Feature News
Pergaulan Bebas
Saat saya menduduki bangku sekolah menengah pertama saya hanya memiliki beberapa kawan dan teman sekelas yang sering bersama saya selama saya menduduki bangku kelas 1 SMP. Selama saya menduduki kelas 1 saya mempunyai kawan yang memiliki sifat yang tidak biasa dimiliki anak seumuran mereka. Pergaulan mereka sudah melewati batas wajar, seperti merokok, minum minuman keras dll. Tapi saya berusaha untuk tidak terpengaruh dengan kebiasaan kebiasaan yang ada di sekitar saya itu.
Kenakalan mereka sungguh luar biasa, sehingga pada suatu saat jam pelajaran sedang berlangsung saat itu guru pembimbing di kelas kami tidak masuk dan suasana kelas pun sunyi, yang berada di kelas saat itu hanya saya dan kawan kawan saya, saya kaget melihat kawan saya sedang menghisap rokok di kelas tapi mereka dengan santainya mengatakan ‘ssstt diam, tolong jagain pintu, kalau ada guru datang kasih tahu ya’ sebagai kawan yang baik saya pun melakukannya.
Tidak hanya itu, kebiasaan mereka yang sudah melewati batas ini sering dilakukan di luar sekolah, terlebih lagi meminum minuman keras dan pulang pagi itu sudah mereka anggap biasa, itulah kebiasaan mereka. Jika saya bisa memberikan slogan untuk mereka maka slogan yang pantas adalah ‘tiada hari tanpa alkohol’.
Waktu demi waktu berlalu dan ujian kenaikan kelas pun tiba. Sehari sebelum ujian dilaksanakan yang saya lakukan dengan kawan kawan bukan mempelajari kembali apa yang di berikan oleh guru pembimbing, melainkan yang kami lakukan hanya nongkrong dan saya seperti biasa menyimak betapa tenangnya mereka menikmati alkohol yang membuat mereka merasa berada di angan angan. Mereka tak tahu kalau ini adalah kesenangan sementara, tidak menyadari bahwa mereka telah merusak organ tubuh mereka sendiri hanya untuk kesenangan sementara. Melupakan kerja keras orang tua yang telah susah payah menyekolahkan mereka hingga ke tinggkat SMP agar mereka mengerti dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Ujian kenaikan pun telah selesai, dan nilai yang kami dapatkan cukup memuaskan, itu berkat pengawas ujian yang tidak terlalu ketat dan juga berkat the power of nyontek. Jika pengawas ujiannya ketat atau bahasa kekiniannya yaitu ‘pengawas killer’ mungkin kami tidak naik kelas dan sudah pasti akan mengecewakan orang tua. Setelah malam tiba kawan kawan saya ingin merayakan kenaikan kelas, tidak perlu saya jelaskan lagi dengan cara apa mereka merayakannya. Waktu menunjukan pukul 2:45 WITA dan gelas yang berisi alkohol itu masih berputar. Mereka dengan kesibukannya sendiri sedangkan saya seperti biasa menemani dan mendengar cerita cerita pengalaman lucu mereka.
Saya menjalani awal kelas 2 saya dengan baik, dan makin akrab saja dengan kawan saya yang sebelumnya. Setiap malam malam tertentu kami nongkrong dan kegiatan yang dilakukan seperti biasanya saat kami kelas 1. Makin banyak pula kawan yang saya temui, dari anak yang baik sekali hingga yang buruk sekali. Saya sempat berkawan sangat akrab dengan seorang pengedar narkoba, dia juga sempat mempromosikan barangnya pada kawan kawan SMP saya, dan mereka tidak sedikit yang menjadi kecanduan, bermula dari mencoba coba lalu menjadi kecanduan atau ketergantunggan.
Akibat kecanduan barang haram tersebut, salah satu kawan saya dirawat di rumah sakit, Sebagai kawan saya hanya bisa mendoakannya. Setelah beberapa hari dirawat akhirnya dia bisa pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya. Ada rasa jengkel yang menyelimuti hati saya karena kawan yang belum lama masuk rumah sakit akibat barang haram tersebut kini menggunakan barang haram itu lagi, ini akibat ketergantunggan. tidak mengingat di balik kesehatannya ada orang tuanya yang senantiasa menjaga dan merawatnya.
Setitik kesalahan menenggelamkan masa depan. Jauhilah narkoba maka kebahagiaan akan mendatangimu.
FEATURE NEWS
PANTAI POHON CINTA
17 tahun aku tinggal di kota ini. Tempat ini adalah salah satu saksi perjalanan hidupku dari sejak masuk sekolah dasar hingga aku lulus dari sekolah menengah atas. Tepatnya di Kota Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Disini aku memulai perjalanan hidupku bersama keluarga kecil yang aku punya.
Saat kecil aku ke sekolah dengan bermodalkan 2 kaki yang diberikan oleh yang Maha Kuasa. Rumahku dan sekolah dasarku berjarak kurang lebih 1 Kilo Meter. Ketika beranjak SMP hingga SMA aku sudah diberikan kebebasan oleh orangtua untuk mengemudikan kendaraan roda dua. Di waktu aku duduk di bangku SMA aku bertemu dengan puluhan sifat manusia yang beragam jenis. Setelah aku lulus dari bangku SMA, aku melanjutkan study di Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Ilmu Komunikasi.
Setelah sekitar 3 bulan kuliah, aku rindu dengan kampung halaman yang terlalu banyak dengan kenangan manis dan terutama tentang keindahan alam yang dimiliki oleh kampung halamanku. Kota Marisa cukup terkenal dengan keindahan alamnya. Maskot dari kampung halamanku adalah Pantai Pohon Cinta.
Teringat waktu ketika di sore hari aku duduk disana, aku dapat merasakan senja yang begitu indah. Yang menemaniku dikala aku bimbang dan merasa sedih karena tertimpa masalah-masalah remaja. Hembusan anginpun tatkala meniupkan wangi-wangian para wanita yang berlalu-lalang di sekitarku. Tatapan bersama senyum sering kali kuberikan kepada wanita-wanita itu. Tak jauh dari tempatku bersantai banyak suara anak kecil yang riang gembira sedang bermain ayunan dan jungkat-jungkit. Terdapat jajanan kuliner disekitar pantai Pohon Cinta. Harganya pun cukup terjangkau bagi kawula muda.
Dikala malam hari tiba banyak pasangan muda-mudi yang menikmati kecantikan sinar bulan dan kemerduan ombak di pantai ini. Seperti layaknya di provinsi Bandung, di sini juga terdapat yang namanya gembok cinta yang dimana ketika sepasang kekasih menuliskan nama mereka di gembok itu maka dipercayai cinta mereka akan abadi.
Pantai Pohon Cinta adalah keindahan alam yang di berikan oleh Maha Pencipta.
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong