lanjutan Etika dan Filsafat komunikasi
6. Manusia sebagai makhluk simbolik
Konsep & teori :
Dalam kehidupan sehari - hari kita sebagai manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya agar tetap eksis di dunia. Dengan berhubungan tersebut kita menggunakan berbagai bentuk komunikasi baik verbal ataupun non verbal.
Sebagai contoh para politisi yang memenangkan pemilu mereka terlihat wajahnya sumringah dan segar berseri - seri dapat di artikan kalau mereka bahagia, lain lagi bagi mereka yang kalah menjadi depresi dan seperti salah satu kader partai GERINDRA di bali yang langsung meninggal terkena serangan jantung tatkala mengetahui pereolehan suaranya jeblok. Itu semua merupakan simbol atau lambang bahwa dari raut wajah mereka kita bisa mengetahui bagaimana suasana hati dan kondisi mereka.
Dalam keseharian kita menggunkan seragam yang menjadi identitas kita bahwa kita bekerja pada perusahaan pendidikan semisal BINUS, mahasiswa menggunakan celana jeans dan kaos T-shirt yang bisa di artikan sebagai jiwa muda sporty dan fresh, sebagai pengguna internet memiliki account facebook merupakan trend terkini yang bisa di artikan menjadi tidak ketinggalan jaman. Di sini simbol - simbol dipergunakan dalam kehidupan kita sebagai manusia. Dan salah satu kelebihan manusia dari hewan adalah kemampuan kita menggunakan simbol - simbol tersebut dalam kehidupan sehari - hari
Jadi manusia adalah makhluk yang selalu menggunakan simbol dan simbol untuk menjaga eksistensinya, dari masa - ke masa siimbol selalu berubah sesuai budaya lingkungan dan daerah dimana simbol itu terdapat.
Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan masyarakat umum tentang definisi manusia. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum.
Dalam komunikasi dikenal sebuah teori tentang interaksi manusia, yaitu teori interaksi simbolik. Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas manusia, yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksi simbolik berasal dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal, yaitu “The Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal Teori Interaksi Simbolik. Teori ini juga sering disebut dengan Mazhab Chicago, karena Mead tinggal di Chicago selama kurang lebih 37 tahun.
Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini mengatakan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Teori interaksi simbolik ini memiliki tujuh prinsip sebagai berikut:
1) Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir. Manusia dan hewan adalah makhluk hidup, tetapi manusia diberkahi dengan kemampuan berpikir, sedangkan hewan tidak. Oleh sebab itu, setiap manusia dapat berinteraksi dengan hal-hal di sekelilingnya dengan menggunakan aturan seperti saat seseorang melakukan kesalahan kepada orang lain, dia harus meminta maaf kepada orang tersebut. Akan tetapi, hewan tidak perlu meminta maaf kepada hewan lainnya ketika melakukan kesalahan, karena hewan tidak memiliki akal untuk berpikir bahwa mereka harus berinteraksi dengan hewan lainnya dengan menggunakan aturan.
2) Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang memang sudah diberikan oleh sang pencipta, tetapi kemampuan berpikir manusia tersebut dapat terbentuk dan semakin berkembang melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi, manusia menggunakan akal mereka untuk memahami hal-hal yang ada di sekeliling mereka dan melalui pemahaman tersebut kemampuan berpikir manusia terbentuk dan semakin berkembang.
3) Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yaitu berpikir. Manusia berpikir untuk menginterpretasi makna dari simbol-simbol yang mereka temukan dalam kehidupan mereka.
4) Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas manusia. Makna dan simbol yang telah diinterpretasi melalui berpikir oleh manusia kemudian dilanjutkan dengan tindakan dan interaksi-interaksi selanjutnya yang kemudian menjadi kebiasaan manusia dalam sehari-harinya.
5) Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi. Dengan berpikir pula, manusia kemudian tidak hanya menginterpretasi makna dan simbol dalam kehidupan mereka, tetapi juga memodifikasi atau mengubah makna dan simbol tersebut, atau bahkan menciptakan simbol-simbol mengenai hal-hal yang ada di sekeliling mereka.
6) Manusia mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.
7) Pola-pola tindakan dan interaksi yang berkelanjutan ini membentuk kelompok dan masyarakat. Kelompok masyarakat ini lalu membuat kesepakatan atas hal-hal yang ada di sekeliling mereka mengenai simbol-simbol dan maknanya yang kemudian mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk simbolik.
Pemahaman ïŠ
Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol. Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimaksud disini bukan sekedar simbol-simbol tak bermakna, tetapi hal-hal tersebut memiliki makna masing-masing dan tidak satupun simbol yang tercipta tanpa memiliki makna tersendiri. Misalnya, warna merah dan warna putih pada bendera Indonesia, warna merah pada bendera tersebut dianggap sebagai simbol keberanian dan warna putih dianggap sebagai simbol kesucian.
Simbol merupakan salah satu bagian dari semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika ini pertama kali diprkenalkan oleh dua filsuf bahasa yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Pierce. Menurut Saussure, setiap tanda itu terbagi atas dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut pendapatnya, tanda merupakankesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Sedangkan menurut Pierce, semiotika terbagi atas tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon merupakan hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa hubungan kemiripan, seperti sebuah foto dan orangnya. Indeks merupakan hubungan antara tanda dengan acuannya yang timbul karena adanya kedekatan eksistensi, seperti sebuah tiang penunjuk jalan dan sebuah gambar panah penunjuk arah. Indeks juga dapat menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yanf bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya adanya asap karena ada api. Simbol merupakan hubungan yang berbentuk konvensional, yaitu suatu tanda merupakan suatu hasil kesepakatan masyarakat.
Manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik karena dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering menggunakan simbol-simbol. Salah satu contoh penggunaan simbol dalam kehidupan sehari-hari adalah simbol-simbol pada peraturan lalu lintas, misalnya lampu lalu lintas atau lebih sering disebut lampu merah oleh masyarakat luas yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan hijau. Warna-warna tersebut masing-masing memiliki makna tersendiri yakni warna merah yang memerintahkan para pengguna jalan untuk berhenti, warna kuning yang memerintahkan untuk berhati-hati, dan lampu hijau yang memerintahkan untuk kendaraan jalan.
Lampu lalu lintas ini diciptakan oleh penemunya Garrett Augustus Morgan setelah ia melihat tabrakan antara mobil dan kereta kuda pada suatu hari yang kemudian membuatnya berpikir untuk membuat sesuatu yang dapat mengatur lalu lintas yang lebih aman dan efektif. Sebenarnya pada saat itu, telah ada suatu sistem pengaturan lalu lintas dengan sinyal stop and go. Sinyal lampu ini pernah digunakan di London pada tahun 1863. Namun, pada penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi. Berdasarkan pengalamannya tersebut Morgan kemudian menciptakan suatu pengatur lalu lintas yang terdiri dari tiga jenis warna, yaitu merah, kuning, dan hijau.
Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu. Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan. Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari. Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar.
Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat dikatakan bahwa manusia dalam menggunakan atau menciptakan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka berasal dari pengalaman hidup mereka. Seperti Garrett Augustus Morgan yang menciptakan lampu lalu lintas setelah melihat kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik.
Pernyataan manusia sebagai makhluk simbolik membuat salah satu sarjana feminis Luce Irigaray menempatkan dunia simbolik dalam kehidupan manusia pada lapis puncak piramida dalam abstraksi piramidal yang dibuatnya. Abstraksi piramidal tersebut terdiri atas dunia biologis pada lapis pertama, kemudian dunia sosial dan budaya pada lapis tengah.
Dunia biologis ditempatkan pada lapis pertama, karena menurut Irrigaray jika dilihat dari sisi biologis semua manusia memiliki kesetaraan, dan hal tersebut tidak menimbulkan konflik dalam diri manusia sehingga perbedaan biologis dalam diri manusia adalah sesuatu yang bersifat statis. Perempuan dan laki-laki telah memiliki perannya masing-masing.
Kemudian dunia sosial dan budaya ditempatkan pada lapis kedua. Menurut Irigaray, dalam dunia sosial dan budaya manusia mulai menemukan konflik di dalamnya. Perempuan dan laki-laki dalam konteks sosial dan budaya sering kali menampakkan diri mereka dengan cara yang berbeda. Pendapat masyarakat umumpun mengenai posisi perempuan dan laki-laki dalam konteks sosial dan budaya berbeda. Misalnya, pada acara adat dalam masyarakat Bugis. Perempuan dan laki-laki pasti menempatkan diri mereka masing-masing dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya pasti berbeda.. Sehingga dalam konteks sosial dan budaya, perbedaan jender dalam diri manusia mulai ditampakkan yang dapat menyebabkan adanya konflik dalam diri manusia. Konflik tersebut dapat saja muncul ketika salah satu dari mereka ada yang menempatkan diri di tempat yang tidak seharusnya. Contohnya, seorang laki-laki yang mengambil alih tugas perempuan.
Selanjutnya, dalam dunia simbolik yang ditempatkan oleh Irigaray pada lapis puncak piramida, posisi perempuan dal laki-laki semakin nampak perbedaannya. Dalam dunia simbolik, Irigaray mengatakan bahwa tubuh lelaki dipersepsi dan diekspresikan sebagai tubuh yang mewakili kualitas Tuhan (the Authority Principle of God) dan tubuh perempuan dianggap mewakili kualitas pemberontakan setan (the Rebellious Principle of Satan). .oleh sebab itu, Irigaray menempatkan dunia simbolik ini pada puncak abstraksi piramidal yang dibuatnya. Melalui hal ini, Irigaray juga menunjukkan bahwa hal tersebutlah yang menjadi penyebab timbulnya kekerasan terhadap perempuan. Selain itu, dalam beberapa kebudayaan, simbol-simbol akan kebutuhan laki-laki diekspresikan melalui tubuh perempuan.
Melalui abstraksi piramidal ini, Irigaray ingin menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk biologis memiliki kesetaraan dan perempuan dan laki-laki sudah memiliki peran mereka masing-masing. Sehingga, perempuan dan laki-laki tidak perlu bersaing dan menimbulkan konflik di antara mereka. Kemudian, manusia sebagai makhluk sosial dalam konteks sosial dan budaya harus melakukan interaksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-harinya. Akan tetapi, dalam konteks tersebut, manusia biasanya menemui konflik dengan sesamanya karena adanya perbedaan pendapat di antara mereka dalam interaksinya. Lalu, manusia sebagai makhluk simbolik merupakan puncak dari adanya konflik-konflik antar manusia, terutana antar perempuan dan laki-laki yang dapat menyebabkan adanya kekerasan terhadap perempuan.
Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.
Seorang penyair yang mengagumi sekuntum bunga, akan mengeluarkan pernyataan lewat bahasa “alangkah indahnya bunga ini”, ataukah seorang polisi lalau lintas yang tidak bisa berdiri terus dipersimpangan jalan, peranannya dapat digantikan lewat rambu-rambu jalan atau lampu pengatur lalu-lintas (traffic light). Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.
Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.
Referensi :
A presentation by Afril Wibisono on Filsafat Etika Komunikasi course for Bina Nusantara – 2011
Daftar Pustaka
Effendy, O. U . 2003. Teori, Ilmu, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu: Telaah Sitematis Fungsional Komparatif. Yogyakarta: Rake Sarasin
Mulyana, D. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rakhmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syam, Nina W. 2010. Filasafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Etika dan Filsafat komunikasi
NAMA : CINDRIANI ISMAIL
NIM : 291 414 052
KELAS : B ( ILMU KOMUNIKASI )
M.K : ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
1. PENGANTAR FILSAFAT
2. FILSAFAT & ILMU KOMUNIKASI
3. KEBENARAN
4. HAKIKAT FILSAFAT
5. TEMA POKOK DALAM ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SIMBOLIK
1. Pengantar filsafat
Konsep & Teori :
Philosophy (filsafat) berasal dari bahasa yunani, dari kata filosofia filein yang berarti cinta dan sofia berarti bijak. Jadi, filsafat berarti mencintai kebijakan. Philosopher berarti pecinta kebijakan.
Filsafat berasal dari Yunani, persisnya miletos di Asia minor. Yang banyak dikembangkan saat itu adalah filosofinya Anaximandros dan Anaximanes. Baru kemudian filsafat masuk ke dalam basis ilmu pengetahuan karena hasil kerja keras Heracleitos, Parmanides, Zeno dan Democritos. Figur filsafat terkenal adalah Socrates dan Plato.
Filsafat adalah ibunya para ilmu. Intinya, ketika ilmu menemukan masalah, maka harus kembali kepada filsafat untuk memecahkan masalah.
Filsafat bertanya dari berbagai macam sudut, sebagai keseluruhan, memperhatikan inti/pokoknya, dan mencari apa sebab-sebab terdalamnya.
Menurut Descrates filsafat adalah ilmu-ilmu praktis yang bermanfaat dan berguna untuk menyumbangkan kedamaian, dan kesejahteraan manusia. Itulah sebabnya filsafat di sebut sebagai ibu, sumber dan akar dari segala ilmu pengetahuan yang ada. Filsafat merangkum dan mengintegrasikan semua pengetahuan manusia. Karena pada zaman yunani hingga abad 19 filsuf adalah juga seorang ilmuan.
Mengapa filsafat penting?
Karena dunia sekarang ini semakin ditentukan oleh IPTEK. Hampir dalam segala hal, mulai dari pola pikir, cara hidup dan kebutuhannya. Dapat dikatakan bahwa teknologi itu sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Akibatnya muncul berbagai praktek pendewaan terhadap ilmu pengetahuan.pada abad 18-19 muncul aliran scienticum (saintisme) yaitu ideologi berlebihan. Idiologi ini meyakini bahwa IPTEK adalah satu-satunya jalan kebenaran. Maka diluar yang sifatnya ilmiah, tidak benar dan harus dibasmi.
Kapan manusia mulai berfilsafat?
Filsafat bermula dari sebuah pertanyaan. Ada beberapa hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat yaitu:
1. Ketakjuban. Ketika manusia takjub terhadap peristiwa-peristiwa alam, gaib dan segala sesuatu yang memungkinkan manusia untuk kagum. Bagi plato pengamatan terhadap bintang-bintang, matahari, dan langit merangsang manusia untuk melakukan penelitian. Pandangan ini semakin diperjelas oleh Aristoteles, menurutnya karena takjub manusia mulai berfilsafat. Sementara bagi Immanuel Kant (abad 18) bukan hanya takjub terhadap alam ini, melainkan juga terpukau memandang hukum moral dalam hatinya, sebagaimana tertulis di batu nisan kuburannya : coelum stellatum supra me, lex moralis intra me (bintang di langit di atasku, tapi hukum moral ada di bawahku)
2. Ketidakpuasan. Manusia tidak puas akan jawaban dari mitos-mitos terhadap segala pertanyaanya. Maka manusia mulai mencari jawaban yang meyakinkan dirinya dan bersifat pasti. Akhirnya lambat laun manusia mulai berpikir secra rasional. Akibatnya akal budi mulai berperan, maka lahirlah filsafat.
3. Hasrat bertanya. Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diwujudkan itu tidak hanya sekedar terarah pada wujud sesuatu, melainkan juga terarah pada dasar dan hakikatnya. Inilah salah satu yang menjadi ciri khas filsafat. Mempertanyakan segala sesuatu dengan cara berpikir radikal, sampai ke akar-akarnya, tetapi juga bersifat universal.
4. Keraguan. Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh kejelasan yang pasti pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan tentang adanya atau apriori (keraguan atau ketidakpuasan dan kebingungan) di pihak manusia yang bertanya, keraguan ini merangsang manusia untuk terus bertanya. Kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.
Dasar-dasar filsafat
ï‚§ Filsafat di mulai dan di akhiri dengan petanyaan.
ï‚§ Filsafat identik dengan perilaku bertanya pada diri sendiri terus menerus
ï‚§ Filsafat tidak menerima kebenaran yang selesai
ï‚§ Filsafat selalu terlihat kritis/skeptis
ï‚§ Filsafat terus mencari kebenaran dengan terus bertanya
Pemahaman ïŠ
Bila orang telah banyak membaca atau mempelajari filsafat, orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konotasi filsafat yang ditangkapnya. Begitu juga dengan Langeveld ia berpendapat: “setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu; dan semakin dalam ia berfilsafat ia akan semakin mengerti apa filsafat itu”.
Seringkali kita mendengar orang yang berkata: “Apa itu filsafat?”. Pertanyaan tersebut memang sulit dijawab secara singkat, namun menurut Sonny dan Mikhael, dengan mengajukan pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa kita sedang berfilsafat. Dengan jawaban sederhana tersebut bisa difahami bahwa filsafat itu adalah sebuah sikap mempertanyakan tentang segala sesuatu. Memang pada akhirnya pertanyaan itu akan menemukan jawabannya, tetapi jawaban ini selalu dipertanyakan lagi. Karena itulah filsafat sering dianggap sebagai sesuatu yang bermula dari sebuah pertanyaan dan diakhiri dengan pertanyaan pula. Dengan kata lain, filsafat adalah sebuah sistem pemikiran yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat adalah sebuah tanda tanya dan bukan sebuah tanda seru. Filsafat adalah pertanyaan yang bukan pernyataan.
Sebenarnya masih banyak definisi, konsepsi, dan interpretasi mengenai filsafat dari berbagai ahli yang merumuskan bahwa filsafat berhubungan dengan bentuk kalimat yang logis dari bahasa keilmuan, dengan penilaian, dengan perbincanag kritis, praanggapan ilmu, atau dengan ukuran baku tindakan.
Setiap Filsuf dan suatu aliran filsafat membuat perumusannya masing-masing agar cocok dengan kesimpulannya sendiri.
Berbagai perumusan itu tidak dapat dikatakan bahwa yang satu salah dan yang lainnya benar. Manpaknya semua perumusan itu sama benarnya karena masing-masing melihat dari salah satu pokok persoalan, permasalahan, titik berat, segi, tujuan atau metode yang dianut oleh seorang filsuf atau suatu aliran filsafat. Oleh karena itu perbedaan definisi dan rumusan tentang filsafat itu disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada tokoh-tokoh itu sendiri karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan itu juga dapat muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat.
Dalam mempelajari filsafat, proses memahami adalah suatu proses yang diawali dengan adanya sikap empati, yaitu suatu i’tikad untuk mendengarkan dengan sabar. Dengan begitu permasalahan akan mudah dipahami. Filsafat memberikan dasar-dasar pemahaman tentang pengetahuan, karenanya filsafat juga merukan satu jenis pengetahuan yang terbuka. Maksudnya terbuka untuk dipahami, karena memang sifatnya memahamkan. Dan juga terbuka untuk kritik jika ternyata tidak dapat dipahami pola pikirnya,lebih-lebih jika memang salah. Sesuatu dapat disebut pengetahuan jika ia memberi pemahaman, sehingga bisa diterima. Dengan kata lain adalah sebuah “teori kebenaran”. Terdapat tiga teori tentang kebenaran pengetahuan yaitu koherensi, pengetahuan yang diperoleh dengan mengikuti hukum-hukum logika. Tidak terdapat pertentangan dalam dirinya dan pengetahuan yang lalu. Korespondensi pengetahuan yang memilii kadar dengan realitas sebenarnya, prosesnya dengan mengikuti dinamika perkembangan fakta yang ada. Pragmatisme pengetahuan dengan kadar kebenaran pragmatisme, benar jika membawa akibat praktis.
Filsafat adalah satu bidang pengetahuan yang mengungkap kegiatan berpikir. Sehingga seseorang bisa mendapatkan penngetahuan tentang sesuatu sekaligus memahami tentang proses pengetahuannya itu.
Kemudian menyangkut filsafat dan
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, dimana pun dan kapan pun itu pasti memerlukan orang lain untuk berlangsungnya kehidupan. Komunikasi adalah alat untuk berinteraksi antara manusia satu dengan yang lainnya. Manusia dan komunikasi merupakan dua hal yang saling berhubungan, karena tanpa adanya komunikasi menusia tidak mungkin akan bisa berinteraksi dengan manusia lain, baik itu melalui komunikasi verbal maupun non verbal. Dengan kata lain manusia dan komunikasi tak ubahnya seperti pasangan yang tidak bisa dipisahkan karena saling membutuhkan satu sama lain.
Dengan adanya komunikasi, manusia bisa leluasa menumpahkan apa yang ingin mereka lakukan. Misalnya menyelesaikan masalah-masalah antar pribadi dan antar kelompok. Komunikasi merupakan penyambung manusia untuk melakukan semua kegiatannya baik itu kegiatan yang bersifat positif ataupun negative. Apa jadinya jika dalam hidup ini tidak ada komunkasi? Dan apa jadinya jika dalam hidup ini tidak ada manusia? Jika salah satu dari keduanya tidak ada mungkin kehidupan ini pun tidak akan pernah ada. Jadi hubungan komunikasi dan manusia sangat erat, tidak mungkin keduanya terpisahkan karena saling ketergantungan.
Filsafat secara operasional (prosesnya)
Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah “cara berfilsafat”, maka filsafat adalah renungan yang mendalam (radikal) dan menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan metodis dan sudah tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya.
Filsafat dibahas dari sudut isinya (materinya)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari metodologi serta hakekat kebenaran dan nilai dari ihwal terutama tentang manusia dan segala cita-citanya, dengan lingkungannya, agamanya, kehidupannya, ideologinya, hakekat dirinya dan lain-lain.
Filsafat mengenai nilai ada 3 bagian, yaitu : a) Aksiologi: yaitu filsafat tentang “nilai pada umumnya” misalnya : nilai tujuan filosofis suatu negara dan cara kerja yang memperhatikan nilai-nilai tertentu; b) Etika: yaitu filsafat tingkah laku disebut The Philosophy of Conduct ; c) Aestetika: yaitu filsafat keindahan disebut The Philosophy of Art.
3. Filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan
Ini merupakan “hasil” orang berfilsafat atau produk para filsuf dan para ahli pikir.
4. Filsafat menurut para filsuf
Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Berikut pengertian filsafat menurut para ahli:
Ø Plato (428-348 SM): Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Ø Aristoteles ((384–322 SM): Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yangterkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Ø Imanuel Kant (1724–1804): Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya.
Ø Al-Farabi: Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Ø Prof. Mr.Muhammad Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dimyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gajala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta filsafat mempersoalkan soal-soal etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik epistemologhy/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia dan lain-lain.
Layaknya seperti ilmu pengetahuan, filsafat juga mempunyai metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat. selain itu juga filsafat mempunyai objek yang sistematika/struktur. Tidak kalah pentingnya dengan cabang ilmu pengetahuan. Filsafat juga mempunyai manfaat dalam mempelajarinya.
2. Filsafat dan ilmu komunikasi
Konsep & teori :
1. Pemikiran Richard Lanigan
Karyanya yang berjudul “Communication Models in Philosophy, Review and Commentary” membahas secara khusus “analisis filsafati mengenai komunikasi”.
Mengatakan; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
- Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)
- Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)
- Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)
- Apakah aku benar ? (Am I right ?)
Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap :
- Metafisika;
- Epistemologi;
- Aksiologi; dan
- Logika
Metafisika; adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sbb :
1) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta;
2) Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;
3) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.
2. Pemikiran Stephen LittleJOHN
Materi – 7 : Heri Erlangga
Penelaahan terhadap teori dan proses komunikasi dengan membagi menjadi tiga tahap dan empat tema :
A. Tahap Metatheoritical;
Meta mempunyai beberapa pengertian :
- Berubah dalam posisi (changed in position);
- Di seberang, di luar atau melebihi (beyond);
- Di luar pengertian dan pengalaman manusia (trancending);
- Lebih tinggi (higher);
Teori menurut Wibur Schramm adalah “suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi dapat dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai tingkah laku”.
B. Tahap Hipotetikal;
Adalah tahap teori di mana tampak gambaran realitas dan pembinaan kerangka kerja pengetahuan.
C. Tahap Deskriptif;
Tahap ini meliputi pernyataan-pernyataan aktual mengenai kegiatan dan penemuan-penemuan yang berkaitan dengannya.
D. Tema Axiology (pertanyaan mengenai nilai).
Cabang Filsafat yang mengkaji nilai-nilai. Bagi pakar komunikasi, ada tiga persoalan aksiologis :
Apakah Teori Bebas Nilai ?
Ilmu klasik menganggap teori dan penelitian bebas nilai. Ilmu pengetahuan bersifat netral, berupaya memperoleh fakta sebagaimana tampak dalam dunia nyata.
Jika ada pendirian ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, karena karya peneliti dipandu oleh suatu kepentingan dalam cara-cara tertentu dalam melaksanakan penyelidikan.
Beberapa cendikiawan berpendapat bahwa teori tidak pernah bebas nilai dalam metode dan substansinya. Para ilmuwan memilih apa yang akan dipelajari, dan pemilihan itu dipengaruhi oleh nilai-nilai baik personal maupun institusional.
Sejauh mana pengaruh praktek penyelidikan terhadap obyek yang dipelajari ?
Titik pandang ilmiah menunjukan bahwa para ilmuwan melakukan pengamatan secara hati-hati, tetapi tanpa interferensi dengan tetap memelihara kemurnian pengamatan. Beberapa kritisi tetap berpendapat bahwa teori dan pengetahuan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
Sejauh mana ilmu berupaya mencapai perubahan sosial ?
Apakah para ilmuwan akan tetap objektif atau akan berupaya membantu perubahan sosial dengan cara-cara yang positif ? Peranan ilmuwan adalah menghasilkan ilmu, sarjana bertanggungjawab berkewajiban mengembangkan perubahan yang positif.
3. Pemikiran Whitney R. Mundt
Materi – 8 : Heri Erlangga
Berbeda dengan pemikiran yang lain, dalam karyanya ”Global Media Philosophies” menjelaskan keterpautan pemerintah dengan jurnalistik di mana keseimbangan kekuatan selalu bergeser. Pertanyaannya, dimana garis pemisah antara kebebasan dan pengawasan ?
Menurut MUNDT ;
- Dalam teori authoritarian pers adalah pelayan negara.
Peranannya tidak usah dipertanyakan, karena merupakan filsafat kekuasaan mutlak dari pemerintah suatu kerajaan.
Perintisnya adalah Hobbes, Hegel dan Machiavelli.
Negara-negara contohnya adalah Iran, Paraguay dan Nigeria.
- Teori libertarian, media tidak bisa tunduk kepada pemerintah, tetapi harus bebas otonom, bebas untuk menyatakan ideanya tanpa rasa takut diintervensi pemerintah.
Perintisnya adalah Locke, Milton dan Adam Smith.
Negara-negara contohnya adalah AS, Jepang dan Jerman Barat.
- Teori Social Responsibility, merupakan modifikasi atau perkembangan dari teori libertarian, tetapi berbeda dengan akarnya; fungsi pers adalah sebagai media untuk mendiskusikan konflik. Perbedaan lainnya ialah pers tanggungjawab sosial diawasi oleh opini komunitas, kegiatan konsumen dan etika profesional.
Beberapa negara cenderung menganut teori ini, termasuk AS.
- Teori Soviet Communist dikatakan bahwa pers Uni Soviet melayani partai yang sedang berkuasa dan dimiliki oleh negara.
Orang-orang soviet mengatakan bahwa persnya bebas untuk menyatakan kebenaran, sedangkan pers dengan apa yang dinamakan sistem liberal dikontrol oleh kepentingan bisnis.
Pemahaman ïŠ
Semua makhluk hidup pada dasarnya berkomunikasi, jangankan manusia yang diberkahi akal dan budi, binatang saja pada dasarnya melakukan komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring dengan diciptakannya manusia, dan manusia menggunakan komunikasi dalam rangka melakukan aktivitas sosialnya, karenanya manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi.
Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa inggris “communication” yang mempunyai akar dari bahasa latin “communicare” (Weekley, 1967:338). Kata “communicare” sendiri memiliki tiga kemungkinan arti, yaitu :
1. “Cum + Munnus”, berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah
2. “Cum + Munire”, yaitu membangun pertahanan bersama
Sedangkan secara epistimologis, terdapat ratusan uraian ekspirit (nyata) dan implisit (tersembunyi) untuk menggambarkan definisi komunikasi. Diantara ratusan definisi tersebut, diantaranya yaitu (lihat antara ruben, 1992: 11; R.Loose, 1999: 1; dan DeVito,1986:
1. Kominikasi adalah informasi yang disampaikan dari suatu tempat ke tempat lain.
2. Komunikasi meliputi semua prosedur dimana pikiran seseorang mempengaruhi orang lain.
3. Pemindahan informasi, ide-ide, emosi, keterampilan, dan lain-lain dengan menggunakan simbol seperti kata, foto-foto, figur-figur, dan grafik.
4. Memberi, meyakinkan atau bertukar ide-ide, pengetahuan, atau informasi baik melalui ucapan, tulisan, atau tanda-tanda.
5. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang biasanya melalui sistem simbol yang berlaku umum.
Sedangkan komunikasi sebagai disiplin ilmu baru berkembang pada abad ke-15 (muhammad Mufid: 2005). Berikut perkembangan mengenai sejarah perkembangan disiplin ilmu komunikasi.
Masa awal pembentukan disiplin komunikasi sepanjang terkam dalam literatur, teoritisasi, komunikasi dimulai sejak masa yunani kuno. Ketika itu corax mengajarkan teori berbicara didepan pengadilan yang kemudian dianggap sebagai cikal bakal keterampilan persuasi. Salah satu murid corax yang terkenal adalah tisias, yang kemidian mengambil istilah Rhetoric sebagai nama bagi keterampilan tersebut.
Era tisias kemudian digantikan oleh aristoteles (385-322 SM) dan gurunya Plato (427-347 SM). Kedua orang tersebut merupakan figur penting dalam mengembangkan disiplin komunikasi. Aristoteles (dalam rubrn, 2002: 21) mengatakan bahwa, komunikasi adalah alat dimana warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam demokrasi. Perkembangan komunikasi lalu dilanjutkan oleh Cicero (106-43 SM) dan Quintilian (35-95 M). Cicero melihat komunikasi dalam dua ranah; praktis dan akademis. Karya kedua tokoh ini lalu memberikan inspirasi bagi pembentukan disiplin ilmu komunikasi yang lebih matang pada era revolusi industry inggris dan revolusi kebudayaan perancis. Memasuki abad ke-18, komunikasi diasuh oleh sastrawan, dan sudah mengenal dasar-dasar komunikasi seperti gaya bicara,artikulasi,dan sikap tubuh. Pada akhir abad ke-19, di banyak perguruan tinggi departement rhetoric and speech berada dibawah fekultas sastra. Adapun disiplin lain yang turut membentuk studi komunikasiyaitu jurnalisme.
Periode 1900-1930 periode ini disebut juga ‘masa perkembangan speech and journalism’, yakni masa berkembang disiplin komunikasi yang ditandai dengan berdirinya organisasi dan jurnal komunikasi. Mulai dari organisasi pertama di amerika serikat; the easterm state speech association (sekerang the eastern commication association), sampai perkembangan teknologi radio (1920-an) dan televise (1940-an).
Periode 1930-1950 periode ini bisa disebut sebagai masa ‘persilangan komunikasi dengan disiplin ilmu lain’. Sejak awal, disiplin ilmu komunikasi tidak terlepas dengan disiplin ilmu lain seperti filsafat dan teknologi. Namun, persilangan yang terjadi pada era ini adalah persilangan komunikasi dengan disipin ilmu sosial dan psikologi.
Kelahiran dan perkembangan komunikasi sebagai suatu disiplin tidak terlepas dari filsafat
Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Jujun S Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.
Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :
- Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.
- Ada sebagai yang iLLahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (iLLahi berarti yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera).
Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).
Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi.
Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis.
Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi :
- Kerangka pemikiran yang logis;
- Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran;
- Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.
Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional.
Lanigan, mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran.
Dikenal empat teori kebenaran, sebagai berikut :
1) Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2) Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu.
3) Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.
Aksiologi; asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama.
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikanny
Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.
Logika; berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis.
Suatu perspektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perspektif ini memandu seorang teoritikus dalam memilih apa yang akan dijadikan fokus dan apa yang akan ditinggalkan, bagaimana menerangkan prosesnya, dan bagaimana mengkonseptualisasikan apa yang diamati.
3. Kebenaran
Konsep & teori :
Kebenaran berasal dari kata dasar “benar”. Secara etimologi “benar” mempunyai arti tidak salah, lurus, sungguh-sungguh dan tidak bohong. Sedangkan secara epitemologi (istilah), pengertian kebenaran dapat kita lihat pembahasan dibawah ini. Pembahasan tentang kebenaran, maka kita akan menemukan dua hal, yakni “kebenaran apoteriori atau kebenaran yang berasal dari fakta”, dan “Kebenaran apriori atau kebenaran berasal dari akal budi”. Kebenaran apriori dapat dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama, sedangkan kebenaran aposteriori hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.
Hakikat kebenaran
Berangkat dari zaman renaissance, dimana munculnya periode perkembangan peradaban atau dikenal dengan zaman Humanisme. Yakni pandangan bahwa manusia secara totalitas mengatur dunia dan dirinya. Pada zaman pencerahan kebenaran diukur berdasarkan kebijakan gereja maka dengan humanisme dan individualisme lepaslah dari agama empirisme dan rasionalisme. Descrates, spinoza dan leibniz mereka adalah tokoh rasionalisme, yaitu yang menyatakan bahwa akal adalah alat yang terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Hakikat kebenaran menurut empirisme berawal dari pengalaman objek secara empiris, sedangkan rasionalisme berawal dari hasil pemikiran. Hakikat kebenaran tidak terlepas dari idealisme objektif, yakni hakikat kebenaran dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungan pada jiwa (mind) dan roh (spirit).banyak para filosofi yang berpendapat tentang idealisme, seperti schelling dan berkeley menyebut filsafatnya idealisme objektif karena alam adalah sekedar intelegensia yang dapat dilihat. Sedangkan hegel menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif, dengan mengemukakan tesis dan antitesis seperti dengan idealisme absolute sebagai sintesis tertinggi dibandingkan dengan idealisme subjektif (tesis) dan idealisme objektif (antitesis).
Adapun kant dan lock menggolongkan bahwa seseorang dapat kontak dengan ide-ide terlepas dari asumsi diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa hakikat kebenaran masih relative.
Kebenaran dalam perspektif ilmu komunikasi
Berawal kisah adam dan hawa tentunya kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya hakikat komunikasi merupakan fenomena sosial. Komunikasi apabila diaplikasikan secara benar dan mampu mencegah dan menghilangkan konflik sehingga terbina kesatuan umat manusia yang harmoni. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan yang lainnya, maka semakin besar masyarakat maka semakin banyak timbul perbedaan persepsi atau persamaanya. Scrheem menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman, artinya pengalaman sangat berpengaruh dalam membentuk kebenaran sehingga tidak terjjadi Miscommunication.
Kebenaran dalam perspektif etika komunikasi
Asumsi Aristoteles terkait retorika adalah seni persuasi sedangkan retorika adalah bagian dari komunikasi sehingga dalamberkomunikasi secara etika uraian harus jelas, singkat dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun yang bersifat (corrective), memerintah (instructive), mendorong (suggestive), ataupun mempertahankan (defensive). Walaupun etika relatif, sebab secara definitif relatif sebagai penolakan terhadap bentuk kebenaran universal tertentu. Dan perlu di ingat tidak ada prinsip moral yang benar secara universal sebab menurut Donalson, (1989) bahwa kebenaran moral adalah kesepakatan cultural dalam masyarakat. Kesimpulannya kebenaran bisa menjadi objektif ketika yang berkomunikasi memahami secara moral dan normative sesuai dengan kultur dalam masyarakat itu sendiri.
Kebenaran sebagai inti manusia berkomunikasi
Pada hakikatnya kebenaran masing-masing orang sangat dipengaruhi oleh moralitas semua orang, dan akibat berkomunikasi maka kebenaran itu diakui sesuai moralitas orang.artinya hakikat berfilsafat adalah mencari kebenaran dengan subjektif mungkin kemudian objek dari itu adalah manusia, maka salah satu untuk mengenal objek melalui komunikasi.
Pemahaman ïŠ
Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang.
Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan “dunia” memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis.
Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup.
Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.
Biasanya, hanya ada sedikit orang yang mengajukan pertanyaan :
Ø Adakah alam semesta ini suatu alam semesta dari pikiran atau hanya dari benda mati?
Ø Dapatkah ia masih menganut suatu pandangan keagamaan mengenai manusia?
Ø Adakah Tuhan itu?
Ø Dari apa benda tersebut?
Ø Apakah akal kita yang kini terpukau-pukau dan keheranan merupakan salah satu dari benda?
Ø Saya hidup. Apa itu hidup?
Ø Ada apa sesudah mati?
Ø Apa itu benar dan apa itu salah?
Ø Apakah pertanyaan ini bisa terjawab?
Ø Apa yang mejadi batas sebuah pengetahuan?
Ø Kita lihat bulan yang indah, mentari yang terbenam amat memukau, dan segala keindahan lain. Lalu, apakah tanpa mata keindahan ada? Apakah tanpa organ lain keindahan itu ada? Lalu, apa itu keindahan?
Ø Apa pula pertanyaan itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang menjijikan, ngeri, mengapa begitu bodoh terlintas di dalam kepala kita. Tetapi, justru itulah masalah-masalah Filsafat. Karena itulah Filsafat ada. Filsafat ada karena manusia bertanya tentang hidup, Filsafat ada karena adanya masalah-masalah tersebut.
Ciri-ciri Pemikiran Filsafat
Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut:
Sangat umun atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.
Berkaitan dengan arti
Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat, semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy)
Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga tidak ada habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual.
SIFAT DASAR FILSAFAT
Berpikir Radikal
Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak pernah berhenti hanya pada suatu fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan.
Bagi seorang filsuf, hanya apabila akar atau radix realitas telah ditemukan, segala sesuatu yang bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya bila akar suatu permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.
Mencari Asas
Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, melainkan kepada keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu berupaya untuk menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.
Memburu Kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan, setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.
Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang meyakinkan serta lebih pasti.
Mencari Kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilang¬kan keraaguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas. Ada pula yang mengatakan bahwa filsuf senantiasa mengejar keje!asan pengertian (clarity of understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafat ialah adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual (intellectual clarity).' Dengan demikian, dapat mengatakan bahwa berpikir secara filsafati berarti berusaha memperoleh kekejelasan.
Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengelimi¬nasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak mung¬kin dapat menggapai kebenaran.
Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah salah satu sifat dasar filsafat.
Berpikir Rasional
Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional. Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
4. Hakikat filsafat komunikasi
Konsep & teori :
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
Asal Usul Filsafat
Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang.
Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan “dunia” memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis.
Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup.
Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.
Biasanya, hanya ada sedikit orang yang mengajukan pertanyaan :
Ø Adakah alam semesta ini suatu alam semesta dari pikiran atau hanya dari benda mati?
Ø Dapatkah ia masih menganut suatu pandangan keagamaan mengenai manusia?
Ø Adakah Tuhan itu?
Ø Dari apa benda tersebut?
Ø Apakah akal kita yang kini terpukau-pukau dan keheranan merupakan salah satu dari benda?
Ø Saya hidup. Apa itu hidup?
Ø Ada apa sesudah mati?
Ø Apa itu benar dan apa itu salah?
Ø Apakah pertanyaan ini bisa terjawab?
Ø Apa yang mejadi batas sebuah pengetahuan?
Ø Kita lihat bulan yang indah, mentari yang terbenam amat memukau, dan segala keindahan lain. Lalu, apakah tanpa mata keindahan ada? Apakah tanpa organ lain keindahan itu ada? Lalu, apa itu keindahan?
Ø Apa pula pertanyaan itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang menjijikan, ngeri, mengapa begitu bodoh terlintas di dalam kepala kita. Tetapi, justru itulah masalah-masalah Filsafat. Karena itulah Filsafat ada. Filsafat ada karena manusia bertanya tentang hidup, Filsafat ada karena adanya masalah-masalah tersebut.
Pemahaman ïŠ
Dewasa ini Ilmu Komunikasi dianggap sangat penting, Mengapa…???
•Sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi….
Karena Apa…?
Dengan Alasan, bahwa :
•Ilmu Komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi.
•Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi (akibat perbedaan-perbedaan diantara manusia yang banyak dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya, tabiatnya, pandangan hidupnya, kepercayaannya, aspirasinya, dsb.
Hakikat Komunikasi, adalah :
•Proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Tegasnya;
•Komunikasi berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan, jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek:
–Pertama, Isi Pesan (the content of the massage);
–Kedua, Lambang (symbol);
–Konkritnya Isi Pesan itu adalah Pikiran atau Perasaan, Lambang adalah Bahasa.
Semakin peliknya antar manusia dan semakin pentingnya studi terhadap komunikasi, disebabkan Teknologi (khususnya teknologi komunikasi yang semakin canggih).
Mengapa harus serius untuk dipelajari, Karena;
•Jika seseorang ‘Salah Komunikasinya’ (miscommunication), maka orang yang dijadikan sasaran mengalami;
•‘Salah Persepsi’ (misperception), yang gilirannya;
•‘Salah Interpretasi’ (misinterpretation), berikutnya;
•‘Salah Pengertian’ (misunderstanding). Dalam hal tertentu menimbulkan;
•‘Salah Perilaku (misbehavior), dapat dibayangkan apabila komunikasinya berlangsung skala nasional atau internasional, bisa fatal.
Apa sebenarnya Komunikasi itu ?
• Secara etimologis dari perkataan latin “communicatio”, istilah ini bersumber dari perkataan “communis” artinya ‘sama’, maksudnya ‘sama makna atau sama arti’. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.
• Jika terjadi kesamaan makna antar kedua aktor komunikasi, maka komunikasi tidak terjadi, rumusan lain ‘situasi tidak komunikatif’.
Hakikat Filsafat Komunikasi
FILSAFAT KOMUNIKASI adalah “SUATU DISIPLIN YANG MENELAAH PEMAHAMAN SECARA FUNDAMENTAL, METODOLOGIS, SISTEMATIS, ANALITIS KRITIS, DAN HOLISTIS TEORI DARI PROSES KOMUNIKASI YANG MELIPUTI SEGALA DIMENSI”,Menurut :
• Bidangnya;
• Sifatnya;
• Tatanannya;
• Tujuannya;
• Fungsinya;
• Tekniknya; dan
• Metodenya
Tujuan Komunikasi :
a. Mengubah Sikap (to change the attitude)
b. Mengubah Opinin (to change the opinion)
c. Mengubah Perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah Masyarakat (to change the society)
Fungsi Komunikasi :
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
Teknik Komunikasi :
a. Komunikasi Informatif
b. Komunikasi Persuasif
c. Komunikasi Pervasif
d.Komunikasi Koersif
e. Komunikasi Instruktif
Etika, Nilai dan Norma
Dua Macam Etika yang Berkaitan Dengan Nilai dan Norma :
Pertama, Etika Deskriptif;
Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.
Kedua, Etika Normatif;
Berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini.
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Bedanya dari kedua macam etika :
Etika Deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
Sedangkan Etika Normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Jadi dapat dikatakan bahwa etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
l Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang mau kita lakukan dalam situasi tertentu dalam hidup kita sehari-hari.
l Etika membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan nilai yang terjelma dalam sikap dan perilaku kita yang sangat mewarnai dan menentukan makna kehidupan kita.
5. Tema pokok dalam etika dan filsafat komunikasi
Konsep & teori :
1. Pengertian Semula
Kata philosophy (filsafat;inggris) berasal dari kata Yunani “Philosophia” yang berarti cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan shopia (kearifan). Dahulu Sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis.
2. Filsafat Pythagoras (572-497 S.M.)
Menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah philosophia ialah Pythagoras. Pythagoras mendirikan aliran filsafat pythagoreanisme yang mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda. Filsafat Pythagoras dan mazhab pythagoreanisme dipadatkan menjadi sebuah dalil yang berbunyi “ Bilangan memerintah jagat raya “ (Number rules the universe).
3. Aliran Filsafat Alam Semesta
Bapak filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos itu filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya unsur-unsur dan kaidah-kaidahnya.
4. Pendapat Socrates (469-399 S.M.)
Dalam pemahaman Socrates filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia ( principle of the just and happy life ).
5. Pendapat Plato (427-347 S.M.)
Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato itu kemudian digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
6. Pendapat Aristoteles (384-322 S.M.)
Ia memberikan dua macam definisi terhadap prote philosophia itu, yakni sebagai ilmu tentang asas-asas pertama (the science of first principles) dan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki peradaan sebagai peradaan dan ciri-ciri yang tergolong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya sendiri. Dalam perkembangannya kemudian prote philosophia dari Aristoteles disebut metafisika. Ini merupakan suatu istilah tehnis untuk pengertian filsafat spekulatif.
7. Aliran Filsafat Stoicisme
Bagi para filsuf Stoic, filsafat adalah suatu pencarian terhadap asas-asas rasional yang mempertalikan alam semesta dan kehidupan manusia dalam suatu kebulatan tunggal yang logis.
8. Pendapat Marcus Tullius Cicero (106-43 S.M.)
Ia menyebutkan filsafat sebagai ibu dari semua pengetahuan dan menulis buku De Natura Deorum. Definisinya yang sangat singkat tentang filsafat ialah ars vitae (the art of life) yang dapat diartikan pengetahuan kehidupan.
9. Konsepsi Abad Tengah
Dalam abad tengah di Eropa, filsafat dianggap sebagai pelayan dari teologi, yakni sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebanaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia. Tokoh filsuf yang terkenal ialah Thomas Aquinas (1225-1274), menurutnya kebenaran teologis yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh suatu kebenaran filsafati yang dicapai dengan akal manusia, karena kedua macam kebenaran itu mempunyai suatu sumber yang sama pada Tuhan.
10. Pendapat Francis Bacon
Mengemukakan metode induksi yang berdasarkan pengamatan dan percobaan untuk menemukan kebenaran dalam berbagai bidang pengetahuan. Ia menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
11. Definisi Christian von Wolff (1679-1754)
Merumuskan filsafat sebagai ilmu tentang hal yang mungkin sejauh dapat ada (the science of the possible in so faras they can be) preliminary discourse on philosophy in general.
12. Definisi Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Ia mendefinisikan filsafat sebagai ‘die denkende Betrachtung der Gegenstande’, the investigation of things by thought and contemplation (penyelidikan hal-hal dengan pemikiran dan perenungan).
13. Pendapat Herbert Spencer (1820-1903)
First principles, filsafat sebagai pengetahuan dari generalitas yang tertinggi derajatnya.
14. Pendapat Henry Sidgwick (1839-1900)
Filsafat sebagai scienta scientiarum (ilmu tentang ilmu), karena filsafat memeriksa pengertian-pengertian khusus, asas-asas pokok, metode khas, dan kesimpulan-kesimpulan utama dari sesuatu ilmu apapun dengan maksud untuk mengkoordinasikan semuanya dengan hal-hal yang serupa dari ilmu-ilmu lainnya.
15. Pendapat Bertrand Russell (1872-1970)
Menganggap filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa scara kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas-asas itu.
16. Pendapat Wilhelm Windelband (1848-1915)
Filsafat adalah pengujian terhadap praanggapan-praanggapan seseorang, karena intisari sesungguhnya dari filsafat ialah memeriksa secara mendalam praanggapan-praanggapan pokok dalam ilmu-ilmu khusus dan kehidupan sehari-hari.
17. Pendapat J.A. Leighton
Filsafat mencari suatu kebulatan dan keselarasan pemahaman yang beralasan tentang sifat alami dan makna dari semua segi pokok kenyataan.
18. Pendapat Unamuno Y Jugo (1864-1936)
Filsafat pada dasarnya adalah ilmu bahasa merupakan sesuatu yang memberikan kenyataan kepada manusia dan bukannya sekedar alat perantara dari kenyataan. Suatu bahasa adalah suatu potensi filsafat.
19. Pendapat John Dewey (1858-1952)
Filsafat sebagai suatu sarana untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian antara hal-hal yang lama dengan hal-hal yang baru dalam suatu kebudayaan. Dewey lebih suka menyebut aliran filsafatnya instrumentalisme yang dasarnya ialah pengalaman.
20. Definisi Alfred North Whitehead (1861-1947)Dalam “critical and speculative philosophy” (1924) membedakan dua ragam filsafat dewasa ini, yaitu filsafat kritis yang terutama menganalisis konsep-konsep dan filsafat spekulatif yang pokoknya merenungkan suatu pandangan menyeluruh tentang kenyataan (karya Charles Dunbar Broad).
Sedang menurut Alfred North Whitehead dalam proses and Reality (1929) mendefinisikan filsafat spekulatif sebagai usaha menyusun sebuah system ide-ide umum yang berpautan, logis, dan perlu yang dalam kerangka system itu setiap unsure dari pengalaman kita dapat tafsirkan. Ia juga merumuskan filsafat sebagai suatu sikap budi rohani terhadap ajaran-ajaran yang diterima begitu saja oleh setiap orang tanpa memahami maknanya yang sesungguhnya.
21. Raymond F. Piper dan Paul W. Word
Definisi filsafat sebagai suatu penafsiran yang kritis dan tuntas mengenai hal-hal yang nyata dan ideal serta mengenai nasib manusia sebagaimana terlibat didalamnya.
22. Tokoh pendiri Aliran Filsafat Empirisme Logis Moritz Schlick (1882-1936)
Filsafat harus didefinisikan sebagai kegiatan mencari arti (the activity of finding meaning), karena filsafat merupakan suatu aktivitas mental yang menjelaskan gagasan-gagasan dengan melakukan analisis untuk menemukan arti dari semua persoalan dan pemecahannya.
23. Filsuf Penganut Aliran Filsafat Idealisme Objektif William Ernest Hocking (1873-1966)
Dalam “what philosophy is and says” menyatakan bahwa pertama-tama adalah pemeriksaan terhadap keyakinan-keyakinan yang dengan itu seseorang hidup.
24. John Macmurray
Filsafat sebagai suatu usaha untuk memahami perbedaan antara hal yang nyata denagn yang tak nyata, atau dengan perkataan lain untuk memahami kenyataan.
25. Federigo Enriques
Filsafat sebagai suatu kecenderungan dari budi rohani manusia kearah kesatuan dan keumuman dalam bidang pengetahuan dan bidang tujuan (a tendency of the human mind toward unity and generality in the realm of knowledge and of purposes).
26. Pendukung Aliran Filsafat Realistik John Wild
Filsafat sebagai usaha untuk memahami fakta-fakta paling pokok tentang dunia yang kita diami dan sejauh mungkin menerangkan fakta-fakta itu.
27. Lewis White Beck
Filsafat telah didefinisikan sebagai suatu usaha yang gigih untuk memikirkan hal-hal sampai tuntas.
28. Sejarahwan Filsafat W.T. Jones
Filsafat sebagai pencarian abadi terhadap kebenaran, suatu pencarian yang tak terhindarkan gagal namun tak pernah terkalahkan; yang terus menerus menghindari kita namun senantiasa membimbing kita.
29. Tokoh Aliran Filsafat Bahasa Sehari-hari George Edward Moore (1873-1958)
Menganggap filsafat adalah suatu pelukisan umum tentang keseluruhan alam semesta.
30. Penganut Filsafat Thomisme Jacques Maritain (1883-1973)
Filsafat adalah ilmu yang dengan cahaya alamiah dari akal menelaah sebab-sebab pertama atau asas-asas tertinggi dari semua hal, dengan kata lain, ilmu mengenai hal-hal dalam sebab-sebabnya yang pertama sejauh hal itu tergolong pada tertib alam.
31. Ernest Nagel
Filsafat sebagai suatu ulasan kritis terhadap keberadaan dan terhadap tuntutan-tuntutan kita memiliki pengetahuan tentang hal itu.
32. Stuart Hampshire
Filsafat sebagai suatu penyelidikan bebas terhadap batas-batas pengetahuan manusia dan terhadap penggolongan-penggolongan paling umum yang dapat diterapkan pada pengalaman dan kenyataan.
33. James L. Jarrett
Filsafat adalah terutama kegiatan yang bersifat menjelaskan tentang berbagai arti perkataan-perkataan, konsep-konsep, kategori-kategori dan cita-cita.
34. Peter Winch
Filsafat sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat alami dari penegtahuan manusia tentang kenyataan dan terhadap perbedaan yang dibuat oleh kemungkinan pengetahuan seperti itu pada kehidupan manusia.
35. Jose Ferrater Mora
Filsafat sebagi suatu sudut pandangan terhadap semua sasaran yang mungkin sejauh itu merupakan sasaran-sasaran dari penyelidikan ilmiah, dari kepercayaan agama, dari kegiatan seni, dari pengalaman bersama, dan seterusnya. Sudut pandang itu ialah penyatuan, yakni penyatuan segala hal secara kritis.
36. Theodore Brameld
Filsafat sebagai usaha yang gigih dari orang-orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk membuat kehidupan sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna.
37. Edgar Sheffield Brightman
Filsafat sebagai pemikiran yang tertuju pada kekonkretan yang sebesar-besarnya atau pemikiran yang berusaha menemukan kebenaran yang saling bertalian mengenai segenap pengalaman yang ada.
38. William P. Alston
Filsafat sebagai analisis kritis mengenai konsep-konsep dasar yang dengan perantaraan itu orang berpikir tentang dunia dan kehidupan manusia.
39. Hunter Mead
Filsafat sebagai
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong