VULKANOLOGI, SEISMOGRAFI & GEOTEKTONIK
NAMA : FADLIA DJALIL
MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI UMUM
DOSEN PENGAJAR : INTAN NOVIANTARI MANYOE S.Si M.T
A. VULKANOLOGI (GUNUNG API)
a). Vulkanologi v.s Volkanologi
Kata Vulcano (gunung api) pertama kali berasal dari pulau kecil yang bernama Volcano, yang terletak di Laut Mediterania, Sicily. Vulkanologi berasal dari bahasa Italia yaitu “Vulcano” yang berarti Dewa Api (penjaga pada tubuh gunung api). Dalam Bahasa Belanda “vulkaan” yang berarti geunung api. Dalam bahsa Inggris : vulkanologi berasal dari kata “vulkaanologi”, yaitu volcano (gunungapi) dan logos (ilmu). Jadi, di Indonesia dapat menyebutnya ilmu gunung api, vulkanologi atau volkanologi.
b). Definisi Vulkanologi/Volkanologi (Ilmu gunung api).
1. Menurut Alzwar dkk (1966), gunung api adalah :
a. Timbulan di permukaan bumi, yang tersusn atas timbunan rempah gunung api.
b. Tempat dengan jenis dan kegiatan magma yang sedang berlangsung
c. Tempat keluarnya batuan lelran dan rempah leps gunung api dari dalam bumi.
2. Menurut MacDonald (1972):
a. Tempat / bukaan berasal batuan pijar (gas) dan umumnya keduanya, keluanya kepermukaaan bumi, sehingga bahan batuan tersebut berakumulasi membentuk bukit atau gunung.
3. Menurut Bronto (2006)
a. Setiap proses alam yang berhubungan dengan kegiatan guinung api, meliputi asal-usul pembentukan magma di dalam bumi hingga kemunculannya dipermukaan bumi dalam berbagai betuk dan kegiataanya.
b. Setiap magma yang muncul ke permukaan bumi adalah gunung api.
c). Prinsip dan Teori Dasar Pembelajaran Vulkanologi.
1. Prinsip “The Present is the key to the past”
Kini: ribuan gunung api tersebar diseluruh dunia dengan berbagai tatanan tektoniknya; manghasilkan batuan asal gunungapi yang proses pembentukkannya dapat kita lihat secara langsung--- the present
Kini: banyak sekali singkapan batuan asal gunung apiyang proses pembentukkannya tidak diketahui secara langsung –the past
2. Teori Tektonik Lempeng – Proses geologi yang mengontrol pembentukkan gunungapi.
B. Teori Tektonik Lempeng
Tektonik lempeng (plate tectonics) adalah teori tentang lapisan kaku bagian terluar bumi (lithospere) yang terpecah-pecah hingga menjadi lusinan lempeng yang satu sama lain saling bergerak, seperti serpihan-serpihan / lempengan-lempenganpapan kayu yang terapung di atas perairan.
C. Tektonik Lempeng v.s Aktivvitas Gunung Api
a. Proses pelelehan sebagian pada proses penumjaman tektonik lempeng menghasilkan magma.
b. Magma bersifat selalu bergerak.
c. Dalam tektonik lempeng: ada lempeng yang saling mendekat (gaya kompresi) dan saling menjauh (gaya ekstensi)
d. Proses kompresi dan ekstensi membentuk rekaan dan rifting padabagian lempeng yang lain.
e. Jika ada rekahan yang membuka hingga di permukaan, maka akan dilalui magma.
f. Akumulasi aliran magma ke permukaan membangun tubuh gunungapi.
D. Bagian-bagian pada Tektonik Lempeng
a. Dua/lebih lempeng yang berbeda dan saling bertumbukan.
b. Batuan bancuh (mélange)
c. Volcanic area (busur magmatik) dan gunung api hotspot.
d. Zona pemekaran dan mid ocean ridge basalts.
e. Transform fault
f. Palung (trench)
g. Tinggian (through)
h. Cekungan muka busur (fore arch basin)
i. Cekungan belakang busur (back arch basin)
E. Ring of fire (cincin api)
a. Proses kompresi pada tektonik lempeng menghasilkan jalur penunjaman (subduksi)
b. Subduksi membentuk pelelehan sebagian di sepanjang zona benni off membentuk magma.
c. Magma selanjutnya terakumulasi di bawah permukaan bumi di depan jalur subduksi
d. Sebagian magma yang menjangkau sampai ke permukaan membentuk gugusan gunungapi.
e. Jalur di sepanjang zona subduksi dan jalur gunungapi disebut RING ON FIRE (cincin api)
F. Gugusan gunungapi Punggungan Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges)
a. Proses ekstensi lempeng yang saling menjauh membentuk zona pemekaran di lantai samudra.
b. Magma yang munculke permukaan melalui zona pemekaran tersebut membentuk gugusan gunungapi.
c. Jalur gugusan gunungapi ini dapat dijumpai di tengah samudra Atlantik, Pasifik, dan India.
d. Kecepatan pemekaran bervariasi tergantung dari posisinyadi sepanjang punggungan dan lamanya pemekaran (waktu).
e. Kecepatan pemekaran lambat : < 3 cm/th; dan cepat :> 4 cm/th.
B. SEISMOGRAF (GEMPA BUMI)
1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa Bumi atau seisme banyak diartikan sebagai getaran atau guncangan yang timbul di permukaan bumi yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi juga diartikan sebagai suatu pergeseran lapisan secara tiba-tiba yang berasa dalam bumi. Karena gempa bumi dikatakan bersumber dari dalam bumi atau lapisan bawah bumi berarti gempa bumi adalah getaran pada kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Getaran gempa biasa dinyatakan dalam skala richter. Ilmuwan yang mempelajari tentang gempa bumi disebut seismologist dan alat yang digunakan sisemologist untuk mengukur setiap getaran yang terjadi disebut siesmograf.
2. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
Gempa bumi banyak disebabkan oleh gerakan-gerakan lempeng bumi. Bumi kita ini memiliki lempeng-lempeng yang suatu saat akan bergerak karena adanya tekanan atau energi dari dalam bumi. Lempeng-lempeng tersebut bisa bergerak menjauh (divergen), mendekat (konvergen) atau melewati (transform). Gerakan lempeng-lempeng tersebut bisa dalam waktu yang lambat maupun dalam waktu yang cepat. Energi yang tersimpan dan sulit keluar menyebabkan energi tersebut tersimpan sampai akhirnya energi itu tidak dapat tertahan lagi dan terlepas yang menyebabkan pergerakan lempeng secara cepat dalam waktu yang singkat yang menyebabkan terjadinya getaran pada kulit bumi.
Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tetapi juga disebabkan oleh cairan magma yang ada pada lapisan bawah kulit bumi. Magma dalam bumi juga melakukan pergerakan. Pergerakan tersebut yang menimbulkan penumpukan massa cairan. Cairan tersebut akan terus bergerak hingga akhirnya menimbulkan energi yang kuat yang memaksa cairan tersebut untuk keluar dari dalam kulit bumi. Energi tersebut menimbulkan kulit bumi mengalami pergerakan divergen sebagai saluran untuk cairan tersebut keluar. Pergerakan tersebut yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi juga dapat disebabkan oleh manusia sendiri. Seperti yang disebabkan oleh peledakan bahan peledak yang dibuat oleh manusia. Selain itu juga pembangkit listrik tenaga nuklir atau senjata nuklir yang dibuat oleh manusia juga dapat menimbulkan guncangan pada permukaan bumi sehingga terjadi gempa.
3. Proses Terjadinya Gempa
Dalam proses gempa bumi ada yang dikenal dengan hiposentrum dan episentrum. Hiposentrum adalah titik pusat gempa yang berada dibawah permukaan bumi sedangkan episentrum adalah titik pusat gempa yang berada di atas permukaan bumi. Pusat gempa atau hiposentrum berada pada pertamuan lempeng benua dan lempeng samudra yang saling bertumbukan dan menimbulkan gelombang getaran. Lempeng samudra Gelombang getaran tersebut merambat sampai pada episentrum dan terus merambat ke segala arah di permukaan bumi dengan cepat.
a.Macam-macam Gelombang Gempa
1). Gelombang Longitudinal (Gelombang Primer)
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang pertama kali tercatat pada seismograf. Gelombang ini dirambatkan dari hiposentrum melalui lapisan litosfer dan dirambatkan secara menyebar dan cenderung cepat. Jenis gelombang longitudinal ini sifatnya sama seperti gelombang suara yang bisa merambat melalui zat padat, cair dan padat.
2). Gelombang Transversal (Gelombang Sekunder)
Gelombang transversal muncul setelah gelombang longitudinal dan tercatat pada seismograf setelah gelombang longitudinal. Gelombang ini dirambatkan dari hiposentrum ke segala arah dalam lapisan litosfer dan kecepatannya lebih rendah dibandingkan gelombang longitudinal dan bergerak tegak lurus dengan arah rambatannya. Gelombang transversal hanya dapat merambat melalui zat padat. Jika ia merambat melalui medium cair dan gas maka gelombang ini akan hilang dan tidak tercatat lagi pada seismograf.
3). Gelombang Panjang (Gelombang Permukaan)
Gelombang panjang adalah gelombang yang merambat melalui episentrum dan menyebar ke segala arah di permukaan bumi. Gelombang ini melanjutkan perjalanannya di permukaan bumi dan merupakan gelombang pengiring setelah gelombang transversal. Gelombang transversal adalah gelombang yang bersifat merusak karena gelombang ini berjalan terus melalui wilayah sekitar pusat gempa bumi.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Gempa Bumi
Gempa bumi yang terjadi pada suatu daerah bisa merupakan gempa yang berskala besar maupun gempa yang berskala kecil. Besar kecilnya gempa itu dikarenakan beberapa faktor yaitu:
1) Skala atau magnitude gempa. Yaitu kekuatan gempa yang terjadi yang bukan berdasarkan lokasi observasi pada suatu daerah . Magnitude gempa biasa dihitung tiap gempa terjadi dan dicatat oleh seismograf yang dinyatakan dalam satuan Skala Ricther.
2) Durasi dan kekuatan gempa. Yaitu lamanya guncangan gempa yang terjadi pada suatau daerah dan kekuatan gempa yang terjadi dengan melihat kerusakan pada daerah tempat terjadinya gempa bumi.
3) Jarak sumber gempa terhadap perkotaan. Jarak sumber gempa yang jauh dari perkotaan akan memungkinkan intensitas gempa semakin rendah.
4) Kedalaman sumber gempa. Yaitu kedalaman pusat terjadinya gempa diukur dari permukaan bumi. Semakin dalam pusat gempa maka semakin rendah kekuatan gempa yang terjadi.
5) Kualitas tanah dan bangunan. Kualitas tanah yang buruk akibat bangunan dapat mengakibatkan serangan gempa bumi yang kuat.
Lokasi perbukitan dan pantai. Pantai atau daerah perbukitan merupakan daerah rawan gempa karena perbukitan dan pantai merupakan daerah pertemuan lempeng. Sehingga dapat mempengaruhi besar kecil kekuatan gempa berdasarkan hiposentrumnya.
4. Klasifikasi Gempa Bumi
1) Berdasarkan Penyebabnya
a). Gempa Tektonik: gempa yang terjadi karena perubahan kedudukan lapisan batuan yang mengakibatkan adanya pergerakan lempeng-lempeng pada lapisan kulit bumi.
b). Gempa Vulkanik: gempa yang terjadi karena adanya aktivitas magma dalam lapisan bawah permukaan bumi.
c). Gempa Runtuhan: gempa yang terjadi karena adanya runtuhan pada terowongan bawah tanah akibat aktivitas pertambangan. Runtuhan terowongan yang besar tersebut dapat mengakibatkan getaran yang kuat.
2) Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum
a). Gempa Dangkal: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya rendah. Titik hiposentrum ini dihitung dari permukaan laut sampai pada titik pusat gempa berada.
b). Gempa Menengah: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya tidak terlalu dalam dan jauh dari permukaan bumi. Berada sekitar 100-300 km di bawah permukaan laut.
c). Gempa Dalam: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya sangat jauh dari permukaan laut. Titik hiposentrum > 300 km di bawah permukaan air lut.
3) Berdasarkan Jarak Episentrum
a). Gempa Setempat: gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi namun hanya pada daerah tempat titik pusat gempa berada. Biasanya gempa semacam ini memiliki kekuatan yang sangat rendah sehingga hanya dirasakan oleh wilayah setempat saja.
b). Gempa Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi dan getarannya dirasakan hingga daerah yang jauh dari titik pusat gempa berada. Gempa ini dapat terjadi apabila memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga mengakibatkan guncangan yang kuat.
c). Gempa Sangat Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi dan getarannya dapat dirasakan hingga daerah yang sangat jauh dari daerah asal gempa terjadi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga menimbulkan guncangan yang dahsyat dan mencakup wilayah yang sangat luas.
4) Berdasarkan Bentuk Episentrum
a). Gempa Sentral: gempa yang episentrumnya berupa suatu titik. Gempa yang dirasakan pada daerah setempat.
b). Gempa Linier: gempa yang episentrumnya berupa suatu garis. Gempa ini dirasakan oleh daerah-daerah yang berada disebelah daerah pusat gempa dan terus merambat hingga daerah berikutnya sehingga membentuk suatu garis.
5) Berdasarkan Letak Episentrum
a). Gempa Laut: gempa yang episentrumnya berada di bawah dasar laut. Gempa ini terjadi karena hiposentrumnnya berada di bawah dasar laut sehingga guncangan dan getarannya berada di dasar laut. Biasanya gempa ini dapat mengakibatkan tsunami apa bila kekuatannya sangat besar.
b). Gempa Darat: gempa yang episentrumnya berada di permukaan bumi atau daratan. Gempa ini terjadi apabila hiposentrumnya berada di bawah permukaan bumi dan berada pada lempeng benua.
5. Aktivitas Gempa Bumi Di Indonesia
Bumi kita memiliki dua jalur pegunungan muda yaitu sirkum pasifik dan sirkum mediterania. Jalur pegunungan tersebut merupakan salah satu dari proses pembentukan batuan dan dampak dari gempa yang sering terjadi sehingga mengakibatkan tumbukan antar lempeng terus terjadi dan membentuk suatu pegunungan yang panjang. Sirkum pasifik dan sikum mediterania ini bertemu di wilayah Asia dan Indonesia merupakan salah satu negara yang berada diantara jalur tersebut. Di dunia ada 7 lempeng yang besar yaitu Pasifik, Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Antartika, dan Eurasia, tempat Indonesia berada. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Lempeng Eurasia merupakan lempeng yang keadaannya stabil, sedangkan lempeng Indo-Autralia adalah lempeng yang cenderung bergerak ke utara dan lempeng Pasifik yang cenderung bergerak ke barat. Itulah yang membuat Indonesia berada pada daerah rawan bencana gempa bumi. Wilayah-wilayah di Indonesia yang merupakan daerah rawan yaitu Sumatra terutama bagian pesisir barat, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia dibagi menjadi 6 daerah aktivitas:
1) Daerah sangat aktif. Magnitude lebih dari 8 SR mungkin terjadi di daerah ini. Yaitu di Halmahera, pantai utara Irian.
2) Daerah aktif. Magnitude 8 SR mungkin terjadi dan magnitude 7 SR sering terjadi. Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda.
3) Daerah lipatan dan retakan. Magnitude kurang dari 7 SR mungkin terjadi. Yaitu di pantai barat Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi tengah.
4) Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari 7 SR bisa terjadi. Yaitu di Sumatra, Jawa bagian utara, Kalimatan bagian timur.
5) Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 SR jarang terjadi. Yaitu di daerah pantai timur Sumatra, Kalimantan tengah.
6) Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa. Yaitu daerah pantai selatan Irian, Kalimantan bagian barat.
Indonesia memiliki banyak sejarah gempa yang terjadi. Salah satu gempa yang terdahsyat yaitu di tahun 2004 pada bulan desember yang mengguncang Aceh dan sekitarnya dengan gempa yang berkekuatan 9,8 SR. Gempa ini mengakibatkan timbulnya tsunami karena hiposentrumnya yang berada pada dasar laut.
2.6 Dampak Terjadinya Gempa Bumi
Gempa bumi memiliki dampak negatif bagi manusia diantaranya kerusakan berat pada tempat tinggal warga yang bertempat tinggal ditempat kejadian. Terutama apabila gempa yang terjadi memiliki kekuatan yang besar. Banyak dari korban bencana kehilangan tempat tinggal dan tempat berlindung. Selain itu gempa yang menyebabkan banyaknya bangunan yang runtuh akan mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan akibat tertindih bangunan.
Selain kerusakan fisik, gempa juga memiliki dampak negative bagi psikologis korban yang mengalami bencana. Beberapa dari korban juga akan mengalami trauma atas kejadian yang dialaminya. Ini juga dapat berdampak bagi perekonomian negara karena secara tidak langsung negara perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mengatasi korban-korban bencana alam baik dari pangan maupun sandang. Tenaga medis dan fasilitasnyapun sangat diperlukan untuk mengatasi dampak dari bencana tersebut.
Gempa juga dapat mengakibatkan timbulnya gelombang besar tsunami apabila gempa tersebut hiposentrumnya berada pada dasar laut dan memiliki kekuatan yang besar. Gelombang trunami tersebut dapat merusak semua benda yang dilaluinya dan membawa semua material-material kedalam laut.
C. GEOTEKTONIK
Ilmu geotektonik mempelajari struktur-struktur geologi setempat, dalam hubungannya berkaitan dengan struktur regional dan dengan semikian berusaha memberikan sintesa tentang sejarah perkembangan kerak bumi di suatu tempat. Ilmu ini mempelajari tentang struktur besar seperti geosinklin dan geantiklin.
Pengetahuan tentang geotektonik bukan saja mempelajari bentuk kerak bumi tetapi juga mempelajari stratigrafi. Tektonik merupakan gejala asal endogen. Yang terjadi akibat dari gaya endogen ini yaitu terjadinya pengangkatan dan di daerah lain terjadi gerak menurun sehingga menyebabkan daerah tersebut tergenang air laut. Pengangkatan yang dilakukan oleh gaya endogen akan menyebabkan terbentuknya orogen. Proses orogenesis ini membentuk pegunungan berangkai yang pada umumnya terdiri dari struktur lipatan atau patahan.
Pengangkatan jalur kerak bumi sehingga menjadi pegunungan dapat pula berlaku dengan sangat lambat sekali dan meliputi daerah yang sangat luas. Proses ini dikenal dengan sebutan orogenesis. Gerak orogenesis berjalan relatif cepat dari proses epirogenesis. Proses epirogenesis akan membentuk perhubungan kerak bumi yang membentuk kubah. Ketika terjadi erosi maka struktur inipun akan membentuk pegunungan.
Gejala pembentukan pegunungan merupakan suatu gerak lingkaran yang yang silih berganti peristiwa ini disebut sebagai daur geologi. Daur ini meliputi proses gliptogenesi, litogenesis, dan orogenesis.
ü Pengertian geosinklin
Cekungan geosinklin merupakan endapan sediment tebal dimana sewaktu pengendapan, dasar lekuk ini berada dalam keadaan yang menurun. Dari cekungan inilah pegunungan-pegunungan mulai terbentuk. Pegunungan ini terbentuk karena adanya sedimen klastika. Hal ini banyak ditemukan di pegunungan Alpina, Himalaya, Ural, Andes dan pegunungan Korlidera di Amerika Utara.
ü Pembentukan Pegunungan dan Aktivitas Magma
Didalam suatu pegunungan berangkai seringkali ditemukan batuan beku yang berbeda komposisinya. Yaitu basa dan asam (intermedian).
Daur geologi biasanya dimulai dengan pembentukan geosinklin dimana terjadi pengendapan sediment. Pada waktu inilah aktivitas magma yang pertama yang disebut Initiale vulkanismus (vulkanisme pertama). Magma ini berada dalam bentuk instrusi atau ekstrusi dan batuan yang dibentuk pada umumnya adalah batuan basa sampai ultra-basa misalnya peridotit, gabrobasalt dan sebagainya. Kumpulan batuan ini disebut ophiolit. Setelah instrusi batuan basa ini maka lapisan sediment itu diperas, disesar dan dilipat. Kemudian terjadilah pengangkatan yang biasanya bersamaan dan disusul oleh pembentukan batuan masam sampai intermedier seperti granit, granodiorit dan tonalit gejala demikian disebut synorogene plutonismus atau plutonisma sinorogen. Batuan-batuan ini akan membentuk bakolit yang besar seperti pluton sierra. Di Indonesia batuan ini terdapat di sepanjang baukit barisan
Pada akhir pembentukan pegunungan maka akan terjadi kembali aktivitas yang dikenal dengan nama subsequente vulkanismus. Gejala ini masih dapat dilihat pada pegunungan lipatan sekarang yaitu aktivitas vulkanis sepanjang zona meditera dan zona sirkum pasifik. Batuan vulkanik yang dihasilkan pada umunya yaitu andesit, dasit, dan riolit. Batuan ini erat hubungannya dengan batuan diorit, kwarsa diorite dan granit.
Jika kerakbumi telah mulai dikonsilidasikan maka akan terjadi aktivitas magma terakhir yang disebut finale vulkanismus (vulkanisme penutup). Hasilnya yaitu basalt yang biasanya keluar melalui patahan atau celah di dalam bumi.
Dalam suatu pegunungan dalam daerah tertentu dapat ditemukan batuan dari provinsi petrografi yang berbeda dan dibentuk dalam waktu yang berbeda pula.
Di Indonesia gejala ini dapat ditemukan di bukit barisan. Di samping itu kerakbumi Indonesia menunjukkan struktur berzona pegunungan. Pegunungan tertua terletak di daerah asia dan yang termuda terletak di daerah samudera. Provinsi petrologi terbatas pada penjabaran ruang dan waktu.
Unsur-unsur struktur geologi dan provinsi petrologi berhubungan dengan:
a. Pulau chrismas yang muncul dari samudera Indonesia yang mempunyai kedalaman 5000 m adalah suatu gunung api yang telah mati. Gunung ini pernah aktif pada zaman tersier tua dan menghasilkan lava yang dapat di golongkan kedalam suite atlantik.
b. Punggung submarine adalah suatu pegunungan yang sedang muncul di atas permukaan laut. Ditempat ini sedang dibentuk suatu punggung ge-antiklin dari geosinklin. Punggung ini merupakan lanjutan dari punggung submarine di Sumatera Barat seperti pulau Nias, Siberut, dan Mentawai.
c. Daerah penghubungan geantikin dari kerak bumi yang membentuk poros dari pulau jawa dan sumatera. Diatas geantiklin ini terdapat sejumlah besar gunung api yang kini masih aktif. Gunung api ini termasuk kedalam gunung api strato yang bersifat eksplosif yang menghasilkan lava dan tufa.
d. Dibagian utara pulau jawa terdiri dari suatu cekungan sedimen yang terletak antara punggung geantiklin jawa selatan dan tanah sunda. Jalur ini terjadi pada zaman kwater aktivitas vulkanik. Bahan bahan yang dihasilkan adalah batuan yang digolongkan kedalam propinsi petrologi mediteran.
e. Disebelah utara pulau jawa terdapat tanah sunda yang sebagian besar telah digenangi air laut. Di pulau karimunjaya dan Sukadana ditemukan batuan basalt,
Sebagai kesimpulan tentang hubungan struktur pegunungan dan aktivitas magma dapat dikatakan bahwa di daerah muka pegunungan (samudera Indonesia) terdapat provinsi petrografi atlantik, di daerah geosinklin (busur luar) terdapat suite ophiolit. Di daerah geantiklin (busur dalam) terdapat suite pasifik, dibagian konkaf dari busur vulkanik terdapat varieta suite mediteran dan akhirnya didaerah belakang pegunungan terdapat basal.
ü Pembagian Pegunungan Menurut Tipe
Pegunungan dapat digolongkan dalam pegunungan lipatan dan pegunungan patahan. Cloos menggolongkannya sebagai berikut:
• Pegunungan kelopak
• Pegunungan Lipatan
• Pegunungan lipatan-patahan
• Pegunungan blok
• Horst dan Graben
Pada dasarnya lembah yang dibentuk oleh gaya tektonik ini mempunyai dinding curam dan lurus jalannya. Sedangkan lembah yang dibentuk oleh erosi mempunyai jalan yang berliku-liku.
Menurut E. Suess disebabkan oleh gaya tarikan maka terjadilah patahan dalam kerakbumi. Karena adanya patahan ini maka magma keluar dari waduk magma, sehingga tempat ini menjadi vacuum, sebagian dari kerak bumi akan runtuh dan ditempat inilah akan terjadi graben.
ü Zona Patahan Semangko
Punggung pulau sumatera terdiri dari penggabungan besar kerak bumi yang dikenal dengan nama geantiklin bukit barisan. Diatas bukit barisan terdapat sistem patahan yang dikenal dengan nama zona patahan semangko.
Sepanjang bukit barisan ditemukan perisai atau tumor yang diatasnya terdapat sejumlah besar graben. Tumor yang terkenal sepanjang zona semangko ini adalah tumor gendongsurian di Sumatera Selatan, tumor batak d Sumatera Utara.
Bentuk graben yang terletak diatas kulminasi bukit barisan ini bentuknya tidak memanjang akan tetapi sering berbentuk segi empat. Hal ini terjadi karena graben telah terganggu oleh ledakan vulkanik kemudia membentuk depresi vulkano-tektonik. Patahan semangko mengandung batu apung. Hal ini disebabkan karena patahan ini terletak di daerah orogen dan besar kemungkinan batuan lelehan masam ini bersumber pada batuan granit yang terletak dibawahnya.
Sebagian dari patahan semangko yang terletak antara Liwa dan Kota Agung yang panjangnya kira-kira 45km dan lebarnya 10km dan diisi oleh bahan vulkanik masam dan intermedier.
Daerah patahan semangko yang terletak antara Bukttinggi dan kotacana terkenal nama zona patahan ulu aer. Panjang patahan di daerah ini kira-kira 550km. sebagian ahli berpendapat bahwa patahan semangko ini beberapa tempat adalah sesar mendatar.
ü Zona Patahan Afrika Utara dan Afrika Timur
Sistem patahan ini panjangnya sekitar 6000 km memanjang dari Afrika Selatan sampai Palestina dan terletak antara 15o LS dan 37o LU. Merupakan patahan terbesar di dunia. Disekitar patahan ini tersebar sejumlah besar bahan-bahan vulkanik dalam bentuk basalt datartinggi.
Disebelah selatan terdapat suatu graben dimana terletak danau Nyassa. Panjang daerah ini sekitar 400 mil dan lebarnya 50 mil, dasarnya diujung sebelah utara 700 kaki dibawah permukaan airlaut indonesia. Disebelah barat laut terletak sistem graben dengan danau Tanganyika dan danau Albert. Besar graben ini hampir sama dengan graben Nyassa. Dalamnya sekitar 1 mil dan dasarnya 2000 kaki di bawah permukaan samudera Indonesia. Sitem graben ke tiga mengandung danau Rudolf, stefani dan bermuara dilaut Merah. Suatu sistem yang menghubungkan Laut Merah dan danau Rudolf di Kenya. Dinding graben ini curam dan perbedaan tinggi antara dinding dan dasarnya dapat mencapai 6000 kaki. Lebih daripada garaben kenya ini antara 30 dan 40 mil. Graben laut merah panjangnya sekitar 2000 km dan lebarnya 300 km dan dalamnya sekitar 2300 km.
Zona patahan di Afrika ini menurut Kossmatt diterangkan dengan teori Wagener ialah karena pergesaran kontinen, karena sebagian besar kontinen Afrika lebih cepat bergearak daripada bagian yang lain. Akibatnya ialah terjadi robekan yang sangat besar dalam kerak bumi dalam bentuk graben.
ü Basin ranges di Amerika Utara
Sebagian besar dari negara bagian Nevada. Utah Barat, Oregon, Idaho Arizona, New Meksiko, Texas Barat dan Kalifornia Timur di Amerika Serikat terdiri dari rangkaian pegunungan-pegunungan yang terasing dan dipisahkan oleh daratan – daratan padang pasir dan lekuk- lekuk.
Beberapa pegunungan ini rendah, akan tetapi mencapai tinggi lebih dari 4000 meter dan panjang 150 km. Daerah ini merupakan blok-blok kerak bumi yang diangkat dan dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh bidang-bidang patahan. Gerak vertikal ini awalnya terjadi perbedaan tinggi 2 mil antara bagian yang tinggi dan terendah. Salah satu daerah yang menurun ini disebut Lekuk Besar (Great Basin).
ü Pegunungan blok skandinavia
Prisai Skandinavia meliputi darah Swedia, Finlandia dann sebagian dari Rusia. Ditemukan batuan-batuan tua di Eropa dan bercirikan struktur patahan. Batuan disini adalah Pra-Kambrium, sejak zaman ini daerah ini tidak pernah lagi mengalami gerak lipatan. Dibagian atas dari daerah prisai ini terdapat patahan dan sesar turun.
ü Pegunungan Jiwo dan pegunungan Kidul di Jawa Tengah.
Kedua pegunungan ini merupakan contoh dari pegunungan patahan atau pegunungan blok. Ditemukan batuan pra tersier yang terdiri dari batuan meteamorf dan diatasnya terletak sedimen berumur Eosen, Miosen dan Pleistosen. Batuan sedimen disini berkali kali mengalami orogenesis ialah pada zaman kapur, Paleogen, Neogen, dan Kwarter. Gejala ini disebabkan oleh gerak-gerak patahan yang menyebabkan terjadinya struktur blok. Gerak-gerak dari blok ini berbeda-bedad jadi membentuk daerah patahan dengan horst dan graben.
ü Pegunungan lipatan-patahan di Jerman Tengah dan Utara
Pegunungan lipatan-patahan adalah suatu bentuk peralihan antara struktur patahan dan struktur lipatan. Yang terkenal ialah pegunungan Saxon, tipe deformasi pegunungan ini tidaklah sangat beraturan, terdapat sedimen yang terlipat, akan tetapi juga menunjam. Hal ini disebabkan karena gaya tangential dengan komponen gaya vertikal( turun-naik).
ü Lipatan besar
Graben dan Hors terletak diatas suatu struktu pembubunga dalam kerak bumi, disebut lipatan besar. Lipatan besar ini sering bersamaan letaknya dengan lekuk-lekuk besar pula. Istilah lipatan besar yang lain yakni geotumor, kubah, undasi, dan lain-lain. Terjadinya lipatan besar karena perpindahan magma secara besar-besaran didalam bumi, struktur daripada lipatan besar ini adalah setangkup, sedangkan lipatan-lipatan biasa pada umumnya tak setangkup.
ü Pegunungan lipatan
Bentuk pegunungan lipatan sangat berbeda-beda . pegunungan Jura misalnya mempunyai bentuk busur sedangkan pegunungan Pyrenea, Kaukasus dan Ural adalah lurus. Didalam pegunungan lipatan terdapat lipatan miring, lipatan menggantung, dan lipatan rebah.
ü Pegunungan Jura
Yang khas dari morfologi pegunungan Jura ialah terdapatnya persamaan antara topografi dan struktur geologi pegunungan ini. Sebuah bukit bertindih tepat letaknya dengan suatu anttiklin sedangkan lembah-lembah bertepatan letaknya dengan suatu sinklin.
Pegunungan Jura terdiri dari berkas lipatan yang berbentuk busur. Bentuk lipatan disini tidak begitu sederhana bentuknya sebagaimana diduga sebelumnya.
Dibawah lapisan jura kelihatan formasi yang lebih tua yaitu trias. Trias terletak diatas lapisan yang lebih tua yang dinamakan perm.
ü Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera
Pegunungan ini memanjang dari Aceh sampai Lampung sekitar 1650 km. Pegunungan ini merupakan geantiklin dan diatasnya merupakan patahan semangko. Didaerah Jambi terdapat struktur kelopak dalam lapisan-lapisan Permo-Karbon. Terdapat batuan granit, yang menandakan aktivitas magma yang kuat di pegunungan ini. Disebelah barat pegunungan ini terdapat sedikit antiklin Tersier berbentuk sepanjang dataran pantai yang sempit.
Pegunungan bukit barisan dibentuk oleh dua fase lipatan utama yaitu yang terjadi pada akhir zaman Kapur(fase Laramis) dan pertengahan zaman Tersier.
ü Struktur Kelopak di Timur
Brouwer membagi satuan struktur di Timor sebagai berikut:
• Kompleks fatu
Merupakan kompleks sekis dan palelo bukan merupakan sisa satu kelopak yang dahulu berhubungan akan tetapi sebagai masa berbentuk lensa yang terdapat dalam seri sonnebait.
• Seksi hablur dengan komplesk palel spilit
• Seri sonnebait yang mencesar diatas seri kekneno
• Seri ofu
• Seri kekneno
• Massif massif hablur dan batuan yang digolongkan kedalam dasar sutochton. Bentuk dari massif hablur di timor ini sebagian besar adalah hasil dari tektonik sesar sungkup.
De waard menerangkan struktur kelopak di timor bukan semata-mata karena tekanan tangensial sebagaimana yang terjadi pada kelopak penninikum akan tetapi terjadi karena gaya gravitasi. Gaya ini menyebabkan terjadinya pergeseran batuan sedimen dan pergeseran ini akan menyebabkan terjadinya kelopak. Dalam profil, struktur demikian biasanya memperlihatkan lapisan tipis dibagian belakang dan penebal dibagian muka dari kelopak.
Batuan kristalin dipulau timor juga mengalami deformasi yang disebabkan oleh sesaran kelopak yang terletak diatasnya. Batuan ini mengalami patahan, geseran, pembentukan breksi tektonik, dan lain sebagainya.
KONSEP DASAR & ASPEK-ASPEK GEOMORFOLOGI
NAMA : FADLIA DJALIL
MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI UMUM
DOSEN PENGAJAR : INTAN NOVIANTARI MANYOE S.Si,. M.T
1. DEFINISI KATA LEMBAH, STRUKTUR GEOLOGI, TOPOGRAFI, PROSES ENDOGEN, PROSES EKSOGEN, EROSI, & GLASIALLEMBAH
Lembah adalah wilayah bentang alam yang dikelilingi oleh pegunungan atau perbukitan yang luasnya dari beberapa kilometer persegi sampai mencapai ribuan kilometer persegi. Lembah dapat terbentuk dari beberapa proses geologis.
a). STRUKTUR GEOLOGI
Struktur Geologi adalah kenampakan yang dihasilkan oleh gerak-gerak tersebut, sebagai hasil dari deformasi. Kenampakan yang terbentuk antara lain struktur lipatan (fold), kekar (joint) patahan/sesar (fault) dan ketidakselarasan (unconformity).
b) TOPOGRAFI
Topografi menggambarkan ciri-ciri fisik dari bumi. Fitur-fitur ini biasa mencakup formasi alam seperti gunung, sungai, danau & lembah. Fitur buatan manusia seperti bendungan, jalan, & kota-kota juga dapat dimasukkan. Topografi juga mencatat berbagai ketinggian suatu daerah dengan menggunakan peta topografi.
c). PROSES ENDOGEN
Proses Endogen adalah pembentukan bentang alam yang disebabkan oleh tenaga dari dalam bumi dan membangun. Proses Endogen meliputi Diatropisme/Tektonisme dan Vulkanisme.
d). PROSES EKSOGEN
Proses Eksogen adalah pembentukan bentang alam yang disebabkan oleh tenaga dari luar dan merusak.
e). EROSI
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi.
f). GLASIAL
Glasial adalah waktu suhu menurun dalam jangka masa yang lama dalam iklim bumi, menyebabkan peningkatan dalam keluasan es di kawasan kutub dan gletser gunung. Sisa lautan yang ada tidak tertutupi es namun memiliki suhu tertinggi rata-rata sekitar 40 C.
2. SKALA WAKTU GEOLOGI RELATIF BESERTA KURUN, MASA, ZAMAN, & KALA DIDALAMNYA.
Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menetukan umur bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, mereka mengembangkan skala waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif pertama kali dikembangkan di Eropa sejak 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon(Masa) yang terbagi menjadi Era(Kurun), Era di dibagi-bagi kedalam Perod(Zaman), dan Zaman dibagi lagi menjadi Epoch(Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Keneozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan teapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan menjadi kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan kata Paleo yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, Meso yang mempunyai art tengaj/pertengahan dan Keno yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul Keneozoikum. Sebagaimana diketahui bahwa Fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih bisa dikenali seperti, tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak(Track), lubang-lubang(Burrow), atau kesan dari kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai Paleontolog, yaitu seorang yang mempelajari kehidupan purba.
Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon(Kurun) dan Era(Massa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama masa Proterozoikum kemungkinan mengandung fosil dari organiseme yang sederhana seperti Bacteria dan Algae. Btauan yang terbentuk selama masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil-fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.
3. 10 KONSEP DASAR GEOMORFOLOGI
Konsep dasar geomorfologi dikemukakan Thronbury (1958) dalam Suprapto (1997:17) & Suwijanto (tanpa tahun:2) sebagai berikut:
Proses-proses dan hukum fisik yang sama bekerja sejarang, bekerja pula pada waktu geologi yang walaupun intensitasnya tidak seperti sekarangStruktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuklahan & srtuktur geologi dicerminkan oleh bentuklahan.Perbedaan muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lain disebabkan karena dejarat pembentukknnya berbeda pula.Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada bentuklahan dan setiap proses geomorfologi akan membangun karakteristik tertentu pada bentuklahannya (meninggalkan jejak yang spesifik dan dapat dibedakan dengan proses lain secara jelas).Akibat perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan suatu urutan bentuklahan yang mempunyai karakteristik pada masing-masing tahap perkembangannya.Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibandingkan dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi umumnya sangat komlpek/rumit, jarang yang disebabkan oleh proses sderhana)Hanya sedikit saja dari permukaan bumi adalah lebih tua dari zaman Tersier, dan kebanyakan dari padanya tidak lebih dari zaman Pleistosen.Interpretasi tepat secara bentanglahan sekarang tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan iklim dan geologi dalam masa Pleistosen (Pengenalan bentanglahan saat sekarang harus memperhatikan proses yang berlangsung pada zaman Pleistosen)Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar dari berbahai kepentinagan berbagai proses-proses geomorfologi berbeda (dalam mempelajari bentanglahan/skala dunia, pengetahuan tentang iklim global perlu diperhatikanWalaupun geomorfologi menekankan tentang bentanglahan sekarang, namun ituk mempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah perkembangannya.
4. TAHAP PERKEMBANGAN MUDA, DEAWASA, DAN TUA PADA BENTUK LAHAN
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus Geomorfik (Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua (gambar 1-3).
a). TAHAP MUDA
Dicirikan oleh lembah berbentuk “V”, tidak dijumpai dataran banjir, banyak dijumpai air terjun, aliran air deras, erosi vertikal lebih dominan dibandingkan erosi lateral.
b). TAHAP DEWASA
Dicirikan oleh relief yang maksimal, dengan bentuk lembah sudah mulai cenderung berbentuk “U” dimana erosi vertikal sudang seimbang dengan erosi lateral, cabang-cabang sungai sudah memperlihatkan bentuk meandering.
c). TAHAP TUA
Dicirikan oleh lembah dan sungai meander yang lebar, erosi lateral lebih dominan dibandingkan erosi vertikal karena permukaan erosi sudah mendekati ketingkat dasar muka air.
5. ASPEK-ASPEK GEOMORFOLOGI
Aspek-aspek geomorfologi meliputi :
a. ASPEK MORFOLOGI
a). Morfografi adalah suatu bentuk lahan yang di nyatakan dalam kualitatif
b). Morfometri adalah suatu bentuk lahan yang dinyatakan dalam kuantitatif
b. ASPEK MORFOGENESIS
Menyangkut asal-usul dari bentuk lahan. Morfogenesis terkait dengan tenaga dan proses geomorfologi.
c. ASPEK MORFOKLONOLOGIS
Membahas tentang urutan kejadian suatu lahan yang diwujudkan dalam bentuk peta.
d. ASPEK MORFOASOSIASI
Membahas tentang urutan kejadian antara suatu lahan dengan lahan lainnya.
PENGANTAR GEOMORFOLOGI
NAMA : FADLIA DJALIL
MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI UMUM
DOSEN PENGAMPU : INTAN NOVIANTARI S.Si M.T
A. Pengertian Geomorfologi
Geomorfologi merupakan ilmu tentang roman/bentuk muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Menurut Worcester (1939), geomorfologi merupakan diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya.
Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of landscapes”. Landscapes yang dimaksudkan disini adalah bentangalam alamiah (natural landscapes). Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk bentangalam (landform atau landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.
Ahli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentang alam yang dilihatnyadan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan pemodelan numerik.
B. Sejarah Singkat Teori Geomorfologi
Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga ilmu-ilmu lainya dimulai dengan munculnya pakar-pakar filsafat Yunani dan Romawi. Herodotus (485-425 SM) yang dikenal sebagai Bapak Geografi di kenal pula mempunyai pikiran tentang geomorfologi, termasuk perubahan permukaan air laut sebagai salah satu gejala yang ia perhatikan di Mesir.
Kemudian banyak pula pakar filsafat lain yang menyinggung tentang geomorfologi seperti Aristoteles, Strabo,dan Seneca yang kesemuanya akhirnya menerangkan gejala-gejala alam sebagai suatu kutukan Tuhan yang dikenal sebagai Teori Malapetaka. Kemudian konsep ini sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Orang mulai mengenal filsafat Katastrofisma (Cuvier), yang menyatakan bahwa gejala-gejala geomorfologis terjadi secara mendadak. Hal ini didukung beberapa kejadian geologis yang terbentuk secara cepat sekali seperti letusan gunung api, longsor, dan aliran lahar. Dataran-dataran menurut pendapat ini juga terjadi secara demikian. James Hutton (1726-1797) dikenal sebagai Bapak Geologi Modern mempunyai pendapat yang bertolak belakang dengan Teori Katasrtrofisma. Menurutnya, proses morfologis bekerja sepanjang waktu secara perlahan tetapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang ada sekarang ini. Bahkan banyak perubahan yang terjadi di masa lalu terjadi di masa sekarang dan seterusnya. Ide utama pendapat ini dituangkannya dalam ungkapan “The present is the key to the past”(“Masa sekarang adalah kunci membuka tabir masa lalu”). Pada masa sekarang geomorfologi bukan hanya membahas hal-hal statis saja tetapi juga merupakan ilmu yang dinamis yang mampu meramalkan kejdian alam sebagai hasil interpolasi. Selain itu, bentuk roman bumi dapat dinyatakan dengan besaran matematika seperti yang dikenal dalam Geomorfologi Kuantitatif.
C. Arti Penting Geomorfologi
Pada dasawarsa terakhir ini sudah mulai tampak arti penting geomorfologi sebagai pendukung ilmu kebumian lainya dan ilmu yang terkait dalam arti praktisnya. Geomorfologi sebagai ilmu mempunyai arti yang penting, seperti perananya dalam geografi fisik dalam terapanya dalam penelitian
.
Kajian geomorfologikal akan menghasilkan data/informasi yang utama dan pertama dari bentang lahan fiskal yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun terapan praktisnya. Dalam penerapan geomorfologi pada dasarnya banyak diwarnai oleh Verstappen dalam bukunya yang berjudul “Applied Geomorphology (Geomorphological Surveys for Environmental Development)” tahun 1983. Dalam buku tersebut memuat berbagai terapan geomorfologi. Adapun terapan geomorfologi yang dikemukakan oleh Verstappen tersebut adalah meliputi peran dan terapan geomorfologi dalam survey geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan, keteknikan, eksplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis medan banjir, serta bahaya alam yang disebabkan oleh tenaga endogen. Dari apa yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa geomorfologi mempunyai peran dan arti yang cukup penting. Karena dalam suatu perencanaan pengembangan wilayah, memerlukan informasi dasar yang menyeluruh baik aspek fisik maupun aspek sosial.