PENGUKURAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOPWATCH

26 March 2023 10:08:08 Dibaca : 99

Pengukuran kerja dengan menggunakan metode Direct Stopwatch Time Study

Dalam konteks pengukuran kerja, metode direct stopwatch time study merupakan teknik pengukuran kerja dengan menggunakn stopwatch sebagi alat pengukur waktu yang ditunjukkan dalam penyelesaian suatu aktifitas yang diamati (actual time). Waktu yang berhasil diukur dan dicatat kemudian kemudian dimodifikasikan dengan mempertimbangkan tempo kerja operator dan menambahkannya dengan allowances. Metode ini masih dilakukan dengan cara manual.

Untuk kelancaran kegiatan pengukuran dan analisis nantinya, maka selain stop-watch sebagai timing devicediperlukan time study form untuk mencatat data waktu yang diukur tersebut. Selain mencatat waktu juga harus mencatat segala informasi yang berkaitan dengan aktifitas yang diukur tersebut seperti sketsa gambar layout area kerja, kondisi kerja (kecepatan kerja mesin, gambar produk, nama operator, dan lain-lain) dan deskripsi yang berkaitan dengan elemental breakdown. Pengukuran dan pencatatan biasanya menggunakan metode continue (stopwatch tidak perlu dihentikan setiap kali elemen atau siklus kerja selesai diukur).

Kegiatan kerja yang akan diukur terlebih dulu harus dibagi bagi ke dalam elemen elemen kerja secara detail. Dengan mengamati kegiatan yang akan diukur, kemudian pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk menyelesikan setiap elemen kerja tersebut diukur dan dicatat. Waktu yang terbaca dari stopwatch (yang bergerak secara continue) kemudian dicatat dalam kolom ”record”(R).

Untuk setiap elemen kerja dari setiap siklus kerja yang dicatat tersebut maka dilaksanakan kalkulasi pada saat akhir studi. Waktu yang sebenarnya untuk setiap elemen kerja ini kemudian dicatat dalam kolom ”Time”(T). Dengan menggunakan metode ini akan lebih membutuhkan banyak operator untuk melaksanakannya sesuai dengan line sewing yang ada. Berikut contoh dari sebuah pengukuran waktu kerja dengan mengambil 4 siklus kegiatan kerja yang terbagi dalam 3 elemen kegiatan:

Setelah data dicatat dan dimasukkan dalam tabel, langkah selanjutnya adalah membuat waktu rata-rata untuk setiap elemen kerja. Terkadang performans rating perlu dilakukan untuk setiap elemen kerja tersebut, tetapi dalam kasus contoh soal berikut ini diasumsikan bahwa performans rating dilaksanakan untuk seluruh kegiatan yang berlangsung (tidak setiap elemen kerjanya). Seandainya performans rating untuk seluruh kegiatan ini adalah 115% dan total allowances adalah 12%, maka waktu standar untuk contoh diatas dapat dihitung sebagai berikut:

Validitas hasil penetapan waktu ataupun output standar pada dasarnya akan sangat tergantung pada hasil (data) waktu pengamatan atau pengukuran yang diperoleh. Disini tentu saja tingkat ketelitian data yang diperoleh akan mempengaruhi hasil penetapan standar standar tersebut. 

Sebelum mengggunakan data waktu pengamatan yang umumnya diperoleh melalui beberapa kali siklus pengukuran seharusnya terlebih dulu dilakukan pengujian untuk melihat apakah jumlah pengamatan ataupun pengukuran yang telah dilaksanakan tersebut telah menghasilkan data yang cukup teliti atau tidak. Kesalahan operator dalam melakukan pengamatan waktu sering kali terjadi karena ketidaktelitian mereka sendiri, sehingga menyebabkan kesalahan angka yang diperoleh.

 

 

sumber :

https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/kenali-metode-dalam-pengukuran-kerja/

PETA KERJA KESELURUHAN

26 March 2023 09:45:59 Dibaca : 4877

Peta-peta Kerja Keseluruhan

Peta-peta kerja keseluruhan digunakan untuk menganalisis suatu kegiatan kerja yang bersifat keseluruhan, yang umumnya melibatkan sebagian besar atau semua sistem kerja yang diperlukan dalam pembuatan sebuah produk. Peta-peta kerja ini menggambarkan keseluruhan proses produksi serta interaksi antar stasiun kerja dan antar kelompok kegiatan operasi. Peta-peta kerja keseluruhan terdiri dari :

a. Diagram Rakitan (Assembly Chart, AC)

Diagram rakitan merupakan gambaran grafis urutan aliran perakitan suatu produk sehingga dapat diketahui:> Komponen-komponen pembentuk suatu produk> Urutan perakitan komponen-komponen tersebut> Keterkaitan antar komponen

b. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart,OPC)

Peta proses operasi menunjukkan urutan operasi, inspeksi, kelonggaran waktu, dan material yang digunakan dalam proses bisnis atau manufaktur, dari raw material sampai dengan packaging produk jadi. OPC sebagai tool memiliki kelebihan diantaranya : > Mengidentifikasi seluruh operasi, inspeksi, material, gerakan, penyimpanan, dan delays yang terlibat di dalam suatu proses> Menunjukkan seluruh kejadian dalam urutan yang benar> Menunjukkan hubungan antara parts dengan kompleksitas pembuatannya> Membedakan antara produk yang dibeli dan dibuat> Menyediakan informasi tentang jumlah waktu yang dibutuhkanuntuk melakukan setiap operasi dan inspeksi Elemen kerja yang digambarkan pada peta ini terdiri dari operasi, inspeksi, dan penyimpanan.

c. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart, FPC)

Peta aliran proses menggambarkan aliran barang,pekerja, atau kertas dalam suatu proses atau prosedur operasi. Pada peta kerja ini, elemen kerja yang digunakan lebih detail, yaitu :> operasi > inspeksi> transportasi> penyimpanan sementaraNamun peta aliran proses tidak menggambarkan proses produksi suatu produk secara keseluruhan, melainkan hanya terbatas untuk tiap komponen pembentuk produk akhir tersebut.

d. Peta Proses Kelompok Kerja

Pada dasarnya peta kerja ini merupakan bagian dari peta aliran proses. Peta kerja ini digunakan pada suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari sekelompok pekerja, misalnya pergudangan.

e. Diagram Aliran

Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala tertentu dari susunan lantai dan gedung pabrik yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi pada peta aliran proses. Dengan mengetahui tata letak tempat perpindahan suatu barang, maka dapat dianalisa agar jarak perpindahan tersebut minimum.

 

sumber :

http://industrialengineeringtelkom.blogspot.com/2014/06/peta-kerja-keseluruhan.html?view=snapshot&m=1

https://tiunity07.wordpress.com/2014/12/20/peta-analisis-kerja-keseluruhan/

PETA KERJA SETEMPAT

17 March 2023 10:24:29 Dibaca : 157

   Peta kerja setempat merupakan peta yang menyangkut hanya satu sistem kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Tujuannya jelas untuk mempermudah perbaikan suatu sistem kerja sehingga dicapai suatu keadaan ideal untuk saat itu.

1. Peta Pekerja-Mesin

   Peta kerja ini menggambarkan hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa lebih diperbaiki. Efektivitas penggunaan pekerja dan atau mesin pun bisa ditingkatkan, dengan cara:

a. Mengubah tata letak tempat kerja    Tata letak kerja pada dasarnya sangat mempengaruhi waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Apabila dilakukan penataan ulang tempat kerja, maka waktu penyelesaian bisa mencapai minimum.

b. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja    Penataan kembali gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja akan sangat membantu meminimalisasi waktu penyelesaian kerja, meningkatkan efektivitas kerja, serta mempengaruhi efisiensi penggunaan tenaga.

c. Merancang kembali mesin dan peralatan    Kita bisa ambil contoh sederhana, pekerjaan memindahkan barang berat menggunakan gerobak dorong. Apakah ada cara yang lebih baik daripada itu? Untuk meningkatkan efektivitas, mengurangi waktu mengangkut, sekaligus menghemat tenaga, gerobak dorong tersebut lebih baik diganti dengan alat peluncur atau yang bertenaga motor. Kapasitas pemindahan pun lebih besar.

d. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau menambah mesin bagi seorang pekerja.

Contoh :

      Seorang pembeli datang ke toko, kemudian memesn kopi kepada pelayan toko tersebut sebanyak satu kilogram dengan pesanan khusus atau digiling pada saat itu. Setelah mendapat pesanan, si pelayan pergi mengambil kopi dari tempatnya, menyiapkan mesin giling, memasukkan kopi ke dalam mesin giling, kemudian menjalankan mesin tersebut. Si pembeli dan pelayan menunggu sampai selesai menggiling, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan hal ini kira-kira selama 12 menit. Setelah kopi menjadi halus, dimasukkan ke dalam kantong kemudian diberikan kepada pembeli. Si pembeli membayar kepada pelayan, pelayan menerima pembayaan dan dicatat dalam “buku keuangan”.        Terlihat bahwa waktu ang dibutuhkan untuk melayani pemesan sebanyak satu kg kopi yaitu 70 detik. Dalam tempo 70 detik, waktu efektif bagi si pembeli hanya 22 detik (yaitu untuk melakukan pmesanan, menerima kopi hasil penggilingan, dan melakukan pembayaran). Ini berarti si pembeli menganggur sebanyak 69% dari waktu total.. Sementara sang pelayan bekerja efektif selama 49 detik (70 % dari waktu total). Sedangkan mesin giling bekerja efektif 21 detik (30% dari waktu total).

2. Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri

    Peta ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Suatu pekerjaan manual cocok untuk dianalisis menggunakan peta kerja ini.

Apa saja kegunaan dari peta tangan kanan-tangan kiri?1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif sehingga akan mempersingkat waktu kerja.4. Sebagai alat untuk menganalisis tata letak sistem kerja.5. Sebagai alat untuk melatih pekerja yang baru, dengan cara kerja yang ideal.

Seperti peta pekerja-mesin, peta ini pun memiliki lambang-lambang yang mewakili setiap elemen-elemen gerakan:

Elemen menjangkau (Re) Elemen memegang (G)Elemen membawa (M)Elemen mengarahkan (P)Elemen menggunakan (U)Elemen melepas (RI)Elemen menganggur (D)Elemen memegang untuk memakai (H)

Contoh :

      Tangan kiri bertugas menyimpan baut-U yang sudah selesai dirakit ke tempat penyimpanan. Pada saat tangan kiri melakukan gerakan menyimpan, yang terdiri dari elemen gerakan membawa (M) dan melepas (RI), tangan kanan menganggur (UD). Elemen gerakan menjangkau (RE), yang merupakan “titik permulaan” peta, dilaksanakan setelah tangan kiri selesai melepaskan baut-U di tempat penyimpanan.

3. Peta Kelompok Kerja

    Peta Kelompok Kerja merupakan kumpulan dari beberapa peta aliran proses, dimana setiap peta aliran proses akan menunjukkan satu seri kerja dari seorang operator. Peta Kelompok Kerja menunjukkan beberapa aktivitas dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu proses, dimana satu aktivitas dengan aktivitas lainnya saling bergantungan.

 

 

sumber :

http://industrialengineeringtelkom.blogspot.com/2014/05/peta-kerja-setempat.html?m=1

https://informasains.com/edu/post/2021/03/peta-kerja-pengertian-simbol-dan-jenis-peta-kerja/

Tipe Kepemimpinan Serta Perilaku Individu Dan Kelompok

14 November 2022 22:46:22 Dibaca : 90

Pengertian Kepemimpinan

  Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani.

Tipe-Tipe/ Gaya Kepemimpinan

     Gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap bawahan sebagai anggota kelompok. Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan untuk sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin (Nurjaya, et al, 2020).

  • Kepemimpinan Demokratis

  Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan.Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan saling menghormati.

  • Kepemimpinan Delegatif

  Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Gaya kepemimpinan delegatif ini memiliki ciri khas dari perilaku pemimpin didalam melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian, maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi adanya karakter pribadinya.  

  • Kepemimpinan Birokratis

  Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan "Memimpin berdasarkan adanya peraturan". Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum akan membuat segala keputusan itu berdasarkan dari aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Segala kegiatan mesti terpusat pada pemimpin dan sedikit saja diberikan kebebasan kepada orang lain dalam berkreasi dan bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan yang sudah berlaku. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis ialah Pimpinan akan menentukan segala keputusan yang berhubungan dengan seluruh pekerjaan dan akan memerintahkan semua bawahan untuk bisa melaksanakannya.

  • Kepemimpinan Laissez Faire

  Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran yangcukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya.

  • Kepemimpinan Otoriter/ Authoritarian

   Adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya dengan adanya tugas yang telah diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti diproyeksikan dalam bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik.

  • Kepemimpinan Kharismatik

  Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik orang. Mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya yang akan membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan memiliki gaya kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan dan adanya tantangan. 

  • Kepemimpinan Diplomatis

  Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya. Hanya pemimpin dengan menggunakan kepribadian putih ini yang hanya bisa melihat kedua sisi dengan jelas, Apa yang dapat menguntungkan dirinya dan juga dapat menguntungkan lawannya.

  • Kepemiminan Moralis

  Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.

  • Kepemimpinan Visioner

  Kepemimpinan visioner merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan untuk bisa memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dijalankan secara bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberikan arahan dan makna pada suatu kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkandengan visi yang jelas.

  • Kepemimpinan Situasional

  Kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik.

  • Kepemimpinan Militeristik

  Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang senantiasa bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik yaitu lebih banyak dalam menggunakan sistem perintah atau komando, keras dan sangat begitu otoriter, kaku dan seringkali untuk kurang bijaksana; menghendaki adanya kepatuhan yang mutlak dari bawahan; sangat menyenangi suatu formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang terlalu berlebihan; menuntut adanya sebuah disiplin yang keras dan kaku dari para bawahannya; tidak menghendaki adanya saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya; dan komunikasi hanya dapat berlangsung searah (Mattayang, 2019).

Bentuk Perilaku Individu

    Menurut Freud (1991) bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.

  • Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan.
  • Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata.
  • superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.

Bentuk Perilaku Kelompok

     Perilaku kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dan saling bergantung untuk menghasilkan prestasi yang positif baik untuk jangka panjang dan pertumbuhan.

Teori-Teori Pembentukan Kelompok

  • Teori Kedekatan (Propinquity)Teori kedekatan menjelaskan tentang adanya aliansi diantara orang-orang tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya.
  • Teori Interaksi (George Homans) Teori interaksi berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment (perasaan atau emosi) yang berhubungan secara langsung. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut :a. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka.b. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain.c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.
  • Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb) Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap (seperti: agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan, otoritas) di dalam menanggapi suatu tujuan.
  • Teori Pertukaran Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori kedekatan, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori ini. Secara praktis pembentukan kelompok bisa saja terjadi dengan alasan ekonomi, keamanan, atau alasan social. Para pekerja umumnya memiliki keinginan afiliasi kepada pihak lain.

 Sumber: 

https://www.studocu.com/id/n/36725594?sid=01668430872

Perilaku kelompok, Lista Kuspriatni

TEORI KEPEMIMPINAN DAN TOKOH KEPEMIMPINAN

03 October 2022 23:19:33 Dibaca : 555

TEORI KEPEMIMPINAN

Teori kepemimpinan adalah teori yang digunakan sebagai acuan untuk memimpin seseorang. Jika seseorang memiliki teori yang tepat untuk memimpin, maka organisasi atau lembaga yang ia kelola dapat berjalan dengan baik.

Macam-Macam Teori Kepemimpinan

1. Teori Orang Hebat (Great-Man Theory)

Pemimpin yang hebat, menurut teori ini adalah orang yang memang terlahir untuk memiliki bakat pemimpin. Jadi pemimpin yang menggunakan teori ini menganggap bahwa pemimpin tidak dibentuk dengan keadaan, melainkan memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.

Dalam teori ini, Thomas Caryle mengatakan bahwa sejarah yang dilakukan oleh manusia memiliki sifat yang universal. Sejarah tersebut dibuat dan dibentuk oleh orang yang hebat yang kemudian menjadi pemimpin di era-era tersebut. inilah yang menjadi dasar dari konsep dan teori kepemimpinan orang hebat.

2. Teori Sifat (Trait Theory)

Berikutnya adalah teori sifat, yang merupakan teori dimana seorang pemimpin memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain khususnya mereka yang bukan pemimpin. Berbeda dengan teori sebelumnya dimana pemimpin lahir karena genetik, maka teori sifat mengabaikan konsep tersebut.

Pemimpin menurut teori sifat tidak dibentuk berdasarkan genetik, namun tidak juga karena dibentuk atau dilatih oleh orang lain. Jenkins, salah satu cendekiawan yang mendukung teori ini mengatakan bahwa terdapat sifat khusus yang menjadi ciri khas seorang pemimpin.

Beberapa sifat yang sering digunakan sebagai kualifikasi dalam teori kepemimpinan ini adalah garis keturunan yang dimiliki, tinggi badan bahkan kecerdasan seseorang. Bagian lainnya yang masih diperdebatkan adalah daya tarik yang dimiliki oleh seseorang, baik fisik atau sikap dan kharisma dari orang tersebut.

3. Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories)

Teori selanjutnya adalah teori mengenai kepemimpinan situasional, dimana dalam konsep tersebut, tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat dan bisa digunakan oleh pemimpin di dunia secara umum. Dengan menggunakan teori ini, maka kepemimpinan dilakukan berdasarkan faktor-faktor tertentu.

Gaya pemimpin yang benar dan ada di dunia adalah gaya memimpin berdasarkan adaptasi lingkungannya. Dengan begitu, lingkungan dan aspek lain yang melingkupi pemimpin membuat mereka memiliki gaya kepemimpinan yang khas atas suatu situasi.

Jika berdasarkan teori ini, maka dapat disimpulkan bahwa setiap pemimpin memiliki jenis dan gaya memimpin yang berbeda. Sebab latar belakang serta apa yang membentuk pemimpin tersebut, baik secara internal atau eksternal juga berbeda.

4. Teori Gaya dan Pelaku (Style and Behavior Theory)

Dalam teori kepemimpinan ini dijelaskan bahwa keberhasilan seseorang dalam memimpin lembaga atau organisasi berdasarkan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Misalnya, sikapnya yang sering memotivasi bawahannya, jika dilakukan dengan tepat akan memberikan semangat dan sikap yang loyal pada pemimpin.

Komunikasi yang baik juga menjadi kunci untuk mereka yang ingin menggunakan gaya kepemimpinan ini. Dengan begitu, pemimpin bisa memberikan instruksi yang tepat bagi bawahan atau pengikutnya dengan lebih rinci dan demi keuntungan bersama.

5. Teori Transaksional (Transactional Theory)

Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini biasanya melakukan perjanjian bilateral dengan pengikut atau perwakilan pengikutnya. Dimana setiap keputusan yang hendak dikeluarkan oleh pemimpin harus sepengetahuan dan sepersetujuan mereka.

Asosiasi yang dilakukan oleh pemimpin dan pengikutnya harus memberikan dampak yang baik, serta tidak menguntung salah satu pihak. Jika hanya satu pihak saja yang mendapatkan keuntungan, maka teori ini tidak bisa diaplikasikan dengan baik.

6. Teori Transformasional (Transformational Theory)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa teori ini akan membantu pemimpin untuk mendapatkan nama baik dengan bantuan banyak pihak. Baik pemimpin dan pengikutnya akan saling mengangkat motivasi dan semangat untuk tujuan bersama.

Dalam teori kepemimpinan ini, subjek pemimpin yang digunakan adalah pemimpin yang sudah hidup dan berkembang di era modern. Sehingga dapat dikatakan, ia merupakan penyempurna dari teori-teori dan konsep kepemimpinan sebelumnya.

Tokoh Kepemimpinan

PRESIDEN SOEHARTO

Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian.

MAHATMA GANDHI

Mohandas Gandhi adalah salah satu pemimpin berpengaruh India di bawah kekuasaan Inggris. Ia terkenal sebagai Bapak bangsa atau Bapu India. Mohandas Gandhi atau Mahatma Gadhi berlatih Ahinsa atau perjuangan non-kekerasan. Melalui pembangkangan sipil dan aksi boikot barang asing, Gandhi menunjukkan konsistensi perlawanan terhadap Inggris guna mencapai tujuan kemerdekaan India tanpa merugikan satu jiwa.

sumber:

https://deepublishstore.com/materi/teori-kepemimpinan/

https://international.sindonews.com/berita/1196116/45/10-pemimpin-dunia-berpengaruh-sepanjang-masa

https://kitasakti.blogspot.com/2017/05/gaya-kepemimpinan-presiden-soeharto.html