TEORI KEPEMIMPINAN
A. Pengertian Kepemimpinan
kepemimpinan menurut para ahli :
1. Menurut Wahjosumidjo (1987:11)
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi.
2. Menurut Moejiono (2002)
Memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
3. Menurut Fiedler (1967)
Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
4. Menurut Ott (1996)
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.
B. Pengertian Teori Kepemimpinan
teori kepemimpinan merupakan buah pemikiran yang berisi penjelasan mengenai, apa, bagaimana, siapa, kapan, dimana dan mengapa individu dikatakan sebagai pemimpin. Teori-teori ini dapat kita gunakan sebagai pedoman, untuk mendalami konsep kepemimpinan diri yang muncul, sehingga paling tidak, kita dapat menjadi pemimpin untuk diri sendiri.
C. Macam Teori kepemimpinan
1. Great Man Theory
Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat asumsi, bahwa sifat kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak orang tersebut dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad ke-19. Meski tidak dapat diidentifikasi dengan suatu kajian ilmiah mengenai karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, tetapi banyak orang mengakui bahwa hanya satu orang diantara banyaknya individu, pasti memiliki ciri khas sebagai pemimpin yang hebat.
2. Trait Theory
Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka unggul dalam peran kepemimpinan. Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik. Teori kepemimpinan ini fokus terhadap analisis karakteristik mental, fisik dan sosial guna mendapatkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum di antara para pemimpin.
3. Contingency Theory
Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin tersebut dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah pula. Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori kepemimpinan situasional.
4. Teori gaya dan perilaku
Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The Great Man Theory. Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut. Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan utama yang dimiliki oleh individu yaitu keterampilan yang berupa keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.
5. Behavioral Theories
Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau Behavioral Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai kepemimpinan. Teori ini memberikan perhatian kepada perilaku para pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik mental, fisik, dan sosial pemimpin tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah kepemimpinan yang didasarkan pada perilaku yang dapat dipelajari.
6. Teori Servant
Teori kepemimpinan servant atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai pelayan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini meyakini, bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bertugas untuk melayani, menjaga, dan memelihara kesejahteraan fisik serta mental pengikut atau anggotanya. Gaya kepemimpinan ini cenderung fokus untuk memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi untuk lebih mandiri dan berwawasan lebih luas.
7. Teori transaksional
Berasal dari kata dasar transaksi, teori ini menggambarkan suatu gaya kepemimpinan yang berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, tentunya yang menjadi pelaksana adalah pemimpin dan staf atau pengikutnya Perjanjian ini dibuat dengan tujuan mendapat pertukaran (transaksi) yang sepadan atau saling menguntungkan antara pemimpin dengan staf.
8. Teori transformasional
Mengacu pada kata transformasi, yang memiliki arti umum perubahan. Teori kepemimpinan transformasional merupakan sebuah teori yang mengarah pada istilah memanusiakan manusia. Teori ini mengedepankan pendekatan personal pemimpin terhadap staf atau bawahan, dapat juga organisasi, dalam rangka membangun semangat, mengubah kesadaran, serta memberi inspirasi, demi mencapai tujuan bersama tanpa merasa ditekan maupun tertekan, bahkan mampu memotivasi setiap anggotanya. Gaya pemimpin transformasional selalu ingin mengelola lembaga atau organisasi yang dipercayakan kepadanya dengan lebih efektif dan efisien.
PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Dalam studi kepemimpinan ada beberapa pendekatan, yaitu :
- Pendekatan kesifatan
Pendekatan ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-sifat yang tampak dari seorang pemimpin. Ada sejumlah sifat / karakteristik tertentu yang berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan dari pemimpin.
2. Pendekatan perilaku
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin tentang apa yang diperbuat dan bagaimana melakukannya. Pendekatan ini bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Menurut pendekatan ini, keberhasilan dari seorang pemimpin tergantung pada perilaku-perilaku yang diterapkannya.
3. Pendekatan situasional
Pendekatan ini beranggapan bahwa efektivitas dari pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya pimpinan tetapi juga ditentukan oleh situasi yang ada dari kepemimpinan tersebut, yang meliputi tugas-tugas yang dilakukan, ketrampilan, dan harapan bawahan, lingkungan organisasi dan sebagainya.
teori pendekatan sifat :
Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kesifatan, maka teori sifat memusatkan perhatiannya pada sifat-sifat dari pemimpin. Para ahli teori ini mencoba menemukan karakteristik sifat-sifat individual dari pemimpin yang berhasil dan pemimpin yang gagal.
teori perilaku / pendekatan perilaku
Teori / pendekaan perilaku muncul karena ketidakpuasan terhadap pendekatan / teori sifat yang tidak dapat menemukan sifat-sifat pemimpin yang efektif. Teori / pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin tentang apa yang diperbuat dan bagaimana dia melakukannya, yaitu bagaimana pemimpin menjalankan tugas, mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan, dan sebagainya.
Pada dasarnya ada 2(dua) gaya kepemimpinan, yaitu :
1. Gaya dengan orientasi tugasYaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan baik, dengan cara mengarahkan dan mengendalikan bawahan/karyawan secara ketat. Pimpinan dengan gaya kepemimpinan seperti ini lebih memperhatikan keberhasilan pelaksanaan tugas/pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
2. Gaya dengan orientasi karyawanYaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan pada pemberian motivasi kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugasnya serta mengembangkan hubungan yang bersahabat, saling percaya dan hormat menghormati antar anggota politik.
model - model kepemimpinan :
1. Model Kontigensi FiedlerModel kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).
2. Model Kepemimpinan Vroom – JagoModel kepemimpinan ini menetapkan prosedur pengambilan keputusan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang disarankan adalah autokratis dan gaya konsultatif, dan satu gaya berorientasi keputusan bersama
3. Model Kepemimpinan Jalur TujuanModel kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
4. Model Kepemimpinan Situasional Hersey-BlanchardPendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.Lebih lanjut Yukl menjelaskan bahwa pendekatan situasional menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik para pengikut.
PERAN DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN
A. Fungsi Kepemimpinan
Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk,mendidik, membimbing an sebagainya, yang secara singkat menggerakkan enam M. agar parabawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat melaksanakan secarabaik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
a.Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskanapa yang akan dilakukanb. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkanatas fakta – fakta yang diketahuic. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukandan tujuan atau target yang akan dicapai.Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :d. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaandarurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.e. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kkegiatan – kegiatan yangakan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur – prosedur yangdiperlukan
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apayang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminanbahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpamengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin haruspeka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampumendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpintingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorangpemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah lakusehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernahmengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalansebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuanpelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segeradiketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yangelah ditetapkan dalam rencana
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Olehsebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkanada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapatdilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukanusul tertulis dan lain sebagainya.
B. Peran Kepemimpinan
Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal. Kegiatan tersebut mencakupcara mengarahkan, menunjukkan jalan, menyupervisi, mengawasi tindakan anak buah,mengoordinasikan kegiatan yang sedang atau akan dilakukan, dan mempersatukan usaha danberbagai individu yang memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies,1994). (Dengan demikian,kegiatan kepemimpinan selalu bersinggungan dengan kegiatan dalam manajemen.Brosten, Hayman dan Naylor (1979) menyebutkan bahwa kegiatan kepemimpinan paling sedikitmencakup 4 hal yang terkait dengan kegiatan manajerial, yaitu perencanaan, pengorganisasian,motivasi, dan pengendalianPeran pertama meliputi :
1. Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi2. Peran Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya3. Peran Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untukkepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
1. Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atauberpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.2. Disseminator Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.3. Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luarorganisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
1. Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.2. Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedangdalam keadaan menurun.3. Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktudengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, danmengesahkan setiap keputusan.4. Negotiator Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
HASTA BRATA
Hasta Brata adalah ilmu tentang delapan (hasta) sifat alam yang agung. Pemimpin yang menguasai ilmu Hasta Brata ini akan mampu melakukan internalisasi diri (pengejawantnhan) kedalam delapan sifat agung tersebut. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa delapan sifat alam ini mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta, yaitu; sifat Bumi, sifat Matahari, sifat Bulan, sifat Samudra, sifat Bintang, sifat Angin, sifat Api, dan sifat Air.
Sifat Bumi; adalah memberikan tempat hidup bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam konteks kekinian, sifat Bumi ini dapat diterjemahkan menjadi sifat seorang yang suka memberikan perhatian kepada fakir miskin, dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi akan mengarahkan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.
Sifat Matahari; adalah menjadi sumber energi yang memberi kekuatan untuk menyokong kehidupan. Matahari memberikan kekuatan pada makhluk hidup yang ada di bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Matahari dapat memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin yang menguasai sifat Matahari adalah ia yang siap membela rakyatnya yang tertindas. Sifat pemimpin seperti ini diilustrasikan dalam kisah Khalifah Umar bin Khatab yang “marah” ketika menemukan seorang warga yang tanahnya akan digusur Gubernur Mesir secara semena-mena. Seketika Khalifah Umar mengirimkan sepotong tulang yang digores pedangnya sebagai peringatan agar Gubernur Mesir tidak semena-mena terhadap rakyatnya.
Sifat Bulan; adalah menjadi sumber cahaya bila malam tiba. Dengan demikian, hakekatnya Bulan adalah sang penerang mahluk hidup dari kegelapan di bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Bulan adalah ia yang mampu menjadi penuntun dan memberikan pencerahan kepada rakyatnya. Oleh karena itu pemimpin seperti ini memahami dan mengamalkan ajaran luhur yang terkandung dalam agama (religiusitas) dan menjunjung tinggi moralitas.
Sifat Samudra; adalah luas dan lapang sebagai simbol dari kelapangan dada dan keluasan hati. Dalam konteks kekinian seorang pemimpin yang menguasai sifat Samudra akan mampu menerima kritikan dengan lapang dada, siap diberi saran sekalipun itu oleh bawahannya. Ia tidak akan melihat siapa yang berbicara, tetapi apa yang dibicarakan. Ia akan menyediakan waktu dan selalu terbuka untuk menampung keluhan rakyatnya.
Sifat Bintang; adalah melukiskan posisi yang tinggi. Pemimpin yang menguasai sifat Bintang dalam konteks kekinian adalah pemimpin yang memiliki kepribadian mulia sehingga menempati posisi (maqam) yang terhormat dan dihormati. Singkat kata, rakyat mencintainya
Sifat Angin; adalah dapat masuk (menyusup) ke segala tempat. Sifat Angin dalam khasanah filsafat Jawa ini diartikan sebagai suatu bentuk ketelitian dan kehati-hatian. Dan dalam konteks kekinian pemimpin yang menguasi sifat Angin adalah ia yang selalu terukur bicaranya (tidak asal ngomong), setiap perkataannya selalu disertai argumentasi serta dilengkapi data dan fakta. Dengan demikian pemimpin yang menguasai sifat Angin ini akan selalu melakukan check and recheck sebelum berbicara atau mengambil keputusan.
Sifat Api; adalah membakar apa saja, tanpa pandang bulu. Besi sekalipun bisa leleh dengan Api. Dalam khasanah filsafat Jawa, Api dimaknai secara positif sebagai simbol dari sifat yang tegas dan lugas. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Api adalah ia yang cekatan dan tuntas dalam menyelesaikan persoalan. Juga selalu konsisten dan objektif dalam menegakkan aturan, tegas tidak pandang bulu dan objektif serta tidak memihak
Sifat Air; Berbeda dengan Samudra yang lebih mewakili sifat luas (lapang) hati, Air memiliki sifat yang selalu mencari tempat yang rendah. Begitu pula pemimpin yang menguasai sifat Air, ia akan selalu rendah hati dan tidak sombong apalagi semena-mena kepada rakyatnya.
Meskipun tergolong tua, ilmu Hasta Brata adalah salah satu dari sekian banyak ajaran-ajaran filsafat kepemimpinan Jawa. Generasi selanjutnya juga mengajarkan filsafat kepemimpinan sebagai terjemahan lebih lanjut dari Ilmu Hasta Brata ini, misalkan ilmu Manunggaling Kawula Gusti yang mengajarkan bagaimana filsafat kepemimpinan yang menyatu dengan rakyat tetapi dekat dengan Tuhan. Ajaran Manunggaling Kawula Gusti ini mencoba mengambil ajaran Hasta Brata menjadi satu intisari ajaran filsafat kepemimpinan.
FILOSOFI DAN KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN
arti filsafat dalam KBBI:
anggapan, pandangan hidup, sikap batin yang dimiliki orang.
arti filsafat secara umum :
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran
definisi kepemimpinan :
proses mempengaruhi kegiatan kelompok untuk mencapau tujuan
definisi pemimpin :
orang yang mempunyai tugas mengarahkan dan membimbing agar dapat menggerakan roda organisasi untuk mencapai tujuan
filosofi kepemimpinan :
- "ing ngarso sung tulodo" artinya seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan
- "ing madya mangun kurso" artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat
- "tut wuri handayani" artinya seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang
filosofi kepemimpinan 5 jari :
- ibu jari, Pemimpin yang bijak adalah orang yang merasa tidak pernah segan dalam memberikan apresiasi, pujian atau sanjungan terhadap orang lain, baik bawahannya, relasi mitranya ataupun lawannya sekaligus. Jiwa sportivitas dan objektivitas menunjukkan bahwa kita berjiwa besar dan cerdas dalam memberikan penghargaan buat orang lain yang telah melaksanakan tugas dengan baik, meskipun dalam wujud satu langkah kecil
- telunjuk, Pemimpin yang bijak adalah seorang pemimpin mampu memberikan perintah maupun tugas kepada bawahannya dengan tegas dan lugas. Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab sesuai dengan fungsinya akan memudahkan kita bekerja secara team work yang solid. Pemimpin harus memiliki keyakinan yang memiliki kebenaran
- jari tengah, Kepemimpinan akan terwujud jika kita memiliki kearifan dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah. Seorang pemimpin harus mampu menjadi penengah dan penyelesai masalah (problem solver), bukan problem maker (pembuat masalah). Konflik adalah bagian dari kehidupan. Setiap konflik yang lahir, pemimpin harus mampu menyelesaikan secara adil, menjadi mediator dan negosiator yang baik serta penengah yang jujur
- jari manis, Pemimpin tidaklah kaku, namun dia harus memiliki jiwa humoris yang proporsional. Artinya humoris yang pada tempatnya. Pemimpin juga harus memiliki nilai seni yang tinggi dan bersahaja. Bukanlah sikap yang ditunjukkan secara arogan, emosional dan egois. Pemimpin harus dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi semua orang dan memberikan perilaku, tutur kata dan sikap yang lembut dan bijaksana
- jari kelingking, Pemimpin tidak dapat ditentukan secara fisik, karena yang menentukan kepemimpinan kita adalah karakter dan nilai (values) dalam diri kita. Pemimpin harus memiliki jiwa memaafkan dan rekonsiliasi
teori munculnya pemimpin :
1. teori genetis
- Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.
- Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus
- Secara filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
2. teori sosial
- Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja
- Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
3. Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu) menyatakan sebagai berikut: Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong