Behind The Batam

01 December 2016 18:00:03 Dibaca : 84

 Suara bising kian terdengar jelas di gendang telingaku, manakala mesin pengendali mulai dihidupkan. Udara dingin dari Air Condition membuat sekujur tubuhku menggigil. Jaket yang tadinya terbuka layaknya cardigan perlahan mulai kututupi hingga menutup seluruh tubuhku tubuhku. Jendela yang tadinya hanya terlihat berupa lautan, seketika tertutup dengan awan berwarna putih. Cukup lama diriku duduk terdiam. Rasa jenuh ini kian memuncak, manakala waktu untuk sampai di daerah lain ditempuh dengan waktu yang sangat lama. Sesekali mata ini mulai menutup dengan sendirinya.

Dapat kuhitung dengan jari berapa kali benda besar ini berhenti di daerah lain setidaknya sebanyak dua kali benda besar yang putih ini berhenti. Setiap kali benda putih ini berhenti di suatu daerah banyak orang di dalamnya yang turun, kemudian berganti dengan orang baru. Waktu perjalanan yang kami tempuh sekitar 5 jam 25 menit. Tibalah kami di tempat pemberhentian terakhir.

Peserta LDB perwakilan kota Gorontalo

Cuaca mendung menyambut kami di sebuah kota industri. Kota yang dikelilingi selat Singapura dan selat Malaka merupakan kota terbesar di Kepulauan Riau. Tulisan “welcome to Batam” membentang luas di tempat pengambilan koper. Banyak sekali anak-anak seumuran kami yang tiba juga di Batam. Ya… disinilah kami para pejuang yang ingin mengharumkan nama sekolah di tingkat Nasional.

Rasa lapar mulai terasa manakala kendaraan yang mengantar kami ke hotel tak kunjung datang. Sesekali kami saling berbincang untuk menghilangkan rasa lapar yang kian menghantui. Terlihat guru kami membawa sebuah tas putih berukuran medium. Ia mendekat kearah kami. Wangi harum dari tas tersebut membuat rasa lapar ini kian memuncak. Beliau membagikan satu persatu roti itu diatas telapak tangan kami. Suhu panas dari roti terasa begitu hangat. Kami semua seketika terdiam. Mulut ini tak dapat berhenti menguyah satu persatu potongan roti.


Sudah satu jam lebih kami menunggu. Tiba-tiba mobil berwarna biru berjajar di depan kami. Lega sudah hati ini. Wajah yang tadinya fresh ketika berangkat dari Gorontalo, seketika kusut sesampainya di Batam. Tapi, semua itu terbayarkan dengan pemandangan indah kota Batam. Bagunan-bagunan mewah dan megah berdiri kokoh di sepanjang perjalanan kami menuju hotel. Sopir yang membawa kami menuju hotel sedikit menjelaskan mengenai tempat-tempat yang terkenal di kota Batam. Mulai dari mall sampai tempat untuk membeli berbagai oleh-oleh khas Batam.


Sesampainya di hotel, kami dimanjakan dengan fasilitas yang disediakan oleh panitia. Mulai dari dihidangkan berbagai jenis kue serta minuman dingin. Kami juga dibagikan nasi kotak, ransel, name tag serta kunci kamar tempat kami beristirahat. Di lantai satu hotel kalian bisa melihat dua atau tiga toko yang berjajar. Mereka menjual keperluan sehari-hari. Adapula toko yang menjual barang-barang brand ternama. Begitu kalian masuk lebih dalam, terdapat kursi mewah dan juga meja yang disediakan layaknya ruang tamu. Lampu gantung berukuran besar menghiasai ruangan. Di sudut tembok terdapat pula piano berukuran besar yang menghiasi ruangan. Biasanya, di setiap malam para penyanyi menampilkan bakat mereka dengan alunan alat musik yang akan menghibur malam para tamu yang menginap di hotel tersebut. Disebelah kanan, terdapat restaurant hotel yang selalu ramai pada jam sarapan, makan siang dan makan malam. Menunya pun beragam setiap harinya.

Para seniman sedang memainkan alat musik

Jika kalian berjalan lurus kedepan, kalian akan berhadapan dengan lift yang akan membawa kalian menuju kamar kalian. Di dalam lift itu dapat memuat 3-5 orang. Angka yang merupakan tombol lantai itu cukup unik karena tidak ada lantai 3 di dalamnya melainkan langsung naik kelantai 4. Ketika pintu lift terbuka kami langsung menatap nomor kamar yang terlihat jelas menempel di dinding tembok. Kami bergegas keluar dan menuju ke kamar kami. Begitu pintu terbuka sepatu yang kami pakai langsung berhamburan di mana-mana. Tas yang kami gandeng begitu lama kami lemparkan begitu saja dan langsung merubuhkan tubuh kami di atas tempat tidur yang empuk.

Seketika kamar yang kami masuki awalnya bersih dan rapi berubah menjadi layaknya kapal pecah yang sudah terombang-ambing dengan lautan yang ganas. 15 menit lamanya kami berempat bermalas-malasan di atas tempat tidur. Kami pun tersadar akan adanya nasi kotak yang belum dimakan. Makanan Batam ternyata berbeda dengan makanan Gorontalo. Bagaimana tidak sambal yang kami lihat berwarna kemerahan ternyata rasanya tidak terlalu pedas di lidah kami. Rasanya begitu manis layaknya memakan permen.

Makanan yang diberikan tidak kami habiskan. Mungkin hanya setengahnya saja. Setelah makan kami merapikan pakaian yang akan kami pakai pada pembukaan lomba besok. Krawang berwarna merah dengan motif bunga menghiasi baju kami. Setelah menghias berbagai macam keperluan untuk besok kami mulai beristirahat.

Peserta Lomba Debat Bahasa perwakilan Gorontalo berfoto bersama mentor sebelum menuju ke bus

Waktu menunjukkan pukul 04.30 berat mata ini untuk membuka mata. Terdengar suara kumandang adzan subuh dari suebuah mesjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap. Ku kumpulkan kekuatan ini untuk bangun dan bergegas menuju kearah kamar mandi. Setelah semua keperluan sudah selesai kami langsung berjalan menuju ke lift untuk turun kelantai pertama. Ketika lift terbuka banyak para peserta yang berjalan kesana-kemari memakai baju khas daerah mereka masing-masing. Di depan hotel sudah ada beberapa bus yang menunggu untuk mengantar kami ketempat perlombaan. Bus yang kami naiki begitu unik layaknya bus yang terdapat di Jepang. Tulisan-tulisan di dalamnya pun menggunakan huruf hiragana dan katakana.

Suasana di dalam aula ketika acara Lomba Debat Bahasa tingkat Nasional akan dimulai

Perjalanan yang kami tempuh ke tempat perlombaan sekitar 15 menit. Bus yang kami naiki berhenti tepat di depan pintu masuk universitas di Batam. Politeknik Negeri Batam menjadi tempat berlangsungnya lomba Debat Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing. Begitu masuk kedalam gedung banyak sekali anak-anak dari sekolah di seluruh provinsi di Indonesia. Pembukaan lomba dimulai dengan tarian khas dari kota Batam. Kami semua terhibur dengan adanya pertunjukkan yang ditampilkan. Lomba yang kami ikutti berlangsung sekitar 5 hari. Tetapi, ada juga lomba yang memakan waktu sehari saja tergantung dari lombanya.

Para peserta di 32 provinsi berfoto bersama

Hari terakhir perlombaan kami tim bahasa Jepang mengabadikan momen bersama. 64 anak berkumpul bersama untuk berfoto. Tak kalah juga para sensei-sensei (guru-guru) juga ikut berfoto bersama kami. Walaupun tim bahasa Jepang dari Gorontalo tidak mendapat juara pertama. Tetapi, kami berhasil masuk kedalam 10 besar. Banyak pengalaman berharga yang kami dapatkan selama di Batam. Kami juga mendapat teman baru dari 32 provinsi di Indonesia. Kami juga sempat berkunjung di berbagai tempat wisata di Batam. Salah satunya kampung Vietnam.

Kampung Vietnam Batam merupakan sebuah bekas perkampungan yang dulunya pernah dihuni oleh mayoritas orang Vietnam asli yang mengungsi di Indonesia. Begitu kalian memasuki kampung Vietnam kalian akan melihat sebuah kapal yang besar. Kapal itu merupakan transportasi yang mereka gunakan untuk pergi ke Indonesia tepatnya di Batam. Jika kalian keluar dari dalam mobil, kalian dapat mencium bau darah. Di dalam kampung Vietnam juga terdapat museum yang dibuka untuk umum. Jika, kalian memasuki museum itu kalian akan melihat benda peninggalan yang mereka tinggalkan. Mulai dari alat masak sampai lukisan yang menceritakan bagaimana perjalanan mereka bisa sampai di Indonesia.

Kami juga mengunjungi jembatan Balerang yang terkenal di kota Batam. jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di kota Batam. Jembatan ini merupakan jembatan yang menghubungkan pulau-pulau yaitu Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. Disekeliling jembatan kita dapat melihat lautan berwarna biru serta kapal dari kejauhan.

Foto bersama di jembatan Belerang

Semakin lama cuaca semakin gelap. Tetes-tetes air hujan mulai turun membasahi kami. Kami bergegas menuju kedalam mobil. Itu adalah perjalanan yang menyenangkan kita semua bisa berwisata sambil mempelajari banyak tempat bersejarah juga. Semoga nantinya kita dapat meet up lagi bersama-sama.

seeyou soon guys ^^

NO CALO, NO PUNGLI..

02 November 2016 21:28:54 Dibaca : 49

Pemerintahan Jokowi sekarang menerapkan sistem “NO PUNGLI” atau lebih akrab terdengar dengan sebutan “No Pungutan Liar”. Sistem ini di terapkan pemerintah karna semakin maraknya oknum-oknum yang tidak bertaggungjawab. Mereka menghalalkan segala cara untuk menolong orang-orang yang ingin segala urusannya menjadi lebih mudah dan cepat. Contohnya pungli yang terjadi dalam proses pencetakan KTP elektronik.Untuk proses pencetakan KTP elektronik mereka cukup membayar Rp 50.000 agar mendapatkan nomor antrean paling depan.


Banyaknya “Pungli” di Indonesia membuat aku dan kakakku mencoba untuk membuktikanya. Kata orang untuk mengurus STNK yang hilang saja mengeluarkan biaya 500-1 juta. Jadi, pada tanggal 18 Oktober kita berdua mengurus STNK yang hilang. Pertama, kita berdua pergi ke POLRES (tepatnya di pohe) disana kita mengisi data untuk surat kehilangan dengan membawa beberapa persyaratan antara lain :
• Fotocopy KTP pemilik kendaraan
• Fotocopy BPKB
• Fotocopy STNK yang hilang


Setelah semua persyaratan lengkap, polisi akan memasukkan data kalian. Kemudian, ada kertas yang harus di tandatangani. Dari POLRES kalian akan diarahkan ke SATLANTAS (Satuan Lalu Lintas tepatnya di sekitaran lapangan taruna). Disana kalian harus meminta surat yang berisi bahwa motor yang kalian gunakan tidak pernah terkena tilang atau melanggar peraturan lalu lintas. Dari SATLANTAS kalian akan diarahkan menuju ke RRI (Radio Republik Indonesia) disana kalian akan dikenakan biaya RP 35.000. Dari RRI kalian akan diarahkan lagi menuju ke POLSEK (tepatnya di kawasan telaga biru) disana kalian akan diberikan surat bebas tilang. Setelah itu, kalian diarahkan menuju ke SAMSAT. Disana mereka akan mengecek fisik dari kendaraan. Disana juga kalian akan dikenakan biaya sebesar RP 20.000 untuk foto nomor resi yang ada didalam kendaraan. Setelah itu, diberikan ke bidang administrasi dengan persyaratan yang lain. Tinggal menunggu selama kurang lebih 1 jam kemudian STNK sudah selesai.

(STNK yang sudah selesaii)

 

sudah terbukti di pemerintahan Jokowi untuk memberantas yang namanya CALO dan PUNGLI telah berjalan. Makanya kalau kalian ingin mengurus surat pribadi urus aja sendiri. Walaunpun nggak tau caranya jangan malu untuk bertanya kepada siapa aja. Nantinya pengalaman kalian bisa dibagi ke teman-teman yang lain. 

Sekian informasi atau berita yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat buat teman-teman semua :)

Tangisanmu..

14 October 2016 19:52:59 Dibaca : 70

Tangisannmu dikala malam ini terdengar begitu jelas. Didalam kesepian air matamu jatuh. Tak seorangpun tau apa alasanmu menangis. Apakah kau mengingat kembali akan masa itu, masa dimana batin ini serta tenaga ini masih kuat untuk bertempur. 

Bukan bertempur untuk mengusir penjajah tapi, bertempur demi mendapatkan kembali harga diri yang telah diinjak-injak oleh mereka.

Dikala malam yang semakin larut tagismu pun semakin menghilang dak tak terdengar lagi. Sekarang hanya kendaraan serta suara jangkrik yang mengisi malam yang sepi ini.

 

Gorontalo, 11 Oktober 2016

Bukan Larangan Tapi, Untuk Menjagamu .-.

14 October 2016 19:02:15 Dibaca : 65

Mulai dari SD sampai SMA selalu nurut apa kata mama apalagi sama orang-orang yang di rumah. Kalau di bilang “jangan kesana.. jangan kesini” selalu nurut. Bahkan dapat julukan dari teman-teman kalau aku anak rumahan. Eeemm tak apalah memang bener kok orang juga taunya hanya ke kamar, nnton, dapur, kamar mandi sama ke halaman depan. Gitu aja terus walaupun ada libur panjang bosan di rumah.


Kalau mau di kata nih, di rumah ada motor bisa tuh di pake buat jalan-jalan tapi, selalu aja di katain “nggak boleh.. nggak usah” hayatii lelah terkurung di penjara suci ini. Nggak tau nama jalan atau objek wisata yang ada. Taunya dari mana? Yaa om googlelah. Apalah daya diri ini, hanya diam di rumah pegang hp sambil nonton tv walaupun nonton drama di laptop paling itu itu aja.
Banyak temen yang kalo di sekolah cerita tentang liburanya seru ada yang mendaki, pergi diving, liat matahari tenggelam, jalan ke mall, dan bla.. bla.. bla..


Sampai ada perasaan iri. Tapi, mau gimana lagi yaa anak perempuan juga kan yaa nggak bisa keluar sembarangan takutnya ada apa-apa. Udah bersabar sih setiap di ajak teman paling hanya bilang “ia pergi aja have fun yaa nggak d ijinin sama mama” gitu terus.


Dan sampai sekarang aku di bangku kuliah tetap aja kayak begitu. Memang wajar kalau ortu atau keluarga begitu habisnya anaknya penyakitan trus cewek lagi gimana nggak khawatir. Padahal nih orang kayak aku begini nggak boleh tau di gituin. Harusnya di bolehin tapi, masih dalam batas yang wajarlah. Ini aja baru juga ijin keluar buat nobar film kakak-kakak senior di kampus ee nada bicara mereka yaa begitulah bikin bete jadinya. Apalah daya diriku hanya bisa bersembunyi di balik tembok pembatas, menyembunyikan kekesalan dan amarah ini.


Padahal udah dapat ijin dari jam 5 sore. JAM 5 BROOOOO!!! Tapi, apa pas udah jam mau pergi eeh malah nggak di ijinin. Memang sih, suasananya lagi hujan maklumlah tapi, kan akunya naik bentor bukan naik motor. Satu kata aja yang tergiang di kepala “lu tuh kayak Raisa SERBA SALAH” mau buat ini, itu di anggap salah emang buat kebaikan tapi, berikanlah sedikit kelongaran atau kebebasan diriku dalam berbuat sesuatu. Bukan untuk berbuat sesuatu yang di luar batasku tapi, berikan aku kebebasan untuk mengikuti minat yang ingin aku ikuti.

 

Katanya generasi 4G yang slogannya "Kreativitas tak terbatas" tapi, kenapa kreativitasku dibatasi oleh orang tua? Apakah mereka tak ingin diriku selangkah lebih maju? Atau tak ingin aku kenapa-kenapa?

 

.-.