari; Alfred Tarski dengan konsep semantiknya atau berdasarkan arti kata; George E. Moore dengan persemaian antara penampilan dan realitas; dan Aristoteles dengan hubungan yang memadai antara konsep dan objek.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari metodologi serta hakekat kebenaran dan nilai dari ihwal terutama tentang manusia dan segala cita-citanya, dengan lingkungannya, agamanya, kehidupannya, ideologinya, hakekat dirinya dan lain-lain.
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indra, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran.
.Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
1. Teori Corespondence : menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2. Teori Consistency : Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori Pragmatisme : Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
4. Kebenaran Religius : Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
KONSEPSI MENGENAI KEBENARAN
Teori tentang kebenaran sebagai suatu kepercayaan bahwa kebenaran itu memadai dalam hal cara berfikir tentang sesuatu yang dalam bahasa Latin disebut adaequatio intellectus et rei. Kecerdasan manusia menemukan fakta-fakta, dan melalui itu ia memperoleh kebenaran; maka oleh karena itu, apabila pendapat manusia sejajar dengan benda-benda seperti yang tampak, dapatlah diungkapkan adanya kebenaran. Kebenaran merupakan tindakan dalam cara berfikir kita yang selalu tetap memadai. Sesungguhnya kebenaran terdapat pada orang intelek, namun tidak hanya sampai disitu, juga terdapat pada semua makhluk. Akibatnya teori adekuasi (teori memadai) ini bisa dianggap sebagai etori persesuaian tentang kebenaran yang sedang berkembang.
Konsepsi-konsepsi tentang kebenaran ini, mengingat sifatnya yang menghormati keserasian dan hal-hal memadai, pada gilirannya akan membantu penentuan tolak ukur kebenaran yang akan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, karena langkah tersebut berusaha menuntun tata fikir yang dapat menerima keserasian itu. Dengan upaya-upaya seperti pembentukan dan penyusunan tata fikir yang serasi, niscaya orang yang telah memiliki dasar berfikir tentang kebenaran akan memahami ungkapan kebenaran tersebut.

George E. Moore secara cemerlang telah menjelaskan teori persesuaian mengenai kebenaran yang didefinisikannya bahwa kebenaran sebagai persesuaian aneka buah pikiran mengenai realitas menjadi suatu rumusan yang serasi, rasional, dan logis. Apabila suatu ide sesuai dengan “rekannya” di dunia realitas, maka itu adalah ide yang benar. Fakta-fakta itu sendiri tidak benar atau salah, tetapi kepercayaan atau keyakinan adalah benar. Kebenaran adalah kepalsuan merupakan predikat ide-ide, pernyataan-pernyataan, serta kepercayaan-kepercayaan yang harus memiliki hubungan yang sejajar dengan fakta-fakta yang mereka cerminkan. Dengan demikian sifat umum dari kebenaran adalah persesuaiannya dengan kenyataan, sedangkan kepalsuan kurang atau tidak memiliki sifat ini. Kebenaran terdiri dari kepercayaan-kepercayaan yang dikenal melalui unsure-unsur dan struktur dunia, yang senantiasa diteliti oleh para ahli.
Teori persesuaian tentang kebenaran ini memandang bahwa sesuatu yang benar adalah yang diliputi kesesuaian antara berbagai unsure yang terdapat pada keseluruhan kebenaran itu. Kesesuaian adalah landasan untuk menetapkan kebenaran sebagai sifat umum dari kebenaran itu sendiri.
Jenis-jenis Kebenaran :
1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)
2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)
3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)
. Apa ciri-ciri ilmu yang dianggap benar oleh orang-orang?
Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena
yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan
metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.
3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.
Tiga penafsiran utama menganai kebenaran;
a. Kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak.
Kebenaran yang mutlak dituntut untuk dapat diterima secara dan oleh umum dengan dukungan data dan argumentasi ilmiah yang kuat.
b. Kebenaran sebagai sesuatu yang subjektif, sebagai masalah pendapat pribadi.
Kebenaran subjektif agak dibatasi oleh pengalaman subjek tertentu dalam lingkungan pergaulannya, dan kebenaran kebenaran yang tidak bisa dicapai adalah pencapaian kebenaran atau kenyataan bahwa sesuatu tidak mungkin terjadi.
c. Kebenaran sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa dicapai, sesuatu yang tidak mungkin (ketidak mungkinan).
Kebenaran pada hakikatnya adalah tujuan dari aktivitas ilmu pengetahuan yang berkembang. Jadi, mencari kebenaran adalah tujuan ilmu pengetahuan.
Menurut saya kebenaran itu sendiri adalah sesuatu yang harus dibutuhkan pertimbangan agar hal tersebut diyakini benar adanya. Kebenaran seringkali dikatakan dengan kesesuaian antara realitas dan apa yang ada dalam pikiran kita. Mengingat bahwa kebenaran itu adalah pendapat atau opini, apa yang benar bagi saya adalah benar hanya bagi saya, dan apa yang benar bagi anda adalah benar hanya bagi anda. Keterbatasan manusia yang antara lain dibatasi oleh ruang dan waktu dan watak-watak individual yang khas dan aneka macam sebagaimana terurai di atas menyebabkan warna kebenaran menjadi relative dan tidak ada yang mutlak. Hal ini tentunya kembali pada watak alami si pencari kebenaran berada dalam keterbatasan dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing secara berbeda, namun dalam keadaan tak sempurna, baik individual maupun kodrat manusia yang umum. Ada yang mengatakan bahwa kebenaran itu ada yang absolut dan ada juga yang universal. Tetapi kedua-duanya ini banyak menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa tidak ada apapun yang absolut yang mendefinisikan realita. Mereka yang berpegang pada pandangan ini percaya bahwa segala sesuatu adalah relatif dan karena itu tidak ada realitas yang sejati. Karena itu pada hakekatnya tidak ada sebuah otoritas apapun yang menentukan suatu tindakan positif atau negatif, benar atau salah. Pandangan lain percaya bahwa benar-benar ada realita-realita atau standar absolut yang menentukan apa yang benar dan tidak benar. Karena itu suatu tindakan dapat dikatakan benar atau salah dengan membandingkannya dengan standar-standar yang absolut itu. Ada beberapa masalah logis yang harus diatasi untuk menerima atau percaya bahwa tidak ada kebenaran absolut/kebenaran universal. Masalah pertama adalah kontradiksi dengan diri sendiri. Masalah kedua dengan penolakan akan kebenaran absolut/kebenaran universal ini adalah fakta bahwa semua orang memiliki pengetahuan yang terbatas. Masalah ketiga dengan penolakan atas kebenaran absolut/kebenaran universal adalah fakta bahwa hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita ketahui dalam hati nurani kita, pengalaman kita, dan apa yang kita lihat dalam “dunia yang nyata.” Pada dasarnya yang terjadi adalah setiap orang menentukan peraturannya sendiri dan melakukan apa yang mereka anggap benar. Ini menimbulkan masalah saat apa yang dipandang benar oleh seseorang bertentangan dengan apa yang dipandang benar oleh orang lain. Contohnya: bagaimana kalau apa yang dianggap “benar bagi saya” adalah mengabaikan lampu lalulintas sekalipun sementara lampu merah? Dengan cara demikian, saya membahayakan hidup orang-orang lain. Atau saya beranggapan bahwa mencuri dari Anda itu baik dan Anda beranggapan bahwa itu tidak baik. Demikian pula seseorang mungkin saja memutuskan bahwa membunuh orang itu OK dan mulai berusaha membunuh semua orang yang mereka temui. Jikalau tidak ada standar yang absolut, tidak ada kebenaran dan segalanya relatif, maka membunuh semua orang adalah sama benarnya dengan tidak membunuh semua orang. Mencuri sama benarnya dengan tidak mencuri. Kejam sama dengan tidak kejam. Betapa bahayanya akibat dari penolakan terhadap kebenaran absolut. Karena kalau tidak ada kebenaran absolut, tidak ada orang yang boleh mengatakan, “Kamu harus melakukan ini” atau “Kamu tidak boleh melakukan itu.” Kalau tidak ada kebenaran absolut, bahkan pemerintah sendiri tidak dapat atau tidak boleh memaksakan peraturan pada masyarakat.
E. Manusia sebagai mahluk simbolis
Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan masyarakat umum tentang definisi manusia. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum.
Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol. Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimaksud disini bukan sekedar simbol-simbol tak bermakna, tetapi hal-hal tersebut memiliki makna masing-masing dan tidak satupun simbol yang tercipta tanpa memiliki makna tersendiri. Misalnya, warna merah dan warna putih pada bendera Indonesia, warna merah pada bendera tersebut dianggap sebagai simbol keberanian dan warna putih dianggap sebagai simbol kesucian.
Simbol merupakan salah satu bagian dari semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika ini pertama kali diprkenalkan oleh dua filsuf bahasa yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Pierce. Menurut Saussure, setiap tanda itu terbagi atas dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut pendapatnya, tanda merupakankesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Sedangkan menurut Pierce, semiotika terbagi atas tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon merupakan hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa hubungan kemiripan, seperti sebuah foto dan orangnya. Indeks merupakan hubungan antara tanda dengan acuannya yang timbul karena adanya kedekatan eksistensi, seperti sebuah tiang penunjuk jalan dan sebuah gambar panah penunjuk arah. Indeks juga dapat menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yanf bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya adanya asap karena ada api. Simbol merupakan hubungan yang berbentuk konvensional, yaitu suatu tanda merupakan suatu hasil kesepakatan masyarakat.
Manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik karena dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering menggunakan simbol-simbol. Salah satu contoh penggunaan simbol dalam kehidupan sehari-hari adalah simbol-simbol pada peraturan lalu lintas, misalnya lampu lalu lintas atau lebih sering disebut lampu merah oleh masyarakat luas yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan hijau. Warna-warna tersebut masing-masing memiliki makna tersendiri yakni warna merah yang memerintahkan para pengguna jalan untuk berhenti, warna kuning yang memerintahkan untuk berhati-hati, dan lampu hijau yang memerintahkan untuk kendaraan jalan.
Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu. Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan. Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari. Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar.
Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat dikatakan bahwa manusia dalam menggunakan atau menciptakan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka berasal dari pengalaman hidup mereka. Seperti Garrett Augustus Morgan yang menciptakan lampu lalu lintas setelah melihat kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik.
Dalam kehidupan sehari - hari kita sebagai manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya agar tetap eksis di dunia. Dengan berhubungan tersebut kita menggunakan berbagai bentuk komunikasi baik verbal ataupun non verbal.
Sebagai contoh para politisi yang memenangkan pemilu mereka terlihat wajahnya sumringah dan segar berseri - seri dapat di artikan kalau mereka bahagia, lain lagi bagi mereka yang kalah menjadi depresi dan seperti salah satu kader partai GERINDRA di bali yang langsung meninggal terkena serangan jantung tatkala mengetahui pereolehan suaranya jeblok. Itu semua merupakan simbol atau lambang bahwa dari raut wajah mereka kita bisa mengetahui bagaimana suasana hati dan kondisi mereka.
Dalam keseharian kita menggunkan seragam yang menjadi identitas kita mahasiswa menggunakan celana jeans dan kaos T-shirt yang bisa di artikan sebagai jiwa muda sporty dan fresh, sebagai pengguna internet memiliki account facebook merupakan trend terkini yang bisa di artikan menjadi tidak ketinggalan jaman. Di sini simbol - simbol dipergunakan dalam kehidupan kita sebagai manusia. Dan salah satu kelebihan manusia dari hewan adalah kemampuan kita menggunakan simbol - simbol tersebut dalam kehidupan sehari – hari. Jadi manusia adalah makhluk yang selalu menggunakan simbol dan simbol untuk menjaga eksistensinya, dari masa - ke masa siimbol selalu berubah sesuai budaya lingkungan dan daerah dimana simbol itu terdapat.
Jujur atau tidak jujur. Sadar atau tidak di sadari. Dari kita bangun tidur; membuka mata, sampai kita tertidur lagi. Tak sedikit kita menemui, memakai dan memaknai begitu banyak jumlah “simbol-simbol” dan “tanda”___entah itu dalam bentuk gambar___tulisan, ucapan, ungkapan ataupun perbuatan___tingkah laku.
Orang biasanya menyampaikan cinta dengan bunga, mengikat tali kasih dengan cincin, warna merah artinya marah, warna hitam bersedih dan masih banyak yang lainnya. Ada simbul yang ada semenjak kita lahira (simbol bawaan) ada; semisal kita menggelengkan kepala artinya tidak mau atau mengedipkan mata sebelah artinya oke tapi secara diam-diam saja. Juga ada simbul yang kita buat karena kebutuhan (simbol terapan). Seperti sandi dan lambang-lambang tertentu yang hanya di mengerti orang-orang tertentu saja.
Simbol bawaan, akan senantiasa melekat di ruang kesadaran dan dalam sekejap dengan mudah dapat ditangkap oleh lawan komunikasi kita. Akan tetapi simbol terapan harus ada pembelajaran atau kesepakatan “makna” terhadap lawannya yang akan kita ajak menggunakan simbul atau tanda tersebut. maka simbolisme itu boleh dibilang ciri khas “manusia” yang tentu “beda” dari hewan. atau bisa dikatakan atas dasar pembedaan tersebut___dengan menyebut “manusia adalah hewan yang bersimbol” (ernst cassirer) pernahkah anda bertanya apa sesungguhnya simbol itu? Dan berkedudukan apa di kehidupan?
Jika Rene Discartes mengatakan “Cogito ergo sum” dengan saya sadar atau saya berpikir maka saya ada. Meskipun pendapat itu populer dan banyak di jadikan titik pangkal bagi filsafat di seluruh ilmu pengetahuan. Betapa, karena pendapat itu pula___justru pandangan filosofis tentang manusia banyak mengalami jalan buntu karena dalam usaha memperinci kepastian hidup jadi tak ada titik pangkalnya. Atau pendapat Edmund Huserl yang menyanggah Descartes dengan menyatakan pendapat tersebut tidak lengkap kecuali “Cogito Cogitata,” atau “Cogito cogitatum” saya berpikir memikirkan hal-hal yang dipikirkan. Tapi saya tidak akan mengulas hal diatas lebih lanjut___karena sudah tentu banyak sekali tulisan yang telah mengulas hal tersebut.
Justru saya akan lebih memberatkan pada tindakan nyata dari pada masalah “berpikir” karena menurut hemat saya segala yang dipikirkan ataupun memikirkan yang dipikirkan tidaklah banyak berguna kecuali disertai “tindakan” sebab berpikir belum berarti sama sekali atau absurt dan baru berarti setelah saya bertindak melakukan. Saya berencana liburan ke Bali, itu belum berarti dan akan benar mendapat arti setelah saya benar berlibur ke Bali. Manusiapun begitu___jelas belum bisa dikatakan sebagai keadaan yang “ada” kecuali ia telah bertindak sepenuhnya sebagai manusia penuh.
Berkaitan dengan Tindakan maka manusia bisa menjadi manusia penuh, seperti tiap kita menyikapi permasalahan pasti orang lain akan dapat menyimpulkan siapa kita. Seperti apa bobotnya dan bagai mana mutunya. Makanya ada ungkapan “mata adalah jendela hati” dengan memandang sorot mata orang dapat langsung menerka isi hatinya. Akan tetapi manusia banyak keterbatasan dalam bidang “komunikasi” seperti besarnya rasa cinta hanya dapat dicurahkan sedemikian sempit dengan ciuman. Atau ketika kita marah dan membanting apa saja yang ada di samping kita. Namun kita tidak akan hanya bisa pasrah, dari tiap waktu ke waktu yang terus melaju. Manusia makin hari makin maju dalam kesempitan bahasa, dalam exspresi yang terbatas, dalam menebak, menerka segala sesuatu.
Disini kita mulai mengendus, bahwa setiap tindakan manusia bersifat simbolis. Setidaknya “setiap tindakan menampakkan apa dan siapa dia” dan lainnya.Maka bisa dikatakan tindakan dan tingkah laku itu adalah tanda. Yaitu tanda siapa dia yang bertindak dan yang berlaku. Jika dia begitu pasti dia orangnya begitu, adalah simbol. Tapi saya tidak setuju jika bentuk tubuh adalah tanda, seperti umpamanya kulitnya agak merah___orangnya suka marah dan lain sebagainya.
Manusia sebagai mahkhluk hidup memiliki keistimewaan –keistimewaan yang tidak di miliki oleh makhlu lainnya, itulah yang menyebabkan pembahasan mengenai manusia manjadi sangat menarik. Banyak sudah sarjana dari dulu hingga sekarang yang mencoba untuk memberikan definisi yang tepat tentang manusia. E. Cassirer menyatakan: “Manusia adalah makhluk simbolis”, dan plato merumuskan: “ Manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan kehidupan politiknya”, sedangkan menurut paham filsafat eksistensialisme: “ Manusia adalah eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini, tetapi ia secara aktif “ mengada”. Manusia tidak semat-mata tunduk pada kodratnya dan secara pasif menerima keadaannya, tetapi ia selalu secara sadar dan aktif manjadikan dirinya sesuatu. Proses perkembangan manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang sepenuhnya tergantung kepada alam. Kebutuhan untuk terus-menerus menjadi inilah yang khas manusiawi dan karenanya pulalah manusia bisa berkarya, bisa mengatur dunia untuk kepentingannya sehingga timbulah kebudayaan dalam segala bentuknya itu, yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Bentuk-bentuk kebudayaaan ini antara lain adalah sistem perekonomian, kehidupan sosial dengan norma-normanya dan kehidupan politik. Di sinilah Psikologi berinteraksi dengan ilmu-ilmu lain seperti; Antropologi dan Sosiologi.
Sudah merupakan pendapat para filsuf sejak sebelum Sokrates, sampai zaman sarjana-sarjana psikologi modern saat ini, bahwa manusia, selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk lainnya adalah juga merupakan makhluk yang memiliki sifat-sifat tersendiri yang khas. Oleh karena itu, dalam mempelajari manusia kita harus memiliki sudut pandang yang khusus pula. Pandangan psikologi modern adalah bahwa kita tidak dapat menjadikan manusia hanya sebagai objek seperti pandangan kaum materialis, [1] tetapi kita juga tidak dapat mempelajari manusia hanya dari kesadarannya saja seperti pandangan kaum idealis. [2] Manusia adalah objek yang sekaligus juga subjek
F. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SIMBOLIS MENURUT GEORGE H. MEAD DAN
HERBERT BLUMMER.
Manusia adalah mahluk yang berkemampuan memanipulasi simbol dalam berhubungan dengan sesamanya. Proses kelahiran simbol-simbol melalui interaksi di dunia sosial, yang saling terhubungan satu sama lain secara kompleks. Individu selalu terkait dengan dunia sekitarnya khususnya individu lain dalam mengembangkan kepribadian dan penafsiran simbolik. Interaksi antar individu menjadi bagian penting dalam menciptakan dunia sosial masyarakat, karena memungkin proses sosial terus berlangsung. Diskusi bersama sebagai satu bentuk interaksi antar individu. Diskusi hanya bisa berhasil apabila masing-masing memiliki kesepahaman yang dimiliki bersama, disini dimediasi oleh bahasa.
Interaksionisme Simbolik adalah suatu teori tentang pribadi atau individu, tindakan sosial, yang dalam bentuknya yang paling distingtif tidak berusaha untuk menjadi suatu teori makro dalam masyarkat. Penjelasan-penjelasan mengenai tindakan – komponen teoritis – tetap sederhana, tetapi ini bisa dilihat sebagai suatu pilihanyang sadar dalam rangka menangkap beberapa kerumitan situasi nyata.
Tugas teoritis yang ditunjukannya ialah pengembangan dari penjelasan teoritis canggih yang berlangsung lebih dalam pada aspek-aspek tindakan individu, tanpa kehilangan kerumitan dari dunia nyata. Posisi teori interaksionisme simbolik adalah bahwa dunia- dunia yang ada untuk manusia dan kelompok mereka merupakan kumpulan dari obyek sebagai hasil dari interaksi simb