ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI
Nama : Citra angraini Luwiti
NIM : 291414051
Kelas : B Jurusan Ilmu Komunikasi
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Filsafat
1. Pengatar Filsafat
Kata philosophy (filsafat;inggris) berasal dari kata Yunani “Philosophia” yang berarti cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan shopia (kearifan).Dahulu Sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis. Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The creek word Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the ‘love of wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu.Berdasarkan kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau untuk menjadi bijak.
Filsafat Pythagoras (572-497 S.M.)
Menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah philosophia ialah Pythagoras.Pythagoras mendirikan aliran filsafat pythagoreanisme yang mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda. Filsafat Pythagoras dan mazhab pythagoreanisme dipadatkan menjadi sebuah dalil yang berbunyi “ Bilangan memerintah jagat raya “ (Number rules the universe).
Aliran Filsafat Alam Semesta
Bapak filsafat ialah Thales (640-546 S.M.).Ia merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos itu filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya unsur-unsur dan kaidah-kaidah.
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut :
• Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
• Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
• Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
• Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
• Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:
 APAKAH YANG DAPAT KITA KETAHUI ?pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.
 APAKAH YANG BOLEH KITA KERJAKAN ?pertanyaan ini dijawab oleh Etika.
 SAMPAI DI MANAKAH PENGHARAPAN KITA ?pertanyaan ini dijawab oleh Agama.
 APAKAH MANUSIA ITU ?pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.
Aliran Filsafat Alam Semesta
Bapak filsafat ialah Thales (640-546 S.M.).Ia merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos itu filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya unsur-unsur dan kaidah-kaidahnya.
Oxford Pocket Dictionary mengartikan filsafat sebagai use of reason and argument in seeking truth and knowledge of reality. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat sebagai:
1. pengetahuan dan penyedilikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumnya;
2. teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan;
3. ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi;
4. falsafah.
Secara garis besar filsafat adalah cabang ilmu yang mempelari apa, dari mana, mengapa. Keyakinan akan sesuatu itu tidak dating dengan sendirinya membuat filsafat mengkaji kebenaran dari segala sesuatu yang ada di muka bumi namun, batas kemampuan filsafat hanya sampai pada batas kemampuan manusia pada umumnya. Manusia hanyalah mahluk ciptaan yang mempunya batas-batas berfikir dan melakukan hal yang dia inginkan.
Menurut Francis Bacon, seorang filsuf renaisance, akal manusia mempunyai 3 macam daya, yaitu:
1. ingatan,
2. imajinasi, dan
3. pikiran.
Daya ingatan menciptakan sejarah, daya imajinasi menciptakan puisi, dan daya berpikir menciptakan filsafat.
Filsafat terdiri atas 3 bagian, yaitu;
1. filsafat tentang Tuhan atau teologi,
2. filsafat tentang alam atau kosmologi, dan
3. filsafat tentang manusia atau antropologi.
Perbedaan Filsafat Barat dan filsafat Timur
Banyak asal ilmu filsafat yang beredar di dunia bahkan setiap agama dan kepercayaan juga punya cabang ilmu filsafat tersendiri. Namun, jarang orang memperdebatkan filsafat mengenai agama dan kepercayaan karena, jika itu terjadi tidak menutup kemungkinan akan ada perang antara umat beragama di duinia sebab aka nada yang saling menggungcang kepercayaan satu sama lain.
Filsafat adalah cabang ilmu yang mencakup segala macam ilmu yang manusia pelajari.Hampir semua ilmu yang di pelajari pasti memiliki filsafatnya tersendiri.Filsafat mengkaji semua ilmu yang dipelajari manusia termasuk mengkaji manusia itu sendiri.
Banyak yang berpendapat bahwa filsafat adalah cabang ilmu yang mampu mengguncang kepala manusia karena, semakin manusia mendalami ilmu filsafat maka semakin berat saraf mengalirkan darah kekepala yang akibatnya manusia hamper gila. Manusia yang belum kuat iman bisa saja tidak akan percaya agama lagi karena pemahamannya terhadap filsafat.
Setiap yang ada di muka bumi tidak serta merta langsung ada tentunya semua memiliki asal dan proses sebelum semua terjadi itulah keyakinan yang di bangun filsafat terhadap otak-otak manusia sehingganya butuh kajian dan penelitian mendalam sebelum mengeluaarkan statement atau ilmu di dalam filsafat.
Dalam cinta filsafat sangat membantu manusia menetukan siapa yang terbaik dalam hidupnya karena orang yang kuasai filsafat itu hamper terlihat jenius makanya cara berbicara orang-orang filsafat akan membuat wanita atau pria pantang mengeluarkan kata tidak. Namun, suatu kerugian bagi laki-laki yang bertemu dengan perempuan yang mengerti filsafat dan dirinya tidak tau apa itu filsafat sebab dia akan kewalahan menjawab pertanyaan demi pertanya yang di lontarkan oleh wanita yang sedang di incarnya menjadi pemdamping hidupnya.
Perbedaan Filsafat Barat dan filsafat Timur
I. Filsafat Barat
1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka.
2. Filsafat berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno.
3. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
4. Terdapat pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.
a. Ontologi membahas tentang masalah "keberadaan" (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris, misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
b. Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.Dari epistemologi inilah lahir berbagai cabang ilmu pengetahuan (sains) yang dikenal sekarang.
c. Aksiologi membahas masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia.
5. Filsafat barat digunakan sebagai alat merasionalkan hal-hal yang didogmakan gereja pada abad pertengahan.
6. Filsafat didasari pada pandangan universal yaitu manusia sebagai penakluk alam.
II. Filsafat Timur
1. Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.
2. Ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama.
3. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
4. Filsafat Timur pemikirannya lebih ke perasaan dan hati nurani dan menekan keharmonisan antara alam dan manusia.
5. Filsafat Timur lebih memandang manfaat filsafat sebagai alat untuk lebih mengerti esensi dari kebudayaan aslinya.
Banyak asal ilmu filsafat yang beredar di dunia bahkan setiap agama dan kepercayaan juga punya cabang ilmu filsafat tersendiri. Namun, jarang orang memperdebatkan filsafat mengenai agama dan kepercayaan karena, jika itu terjadi tidak menutup kemungkinan akan ada perang antara umat beragama di duinia sebab aka nada yang saling menggungcang kepercayaan satu sama lain.
2. Filsafat dan Komunikasi
Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman secara lebih mendalam, fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis dan komprehensif teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode-metodenya.
Bidang komunikasi meliputi komunikasi social, organisasisional, bisnis, politik, internasional, komunikasi antar budaya, pembangunan dan tradisional.Sifat komuniksi meliputi verbal dan non verbal. Tatanan komunikasi meliputi, intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa dan media. Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, prilaku, masyarakat, dan lainnya.Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, pervasif, koersif, instruktif dan hubungan manusiawi.Metode komunikasi meliputi jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat syaraf dan perpustakaan.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan, yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.Karena pada umumnya filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran sampai keakar-akarnya.
Dengan demikian dari pendekatan filsafat yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi komunikasi dapat diketahui keberadaannya hingga saat ini.
Komunikasi tidak akan lepas dari filsafat karena menurut pengertian filsafat secara umum tadi, telah diketahui asal mula komunikasi dan perkembangannya melalui filsafat.
Dari berbagai definisi mengenai filsafat, komunikasi dan filsafat komunikasi dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat komunikasi adalah para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat.Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato.Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat.Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).
Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu berhubungan dengan manusia lain melalui komunikasi. Retrokira sebagai ilmu mengenai pernyataan antar manusia diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles.Gagasan awal mengenai pernyataan antarmanusia dinyatakan dalam model sederhana, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan.Perkembangan selanjutnya menjadi ilmu komunikasi dengan model yang lebih rumit, ada komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek.
Istilah komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti maknanya. Berkomunikasi berarti mempunyai tujuan untuk punya arti yang sama. Kajian komunikasi dari sudut pandang filsafat ilmu komunikasi dimaksudkan agar pemahaman terhadap proses komunikasi bersifat radikal atau mendalam, sistematis dan menyeluruh. Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan esensi atau hakikat komunikasi.Pernyataan ini adalah pesan.Sebelum pesan sampai pada khalayak atau penerima pesan, haruslah dilakukan pertimbangan.
Mempelajari komunikasi sebagai ilmu akan menjadi dasar bagi seseorang untuk memahami komunikasi dari tinjauan filsafati. Mengerti filsafat ilmu komunikasi akan mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi. Isi pesan yang tersusun secara logis, etis dan estetis merupakan usaha agar proses komunikasi efektif.Kajian filsafat dalam komunikasi adalah proses penyampaian pesan dan suatu yang menjadi suatu bahasa komunikasi. Banyak hal seperti proses penyampai secara verbal maupun non verbal komunikasi. Pendapat para ahli mengenai suatu konsep komunikasi akan di bahasa kembali dalam filsafat agar tahu akan kebenaran teori yang ada. Bukan hanya mengenai benar atau tidaknya sebuah konsep tetapi bagaimana cara serta bukti untuk memperkuat statement ketika ada pertanyaan mengenai bidang ilmu komunikasi.
Dalam keseharian manusia tentunya tidak luput dari yang namanya komunikasi bahkan tidak hidup tanpa ada komunikasi.Komunikasi merupakan bidang ilmu yang mencakup hampir semua bidang ilmu.Ada ekonomi, politik, social budaya semua di cakup oleh komunikasi.
Banyak hal yang di bahas oleh komunikasi di bahas pula oleh filsafat bahkan cabang ilmu komunikasi sendiri juga di bahas oleh filsafat. Bagaimana menyampaikan pesan, apa pesan, siapa yang menyampaikan pesan, dan siapa yang menerima pesan. Macam-macam pesan, macam-macam cara penyampaian pesan juga merupakan persoalan yang di bahas filsafat yaitu mengenai efektif tidak hal-hal tersebut.
Filsafat komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi
Berikut penjabarannya.
1. Bidang komunikasi: Bidang ini meliputi komunikasi sosial, komunikasi organiasi, komunikasi bisnis, komunikasi politik, komunikasi internasional, komunikasi antarbudaya, komunikasi pembangunan, dan komunikasi tradisional
2. Sifat komunikasi: Komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal
3. Tatanan komunikasi: komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi media
4. Tujuan komunikasi: mengubah sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, mengubah masyarakat, dan lain-lain
5. Fungsi komunikasi: mendidik, menginformasikan, menghibur, dan memengaruhi
6. Teknik komunikasi: komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi pervasif, komunikasi koersif, komunikasi instruktif, dan hubungan manusiawi
7. Metode komunikasi: jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat syaraf, perpustakaan, dan sebagainya
Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa inggris “communication” yang mempunyai akar dari bahasa latin “communicare” (Weekley, 1967:338). Kata “communicare” sendiri memiliki tiga kemungkinan arti, yaitu:
1. “to make common”, atau membuat sesuatu menjadi umum.
2. “cum + munnus”, berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah.
3. “cum + munire”, yaitu membangun pertahanan bersama.
Sedangkan secara epistimologis, terdapaat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi) untuk menggambarkan definisi komunikasi. Diantara ratusan definisi tersebut, diantaranya yaitu (lihat antara Ruben, 1992: 11; R.Loose, 1999: 1; dan DeVito, 1986: 5):
1. Komunikasi adalah informasi yang disampaikan dari suatu tempat ke tempat lain.
2. Komunikasi meliputi semua prosedur di mana pikiran seseorang mempengaruhi orang lain.
3. Pemindahan informasi, ide-ide, emosi, keterampilan, dan lain-lain dengan menggunakan simbol seperti kata, foto-foto, figur-figur, dan grafik.
4. Memberi, meyakinkan atau bertukar ide-ide, pengetahuan, atau informasi baik melalui ucapan, tulisan, atau tanda-tanda.
5. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang biasanya melalui sistem simbol yang berlaku umum.
Ada keyakinan mendasar bahwa filsafat bertitik tolak pada pengalaman.Manusia yang berfilsafat berada dalam satu konteks pengalaman tertentu.
Untuk memberi makna kehidupan dalam filsafat, diandaikan bahwa manusia memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang apa yang akan menjadi bahan refleksinya. Filsafat selalu memulai dengan bentuk pengetahuan tertentu, dari suatu bidang pengalaman tertentu.
Dari sejarah filsafat sendiri, filsuf selalu mulai dengan apa yang dianggap sebagai pengetahuan, sistem ide, keyakinan, dan hidup dalam tradisi masyarakat waktu itu.
Berbagai bentuk pengetahuan dan bidang pengalaman yang tersedia bagi refleksi filsafat, perlu dipilih, diseleksi dan dianalisa.Setelahnya, filsafat mengatur dan menginterpretasikan ide-ide, keyakinan, serta nilai sehingga terbentuk suatu sistem pemikiran yang mampu memberi arah pada kehidupan manusia.
Istilah dan konsep filsafat merupakan ciptaan Yunani kuno (abad ke 4 SM).Dilihat dari sejarah pemakaian istilah filsafat menunjukan karakter yang khas.Filsafat adalah usaha revolusioner untuk menggantikan sistem penjelasan mitologis dengan sistem penjelasan yang rasional.Sekumpulan tokoh-tokoh filsafat seperti Thales, Anaximenes, Anaximandros adalah tonggak-tonggak penting dalam sejarah pemikiran rasional. Filsuf awal mempraktikan filsafat sebagai penjelasan rasional terhadap persoalan-persoalan yang mereka temukan dalam pengalaman sehari-hari. Pertanyaan dan jawaban rasional merupakan langkah awal pada proses pada proses permulaan penelitian dan pengamatan, redefinisi mitos-mitos yang irasional dan pembiasaan untuk memulai penjelasan dengan bukti-bukti yang empirik dan masuk akal.
Selain itu, filsafat komunikasi mencoba menelaah secara mendalam pemahaman seseorang atau kelompok dalam berkomunikasi, baik berkaitan denga metodologi, sistematika, analisis, tingkat kekritisannya, dan keuniversalannya.Penjabar diatas menggambarkan bagaimana filsafat menjabarkan semua yang ada di komunikasi atau yang biasa di sebut pokok bahasa dalam komunikasi.
3. Kebenaran
PENGERTIAN KEBENARAN Banyak para filsuf memiliki perbedaan dalam mendefinisikan kebenaran, karena usaha untuk memberikan definisi kebenaran mengalami banyak kesulitan. Poedjawiyatna (1987:16), Kebenaran persesuaian antara pengetahuan dan objeknya adalah Aristoteles, Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai apa tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya
JENIS-JENIS KEBENARAN A.M.W. Pranarka (1987), membedakan menjadi tiga jenis kebenaran:
1. Kebenaran Epistemological, kebenaran ini berhubungan dengan pengetahuan manusia
2. Kebenaran Ontological adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan
3. Kebenaran Semantikal/Kebenaran Moral, kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa
JENIS LAIN…. 1. Kebenaran Ilmiah. Kebenaran ini yang akan menjadi pokok perbincangan dalam membahas lima teori kebenaran 2. Kebenaran Non Ilmiah, meliputi: a) Pengetahuan biasa, keingintahuan manusia dalam kehidupan sehari-hari b) Mitos, substansinya tidak memuat objek yang faktual dan aktual c) Wahyu, dalam bahasa Diin Al Islam, Allah dengan kebijakannya memasukkan hal tersebut sebagai hal yang pertama-tama yang harus diimani saja
MACAM-MACAM TEORI KEBENARAN
1. TEORI KEBENARAN SALING BERSESUAIAN (CORRESPONDENCE THEORY OF TRUTH)
2. TEORI KEBENARAN SALING BERHUBUNGAN (COHERENCE THEORY OF TRUTH)
3. TEORI KEBENARAN PROPOSISI
4. TEORI KEBENARAN PRAGMATIK (THE PRAGMATIC THEORY OF TRUTH)
5. TEORI KEBENARAN STRUKTURAL PARADIGMATIK
TEORI KEBENARAN SALING BERSESUAIAN (CORRESPONDENCE THEORY OF TRUTH) Teori kebenaran yang paling awal dan tua White (1978), disebut juga teori tradisional Kattsof (1986), “Kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian (Correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan halnya atau apa yang merupakan fakta-faktanya” Teori yang berangkat dari teori Aristoteles yang menyatakan, Segala sesuatu yang diketahui adalah suatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek
Lanjutan (Teori Kebenaran Saling Bersesuaian) Atau suatu pengetahuan mempunyai nilai besar apabila pengetahuan mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan yang diketahuinya.Teori berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila saling bersesuaian dengan dunia kenyataan.Kebenaran dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan. Kebenaran itu kesesuaian dengan fakta, keselarasan dengan realitas, dan keserasian dengan situasi aktual
Contohnya (Teori Kebenaran Saling Bersesuaian) Pengetahuan air akan menguap jika dipanasi sampai 100 derajat. Pengetahuan tersebut benar kalau kemudian dicoba memanasi air dan diukur sampai 100 derajat. Jika terbukti tidak menguap maka pengetahuan dinyatakan salah dan terbukti benar air menguap, maka pengetahuan tersebut dinyatakan benar
TEORI KEBENARAN SALING BERHUBUNGAN (COHERENCE THEORY OF TRUTH) Teori ini dibangun oleh para pemikir rasionalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley, maupun Plato dan Aristoteles Teori ini juga disebut dengan teori KonsistensiKatsoff, teori Koherensi yaitu suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisiproposisi yang lain benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita
LANJUTAN (Teori Kebenaran Saling Berhubungan (Coherence Theory of Truth)Proposisi tersebut benar jika mempunyai hubungan dengan proposisi yang terdahulu benarPembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah apabila merupakan proposisi sejarah atau memakai logika apabila merupakan pernyataan bersifat logis Secara sederhana, Suatu proposisi itu atau makna pernyataan dari suatu pengetahuan bernilai benar bila proposisi itu mempunyai hubungan dengan ideide dari proposisi yang terdahulu yang bernilai benar
TEORI KEBENARAN PROPOSISI Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Dalam logika proposisi yang lain, proposisi benar tidak dilihat pada benar formilnya, melainkan dilihat pada benar materiilnya. Noeng Muhadjir, membedakan benar formil dengan benar materiil. Logika matematik sederhana: 1/2a=1/2 b; sehingga a=b. matematik teoritik simbolik logika tersebut benar.
LANJUTAN (Teori Kebenaran Proposisi) Kita tahu bahwa ½ gelas isi kalau dilukis akan memiliki gambar sama dengan ½ gelas kosong, sesuai dengan logika matematik simbolik teoritik tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa isi sama dengan kosong. Bentuk formilnya sudah benar, tetapi materiilnya salah. Proposisi tidak lain adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep yang kompleks. Kebenaran ini akan sangat bergantung pada situasi dan kondisi yang melatarinya, pengalaman, kemampuan, dan usia memengaruhi kepemilikian epistemo tentang kebenaran.
TEORI KEBENARAN PRAGMATIK (THE PRAGMATIC THEORY OF TRUTH) Tokoh teori ini adalah Charles Sander Pierce (1834-1914), William James (1842-1920), John Dewey (1859) Teori menyatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan menggunakan kriteria fungsional. Jika pernyataan tersebut memiliki fungsi atau kegunaan dalam kehidupan praktis Menurut paham ini bukan kebenaran yang dilihat dari segi etik, baik atau buruk, tetapi kebenaran yang didasarkan pada kegunaannya
LANJUTAN ..Teori Kebenaran Pragmatik (The Pragmatic Theory of Truth) Kebenaran dibuktikan oleh kegunaannya, oleh hasilnya, dan oleh akibat-akibat praktisnya. Jadi kebenaran adalah apa saja yang berlaku (works) Seperti yang dikemukakan oleh penganutnya: 1) Sesuatu itu benar apabila memuaskan keinginan dan tujuan manusia 2) Sesuatu itu benar apabila dapat diuji benar dengan eksperimen 3) Sesuatu itu benar apabila ia mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
TEORI KEBENARAN STRUKTURAL PARADIGMATIK Noeng Muhadjir menyatakan bahwa kebenaran struktural berkembang dari kebenaran korespondensi. Konsep paradigmatik, menurutnya dikembangkan dari banyak ahli, antara lain Thomas Kuhn. Teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut
LANJUTAN..Teori kebenaran Struktural Paradigmatik Lichtenberg menemukan identitas struktural kualitatif dari berbagai domain disiplin ilmu.Misalnya, ada pembiasaan sinar karena gravitasi bumi.Setahun pada umumnya 365 hari, kecuali pada tahun kabisat.Ini bukan sekedar perhitungan hari dalam setahunnya, melainkan terkait pada rotasi bumi, dan lainnya (pembicaraan bidang astronomi).Dua contoh tersebut menunjukkan adanya hubungan struktural antar berbagai sesuatu yang konstan, yang berada pada domain disiplin ilmu yang mungkin beragam/berbeda. Hubungan struktural ini disebut Lictenberg sebagai paradigmata
4. Hakikat filsafat komunikasi
Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen)
secara fundamental, metodologis, sismatis, analitis, kritis, dan holitis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya. Adapun menggambaran itu secara sederhana adalah sebagai berikut.
- Bidang Komunikasi : komunikasi sosial, komunikasi organisasional, komunikasi bisnis, komunikasi politik, komunikasi internasional, komunikasi
antarbudaya, komunikasi pembangunan, komunikasi tradisional,
dan lain-lain.
- Sifat Komunikasi : komunikasi verbal (komunikasi lisan, komunikasi tulisan), komunikasi nirverbal (komunikasi Kial, komu8nikasi gambar), komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia.
- Tatanan Komunikasi : komunikasi pribadi ( intrapribadi, antar pribadi), komunikasi
kelompok ( ceramah, forum, symposium, diskusi panel, seminar curah saran) , komunikasi massa (surat kabar, majalah, radio, televisi, film dll) , dan komunikasi medio( surat, telepon, pamflet, poster, spanduk, dll)
- Tujuan komunikasi : mengubah sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, mengubah masyarakat, dan lain-lain.
Fungsi komunikasi : menginformasikan, mendidik, menghibur, mempengaruhi, dan sebagainya.
- Teknik komunikasi : komunikasi informative, komunikasi persuasive, komunikasi pervasive, komunikasi koersif, komunikasi intruktif, hubungan manusiawi.
- Metode komunikasi : jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat syaraf, perpustakaan, dan lain sebagainya.
Jadi filsafat komunikasi adalah suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman-pemahamannya di sini dalam arti secara mendalam mengenai sesuatu yang ingin diketahu secara mendalam.
5. Materi pokok
Dalam hal ini, filsafat komunikasi berarti menggali secara mendalam baik segala hal maupun fenomena komunikasi itu sendiri.Hal ini dapat bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru atau bahkan memperbarui dan menyempurnakan teori yang sudah ada. Kegiatan berfilsafat ini berdasarkan keingintahuan dan keragu-raguan manusia akan segala sesuatu yang berada di sekitarnya secara khusus fenomena komunikasi yang didalamnya meneliti hasil hubungan dan interaksi antarmanusia yang mana interaksi tersebut merupakan objek material ilmu komunikasi. Sedangkan objek formal dalam “ilmu komunikasi adalah segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan manusia.” (Kriyantono 2012: 48)
Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi komunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan. Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.
Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri. Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment. (Kriyantono, 2012: 70)
Dalam hal ini komunikasi akan mengkaji mengenai manusia sebagai pelaku komunikasi dan manusia berkomunikasi dengan symbol-simbol.
• Manusia sebagai pelaku komunikasi
Manusia adalah hal yang paling utama dalam proses berkomunikasi. Peran manusia yang menjadi komunikan dan akan di dukung oleh manusia lainnya yang akan menjadi komunikator. Ini adalah fenomena yang sering terjadi karena pemberi dan penerima pesann adalah manusia itu sendiri.
Penempatan manusia sebagai objek penting dalam komunikasi adalah suatu fenomena yang nyata dan tidak bias di pungkiri lagi.
Manusia sebagai pelaku komunikasi pastinya sudah tau bagaimana emposisikan diri baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan karena peran yang berbeda antar kedua posisi tersebut.
Dalam hal ini komunikasi yang dibahas adalah komunikasi manusia yang tentunya melibatkan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Bukan menyangkut komunikasi hewan dan hewan maupun komunikasi dengan allah sang pencipta
Susahnya komunikasi antar manusia, yang dikemukakan oleh seorang filosofi dari jerman komunikasi mengandung tujuan; yakni mengubah sikap, opini, perilaku, kepercayaan, agama. Oleh karena itu untuk memahami proses komunikasi secara mendalam kita perlu memahami manusia.
Apakah manusia itu?Untuk menjawab pertanyaan ini, tidaklah semudah keterangan yang dituangkan dalam sebuah kamus.Secara sederhana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti “makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain)”. Aristoteles mengatakan bahwa di alam ini ada tiga jenis makhluk dengan roh yang tarafnya bertingkat-tingkat.Yang paling rendah tarafnya adalah anima avegetativa atau roh vegetative yang dimilki tumbuh-tumbuhan. Jadi, tumbuhan hanya mempunyai roh vegetative dengan fungsinya terbatas pada makan, tumbuh menjadi besar dan berkembang biak. Yang lebih tinggi dari itu adalah anima sensitiva atau roh sensitive yang dimiliki oleh binatang sehingga binatang yang memiliki dua jenis anima, yakni anima vegetativa dan anima sensitiva itu, selain menjadi besar dan berkembang biak, juga mempunyai perasaan, naluri dan nafsu, sehingga mampu mengamati, bergerak dan bertindak. Dan yang paling tinggi adalah anima intelektiva atau roh intelek yang hanya dimiliki manusia.Jadi, manusia mempunyai tiga jenis anima atau roh. Karena memiliki roh yang lengkap itu, manusia menjadi besar, berkembang biak, bernafsu, bernaluri, bergerak, bertindak, juga berpikir, berkehendak.
Berbeda dengan makhluk-makhluk lain, manusia mempunyai kesadaran, sadar apa yang ia lakukan di masa silam ataupun masa datang. Manusia merupakan totalitas, kesatuan terpadu secara menyeluruh antara roh dan jasad, rohani dan jasmani, jiwa dan raga yang tidak mungkin dipisahkan. Apabila keduanya berpisah, dengan kata lain roh tidak bisa menyatu dengan jasad, maka manusia tidak bisa disebut manusia lagi, melainkan mayat yang lama kelamaan membusuk.
Roh harus dibedakan dari rohani atau jiwa.Roh atau dalam bahasa latinnya anima adalah sesuatu yang menyebabkan jasad hidup, tepatnya roh adalah penyebab hidup bukan penyebab kesadaran yang tampak pada seseorang di saat sedang tidur.
Apakah artinya ini? Ini berarti bahwa pada waktu ia sadar, ada sesuatu yang berperan padanya, yang berperan adalah akunya, akunya itulah yang merasa senang, sedih, dan lain-lain. Tubuhnya tidak merasakan apa-apa. Terbukti pada waktu ia tidur ia tidak melakukan apa-apa. Akunya itulah yang disebut dengan rohani. Dengan demikian, proses rohaniah “aku” menyebabkan kesadaran, menjadi sadar untuk berkehendak atau berbuat adalah proses kegiatan roh bersama panca indera.
Setiap indera dari setiap pancaindera mempunyai pusat masing-masing yang kesemuanya terdapat di otak dan memiliki perangsang masing-masing, yang dinamakan dengan adequatus. Lebih jelasnya, mata tidak dapat menangkap suara, oleh karena perangsangnya adalah cahaya, telinga tidak mampu mendengar cahaya, sebab perangsang telinga adalah suara, dan lain-lain (djunaedi: 1980, 17).
Jadi, seseorang sebagai manusia yang mempunyai anima intelektiva, yang akan melaksanakan kehendaknya setelah ia melihat atau mendengar sesuatu, ia akan meminjam anggota tubuh lainnya.
Itulah sikap dan prilaku yang merupakan objek penting dalam komunikasi.Sikap yang terdapat dalam diri manusia terdiri dari unsur kognisi yang berkaitan dengan pikiran, afeksi yang berkaitan dengan perasaan, dan konasi yang berkaitan dengan tekat dan itikat.
Manusia selalu melakukan penyampaian pesan setiap harinya baik manusia dengan manusia lain, manusia dengan kelompok-kelompok, dan manusia dalam kelompok dengan kelompok.
Menurut Drijarkara dalam filsafat ada beberapa aliran atau paham mengenai manusia, antara lain paham materialisme (paham kebendaan atau materi), paham idealisme (paham yang berpusat pada pola pikir manusia), dan paham eksistensialisme (cara manusia berada di dunia).
Pendekatan Konsepsi Manusia
• Homo Volens: Manusia berkeinginan
• Homo Sapiens: Manusia berpikir
• Homo Mechanicus: Manusia Mesin
• Homo Mechanicus: Manusia bermain
Ethos Komunikator
Sejak zaman Yunani Purba tatkala komunikasi masih berkisar pada komunikasi lisan yang waktu itu dinamakan retorika ditekankan kepada para komunikator yang dalam retorika disebut orator atau rhetor agar mereka melengkapi diri dengan ethos (sumber kepercayaan), pathos (imbauan emosional), dan logos (imbauan logis).Komponen-kompanen ethos adalah competence (kemampuan), integrity (kejujuran), dan good will (tenggang rasa). Sedangkan faktor-faktor pendukung ethos adalah persiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan.
Komunikator Humanistik
Komunikator Humanistik adalah diri seseorang yang unik dan otonom, dengan proses mental mencari informasi secara aktif, yang sadar akan dirinya dan keterlibatannya dengan masyarakat, memiliki kebebasan memilih, dan bertanggung jawab. Sedangkan ciri-ciri komunikator humanistik adalah berpribadi, unik, aktif, sadar diri, dan keterlibatan sosial.
Ketika manusia melihat atau mengalami suatu peristiwa, akan terdorong naluri ingin tahunya, ia pun akan bertanya: apakah ini? Dari mana datangnya?Apa sebabnya demikian? Mengapa demikian? Manusia yang semula tidak tahu, ia akan berusaha untuk mencari tahu kemudian mencari tahu, hingga keingintahu nya terpenuhi. Jika keingintahuannya terpenuhi, sementara waktu ia akan merasa puas. Namun, masih banyak hal yang mengelilingi manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, ada atau yang mungkin ada, yang berarti masih harus diuji kebenarannya. Hal ini kembali mendorong naluri ingin tahu, membuat pertanyaan lain yang yang terus bermunculan.
Terdapat dua cara manusia untuk tahu, yaitu bertanya kepada manusia lain atau bertanya pada diri sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri. Makin lanjut usia seseorang, kemampuan menyelidiki sendiri akan semakin besar, dan akan membuat hasil tahunya menjadi lebih banyak, lebih luas, dan lebih dalam. Semakin banyak dan dalam yang diketahui, ia akan semakin ingin tahu. Sepanjang hidup, naluri ingin tahu akan mendorong manusia untuk terus mencari tahu. Dengan demikian, naluri ingin tahu dapat diartikan sebagai dorongan alamiah yang dibawa manusia sejak lahir untuk mencari tahu tentang segala sesuatu, termasuk hal diri sendiri, dan baru akan berhenti di akhir kesadaran manusia pemiliknya.
Ada dua kemungkinan yang terjadi ketika manusia mencari tahu, bahwa yang didapat adalah tahu yang benar atau tahu yang keliru.Manusia tidak suka dengan kekeliruan, dimana semata-mata mereka ingin mencari tahu yang benar, membuat kebenaran sangat berarti bagi setiap manusia.
Sebelum mengetahui, manusia terlebih dahulu melihat, mendengar, serta merasa segala yang ada di sekitarnya.Segala yang dilihat, didengar, dan dirasa itulah yang merangsang naluri ingin tahu seseorang. Sepanjang hidupnya, manusia akan dirangsang alam sekitarnya untuk tahu. Hal utama yang terkena rangsang adalah panca indera, yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran, serta pengecapan. Hasil persentuhan alam dengan panca indra disebut peng-ALAM-an (pengalaman).
Ketika tersentuh rangsang, manusia akan bereaksi. Namun, pengalaman semata-mata tidak membuat seseorang menjadi tahu.Pengalaman hanya memungkinkan seseorang menjadi tahu.Hasil dari tahu disebut penge-TAHU-an (pengetahuan).Pengetahuan ada jika demi pengalamannya, manusia mampu mencetuskan pernyataan atau putusan atas objeknya. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat memberi pernyataan atau putusan demi pengalamannya dikatakan tidak berpengetahuan.
Manusia yang tahu dikatakan berpengetahuan.Sebagaimana dikatakan sebelumnya, pengetahuan adalah hasil dari tahu. Contoh, jika seseorang tahu bahwa rambut Heryanto beruban, artinya ia mengakui hal ”uban” terhadap ”rambut Heryanto”. Ia mengakui sesuatu terhadpa sesuatu. Ia membuat sesuatu, atau dalam filsafat disebut putusan. Jadi, pernyataan atau putusan adalah pengakuan sesuatu terhadap sesuatu.
Orang yang tidak tahu tidak dapat membuat putusan, tidak dapat mengakui apapun, tidak dapat memberi pernyataan, mengetahui sesuatu atas sesuatu. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat membuat putusan dikatakan tidak tahu. Oleh karena itu, untuk dikatakan tahu orang harus sadar bahwa ia tahu, dibuktikan dengan kemampuannya membuat keputusan. Namun, keputusan tidak selamanya harus dicetuskan secara verbal, mungkin hanya tersimpan di hati manusianya saja.
Telah dikemukakan, tahu hendak mencakup objeknya.Apabila pengetahuan tidak sesuai dengan objeknya, maka disebut keliru.Sebaliknya, jika sesuai dengan objek, pengetahuannya dikatakan benar.Persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya dinamakan kebenaran. Ketika kita memberi putusan tentang Intan, ”Oh, saya tahu, Intan itu yang berambut pendek, gemuk, kulitnya hitam kan?” Nyatanya, Intan tidak berambut pendek, gemuk, dan berkulit hitam.Artinya, terdapat ketidak sesuaian antara tahu dan objeknya.Maka, dikatakan bahwa kita keliru. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan objek, yaitu pengetahuan objektif: adanya persesuaian antara tahu dengan objeknya.
Karena suatu objek memiliki banyak aspek, sulit untuk mencakup keseluruhannya. Artinya, akan sulit untuk mencapai seluruh kebenaran. Minimal pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan aspek yang diketahuinya. Jika seseorang tidak tahu tentang salah satu aspek dari suatu objek, ia bukan keliru melainkan dikatakan bahwa pengetahuannya tidak lengkap. Kekeliruan baru terjadi jika manusia mengira tahu tentang satu aspek, tetapi aspek itu tidak pada objeknya.Contohnya, dinyatakan bahwa Intan gemuk nyatanya tidak gemuk.
6. Manusia Sebagai Mahluk Simbolik
Manusia adalah makhluk sosial.Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan masyarakat umum tentang definisi manusia. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum.
Dalam komunikasi dikenal sebuah teori tentang interaksi manusia, yaitu teori interaksi simbolik.Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas manusia, yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna.Interaksi simbolik berasal dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931).Mead membuat pemikiran orisinal, yaitu “The Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal Teori Interaksi Simbolik.Teori ini juga sering disebut dengan Mazhab Chicago, karena Mead tinggal di Chicago selama kurang lebih 37 tahun.
Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini mengatakan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Teori interaksi simbolik ini memiliki tujuh prinsip sebagai berikut:
1) Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir. Manusia dan hewan adalah makhluk hidup, tetapi manusia diberkahi dengan kemampuan berpikir, sedangkan hewan tidak.Oleh sebab itu, setiap manusia dapat berinteraksi dengan hal-hal di sekelilingnya dengan menggunakan aturan seperti saat seseorang melakukan kesalahan kepada orang lain, dia harus meminta maaf kepada orang tersebut.Akan tetapi, hewan tidak perlu meminta maaf kepada hewan lainnya ketika melakukan kesalahan, karena hewan tidak memiliki akal untuk berpikir bahwa mereka harus berinteraksi dengan hewan lainnya dengan menggunakan aturan.
2) Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang memang sudah diberikan oleh sang pencipta, tetapi kemampuan berpikir manusia tersebut dapat terbentuk dan semakin berkembang melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi, manusia menggunakan akal mereka untuk memahami hal-hal yang ada di sekeliling mereka dan melalui pemahaman tersebut kemampuan berpikir manusia terbentuk dan semakin berkembang.
3) Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yaitu berpikir. Manusia berpikir untuk menginterpretasi makna dari simbol-simbol yang mereka temukan dalam kehidupan mereka.
4) Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas manusia. Makna dan simbol yang telah diinterpretasi melalui berpikir oleh manusia kemudian dilanjutkan dengan tindakan dan interaksi-interaksi selanjutnya yang kemudian menjadi kebiasaan manusia dalam sehari-harinya.
5) Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi. Dengan berpikir pula, manusia kemudian tidak hanya menginterpretasi makna dan simbol dalam kehidupan mereka, tetapi juga memodifikasi atau mengubah makna dan simbol tersebut, atau bahkan menciptakan simbol-simbol mengenai hal-hal yang ada di sekeliling mereka.
6) Manusia mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.
7) Pola-pola tindakan dan interaksi yang berkelanjutan ini membentuk kelompok dan masyarakat. Kelompok masyarakat ini lalu membuat kesepakatan atas hal-hal yang ada di sekeliling mereka mengenai simbol-simbol dan maknanya yang kemudian mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk simbolik.
Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol.Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol.Simbol-simbol yang dimaksud disini bukan sekedar simbol-simbol tak bermakna, tetapi hal-hal tersebut memiliki makna masing-masing dan tidak satupun simbol yang tercipta tanpa memiliki makna tersendiri.Misalnya, warna merah dan warna putih pada bendera Indonesia, warna merah pada bendera tersebut dianggap sebagai simbol keberanian dan warna putih dianggap sebagai simbol kesucian.
Simbol merupakan salah satu bagian dari semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanda.Semiotika ini pertama kali diprkenalkan oleh dua filsuf bahasa yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Pierce. Menurut Saussure, setiap tanda itu terbagi atas dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut pendapatnya, tanda merupakankesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Sedangkan menurut Pierce, semiotika terbagi atas tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon merupakan hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa hubungan kemiripan, seperti sebuah foto dan orangnya.Indeks merupakan hubungan antara tanda dengan acuannya yang timbul karena adanya kedekatan eksistensi, seperti sebuah tiang penunjuk jalan dan sebuah gambar panah penunjuk arah. Indeks juga dapat menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yanf bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya adanya asap karena ada api. Simbol merupakan hubungan yang berbentuk konvensional, yaitu suatu tanda merupakan suatu hasil kesepakatan masyarakat.
Manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik karena dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering menggunakan simbol-simbol.Salah satu contoh penggunaan simbol dalam kehidupan sehari-hari adalah simbol-simbol pada peraturan lalu lintas, misalnya lampu lalu lintas atau lebih sering disebut lampu merah oleh masyarakat luas yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan hijau.Warna-warna tersebut masing-masing memiliki makna tersendiri yakni warna merah yang memerintahkan para pengguna jalan untuk berhenti, warna kuning yang memerintahkan untuk berhati-hati, dan lampu hijau yang memerintahkan untuk kendaraan jalan.
Lampu lalu lintas ini diciptakan oleh penemunya Garrett Augustus Morgan setelah ia melihat tabrakan antara mobil dan kereta kuda pada suatu hari yang kemudian membuatnya berpikir untuk membuat sesuatu yang dapat mengatur lalu lintas yang lebih aman dan efektif. Sebenarnya pada saat itu, telah ada suatu sistem pengaturan lalu lintas dengan sinyal stop and go. Sinyal lampu ini pernah digunakan di London pada tahun 1863.Namun, pada penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi.Berdasarkan pengalamannya tersebut Morgan kemudian menciptakan suatu pengatur lalu lintas yang terdiri dari tiga jenis warna, yaitu merah, kuning, dan hijau.
Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya.Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu.Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan.Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari.Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar.
Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat dikatakan bahwa manusia dalam menggunakan atau menciptakan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka berasal dari pengalaman hidup mereka. Seperti Garrett Augustus Morgan yang menciptakan lampu lalu lintas setelah melihat kecelakaan lalu lintas.Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik.
Pernyataan manusia sebagai makhluk simbolik membuat salah satu sarjana feminis Luce Irigaray menempatkan dunia simbolik dalam kehidupan manusia pada lapis puncak piramida dalam abstraksi piramidal yang dibuatnya.Abstraksi piramidal tersebut terdiri atas dunia biologis pada lapis pertama, kemudian dunia sosial dan budaya pada lapis tengah.
Dunia biologis ditempatkan pada lapis pertama, karena menurut Irrigaray jika dilihat dari sisi biologis semua manusia memiliki kesetaraan, dan hal tersebut tidak menimbulkan konflik dalam diri manusia sehingga perbedaan biologis dalam diri manusia adalah sesuatu yang bersifat statis.Perempuan dan laki-laki telah memiliki perannya masing-masing.
Kemudian dunia sosial dan budaya ditempatkan pada lapis kedua. Menurut Irigaray, dalam dunia sosial dan budaya manusia mulai menemukan konflik di dalamnya. Perempuan dan laki-laki dal
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong