KATEGORI : catatan sunnah

Ketika Allah Ridha

12 October 2014 09:36:31 Dibaca : 1828

Oleh:Ajis Uadingo



Ketika Hidayah Allah Mulai menyatu dengan Pelupuk Jiwa setiap insan. Maka bergembiralah wahai perindu-perindu syurga karena saat itu butir-butir iman sudah bersemai dan menyatu bersama Qolbu yang yang merindukan kehidupan yang sebenarnya kehidupan, DidalamNya kekal dan berlimpahan Rahmat dan Nikmat...


Hidayah adalah Amanah dari Sang Raja dari penduduk langit yang diMuliakan dan Raja semua mahluk DiaLah sebaik-sebaik pemelihara. Amanah yang patut kita jaga, walau kiranya menjaga seperti "menggenggam barah api" Seperti halnya Sabda baginda Rasulullah SAW : "Akan datang suatu zaman kepada manusia, orang yang memegang agamanya ditengah mereka ibarat memegang bara api"


Ini mengggambarkan bahwa betapa sulitnya hidup diatas SUNNAH, berjalan diatas keridhoanNya walau harus tertatih-tatih menyusuri lika liku zaman hingga pada penghujung waktu.
Tak cukup  hanya menjaga dan menjaga, Dia butuh tempat untuk berteduh yaitu Qolbu yang sehat dan selalu hidup , didalamnya selalu disirami dengan kalimat-kalimat thayyibah. Tak hanya itu saja dia butuh pondasi yang kokoh, menyebut kalimat thayyibah mungkin sebatas lisan , hanya sebatas yang kita dengar ketika diucapkan, untuk membangun benteng yang kokoh terlebih dahulu hamba Allah berada di puncak keridhoan, “ketika kita ridho Allah sebagai Robb kita, Islam agama kita dan Muhammad nabi kita.” dan Allah Azza wa Jalla ridha kepada kita maka Disanalah puncak dimana para perindu syurganya Allah Azza wa Jalla akan menemukan kebahagian sejati.


Ini adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya yang soleh, Wahai hamba yang budiman marilah sejenak  merenung menundukan kepala, hati dan jiwa sebagai bukti bahwa sungguh lemah kita dihadapan Allah SWT….

Sebagai Nasehat untuk diri saya sendiri, Mari Bersegera kepada Ampunan Allah, selagi pintu Ampunan terbuka lebar untuk hamba-hambanya yang memendam rindu dan mengharapkan Wajah Allah Semata.

AMPLOP DARI LANGIT

09 October 2014 16:31:03 Dibaca : 1116


Oleh: Nuruddin Al Indunissy

Sore itu selepas Ashar, di rumah rehab Depok. Ada satu makmum yang masbuk, terlihat menyelesaikan shalatnya dengan sisa-sisa semangat hingga salam. Saya membalikan badan dan menatap satu persatu klient, atau lebih tepatnya pasien saya sore itu.

Satu persatu saya gali dikedalaman mata mereka, dan kata demi kata yang terucap dari bibir mereka, masalah apa yang membuat mereka datang ke rumah ini. Sipemuda tanggung tadi tertunduk, seakan tulang-tulang lehernya tidak berfungsi lagi. Matanya nanar, menatap sayu ketika saya tanya tentang masalah pribadi yang ia hadapi?

Dia terbata-bata menjelaskan belenggu difikirannya, dan saya lebih tertarik memahami bahasa rambutnya yang kusut ikal tidak disisir. Tubuhnya yang ramping menggambarkan ketidakseimbangan gizi ruhani dan jasmaninya, ada beban berat yang menindih bahunya. Sayang sekali saya --saat itu masih lajang-- jadi tidak setiap pelik masalah rumah tangga bisa saya retas dengan solusi yang proportional, saya masih menganggap remeh semua masalah.

"Kita akan bertemu sebuah masa dalam hidup kita, dimana seluruh harta kita, pendidikan kita, ilmu kita, popularitas kita, gelar kita, pengalaman bahkan usia kita tidak berguna dihadapan dengan sebuah masalah yang Allah bentangkan dihadapan kita dengan tiba-tiba. Disana kita sadar, bahwa kita adalah hamba. Hamba yabg butuh kepada Rabb-Nya".

Seperti biasa, kata-kata nasehat menyerbu kepalanya. Entah dia medengarnya atau tidak. Namun, yang jelas al Qur'an yang saya hantamkan belum berefect pada jasadnya sore itu. Pemuda itu masih diam, saya lupa entah jam berapa dia pulang esok harinya. Yang jelas dia tidak sedikitpun tertarik dengan ongkos yang saya tawarkan, "barangkali ia sedang sulit".

Di minggu ke 3, bulan berikutnya, diam-diam pemuda itu datang lagi dan kebetulan malam itu rapat perdana pembentukan RehabHati Foundations. Dia mengajukan dirinya untuk jadi sekertaris RehabHati, tapi tidak mudah bagi saya untuk memberi amanah sebesar ini kepada seseorang yang belum terlihat dedikasinya. Dan saat itu, saya angkat dia sebagai duta RehabHati untuk zone Sukabumi.

Minggu ke 3 bulan berikutnya ia datang kembali, saya cukup terkesan dengan keberaniannya menerjang macetnya cibadak-parungkuda-lido yang menjadi penghijab bogor sukabumi. Dan saya sentuh pemuda ini dengan sebuah amanah, "Antum pegang camera ya?" dan ia senyum kegirangan. "Ya. Ustad!" katanya, semangat dan langsung mempelajari beberapa trik untuk ambil photo dengan DLSR.

Bulan berikutnya, di RehabHati Pusdai Bandung saya cek photo hasil jepretannya sudah bagus. Luarbiasa, pemuda ini hadir juga pelatihan RHQH diluar kota meninggalkan anak istrinya. Di kota kembang ini tabir yang menyelimutinya Mulai terbuka, ia tidak segan lagi menerima tawaran "ongkos" dari saya. Dan dia memang bercerita tentang siapa dirinya.

Belitan utang dan riba telah menjerat kakinya untuk berhenti dari dunia hitamnya, dan saya semakin melihat jiwa jihadinya untuk ikut diperhelatan sunnah ini. Ia berikrar dijalan sunnah, bersama team rehab hati demi meredam gemuruh dihatinya. Dan, jalan ini tidak mudah. 2, 3, 4 bulan kemudian hal-hal unik dari langit mulai menggodanya untuk kembali atau tetap tegar diatas sunnah.

Saya dengar rumahnya mulai disita bank, keluarga dan saudaranya mulai goncang dan menyudutkannya. Namun macan kurus ini malah makin semangat menyerang syaitan yang mengepungnya bak singa-singa lapar yang tak akan pernah kenyang.

Saya lihat celananya mulai naik diatas mata kaki, wajahnya mulai cerah, dan ia mulai berani meminpin ruqyah massal kecil-kecilan meskipun awalnya saya jerumuskan..

Puncaknya ialah di hari paling istimewa dalam hidup saya, ia bersama rombongan menembus jarak ribuan kilometer untuk memperlihatkan kesungguhannya bersama rehab hati.

Yang jelas, satu demi satu saya melihat ada perubahan dalam dirinya. Rambutnya mulai rapi di pertemuan ke 2 dulu, dan terlihat kecintaannya terhadap al Qur'an mulai menjalar dijiwanya.

Dan, ia sudah layak menjadi wakil saya di Cirebon. Saya tugaskan macan kurus ini di RumahRehab Cirebon, qadarullah rumah wakaf dari hamba Allah dicirebon itu sudah lama menanti hamba Allah yang Amanah.

1, 2 dan 3 bulan berikutnya belum ada kabar baik dari kota kecil yang panas ini. Namun beliau tetap istiqamah, minggu ke 3 tetap hadir di Rumah Rehab Depok. Masalah beliau makin memuncak, dan rumahnya benar-benar harus dikosongkan. Polisi, keluarga dan pihak bank benar-benar tidak kasihan lagi dengan kondisinya. Mereka tidak paham tentang intervensi Jin dalam kehidupan yang memang akan membuat manusia bangkrut dunia akhirat. Namun..

Macan lapar ini tidak sendirian, balatentara Allah bersamanya. Apalagi kalau bukan karena keikhlasan dan rahmat Allah yang menopang kakinya tetap berdiri teguh. Perjalanan spiritualnya membelah pulau jawa dari Barat ke timur dan utara keselatan telah membuatnya berpengalaman dalam dunia ruqyah yang syar'ie, dan pohon itu kini berbuah lebat.

Namanya mulai dikenal setelah merehab beberapa penyakit kronis dan sembuh atas izin Allah, puncaknya sore ini saya dengar ia dapat amplop dari langit. Ia dihadiahi sebuah sedan toyota DX oleh pasiennya yang sembuh (atas izin Allah) dari kelumpuhan setelah diruqyahnya.

Subhanallah...
Keistiqamahan yang membawa pasien rehab hati ini menjadi seorang terapist berkualitas. Padahal hingga saat ini, hamba Allah yang mendambakan diruqyah oleh saya ini belum sempat diruqyah.

Mabruuk!
Mabruk kang Ade, jalan masih panjang.
Salam bahagia untuk istri dan Abil tercinta.

NAI

Mulai meninggalkan dan memusnahkan Jubah Masa lalu (jahiliah) adalah jalan menuju Qolbu Islamic sempurna, tentunya harus melalui tahap-tahap tertentu; Rehab hati yang sempurna, pemurnian akidah dan tauhid, mengembalikan fitrah hati, mengubah Orientasi hidup dan taubatan Nasuha. Namun Kesemuanya butuh proses yang panjang dan kesungguhan hati yang didalamNya belajar mencintai SunnahNya dan Al-Qur'an. Manusia tidakLah luput dari dosa dan kesalahan, dari kelalaian kita itu Allah SWT punya rencana tersendiri agar kita mau dan kembali kejalan Yg di Ridhai. Mari sejenak kita merenung untuk apa kita diciptakan, dan apa yang telah kita perbuat sampai dengan hari ini (?).

Hingga saat ini Pun kita masih disibukan dengan urusan dunia menyelewengkan panggilan Ilahi Robbi;

“Allaahummaghfirlii khathii’atii wa jahlii wa israafi fii amrii wa maa anta a’lamu bihi minnii. Allaahummaghfirlii hazlii wa jiddii wa khathaayaaya wa ‘amdii wa kullu dzaalika ‘indii”

“Ya Allah, berilah ampunan kepadaku atas kesalahan-kesalahanku, kebodohanku, serta sikap berlebihanku dalam urusanku, dan dari segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas canda dan keseriusanku, kekeliruan dan kesengajaanku, dan segala yang ada pada diriku. (HR Al-Bukhari)”Semoga Ridha dan ampunaNya tetap tercurah kepada kita sekalian Ummah yang ingin kembali Kepadanya. Amin ya rabbal alamin