NAMA                        : Dewirna Tantu

NIM                            : 561420037

PRODI                       : S1-Teknik Industri

MATA KULIAH          : Six Sigma

DOSEN PENGAJAR : Dr. Trifandi Lasalewo, S.T., M.T & Nurfaisal Harun, S.T.,M.T

 

Membangun Keunggulan Bersama Six Sigma: Perjalanan Mendalam Melalui Mata Kuliah Berkualitas Tinggi

Mata kuliah Six Sigma memberikan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep dasar Six Sigma, metode pengukuran kinerja, dan teknik pengendalian proses. Dimana mahasiswa diharapkan dapat mengimplementasikan pendekatan ini untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan. Pentingnya Six Sigma dalam meningkatkan efisiensi operasional dan meminimalkan variabilitas proses. Mahasiswa belajar akan bagaimana penerapan Six Sigma dapat membantu organisasi mencapai tujuan kualitas dan keunggulan operasional.

Metode yang digunakan pada Perkuliahan matakuliah Six Sigma yakni metodologi DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) yang merupakan pendekatan struktural dalam penerapan Six Sigma. Dimana mahasiswa akan memahami setiap langkah proses dan bagaimana menerapkannya secara praktis pada setiap problem yang ada pada suatu perusahaan.

Mempelajari Seven Tools of Quality pada Six Sigma merupakan bagian integral dari metodologi Six Sigma untuk meningkatkan kualitas proses bisnis. Seven Tools of Quality dirancang untuk membantu memahami dan mengelola variabilitas dalam proses bisnis. Melalui alat-alat ini, mahasiswa belajar mengidentifikasi sumber variabilitas dan menganalisis dampaknya terhadap kualitas produk atau layanan. Seven Tools of Quality dapat diintegrasikan dengan baik dalam metodologi DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) dalam Six Sigma.

Di awal perkuliahan, saya diperkenalkan dengan konsep dasar Six Sigma, termasuk metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Ini memberi saya dasar pemahaman tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk meningkatkan proses bisnis. Salah satu poin menarik adalah belajar tentang Seven Tools of Quality. Saya belajar menerapkan histogram, pareto chart, dan scatter plot untuk menganalisis data dan mengidentifikasi masalah dalam proses. Mata kuliah ini melibatkan studi kasus nyata dan proyek praktis di mana saya harus mengaplikasikan konsep-konsep Six Sigma dalam skenario dunia nyata. Ini memberi saya pengalaman langsung dalam menyelesaikan masalah kualitas. Diskusi kelompok dan presentasi proyek memberi saya peluang untuk berbagi ide, memahami perspektif teman sekelas, dan mendapatkan umpan balik dari dosen. Keterlibatan ini memperkaya pemahaman saya tentang penerapan Six Sigma dalam berbagai konteks industri. Perjalanan belajar saya dalam mata kuliah Six Sigma memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana konsep-konsep ini dapat membawa perubahan positif dalam manajemen kualitas dan produktivitas proses bisnis. Saya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan di dunia bisnis dengan landasan pengetahuan ini.

Kepada Bapak Dr. Trifandi Lasalewo, S.T., M.T & Nurfaisal Harun, S.T.,M.T

Saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam atas dedikasi, bimbingan, dan inspirasi yang Bapakberikan selama mata kuliah Six Sigma. Pengajaran Bapak telah memberikan dampak positif yang signifikan dalam perjalanan pendidikan saya. Bapak tidak hanya menjadi seorang pengajar yang kompeten, tetapi juga sosok panutan yang menginspirasi. Penjelasan Bapak yang jelas dan penuh dedikasi membuat saya semakin memahami dan menghargai materi pelajaran. Pengalaman belajar saya menjadi lebih bermakna berkat pengajaran Bapak.

Saya sangat berterima kasih atas kesabaran Bapak dalam menjawab pertanyaan, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membimbing kami melalui setiap tahap perkuliahan. Bapak telah menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memotivasi, yang memberi kami semangat untuk terus berusaha mencapai yang terbaik. Semua ilmu dan nilai-nilai yang Bapak bagikan tidak hanya membentuk pengetahuan kami, tetapi juga membentuk karakter dan sikap profesional kami. Saya merasa beruntung bisa belajar di bawah bimbingan Bapak, dan saya akan selalu mengenang pengalaman berharga ini sepanjang hidup saya.

Terima kasih atas segala pengabdian dan kontribusi Bapak. Semoga Bapak terus sukses dalam memberikan pengaruh positif kepada banyak siswa lainnya.

TIPE KEPEMIMPINAN & ORGANISASI

28 November 2022 09:46:14 Dibaca : 50

TIPE KEPEMIMPINAN

1. Kepemimpinan Karismatik

Para pemimpin yang memiliki kepribadian karismatik adalah sosok yang memiliki kepribadian yang kuat, menghargai nilai-nilai positif, dan mampu mengubah arah pandang karyawannya untuk menjadi lebih baik lagi.

2. Kepemimpinan Otoriter

Saat terciptanya kepemimpinan otoriter, bos sebagai pemegang kekuasaan tertinggi akan membuat keputusan, peraturan, dan prosedur berdasarkan pemikirannya. Lingkungan kerja dengan kepemimpinan otoriter sangat bisa diandalkan saat mengambil keputusan namun tidak memberikan keleluasaan kepada para karyawannya, Toppers.

3. Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis akan melibatkan banyak kontribusi karyawan dalam mengambil keputusan. Tipe kepemimpinan ini akan menawarkan komunikasi aktif dua arah antara pimpinan dan karyawannya.

Untuk menciptakan kepemimpinan yang demokratis, dibutuhkan keberanian, kejujuran, kreativitas, dan keadilan bagi seluruh aspek yang ada di perusahaan.

4. Kepemimpinan Delegatif

Dengan kepemimpinan delegatif, para pemimpin memberikan wewenang bagi anggotanya dalam mengambil keputusan. Namun, tipe kepemimpinan ini memiliki kelemahan, yaitu kecenderungan antar anggota untuk saling menyalahkan keputusan yang telah dibuat.

5. Kepemimpinan Transformasional

Tipe kepemimpinan transformasional berkaitan erat dengan perubahan dalam diri pemimpin maupun para anggotanya. Kepemimpinan ini mampu memotivasi anggotanya untuk mengerjakan sesuatu melebihi apa yang ditargetkan.

Kepemimpinan transformasional ini biasanya memiliki anggota yang berkomitmen dengan pimpinan yang memberdayakan para karyawannya dengan baik melalui visi misi yang serupa.

6. Kepemimpinan Visioner

Visioner memiliki arti orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa depan. Dengan kepemimpinan visioner, para pemimpin selalu berusaha mewujudkan visi misi yang dibuat oleh perusahaan. Selain itu, pemimpin ini selalu berinovasi dalam mencapai target yang telah ditentukan.

Pemimpin visioner akan mendorong para anggota untuk mencoba hal-hal baru dan terus berinovasi untuk perkembangan perusahaan yang lebih baik lagi.

7. Kepemimpinan Liberal

Para pemimpin akan memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk menyelesaikan semua tugasnya demi kenyamanan anggota. Hal ini dilakukan agar segala tugas yang diberikan bisa cepat selesai.

Seorang pemimpin liberal tidak akan menuntut banyak kepada para karyawannya namun tetap mengawasi jalannya kerja sehari-hari.

8. Kepemimpinan Pembinaan

Pemimpin akan mengawasi dan mengajari para anggotanya dengan penuh dan mengatur hasil yang akan dicapai perusahaan. Seorang pemimpin yang membina anggotanya juga akan memberikan motivasi untuk mendorong para karyawannya mencapai tujuan perusahaan dengan keahlian mereka.

9. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah suatu kondisi ketika pemimpin bertindak berdasarkan lingkungan dan situasi kerja. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin situasional, yaitu mengarahkan langsung, memberikan pelatihan kepada karyawan, mendukung karyawan, dan melakukan delegasi.

10. Kepemimpinan Transaksional

Ibarat seorang pembeli, seorang pemimpin transaksional akan memberikan tugas kepada karyawannya. Imbalan karyawan kepada pemimpinnya adalah tugas-tugas yang sudah diselesaikan. Garis komando sudah jelas diberikan dan harus diselesaikan dengan baik.

11. Kepemimpinan Tim

Pimpinan yang satu ini dibentuk dari hasil diskusi bersama dalam sebuah tim. Seorang pemimpin mampu untuk bekerja sama dengan tim untuk mencapai visi dan misi yang telah disepakati

 

STRUKTUR ORGANISASI

1. Pengertian

      Struktur organisasi sebagai suatu garis hirarki yang mendeskripsikan berbagai komponen yang menyusun perusahaan, dimana setiap individu atau Sumber Daya Manusia pada lingkup perusahaan tersebut kemudian memiliki posisi dan fungsinya masing-masing.

      Struktur organisasi sendiri dibuat untuk kepentingan perusahaan dengan sebelumnya menempatkan orang-orang yang kompeten sesuai dengan bidang dan keahliannya. Bagi HRD sendiri, dengan adanya struktur organisasi, kita dapat mengetahui peran dan tanggung jawab karyawan-karyawannya.

      Dengan menempatkan seseorang ke dalam sebuah posisi dalam struktur sesuai dengan kemampuannya juga bisa menjadi patokan HRD dalam menentukan jumlah gaji karyawan bersangkutan. Misalnya saja Jika A pandai dalam pemasaran tetapi tidak dengan penjualan, sedangkan B sebaliknya, pandai dalam penjualan tetapi tidak dengan pemasaran, kerja sama adalah cara paling efisien untuk mencapai tujuan tunggal. Setiap kekuatan berguna dalam sistem organisasi.

      Oleh sebab itu, sangat penting bagi seseorang yang ada di dalam sebuah organisasi memiliki pengetahuan seputar struktur, perilaku, proses, dan hasil organisasi. Pelajari hal tersebut melalui buku Organisasi karya Kaswan dibawah ini.

2. Fungsi

      Struktur organisasi sebagai sebuah hierarki (jenjang atau garis yang bertingkat) berisi komponen-komponen dimana pendiri dan penyusun perusahaan kemudian menggambarkan pembagian kerja, dan bagaimana aktivitas dalam perusahaan yang berbeda mampu saling terkoordinasi. Struktur organisasi yang baik sendiri kemudian akan menunjukkan adanya spesialisasi pada masing-masing fungsi pekerjaan, maupun penyampaiannya melalui sebuah laporan.

      Struktur organisasi adalah sistem yang digunakan untuk mendefinisikan hierarki dalam sebuah organisasi dengan tujuan menetapkan cara sebuah organisasi dapat beroperasi, dan membantu organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di masa depan.

      Untuk lebih memahami fungsi dari sebuah struktur di sebuah organisasi, Grameds dapat melihat contohnya pada buku Struktur Organisasi dan Misi Gereja yang bisa kamu dapatkan di Gramedia.

      Adapun beberapa hal yang membuat struktur organisasi dalam perusahaan kemudian menjadi sangat penting, adalah karena berbagai fungsinya, sebagai berikut :

a) Memberi Kejelasan Tanggung Jawab

Masing-masing anggota dalam hierarki sebuah struktur organisasi dalam perusahaan memiliki tanggung jawab tentang tugas-tugas dan segala kewajiban yang harus mereka pertanggungjawabkan pada atasannya langsung yang telah memberikan wewenang terhadapnya. Inilah pentingnya memiliki struktur organisasi perusahaan, yaitu memberikan kejelasan mengenai pelaksanaan atau pengimplementasian terhadap kewenangan yang perlu dipertanggungjawabkan oleh masing-masing anggota yang berada dalam struktur organisasi tersebut.

b) Menjelaskan Kedudukan dan Koordinasi Masing-masing Penyusun Perusahaan

Seorang karyawan, yang namanya tercantum dalam hierarki struktur organisasi sebuah perusahaan, sebenarnya dapat lebih mempermudah dalam mengkoordinasikan kedudukan dan hubungannya dengan fungsi pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya. Hal ini sangat dibutuhkan untuk menghindari adanya kesalahan informasi atau komunikasi (missed communication) yang berdampak negatif pada bisnis Anda yang sedang berkembang, serta dapat digunakan sebagai landasan dalam menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan komunikasi dan diskusi antar jenjang atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut.

c) Menjelaskan Bagaimana Jalur Hubungan antara Masing-masing Hierarki

Dalam sebuah organisasi, sangat dibutuhkan kejelasan hubungan yang tergambar dalam hierarki atau jenjang struktur organisasi tersebut. Ini dibutuhkan untuk mengefektifkan jalur penyelesaian sebuah pekerjaan sehingga dapat saling memberikan keuntungan pada masing-masing anggota dalam struktur organisasi tersebut.

d) Memberikan Uraian Tugas yang Dibebankan Secara Jelas

Setiap tugas atau deskripsi pekerjaan yang terdapat dalam sebuah struktur organisasi dalam perusahaan tentunya akan sangat membantu semua pihak yang terkait di dalamnya. Baik itu atasan, maupun bawahannya dalam struktur organisasi tersebut. Bagi seorang atasan, setiap deskripsi pekerjaan bawahannya akan membantu mereka dalam melakukan pengawasan dan pengendalian bila ada uraian pekerjaan yang tidak sesuai. Sedangkan bagi seorang bawahan, setiap deskripsi pekerjaan yang jelas dapat membantu mereka untuk lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

3.  Jenis Struktur Organisasi

Terdapat 6 jenis struktur organisasi yang dikenal dalam sebuah perusahaan, berikut ini beberapa diantaranya :

a) Struktur Organisasi Fungsional (Functional Structure Organization)

Struktur organisasi fungsional merupakan jenis struktur organisasi ini yang paling umum digunakan oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Dalam struktur organisasi fungsional, pembagian kerjanya kemudian dilakukan berdasarkan pada fungsi masing-masing manajemen. Diantaranya Manajemen Keuangan, Manajemen Pemasaran dan Sumber Daya Manusia, Manajemen Produksi, dan lain-lain. Setiap karyawan yang memiliki skill dan keterampilan yang sama, akan dikelompokkan ke dalam satu unit kerja. Inilah yang menyebabkan jenis struktur organisasi ini sangat tepat diterapkan pada sebuah organisasi maupun perusahaan yang hanya menghasilkan beberapa jenis produk atau jasa layanan. Kelebihan jenis struktur organisasi ini adalah dapat menekan biaya operasional perusahaan, dan memudahkan tim manajerial untuk melakukan pengawasan dan evaluasi pada kinerja karyawan. Namun sayangnya, menerapkan jenis organisasi ini dapat berdampak pada kesulitan dalam berdiskusi dan berkomunikasi antara unit kerja yang satu dengan lainnya. Selain itu, pelatihan manajemen umum bagi karyawan juga memiliki keterbatasan.

b) Struktur Organisasi Divisional (Divisional Structure Organization)

Struktur organisasi divisional adalah jenis struktur organisasi yang melakukan pengelompokan berdasarkan pada kesamaan produk, jasa/servis/layanan, pasar, dan letak geografisnya. Jenis struktur organisasi ini, lazimnya diterapkan pada sebuah perusahaan berskala menengah hingga perusahaan besar, karena biasa operasional yang dikeluarkan akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan struktur organisasi fungsional. Dengan menerapkan struktur organisasi divisional, berarti perusahaan Anda lebih memiliki kemudahan pengelolaan karena memecah divisi-divisi dalam perusahaan menjadi bagian yang lebih kecil. Sedangkan kelemahannya terletak pada masalah alokasi sumber daya, serta distribusi biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

c) Struktur Organisasi Lini

Jenis struktur organisasi ketiga yang akan kita bahas adalah struktur organisasi lini. Dalam struktur organisasi lini, hubungan antara atasan dengan bawahan terjadi secara langsung dan vertikal. Dimana sejak dari pimpinan tertinggi sampai dengan karyawan dengan jabatan terendah dalam struktur organisasi ini dihubungkan dengan garis komando atau garis wewenang. Itulah sebabnya, jenis struktur organisasi ini juga lebih dikenal dengan struktur organisasi militer. Kelebihan menggunakan struktur organisasi lini adalah kesatuan pimpinan terletak pada satu orang. Sedangkan kelemahannya adalah adanya ketergantungan pada satu orang dalam struktur hirarkinya. Jenis organisasi ini sangat tepat jika diterapkan pada organisasi kecil seperti kedai nasi, warung tegal, bengkel, maupun rukun tetangga.

d) Struktur Organisasi Lini dan Staff

Jenis struktur organisasi ini adalah penggabungan antara beberapa kombinasi dari struktur organisasi lini dengan asas komando, akan tetapi tugas pimpinan dibantu oleh beberapa staff. Setiap staff pada struktur organisasi lini dan staff memiliki peran dalam memberikan saran, masukan, bantuan pikiran, ide-ide dan gagasan baru, serta data-data informasi yang dibutuhkan oleh pimpinannya. Struktur organisasi lini dan staff sangat cocok diterapkan pada perusahaan berskala kecil karena memiliki kelebihan yaitu pada tingginya disiplin moral para karyawan sesuai dengan deskripsi tugasnya masing-masing. Akan tetapi, solidaritas para karyawannya masih kurang karena banyak dari mereka yang tidak saling mengenal satu sama lain.

e) Struktur Organisasi Matriks (Matrix Structure Organization)

Struktur organisasi matriks adalah sebuah struktur organisasi yang merupakan penggabungan antara struktur organisasi fungsional dengan struktur organisasi divisional dengan tujuan untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kedua struktur organisasi tersebut. Struktur organisasi jenis ini sering juga dikenal dengan nama struktur organisasi proyek karena setiap karyawan pada unit kerja struktur organisasi fungsional harus mengerjakan proyek-proyek organisasi yang dibebankan kepadanya. Penerapan jenis struktur organisasi ini menyebabkan terjadinya sistem komando dimana seorang karyawan diharuskan memberikan laporan kepada dua orang pimpinan yaitu pimpinan pada unit kerja divisional dan fungsional. Struktur organisasi matriks sangat cocok diterapkan pada perusahaan berskala besar hingga perusahaan-perusahaan tingkat multinasional karena kemampuannya mencapai tingkat koordinasi yang sangat diperlukan dalam menjawab tuntutan ganda pada lingkungan perusahaan. Namun sayangnya, struktur organisasi matriks juga memiliki kelemahan, dimana terkadang karena adanya tuntutan ganda tersebut malah menimbulkan adanya kebingungan.

f) Struktur Organisasi Komite atau Proyek

Jenis struktur organisasi terakhir yang lazim digunakan oleh perusahaan adalah struktur organisasi komite. Dalam struktur organisasi ini, setiap tugas kepemimpinan dan tugas-tugas khusus lainnya harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan secara kolektif oleh sekelompok pejabat yang berupa dewan atau komite. Organisasi dalam Komite biasanya terdiri dari pimpinan komite (Executive Committee) yang merupakan pimpinan dengan kewenangan lini, dan staff committee yang merupakan karyawan dengan kewenangan staff. Kelebihan jenis struktur organisasi ini adalah pelaksanaan pengambilan keputusan yang berlangsung dengan baik karena melalui musyawarah bersama antara pemegang saham dengan dewan. Sedangkan kelemahannya terletak pada penghindaran tanggung jawab jika terjadi masalah.

 

TIPE KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU INDIVIDU DAN KELOMPOK

14 November 2022 21:47:41 Dibaca : 600

TIPE KEPEMIMPINAN

1. Kepemimpinan Karismatik

Para pemimpin yang memiliki kepribadian karismatik adalah sosok yang memiliki kepribadian yang kuat, menghargai nilai-nilai positif, dan mampu mengubah arah pandang karyawannya untuk menjadi lebih baik lagi.

2. Kepemimpinan Otoriter

Saat terciptanya kepemimpinan otoriter, bos sebagai pemegang kekuasaan tertinggi akan membuat keputusan, peraturan, dan prosedur berdasarkan pemikirannya. Lingkungan kerja dengan kepemimpinan otoriter sangat bisa diandalkan saat mengambil keputusan namun tidak memberikan keleluasaan kepada para karyawannya, Toppers.

3. Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis akan melibatkan banyak kontribusi karyawan dalam mengambil keputusan. Tipe kepemimpinan ini akan menawarkan komunikasi aktif dua arah antara pimpinan dan karyawannya.

Untuk menciptakan kepemimpinan yang demokratis, dibutuhkan keberanian, kejujuran, kreativitas, dan keadilan bagi seluruh aspek yang ada di perusahaan.

4. Kepemimpinan Delegatif

Dengan kepemimpinan delegatif, para pemimpin memberikan wewenang bagi anggotanya dalam mengambil keputusan. Namun, tipe kepemimpinan ini memiliki kelemahan, yaitu kecenderungan antar anggota untuk saling menyalahkan keputusan yang telah dibuat.

5. Kepemimpinan Transformasional

Tipe kepemimpinan transformasional berkaitan erat dengan perubahan dalam diri pemimpin maupun para anggotanya. Kepemimpinan ini mampu memotivasi anggotanya untuk mengerjakan sesuatu melebihi apa yang ditargetkan.

Kepemimpinan transformasional ini biasanya memiliki anggota yang berkomitmen dengan pimpinan yang memberdayakan para karyawannya dengan baik melalui visi misi yang serupa.

6. Kepemimpinan Visioner

Visioner memiliki arti orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa depan. Dengan kepemimpinan visioner, para pemimpin selalu berusaha mewujudkan visi misi yang dibuat oleh perusahaan. Selain itu, pemimpin ini selalu berinovasi dalam mencapai target yang telah ditentukan.

Pemimpin visioner akan mendorong para anggota untuk mencoba hal-hal baru dan terus berinovasi untuk perkembangan perusahaan yang lebih baik lagi.

7. Kepemimpinan Liberal

Para pemimpin akan memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk menyelesaikan semua tugasnya demi kenyamanan anggota. Hal ini dilakukan agar segala tugas yang diberikan bisa cepat selesai.

Seorang pemimpin liberal tidak akan menuntut banyak kepada para karyawannya namun tetap mengawasi jalannya kerja sehari-hari.

8. Kepemimpinan Pembinaan

Pemimpin akan mengawasi dan mengajari para anggotanya dengan penuh dan mengatur hasil yang akan dicapai perusahaan. Seorang pemimpin yang membina anggotanya juga akan memberikan motivasi untuk mendorong para karyawannya mencapai tujuan perusahaan dengan keahlian mereka.

9. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah suatu kondisi ketika pemimpin bertindak berdasarkan lingkungan dan situasi kerja. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin situasional, yaitu mengarahkan langsung, memberikan pelatihan kepada karyawan, mendukung karyawan, dan melakukan delegasi.

10. Kepemimpinan Transaksional

Ibarat seorang pembeli, seorang pemimpin transaksional akan memberikan tugas kepada karyawannya. Imbalan karyawan kepada pemimpinnya adalah tugas-tugas yang sudah diselesaikan. Garis komando sudah jelas diberikan dan harus diselesaikan dengan baik.

11. Kepemimpinan Tim

Pimpinan yang satu ini dibentuk dari hasil diskusi bersama dalam sebuah tim. Seorang pemimpin mampu untuk bekerja sama dengan tim untuk mencapai visi dan misi yang telah disepakati.

PERILAKU INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI

1. Perilaku Individu dalam Organisasi

Perilaku manusia merupakan sebuah fungsi dari hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang membawa rangkaian dalam organisasi meliputi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalu. Sementara itu, karakteristik manusia akan masuk ke dalam lingkungan kerja yang baru yaitu organisasi atau lembaga lainnya. Organisasi pun memiliki karakteristik dan bertindak sebagai sebuh lingkungan untuk manusia. Karakteristik manusia ber[1]interaksi dengan karakteristik organisasi yang dapat menciptakan perilaku individu dalam organisasi.

Pada dasarnya, perilaku manusia dimotivasi oleh hasrat untuk mencapai suatu tujuan, yang mana seseorang seringkali mempunyai motif dalam pencapaian tujuan tersebut. Motif merupakan ikhwal penyebab perilaku yang timbul dan mempertahankan kegiatan serta menetapkan arah umum perilaku manusia. Motif ialah dorongan utama dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Setelah bertahun-tahun teori dan riset dikembangkan, akhirnya secara umum disepakati, bahwa:

a)     Perilaku timbul karena sutu sebab

b)    Perilaku diarahkan pada tujuan

c)     Perilaku yang dapat diamati masih dapat diukur. Membuat laporan, menyusun program, merangkai sperpart computer, dll.

d)    Perilaku yang tidak langsung dapat diamati seperti: berikir, berpersepsi juga penting dalam mencapai tujuan

e)     Perilaku bermotivasi

Setiap manusia mempunyai ciri seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, harapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Organisasi sebagai lingkungan manusia juga berciri-ciri sebagai berikut: regulasi yang disusun dalam suatu hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian.

2. Defenisi Perilaku Kelompok dalam Organisasi

Dalam kesehariannya, setiap manusia memiliki kebutuhan dan tujuan yang berbeda antar satu sama lain. Hal ini menyebabkan adaya beragam karakteristik yang secara pasti juga akan memiliki kemampuan yang tinggi jika diwujudkan dalam suatu kebutuhan dan tujuan bersama. Setelah mereka menjadi bagian dari kepentingan dan tujuan kelompok tersebut, akan terbentuklah perilaku kelompok untuk kebersamaan.

a.   Pengertian Perilaku Kelompok dan Klasifikasi Kelompok

Aktivitas yang dilaksanakan oleh lebih dari satu orang yang saling berhubungan, mempengaruhi dan bergantung satu sama lain untuk mencapai kinerja positif jangka panjang dan perkembangan diri disebut dengan perilaku kelompok. Anggota kelompok organisasi harus termotivasi untuk bergabung, melihat kelompok sebagai wadah interaksi, berpartisipasi langsung dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan menyetujui kesepakatan dan ketidaksepakatan melalui berbagi interaksi.

Sebuah kelompok terdiri atas kelompok formal dan kelompok informal. Kelompok formal ditetapkan oleh struktur organisasi seperti presiden dan menteri, ketua DPR dan anggota komisi. Kelompok informal merupakan kelompok yang dideinisikan sebagai tanggapan terhadap kepentingan akan kontak sosial baik ada tidaknya struktur dan formal atau tidak ditetapkan secara organisasi.

Kelompok merupakan bagian kehidupan individu dan organisasi dimana mereka akan terus terlibat dalam proses kelompok yang ditemui dalam suatu organisasi. Ciri-ciri sebuah kelompok antara lain memiliki lebih dari satu anggota, saling berkomunikasi, memiliki tujuan yang sama dan mengganggap dirinya sebagai anggota sebuah kelompok.

b.    Dasar-Dasar Perilaku Kelompok

Dasar-dasar perilaku kelompok terdiri dari: kondisi eksternal pada kelompok, sumber daya anggota, sumber kelompok, proses kelompok,tugas-tugas kelompok, kinerja dan kepuasan, teori psikologi.

·   Kondisi eksternal pada kelompok

·   Sumber daya anggota

·   Struktur kelompok

·    Proses kelompok

·    Tugas-tugas kelompok

·     Kinerja dan kepuasan

·     Teori psikologi

TEORI KEPEMIMPINAN

28 September 2022 13:54:55 Dibaca : 477

KEPEMIPINAN

Secara umum, kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dalam diri seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau mengarahkan pihak tertentu untuk mencapai tujuan. Teori kepemimpinan juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengarahkan sebuah kelompok dengan efektif dan efisien agar mencapai tujuan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seorang pemimpin adalah orang yang harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau memandu sekelompok orang atau pihak.

Sedangkan, Warren Bennis dan Burt Nanus, penulis buku Leaders: The Strategies for Taking Charge berpendapat teori kepemimpinan adalah kekuatan yang sangat berpengaruh di balik kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan. Seorang pemimpin harus bisa memobilisasi organisasi agar mencapai visi yang telah ditetapkan dan menjadi organisasi yang efektif.

Kepemimpinan memiliki dua konsep dasar, yakni ilmu dan seni. Ilmu kepemimpinan merupakan teori kepemimpinan yang bisa dipelajari dari berbagai sumber. Anda bisa mempelajari teori kepemimpinan ini dengan mengikuti pelatihan mengenai leadership atau metode kepemimpinan.

Teori Kepemimpinan Menurut Para Ahli

Para ahli yang mengemukakan gagasan-gagasannya merupakan bentuk dari teori kepemimpinan. Para ahli pun memiliki pendapat masing-masing mengenai teori kepemimpinan, berikut ini:

1. Moejiono (2002)

Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.

Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai dengan keinginan pemimpinnya.

2. Wahjosumidjo (1987:11)

Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability).

Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi pemimpin, pengikut dan situasi.

3. Fiedler (1967)

Fiedler mengatakan teori kepemimpinan merupakan pola hubungan antara individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok agar bekerjasama untuk mencapai tujuan.

4. Sondang P. Siagian

Menurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi tertentu dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya.

Hal itu dilakukan agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan arahan, sehingga tujuan pun bisa tercapai dengan mudah.

5. Ott (1996)

Menurut Ott, teori kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku orang lain.

MACAM-MACAM TEORI KEPEMIMPINAN

1. Great Man Theory

Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat asumsi, bahwa sifat kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak orang tersebut dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad ke-19.

Meski tidak dapat diidentifikasi dengan suatu kajian ilmiah mengenai karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, tetapi banyak orang mengakui bahwa hanya satu orang diantara banyaknya individu, pasti memiliki ciri khas sebagai pemimpin yang hebat.

2. Trait Theory

Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka unggul dalam peran kepemimpinan.

Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.

Teori kepemimpinan ini fokus terhadap analisis karakteristik mental, fisik dan sosial guna mendapatkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum di antara para pemimpin.

3. Contingency Theory

Teori kontingensi atau yang berasal dari kata  Contingency Theory menganggap, bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.

Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin tersebut dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah pula. Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori kepemimpinan situasional.

4. Teori gaya dan perilaku

Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The Great Man Theory. Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut.

Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan utama yang dimiliki oleh individu yaitu keterampilan yang berupa keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.

5. Behavioral Theories

Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau Behavioral Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai kepemimpinan. Teori ini memberikan perhatian kepada perilaku para pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik mental, fisik, dan sosial pemimpin tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah kepemimpinan yang didasarkan pada perilaku yang dapat dipelajari.

6. Teori Servant

Teori kepemimpinan servant atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai pelayan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini meyakini, bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bertugas untuk melayani, menjaga, dan memelihara kesejahteraan fisik serta mental pengikut atau anggotanya. Gaya kepemimpinan ini cenderung fokus untuk memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi untuk lebih mandiri dan berwawasan lebih luas.

Pada teori ini, pemimpin yang baik juga diharuskan bisa bersimpati dan dapat meredakan kecemasan yang berlebih dari para pengikutnya. Maka itu, fungsi kepemimpinan diberikan pada seseorang yang pada dasarnya memiliki jiwa pelayan atau melayani. Teori ini menunjukkan bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial.

7. Teori transaksional

Berasal dari kata dasar transaksi, teori ini menggambarkan suatu gaya kepemimpinan yang berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, tentunya yang menjadi pelaksana adalah pemimpin dan staf atau pengikutnya Perjanjian ini dibuat dengan tujuan mendapat pertukaran (transaksi) yang sepadan atau saling menguntungkan antara pemimpin dengan staf.

Seorang staf yang dapat melaksanakan tugas dari seorang pemimpin dengan baik, merupakan nilai lebih bagi staf dan juga bagi pimpinan yang memberikan tugas. Ketika tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik, seorang pemimpin akan memberi apresiasi berupa tunjangan, bonus, kenaikan gaji, kenaikan posisi, dan lain sebagainya. Pemberian apresiasi berupa uang atau tanda mata yang lain, merupakan bentuk penghargaan atas kinerja seseorang, yang membuat seseorang tersebut merasa kerja kerasnya dihargai. Penghargaan ini pula merupakan suatu bentuk hal yang telah disepakati bersama sebelumnya.

8. Teori transformasional

Mengacu pada kata transformasi, yang memiliki arti umum perubahan. Teori kepemimpinan transformasional merupakan sebuah teori yang mengarah pada istilah memanusiakan manusia. Teori ini mengedepankan pendekatan personal pemimpin terhadap staf atau bawahan, dapat juga organisasi, dalam rangka membangun semangat, mengubah kesadaran, serta memberi inspirasi, demi mencapai tujuan bersama tanpa merasa ditekan maupun tertekan, bahkan mampu memotivasi setiap anggotanya. Gaya pemimpin transformasional selalu ingin mengelola lembaga atau organisasi yang dipercayakan kepadanya dengan lebih efektif dan efisien.

 

TOKOH PEMIMPIN HEBAT YANG MENGINSPIRASI

Greta Thunberg adalah aktivis iklim asal Swedia, yang banyak disorot karena telah menginspirasi gerakan global tanpa kekerasan melalui lobi politik, protes jalanan, dan pilihan gaya hidup individu untuk mengurangi perubahan iklim akibat pemanasan global.

Pada bulan Agustus 2018, ketika Greta Thunberg berusia 15 tahun, dia mulai menghabiskan hari-hari sekolahnya di luar parlemen Swedia menyerukan aksi perubahan iklim global dengan berani.

Siswa lain segera terinspirasi dan melakukan protes serupa melalui komunitas mereka sendiri. Selain itu, mereka juga bersama-sama mengorganisir gerakan pemogokan iklim sekolah, dengan nama Fridays for Future.

Greta Thunberg berpidato di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2018, gerakan ini dengan cepat menyebar, dengan pemogokan lokal mingguan terjadi di seluruh dunia, dan setidaknya dua protes multi-kota terkoordinasi yang melibatkan lebih dari satu juta peserta.

Greta Thunberg juga melakukan pidatonya melalui World Economic Forum dan membuat para pendengarnya cemas akan perubahan iklim global yang akan mengancam generasi selanjutnya.

Pada bulan September, ia mulai bolos sekolah pada hari Jumat sehingga ia dapat memprotes kelambanan pemerintah tentang perubahan iklim di Parlemen Swedia di Stockholm. Dari gerakan yang ia pimpin, Greta Thunberg mampu menghimpun setidaknya 1.700 orang yang sebagian besar adalah kaum muda.

Gerakan protes itu juga mengumpulkan dukungan para pemimpin dari Selandia Baru, Jacinda Ardern kepada Walikota Paris Anne Hildalgo — dan memberinya Hadiah Nobel Perdamaian. Gerakan Iklim dari Greta Thunberg adalah kontribusi besar bagi perdamaian.

 

 

PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

22 September 2022 18:30:58 Dibaca : 533

1.  Pendekatan Sifat

    Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin iti dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa.

   Kemudian timbul teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory” (teori dari Fisik). Kemudian timbul lagibahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini dinamakan pendekatan sifat. Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu:

  • Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Cakap, cerdik dan jujur
  • Sehat jasmani dan rohani
  • Tegas, berani, disiplin dan efisien
  • Bijaksana dan manusiawi
  • Berilmu
  • Bersemangat tinggi
  • Berjiwa matang dan berkemauan keras
  • mempunyai motivasi kerja tinggi
  • Mampu berbuat adil
  • Mampu membuat rencana dan keputusan
  • Memiliki rasa tanggung jawab yang besar
  • Mendahulukan kepentingan orang lain

2. Pendekatan Perilaku

   Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menegakkan disiplin, cara pengawasan dan lain-lain.

  Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu cenderung bergaya otoriter.

   Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapat dan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan demokratis.

    Pandangan kllasik menganggap sikap pegawai itu pasif dalam arti enggan bekerja, malas, takut memikul tanggung jawab, bekerja berdasarkan perintah. Sebaliknya pandangan modern pegawai itu manusia yang memiliki perasaan, emosi, kehendak aktif dan tanggung jawab. Pandangan klasik menimbulkan gaya kepemimpinan otoriter sedangkan pandangan modern menimbulkan gaya kepemimpinan demokratis. Dari dua pandangan di atas menimbulkan gaya kepemimpinan yang berbeda

3.  Pendekatan Kontingensi

    Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best Way” (Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki cirri khusus bahkan organisasi yang sejenis akan menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepepimpinan yang berbeda.

     Fromont E. Kast, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu system yang terdiri dari sub sisteem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi menunjukkan pendekatan dalam organisasi adanya natar hubungan dalam sub system yang terdiri daari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi berpandangan bahwa azas-azsa organisasi bersifat universal. Apabila dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri.

4. Pendekatan Terpadu

   Sersley dan Blanchard, memadukan berbagai teori kedalam pendekatan kepemimpinan situasional dengan maksud menunjukkan kesamaan dari pada perbedaan diantara teori-teori tersebut. Teori-teori yang dipadukan adalah:

  • Perpeduan antara teori motivasi jenjang kebutuhan teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
  • Perpaduan teori motivasi 2 faktor teori tingkat kematangan bawahan, dengan pendekatan situasional.
  • Perpaduan antar 4 sistem manajemen, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan situasional
  • Perpaduan antara teori x dan y, teori tingkat kematangan bawahan dengan kematangan situasional
  • Perpaduan antara pola perilaku A dan B, tori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
  • Perpaduan antara 4 anggapan tentang orang, teori kematangan bawahan dengan kepemimpinan situasional
  • Perpaduan antara teori “Ego State”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
  • Perpaduan antara teori”Life Position” , teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
  • Perpaduan antara teori system control, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
  • Perpaduan antara teori dasar daya, teori tingkat kamatangan bawahan dengan pendekatan kepemikmpinan situasional.
  • Perpaduan antara teori “Parent effektiviness training”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
  • Perpaduan antara teori pertumbuhan organisasi dengan pendekatan kepemimpinan situasional
  • Perpaduan antara teori proses pertumbuhan organisasi, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
  • Perpaduan antara teori siklus perubahan, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
  • Perpaduan antara teori modivikasi perilaku, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
  • Perpaduan antara teori “Force field analysis”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong