KOMUNIKASI GENDER
Gorontalo : Pagi ini ketika saya lagi di ajak oleh ayah saya untuk ke kebun pada pagi hari, saya sempat melihat wanita ini lagi duduk di depan rumahnya sambil menyusun rotan hingga menjadi satu. Saya pun merasa tertaik dan memutuskan untuk berbincang-bincang sepintas dengan ibu tersebut yang akhirnya saya ketahui bernama Dina.
Ibu Dina berasal dari Gorontalo dan dia menikah dengan suaminya dan ikut dengannya sampai Kabupaten Gorontalo ini, ia mempunyai 1 anak, anaknya yang pertama masih duduk di bangku sekolah dasar tepatnya kelas 2 SMP, dan kami berbicara mengenai kenapa dia harus meyusun rotan yang begitu banyak. Ini adalah percakapan saya dengannya :
Saya : “ Bu buat apa rotan sebanyak ini ? “
Ibu Dina : “ saya lagi menyusun rotan ini karena saya mau membuat kursi dari rotan, kandang ayam , dan ayunan , tapi saya harus menyusunnya dulu biar terlihat rapih.
Saya : “ kenapa ibu melakukan perekerjaan ini sendirian ? “
Ibu Dina : “ karena saya dan suami berbagi pekerjaan, saya yang menghaluskan rotan ini dan suami saya yang mengantarnya ke pasar yang terdekat.
Saya pun ingin pun tidak heran kenapa ibu Dina melakukan pekerjaan ini. ibu Dina ingin membantu suaminya untuk bekerja untuk menghidupi anak semata wayangnya . seharusnya pekerjaan yang berat ini di lakukan oleh seorang laki-laki tetapi ibu Dina membuktikan pekerjaan laki-laki yang cukup berat bisa di lakukan wanita termaksut ibu Dina, saya pun pamitan kepada ibu Dina harus membawa rotan kepada suaminya untuk di antar ke pasar terdekat.
Gorontalo : Pagi ini ketika saya melakukan aktivitas saya sehari-hari yaitu berjalan santai sambil menghirup segarnya udara pagi, saya sempat tertegun ketika melihat seorang ibu ibu yang saya perkirakan berumur sekitar 40an membawa sejenis bakul/tempat untuk menyaring beras yang sangat banyak jumlahnya! Saya pun merasa tertarik dan memutuskan untuk berbincang-bincang sepintas dengan ibu tersebut yang akhirnya saya ketahui bernama Ani.
Ibu Ani berasal dari Gorut dan dia akhirnya menikah dengan suaminya dan ikut dengannya sampai ke Kota Gorontalo ini, ia mempunyai dua anak, yang satu sudah SMA dan yang satu masih SMP, kami pun berbicara mengenai kenapa dia membawa bakul sebanyak itu hanya seorang diri dan inilah sekilas percakapan saya dengannya :
Saya: “Bu kenapa ibu hanya membawa bakul ini seorang diri?”
Ibu Ani : “Sebetulnya nak biasanya suami sayalah yang biasa membawa benda-benda ini untuk dijual ke pasar tapi biasanya ia juga membawanya ke seorang eksportir yang biasa membeli dan menjualnya lagi,namun suami saya meninggal karena wabah penyakit 3 tahun yang lalu, sejak itupun saya akhirnya menggantikan suami saya sebagai tulang punggung dari keluarga saya. Memang awalnya terasa berat menggantikan pekerjaan seorang lelaki namun akhirnya saya pun mulai terbiasa seperti ini.”
Saya pun takjub dengan jawaban ibu Ani, ibu Ani tetap tegar dengan pekerjaannya walaupun dia sadar bahwa pekerjaannya tidaklah mudah dan biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki dan akhirnya sambil membawa sebagian bakul yang dibawanya kami pun akhirnya sampai di rumah seorang eksportir yang biasa membawa barang-barang dagangan menuju ke pasar ataupun dijual berkeliling dengan truk pick up yang sederhana. Dan kamipun berpamitan untuk kembali ke rumah kami masing-masing.
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong