Komunikasi Antarpribadi Tidak Selamanya Terjadi
Pernahkah kamu berbicara di depan umum atau berbicara dengan orang yang baru kamu jumpai? Pernahkah seseorang tidak mengerti dengan apa yang kamu bicarakan? Sering kali kita sulit untuk menyampaikan sesuatu bahkan salah menyampaikan sehingga menimbulkan salah persepsi terhadap orang yang menerimanya. Maka dalam tulisan ini akan dijelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan hubungan komunikasi antarpribadi maupun non antarpribadi. Missed communication tentu hal yang sangat kita jauhi ketika melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. Memprediksikan suatu kondisi baik dari pengalaman atau perilaku juga merupakan hal utama sebelum melakukan komunikasi. Sulit dalam melakukan komunikasi seperti ini sering terjadi ketika kita berada di lingkungan dengan orang – orang yang belum pernah kita jumpai ataupun sebaliknya.
Jarang sekali kalau ada interaksi awal bersifat antarpribadi. Pada pertama kali orang bertemu jarang sekali mereka membuat prediksi terhadap satu sama lain dengan data psikologis. Bukan hanya mereka segan untuk membuat prediksi semacam itu, tetapi juga sering kali sebagai hal yang tidak mungkin kebanyakan orang tidak bersedia melakukan komunikasi antarpribadi selama awal pertemuan. Miller dan Stainberg (1975) membedakan antara keduanya itu berdasarkan tingkatan analisis yang digunakan untuk melakukan prediksi guna mengetahui apakah komunikasi itu bersifat non-antarpribadi atau antarpribadi.
Apabila prediksi mengenai hasil komunikasi terutama didasarkan pada tingkat analisis kultural dan sosiologis, maka komunikator terlibat dalam komunikasi non-antarpribadi. Apabila prediksi terutama didasarkan pada tingkat analisis psikologis, maka komunikator terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Liliweri (1997:13) dalam Tamsil (2005:8) menyebutkan mengenai beberapa ciri komunikasi antar pribadi yaitu : Arus pesan dua arah, konteks komunikasi adalah tatap muka, tingkat umpan balik yang tinggi, kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi, kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban, dan efek yang terjadi antara lain perubahan sikap. Contoh mengenai hubungan komunikasi antarpribadi meliputi sahabat dan kebanyakan suami istri. Dalam situasi seperti ini, para komunikator memiliki banyak informasi mengenai keinginan , kebutuhan, dan nilai – nilai pribadi satu sama lain serta dapat mengembangkan gaya komunikasi yang cocok bagi dua belah pihak.
Setelah sedikit penjelasan diatas sudah dapat disimpulkan bahwa komunikasi non-antarpribadi dengan antarpribadi sangatlah berbeda dan hal yang paling penting adalah analisa situasi pada komunikasi juga berperan penting agar hubungan komunikasi yang kita inginkan mendapatkan feedback yang positif dan jauh dari adanya missed communication. Utamanya berkomunikasi dalam lingkungan yang berbeda. Jangan sampai kata – kata hanya akan menjadi senjata bagi diri kita sendiri.
Sumber : Muhammad Budyatna dan Leila Mona. 2011. Teori komunikasi antar pribadi. Jakarta: Kencana
Penulisan Advertorial
Kita hidup di era globalisasi dimana dunia bisnis juga sangat berperan penting didalamnya. Bersaing dalam dunia bisnis tentu bukanlah hal yang mudah. Strategi demi strategi dilakukan para businessman dalam mempromosikan hingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Salah satunya dalam periklanan. Advertorial merupakan iklan dalam bentuk pemberitaan dengan gaya bahasa jurnalistik yang seolah – olah artikel atau opini. Muatan pada pesan – pesan pada penulisan advertorial mengacu pada kepentingan organisasi. Penulisan iklan yang dikemas dalam bentuk advertorial merupakan suatu strategi penulisan agar public pembaca lebih mempercayainya.
Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam merencanakan penulisan advertorial :
Pertama , penetapan tujuan. Penetapan tujuan akan menentukan sifat – sifat penulisan advertorial yang informative, eksplanatif, interpretative, persuasive, memuji, argumentatif, dan eksploratif. Adapun beberapa tujan yang digunakan dalam penulisan advertorial yaitu menginformasikan, meyakinkan khalayak, menimbulkan kesan atau pandangan tertentu pada diri publik pembaca, agar pembaca bertindak dan bersikap seperti yang diharapkan penulis, menyenangkan hati publik tertentu yang telah bersikap dan bertindak sebagaimana yang diharapkan sebelumnya, membuktikan sesuatu, dan mengangkat permasalahan yang dihadapi khalayak.
Kedua, menetukan karakteristik calon pembaca. Menentukan karakteristik sasaran pembaca merupakan kajian tenang segala sesuatu yang melekat dengan pribadi merekaseperti jenis kelamin,usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, tingkat ekonomi, budaya dan lain – lain. Pengenalan terhadap karakteristik calon pembaca akan sangat berguna dalam menentukan pendekatan pemilihan kata, penggunaan kalimat, atau gaya bahasa yang lebih memungkinkan mereka memahami sekaligus tergerak untuk menetukan sikap atau tindakan sesuai yang diharapkan.
Ketiga, penyusunan gagasan. Berbagai hal yang akan disampaikan atau dituliskan hendaknya disusun dengan baik dengan baik dan sebaiknya semua bahan sudah terkumpul lengkap. Penyusunan gagasan dapat didukung dengan membuat kerangka tulisan (outline) yang berfungsi untuk menyusun tulisan secara sistematis dan cakupan pembahasan. Didalam keseluruhan gagasan , terdapat anatomi atau struktur penulisan yang meliputi : pendahuluan, isi, dan penutup.
Keempat, penetapan judul. Judul ditulis semenarik mungkin tetapi harus sesuai dengan isi tulisan. Menarik bukan berarti mengundang minat atau rasa ingin tahu, mengguggah perasaan, atau kandungan informasinya sesuai kebutuhan sebagian pembaca. Penulisan judul hendaknya ringkas dan padat . ringkas berarti tidak menggunakan kata atau kalimat yang panjang sebagaimana yang biasa dilakukan dalam tulisan pemberitaan.
Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam penulisan iklan merupakan bentuk komunikasi non-personal mengenai suatu organisasi, barang, jasa, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui. Seperti yang katakan Kotler dan Armstrong (1997:77) bahwa mendifinisikan iklan sebagai segala penyajian bukan pribadi (non-personal) dan promosi tentang gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.
Sumber : Sopian. 2016. public relations writing . Jakarta:PT Grasindo
Kuliah, Kerja atau keduanya ??
Sangat mungkin di era sekarang ini sudah banyak sekali lapangan pekerjaan yang dibuka untuk semua kalangan yang ingin bekerja, namun sekarang ini banyak kalangan remaja yang memilih menyelesaikan pendidikan mereka hanya sampai dibangku SMA/SMK saja. Ada pula yang menyelesaikan pendidikan SMA/SMK mereka dan kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Saat ini banyak orang yang berpendapat bahwa “untuk apa kuliah mendapatkan gelar sarjana namun lapangan pekerjaan yang ditempati tidak sesuai dengan gelar, basic atau jurusan yang dipilihnya sewaktu berada dibangku kuliah”.
Tetapi lain halnya mengenai pemikiran seorang remaja asal Kendari yang berumur 19 tahun ini. Remaja yang bernama lengkap Amin Siswanto ini mempunyai pemikiran yang berbeda mengenai masalah kuliah dan pekerjaannya. “ Dulu begini saya dikendari sudah kuliah sudah 2 semester tapi saya mogok kuliah karena ada keluarga saya yang dari Gorontalo ngajak saya kerja disini sekalian dikuliahkan disini.” tuturnya. Remaja yang berasal dari Kendari tersebut merantau hingga ke Gorontalo tapi remaja ini tidak meneruskan kuliahnya di Kota ini melainkan hanya mencari pekerjaan saja, dan kemudian mengumpulan uang untuk biaya kuliah di daerah asalnya. Alasan tersebut diungkapkan oleh Amin Siswanto.
Sekarang Amin bekerja di AlfaMart Gorontalo. Sebuah perusahaan besar yang tersebar luas diseluruh pelosok Indonesia saat ini semakin banyak menarik para pekerja yang berada diluar sana yang sangat menginginkan lapangan pekerjaan dengan gaji yang terbilang cukup tinggi. “ saya kerja disini sudah 3 bulan lebih dengan gaji yang alhamdulillah cukup besar”. Namun pada saat ini jika disuruh memilih Kuliah, Kerja atau keduanya pasti akan sangat sulit untuk dipilih. Berbeda lagi dengan pernyataan sebelumnya “ kalau ditanya saya lebih memilih untuk kuliah sambil kerja. Dikarenakan tidak ingin merepotkan orang tua, karena saya sekarang ini bisa dikatakan sebagai anak yatim“. Jadi Amin Siswanto memilih untuk kuliah sambil bekerja seperti apa yang diungkapkannya tadi.
Hal yang sama juga dialami oleh salah seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi. Sebut saja namanya Endrianan, dia mengungkapkan bahwa dia menjalani proses perkuliahan tanpa mau membebani kedua orang tuanya. Karena mengingat keseharian ibunya hanya seorang ibu rumah tangga dan bapaknya hanya bekerja sebagai penjual ikan sehingga membuat dirinya memutuskan untuk membayai hidupnya sendiri. Mungkin itulah jawaban dari Endrianan mengapa dia menjalani perkuliah sambil bekerja. Dan yang lebih hebatnya dia membiayai perkuliahannya sendiri tanpa uang sepersenpun dari orang tuanya, dan hanya bermodalkan tenaga.
Disini saya dapat mengerti bahwa faktanya sekarang orang-orang lebih memilih kuliah sambil bekerja. Hal ini dkarenakan mereka tidak ingin menyusahkan orang tua dan ingin berjuang melalui hasil keringat mereka sendiri. Mungkin itu pemikiran-pemikiran orang banyak pada saat ini dan hingga detik ini.