ARSIP BULANAN : September 2022

Pendekatan Kepemimpinan

25 September 2022 20:54:02 Dibaca : 719

    Kepemimpinan adalah kemapuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu mamksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

    Yukl (2005:11) mengemukakan bahwa banyak sekali mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skill) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1950-an hingga tahun 1990-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada periode tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat satupun sifat watak (trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin. Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model). Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.

   Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an, sekali lagi memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisai yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan 1980-an mengarah kepeda kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal tersebut didasari sebagai komponen organisasi yang sangat kompleks. Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegritaskan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya, dan kontingensi dan terpadu.

1. Pendekatan Sifat

Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa. Kemudian timbul teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory” (teori dari Fisik). Kemudian timbul lagibahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini dinamakan pendekatan sifat. Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Cakap, cerdik dan jujur

c. Sehat jasmani dan rohani

d. Tegas, berani, disiplin dan efisien

e. Bijaksana dan manusiawi

f. Berilmu

g. Bersemangat tinggi

h. Berjiwa matang dan berkemauan keras

i. mempunyai motivasi kerja tinggi

j. Mampu berbuat adil

k. Mampu membuat rencana dan keputusan

l. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar

m. Mendahulukan kepentingan orang lain.

2. Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menegakkan disiplin, cara pengawasan dan lain-lain. Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpindengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapat dan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan demokratis. Pandangan kllasik menganggap sikap pegawai itu pasif dalam arti enggan bekerja, malas, takut memikul tanggung jawab, bekerja berdasarkan perintah. Sebaliknya pandangan modern pegawai itu manusia yang memiliki perasaan, emosi, kehendak aktif dan tanggung jawab. Pandangan klasik menimbulkan gaya kepemimpinan otoriter sedangkan pandangan modern menimbulkan gaya kepemimpinan demokratis. Dari dua pandangan di atas menimbulkan gaya kepemimpinan yang berbeda.

3. Pendekatan Kontingensi

Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best Way” (Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki cirri khusus bahkan organisasi yang sejenis akan menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepepimpinan yang berbeda. Fromont E. Kast, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari sub sistem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi menunjukkan pendekatan dalam organisasi adanya natar hubungan dalam sub system yang terdiri daari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi berpandangan bahwa azas-azas organisasi bersifat universal. Apabila dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri.

4. Pendekatan TerpaduSersley dan Blanchard, memadukan berbagai teori kedalam pendekatan kepemimpinan situasional dengan maksud menunjukkan kesamaan dari pada perbedaan diantara teori-teori tersebut. Teori-teori yang dipadukan adalah:

a. Perpeduan antara teori motivasi jenjang kebutuhan teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

b. Perpaduan teori motivasi 2 faktor teori tingkat kematangan bawahan,dengan pendekatan situasional.

c. Perpaduan antar 4 sistem manajemen, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan situasional

d. Perpaduan antara teori x dan y, teori tingkat kematangan bawahan dengan kematangan situasional

e. Perpaduan antara pola perilaku A dan B, tori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

f. Perpaduan antara 4 anggapan tentang orang, teori kematangan bawahan dengan kepemimpinan situasional

g. Perpaduan antara teori “Ego State”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

h. Perpaduan antara teori”Life Position” , teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

i. Perpaduan antara teori system control, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

j. Perpaduan antara teori dasar daya, teori tingkat kamatangan bawahan dengan pendekatan kepemikmpinan situasional.

k. Perpaduan antara teori “Parent effektiviness training”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

l. Perpaduan antara teori pertumbuhan organisasi dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

m. Perpaduan antara teori proses pertumbuhan organisasi, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

n. Perpaduan antara teori siklus perubahan, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

o. Perpaduan antara teori modivikasi perilaku, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

p. Perpaduan antara teori “Force field analysis”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

Peran dan Fungsi Kepemimpinan

14 September 2022 20:30:31 Dibaca : 2791

A. Fungsi Kepemimpinan

   Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing an sebagainya, yang secara singkat menggerakkan enam M. agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat melaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Perencanaan                                       

    Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat – manfaat tersebut antara lain :

  1. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan                               
  2. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui   
  3. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.

Perencanaan meliputi dua hal, yaitu : 

  1. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
  2. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kkegiatan – kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan                                                                                                                                                                                                                   

2. Fungsi memandang ke depan                                                                                                                                                                                         

    Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.

3. Fungsi pengembangan loyalitas                                                                                                                                                                             

   Mengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.     

4. Fungsi Pengawasan                                                                         

    Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana

5. Fungsi mengambil keputusan   

    Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.   

Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari : 

  1.   Perasaan, firasat atau intuisi   
  2.   Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional – sistematis.   
  3.   Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.   
  4.   Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan

6. Fungsi memberi motivasi   

    Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, pujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini sebaik-baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.   

     Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of Leadership, menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan, yaitu

1.  Fungsi menjalankan tugas     

     Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi ini adalah :   

  1.   Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah, menyarankan gagasan – gagasan baru, dan sebagainya.     
  2.   Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul – usul atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.               
  3.   Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang serupa.   
  4.   Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran – saran yang diterima.   
  5.   Memeberikan penjelasan dengan contoh – contoh yang lebih dapat mengembangkan pengertian.   
  6.   Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran'saran dan mencoba mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu kesatuan. 
  7.   Merangkum gagasan'gagasan yang ada kaitannya satu sama lain menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah didiskusi dalam kelompok.                             
  8.  Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan menilai keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.     
  9.  Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah ditetapkan. 
  10.  Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.

2. Fungsi pemeliharaan.

    Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya yang termasuk fungsi ini antara lain :   

  1. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui sumbangan fikiran orang lain. 
  2. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain berkesempatan untuk mendengar.                         
  3. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann yang      bertentangan dengan pedoman kelompok.
  4. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai pengikut dan pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil keputusan.             
  5. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai penengah untuk mengkonfirmasikan pemecahan masalah.       

      Disamping kedua pendapat tersebut tentang fungsi kepemimpinan, pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memberikan pendapat yang terakhir mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah menciptakan struktur untuk pencapaian tujuan, mempertahankan dan mengamankan integritas organisasi dan medamaikan perbedaan yang terjadi dalam kelompok menuju ke arah kesepakatan bersama.   

       Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 fungsi pokok kepemimpinan, yaitu :

1. Fungsi instruktif  

    Pemimpin berfungsi sebagai komunikastor yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara menjalankan perintah), bila mana (waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.

2. Fungsi konsultatif    

     Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebgai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usahan menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang – orang yang dipimpinnya

3. Fungsi partisipatif    

    Dalam menjalankanufngsi artisipatif pemimpin berusaha mengaktifkan orang – orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas – tugas pokok, sesuai dengan posisi masing – masing.                                   

4. Fungsi delegasi                                                                                                                                                                                                                                                Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan pelimpahan wewenag membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah  kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.

5. Fungsi pengendalian 

     Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,  sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

B. Peran Kepemimpinan     

    Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal. Kegiatan tersebut mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan, menyupervisi, mengawasi tindakan anak buah, mengoordinasikan kegiatan yang sedang atau akan dilakukan, dan mempersatukan usaha dan berbagai individu yang memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies,1994). Dengan demikian, kegiatan kepemimpinan selalu bersinggungan dengan kegiatan dalam manajemen. Brosten, Hayman dan Naylor (19796 menyebutkan bahwa kegiatan kepemimpinan paling sedikit mencakup 4 hal yang terkait dengan kegiatan manajerial, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Peran pertama meliputi :   

 1. Peran Figurehead sebagai simbol dari organisasi 

 2. Peran Leader berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya   

Sedangkan peran kedua terdiri dari 4 peran yakni :   

 1. Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.     

 2. Disseminator Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.   

 3. Spokeman juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.     

Peran ketiga terdiri dari 4 peran juga yaitu :   

 1. Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.   

 2. Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.

 3. Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan dan mengesahkan setiap keputusan.     

4. Negotiator Melakukan perundingan dan tawar – menawar.

Sejarah Pemimpin dan Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia; yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, lalu bekerjasama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia, dan ada unsur kepemimpinan. pada saat itu pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang-orang yang paling kuat, paling cerdas dan paling berani. Pada masa itu muncul suatu teori yang dinamakan Physical Characteristic theory. W.H. Sheldon, dalam penelitiannya menemukan 76 tipe struktur badan yang berhubungan dengan perbedaan temperamen dan kepribadian, antara lain sehat jasmani dan rohani, kuat, besar, extrovert, disegani, percaya diri dan lain-Lain. 

 

DEFINISI KEPEMIMPINAN

Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational Leadership. Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal menjalani hidup. Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan organizational leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Beberapa pendapat para ahli tentang kepemimpinan mengandung pengertian dan makna yang sama. Antara lain dikemukakan oleh :

1. Sutarto   

Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Sondang P. Siagian   

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar melaksanakan pekerjaan bersama menuju suatu tujuan tertentu.

3. Ordway Tead   

Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4. George Terry   

Kepemimpinan adalah hubungan yang erat ada dalam diri orang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai keinginan pemimpin.

5. Franklin G. Mooore   

Kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang bertindak sesuai dengan keinginan pemimpin.

 

TEORI KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori yaitu teori genetis (keturunan), teori sosial, dan teori ekologis. 

1. Teori Genetis (Keturunan)

Pendekatan yang berpendapat bahwa pemimpin itu tidak dihasilkan, akan tetapi dilahirkan (leader are born\. Seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena ia dilahirkan dengan bakaFbakat alami yang luar biasa yang diwarisi dari keluarganya. Menurut pandangan pendekatan ini apabila seseorang sudah "ditakdirkan" menjadi seorang pemimpin, terlepas dari perjalanan hidup yang bersangkutan, akan timbul situasi yang menempatkan orang yang bersangkutan tampil menjadi pemimpin dan akan menjadi efeKif dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya. Dalam menjalankan kepemimpinannya tidak diperlukan teori dan ilmukepemimpinan, tanpa menjalani pelatihan dan pendidikan sebelumnya. Seorang diangkat menjadi pemimpin karena keturunan bukan dibuat (pendekatan hereditary - turun temurun). 

2. Teori Sosial

Pendekatan yang kedua yang memandang bahwa pemimpin itu dibentuk dan dipersiapkan (leader are made). Menurut pendekatan ini efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan dipersiapkan. Dengan mendapatkan kesempatan yang luas melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan yang terarah dan intensif, seseorang dapat menumbuhkan dan mengembangan efekti!itas kepemimpinannya. Dengan mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan efektivitas kepemimpinan, ciri-ciri kepemimpinan, gaya kepemimpihan, fungsi-fungsi dan peranan seorang pemimpin maka pada saatnya nanti seseorang akan memperoleh kemampuan dan kesiapan untuk tampil sebagai seorang pemimpin yang cocok dengan karakteristik dirinya. Perkembangan selanjutnya menekankan bahwa seorang pemimpin itu disiapkan. Selain bakat dan sifat dasar yang dimiliki untuk mencapai efeKivitas kepemimpinannya, kepemimpinan dapat dikembangkan melalui pendidikan dan latihan. Seseorang yang tidak memiliki sifat yang cocok dengan kepemimpinan tidak dapat diharapkan jadi pemimpin yang baik; tetapi dengan belajar seseorang dapat mempelajari dan memperbaiki sifat dan bakat yang dimilikl secara terbatas itu.

3. Teori Ekologis.

Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbulah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.

 

HASTABRATA : FILOSOFI KEPEMIMPINAN KOMPLEKS DAN IDEAL

Istilah hastabrata berasal dari kitab Hindu berbahasa sansekerta, hasta artinya delapan dan brata yaitu perilaku atau Tindakan pengendalian diri. Konsep hastabrata dalam kitab tersebut bahwa pemimpinan kekaisaan bertindak sesuai dengan karakter para dewa. Hastabrata pun menjadi tolak ukur sebuah kepemimpinan masa itu. Berikut merupakan delapan unsur alam kepemimpinan hastabrata

1. Mahambeg Mring Kismo (meniru sifat bumi)

Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi. Sebagai ibu pertiwi, bumi memiliki peran sebagai ibu, yang memiliki sifat keibuan, yang harus memelihara dan menjadi pengasuh, pemomong, dan pengayom bagi makhluk yang hidup di bumi. Implementasinya adalah, kalau sanggup menjadi pemimpin, maka ia harus mampu mengayomi dan melindungi anak buahnya. Ada juga yang menerjemahkan sifat Bumi sebagai sifat seorang yang suka memberikan perhatian kepada fakir miskin, dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi akan mengarahkan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.

2. Mahambeg Mring Warih (meniru sifat air)

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk pengikutnya (adaptif). Air selalu mengalir ke bawah, artinya pemimpin harus memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan mengikuti kebutuhan atasannya. Pemimpin juga harus menjadi sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas. Seorang pemimpin harus bersedia menerima pendapat dari bawahan dan memikirkan baik-baik semua pendapat yang ada.

3. Mahambeg Mring Samirono (meniru sifat angin)

Pemimpin yang menguasai sifat Angin adalah ia yang selalu terukur bicaranya (tidak asal ngomong), setiap perkataannya selalu disertai argumentasi serta dilengkapi data dan fakta. Dengan demikian, pemimpin yang menguasai sifat Angin ini akan selalu melakukan check and recheck sebelum berbicara atau mengambil keputusan.

4. Mahambeg Mring Candra (meniru sifat bulan)

Sifat Bulan adalah menjadi sumber cahaya bila malam tiba, dengan demikian Bulan adalah sang penerang mahluk hidup dari kegelapan (akal & budi) di bumi. Dalam memperlakukan anak buahnya, seorang pemimpin harus dilandasi oleh aspek-aspek sosio-emosional. Pemimpin harus memperhatikan harkat dan martabat pengikutnya sebagai sesama, atau nguwongke. Ia juga harus menjadi penuntun dan memberikan pencerahan kepada rakyatnya. Oleh karena itu pemimpin seperti ini memahami dan mengamalkan ajaran luhur yang terkandung dalam a-gama dan menjunjung tinggi moralitas.

5. Mahambeg Mring Suryo (meniru sifat matahari)

Seorang pemimpin yang menguasai sifat Matahari harus mampu memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Energi positif seorang pemimpin dapat memberi petunjuk dan solusi atas masalah yang dihadapi rakyatnya.

6. Mahambeg Mring Samodra (meniru sifat laut/samudra)

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian terhadap rakyatnya. Pemimpin harus memiliki wawasan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam Samudra.

7. Mahambeg Mring Wukir (meniru sifat gunung)

Layaknya sifat Gunung yang teguh dan kokoh, seorang pemimpin harus memiliki keteguhan-kekuatan fisik dan psikis serta tidak mudah menyerah untuk membela kebenaran maupun membela rakyatnya.

8. Mahambeg Mring Dahono (meniru sifat api)

Seorang pemimpin yang menguasai sifat Api adalah ia yang cekatan dan tuntas dalam menyelesaikan persoalan. Juga selalu konsisten dan objektif dalam menegakkan aturan, tegas, tidak pandang bulu dan objektif, serta tidak memihak.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong